Pengaruh PH Terhadap Pertumbuhan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH pH TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KACANG HIJAU



MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitianyang dibimbing oleh Ibu Sri Rahayu Lestari



Oleh Kelompok 5 / Offering B: Leviana Erinda



(140341605939)



Nikita Rizky



(140341604916)



The Learning University



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI DESEMBER 2015



A. Hari, Tanggal : Kamis, 3 Desember 2015 B. Topik : Pengaruh pH terhadap pertumbuhan kecambah kacang hijau C. Tujuan : - Untuk mengetahui pertumbuhan kacang hijau dengan diberi larutan jeruk nipis - Untuk mengetahui pertumbuhan kacang hijau dengan diberi larutan detergen 0,9% - Untuk mengetahui pertumbuhan kacang hijau dengan diberi air PDAM D. Dasar Teori Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sebagai organisme yang tidak dapat berpindah tempat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, salah satunya adalah pH. Protein dapat mengalami perubahan struktur molekul dan terdenaturasi karena pengaruh suhu, pH, aliran listrik, medan magnet dan juga gaya tekanan (Poedjadi, 2009). Menurut Washa (2015), faktor internal dan eksternal dari lingkungan mempengaruhi perkecambahan biji. Hormon dan enzim yang terkandung dalam berbagai tahap perkembangan benih dan beberapa faktor internal dapat mempengaruhi perkecambahan biji. Yang paling penting faktor eksternal yang dinyatakan mempengaruhi perkecambahan biji termasuk suhu, oksigen atau udara, air atau kelembaban dan cahaya meskipun sebagian besar literatur, menyatakan bahwa cahaya tidak berpengaruh pada benih perkecambahan. Menurut Zainal (2013), Pertumbuhan pada tanaman umumnya terbagi dalam beberapa fase, yaitu fase perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif atau reproduktif. Perkecambahan adalah fase awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik. Pada saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim α- amilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel. Perkecambahan pada tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu aktivitas dan kandungan hormon serta faktor hereditas. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan antara lain ketersediaan air, pH, kelembaban, suhu, nutrisi dan cahaya matahari serta medan magnet. Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tingkat pengambilan



air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air (Sutopo, 2002). Struktur biji kacang hijau terluar terdiri atas kulit, hilum, mikrofil, dan khalaza. Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kacang hijau karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup dan pelindung embrio. Kulit biji berperan dalam menentukan derajat dan kecepatan imbibisi air. Jumlah air yang diserap benih menentukan kecepatan berkecambah benih. Hsu et al. (1983) melaporkan suhu, pH, konsentrasi larutan, dan kadar air berkorelasi kuat dengan laju penyerapan air maksimal pada biji kacangkacangan dan jaringan palisade menjadi faktor penentu permeabilitas kulit biji. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. pH air sangat erat kaitannya dengan pH tanah. Apabila konsentrasi dalam larutan tanah lebih banyak dari OH-, maka suasana dalam tanah basa. pH tanah yang rendah memungkinkan terjadiya hambatan terhadap pertumbuhan mikroorgaisme yang bermanfaat bagi proses mineralisasi unsure hara. Bila tanah dalam suasana basa, maka kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga fiksasi fosfat mengalami defisiensi unsure P, sehingga pertumbuhan tanaman akan tumbuh., tetapi lambat. Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan pupuk hijau. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein nabati. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram kacang hijau yaitu kalori 345, protein 22 g, lemak 1,2 g, karbohidrat 62,9 g, kalsium 125 mg, fosfor 320 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin A 157 SI, vitamin B1 0,64 mg, vitaminC 6 mg, air 10 g (Rukmana, 2004). E.         



Alat dan Bahan 3 wadah atau baskom 3 botol bekas Gelas beaker 3 gelas plastik bekas Kapas Larutan jeruk nipis Larutan sabun detergent 0,9% Air PDAM Kacang hijau



F. Langkah Kerja



eltakncmbhgijudrysMp7S,-w12.:+3



G. Hasil Pengamatan 1. Panjang kecambah kacang hijau Hari ke



Larutan Jeruk Nipis (cm) 1 0 1 1,8 2,5 4,0 4,8 5,2 6,0



0 1 2 3 4 5 6 7



2 0 0,8 1,5 2,2 3,8 4,5 5,0 5,8



x 0 0,90 1,65 2,35 3,90 4,65 5,10 5,90



Larutan Detergent 0,9% 1 0 0,5 1,1 1,2 1,5 1,8 2,0 2,2



(cm) 2 0 0,3 0,8 1 1,2 1,5 1,8 2,0



x 0 0,4 0,95 1,10 1,35 1,65 1,90 2,10



Air (cm)



1 0 1,3 2,0 3,0 3,8 4,5 5,0 6,0



2 0 1,4 2,3 3,2 4,0 4,8 5,2 6,4



x 0 1,35 2,15 3,10 3,90 4,65 5,10 6,20



2. Ciri-ciri kecambah kacang hijau yang ditanam selama 7 hari Hari ke 0 1



Larutan Jeruk Nipis - Belum tumbuh radikula



Larutan Detergent 0,9% Air Belum tumbuh radikula Belum tumbuh



radikula - Tumbuh radikula warna - Tumbuh radikula warna - Tumbuh radikula putih putih warna putih - Radikula lebih panjang - Radikula paling pendek - Radikula paling



dari kecambang yang



panjang



direndam dengan 2



3



detergent - Radikula semakin



- Radikula hanya



panjang, berwarna



bertambah beberapa



panjang, berwarna



putih dan berisi



sentimeter, berwarna



putih kehijauan dan



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang muncul dari



putih kecoklatan - Radikula semakin panjang, warna putih kecoklatan - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang muncul dari



kotiledon kotiledon - Terdapat akar sekunder - Terdapat akar sekunder



4



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang



kurus - Radikula semakin panjang, warna putih kehijauan dan kuru - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon - Terdapat akar sekunder - Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun yang



muncul dari



muncul dari



muncul dari



kotiledon - akar sekunder



kotiledon - akar sekunder



kotiledon - akar sekunder



bertambah dan panjang - Terdapat batang berwarna putih dan 5



- Radikula semakin



berisi - Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



bertambah dan panjang - terdapat batang namun sangat kecil - Radikula semakin panjang, warna putih



bertambah dan panjang - terdapat batang berwarna putih kehijauan - Radikula semakin panjang, warna



dan berisi putih dan berisi - Kotiledon pecah - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun keriput - Terdapat 2 daun segar yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



bertambah dan panjang - Terdapat batang berwarna putih dan



bertambah dan panjang - terdapat batang namun sangat kecil



berisi 6



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon - akar sekunder bertambah dan



panjang berwarna



panjang berwarna



berwarna putih dan



panjang - terdapat batang berwarna putih kehijauan dan



bertambah dan coklat muda - Terdapat batang



bertambah dan



hitam kecoklatan - terdapat batang namun sangat kecil



berisi



kurus. - Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon - akar sekunder bertambah dan panjang berwarna putih kecoklatan - terdapat batang berwarna putih kehijauan dan



7



- Radikula semakin panjang, warna putih dan berisi - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon - akar sekunder bertambah dan panjang - Terdapat batang berwarna putih dan berisi



- Radikula semakin panjang, warna putih



kurus - Radikula semakin panjang, warna



dan berisi putih dan berisi - Kotiledon pecah - Kotiledon pecah - Terdapat 2 daun keriput - Terdapat 2 daun segar yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



yang muncul dari kotiledon - akar sekunder



bertambah dan



bertambah dan



panjang



panjang



- terdapat batang namun sangat kecil



- terdapat batang berwarna putih kehijauan dan kurus



H. Analisis Data Pada praktikum yang dilakukan pada kecambah tanaman kacang hijau yang diberikan perlakuan yang berbeda, antara lain memberikan larutan jeruk nipis, larutan detergen 0,9%, dan air PDAM sebagai sampel air dengan pH asam, basa, dan netral memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 7 hari pada 2 sampel tanaman disetiap perlakuan, menunjukkan perbedaan



pertumbuhan masing-masing kecambah



tanaman kacang hijau. Berdasarkan pengukuran panjang kecambah kacang hijau, pada perlakuan pertama, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam larutan jeruk nipis selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 1cm, hari ke 2 menjadi 1,8 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,7 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 2,5 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 4,0 cm, hari ke-5 menjadi 4,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 5,2 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 6 cm. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 0,8 cm, sedangkan pada hari ke-2, panjang tanaman menjadi 1,5 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang sebesar 0,7 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 2,2 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 3,8 cm, pada hari ke-5 menjadi 4,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,5 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 5 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 5,8 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 0,9 cm, hari ke-2 1,65 cm, hari ke-3 2,35 cm, hari ke-4 3,9 cm, hari ke-5 4,65 cm, hari ke-6 5,1 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 5,9 cm. Pada perlakuan kedua, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam larutan detergen 0,9%



selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami



pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 0,5 cm, hari ke 2 menjadi 1,1 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,1 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 1,2 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 1,5 cm, hari ke-5 menjadi 1,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 2 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 2,2 cm. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 0,3 cm, sedangkan pada hari ke-2, panjang tanaman menjadi 0,8 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 1 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 1,2 cm, pada hari ke-5 menjadi 1,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,3 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 1,8 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 2 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah dengan perlakuan berupa pemberian larutan detergen, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 0,4 cm, hari ke-2 0,95 cm, hari ke-3 1,1cm, hari ke-4 1,35 cm, hari ke-5 1,65 cm, hari ke-6 1,9 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 2,1 cm. Pada perlakuan ketiga, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam air PDAM selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 1,3 cm, hari ke 2 menjadi 2 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 1 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 3 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 3,8 cm, hari ke-5 menjadi 4,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 5 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 1 cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 6 cm, sama dengan panjang kecambah pada sampel tanaman pertama pada nutrisi larutan jeruk nipis. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 1,4 cm, sedangkan pada



hari ke-2, panjang tanaman menjadi 2,3 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 3,2 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 4 cm, pada hari ke-5 menjadi 4,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,4 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 5,2 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 1,2 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 6,4 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 1,35 cm, hari ke-2 2,15 cm, hari ke-3 3,1 cm, hari ke-4 3,9 cm, hari ke-5 4,65 cm, hari ke-6 5,1 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 6,2 cm. Berdasarkan ciri morfologi kecambah kacang hijau yang telah diberi perlakuan yang berbeda selama 7 hari, memberikan hasil data pengamatan yang berbeda pula pada masingmasing perlakuan. Pada hari ke-0, semua kecambah kacang hijau belum mengalami pertumbuhan radikula. Namun, pada hari ke-1 percobaan, menunjukkan perbedaan pada masing-masing tanaman. Pada kecambah kacang hijau yang diberi larutan jeruk nipis, pada hari ke-1 tumbuh radikula warna putih, radikula lebih panjang dari kecambah yang direndam dengan detergent, sedangkan pada, hari ke-2 radikula semakin panjang, berwarna putih dan berisi. Pada hari ke-3 mengalami pertumbuhan dengan semakin memanjangnya radikula, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, serta terdapat akar sekunder. Pada hari ke-4 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang berwarna putih dan berisi. Sedangkan pada hari ke-5 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang berwarna putih dan berisi. Pada hari ke-6, radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang berwarna coklat muda, dan terdapat batang berwarna putih dan berisi. Sementara itu, pada pengamatan hari terakhir, yaitu pada hari ke-7, radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, terdapat batang berwarna putih dan berisi. Pada kecambah yang diberi larutan detergen 0,9%, pada hari pertama perkecambahan diawali dengan pertumbuhan radikula berwarna putih, dengan panjang radikula yang paling pendek diantara pertumbuhan radikula pada perlakuan yang lain. Pada hari ke-2 radikula hanya bertambah beberapa sentimeter, berwarna putih kecoklatan, pada hari ke-3 radikula



semakin panjang, warna putih kecoklatan , kotiledon pecah, terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, dan terdapat akar sekunder. Sedangkan pada hari selanjutnya, yaitu pada hari ke-4, radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang namun sangat kecil. Pada hari ke-5 pertumbuhan, radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang namun sangat kecil, pada hari ke-6 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang berwarna hitam kecoklatan, terdapat batang namun sangat kecil. Sedangkan pada pertumbuhan di hari ke-7, radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah,terdapat 2 daun keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang namun sangat kecil. Pada pertumbuhan kecambah yang diberi larutan detergen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan cirri morfologi kecambah kacang hijau pada perlakuan ketiga yaitu pemberian air PDAM, pada hari pertama tumbuh radikula warna putih, serta radikula paling panjang, pada hari ke-2 radikula semakin panjang, berwarna putih kehijauan dan kurus, pada hari ke- 3, radikula semakin panjang, warna putih kehijauan dan kurus, kotiledon pecah, terdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, terdapat akar sekunder. Sedangkan pada hari ke4, mengalami perubahan yaitu radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, kerdapat 2 daun yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, dan terdapat batang berwarna putih kehijauan. Pada hari ke-5 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun segar yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, terdapat batang berwarna putih kehijauan dan kurus, pada hari ke-6 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun agak keriput yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang berwarna putih kecoklatan, serta terdapat batang berwarna putih kehijauan dan kurus. Sedangkan pada hari ke-7 radikula semakin panjang, warna putih dan berisi, kotiledon pecah, terdapat 2 daun segar yang muncul dari kotiledon, akar sekunder bertambah dan panjang, serta terdapat batang berwarna putih kehijauan dan kurus. H. Pembahasan Pengamatan pertumbuhan kecambah kacang hijau menggunakan variabel bebas berupa konsentrasi pH air. Pengamatan kecambah kacang hijau dilakukan sejak 22 November sampai



28 November 2015, bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi larutan jeruk nipis, larutan detergen 0,9%, dan air PDAM. Proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar dapat berupa air, udara, sinar matahari, suhu serta pH. Semua faktor tersebut berkaitan dengan ketersediaan cadangan makanan (endosperm) dalam biji. Cadangan makanan dalam biji tersedia dalam bentuk karbohidrat. Cadangan makanan dalam biji harus cukup untuk persediaan makanan selama proses perkecambahan. Sedangkan faktor dalam yang sangat berpengaruh terhadap proses perkecambahan biji adalah faktor genetik serta keadaan embrio dari biji tersebut. Embrio harus dalam keadaan baik dan sehat, sebab benih dengan keadaan tersebut akan menentukan proses pertumbuhan berikut dan sangat menentukan produksi yang akan dicapai (Sutopo, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, terlihat bahwa jumlah peningkatan perkecambahan berlangsung lambat pada larutan dengan pH basa. Sedangkan pertumbuhan maksimal terlihat pada larutan dengan pH netral. Untuk pertumbuhan tanaman, kacang hijau membutuhkan pH berkisar netral atau mendekati netral. Perkecambahan biji dipengaruhi oleh pH melalui dua cara yaitu (1) pengaruh langsung ion hydrogen dan (2) pengaruh tidak langsung, yaitu tidak tersedianya unsur tertentu dan adanya unsur yang beracun. Sebagian besar tanaman toleran terhadap pH yang ekstrim rendah atau tinggi. pH yang terlalu ekstrim akan menyebabkan kegiatan / aktivitas dalam biji terganggu, karena pH tersebut akan merusak enzim yang berperan pada proses perkecambahan yang terdapat pada biji (Sutopo, 2002). Dalam percobaan yang kami lakukan, kami menggunakan pH sebagai salah satu faktor pertumbuhan dan perkembangan tanaman. pH yang kami gunakan ada 3 variasi pH yaitu : pH netral (air), pH asam (air jeruk nipis), dan pH basa (air sabun). Dengan langkahlangkah percobaan yang kami sebutkan di atas, kami memperoleh hasil dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau yang kami amati selama 7 hari. Terlihat seperti tabel hasil pengamatan yang terlampir di atas, tanaman mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan paling optimal yaitu pada pH netral. Tanaman yang diberi perlakuan dengan pH air asam yaitu air jeruk nipis mengalami pertumbuhan dengan baik dan panjangnya hampir sama jika dibandingkan dengan pH netral. Dengan kata lain pH asam yang diberi larutan jeruk nipis juga dapat dikatakan pertumbuhan yang optimal. Hal ini dikarenakan larutan jeruk nipis berasal dari alam sehingga memungkinkan pertumbuhan dan



perkembangan tanaman tersebut bisa lebih subur dan hasilnya juga lebih optimal (Gardner dan Mitchell, 1991). Kemudian untuk tanaman yang diberi perlakuan dengan pH basa yaitu air sabun, tanaman tersebut awalnya mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan selama 1 hari yaitu dengan tumbuhnya sedikit akar, akan tetapi sampai pertumbuhan hari ke7 mengalami pertumbuhan yang sangat lambat dan kecambah kacang hijau tidak terlihat sehat. Kecambah kacang hijau yang direndam dengan larutan sabun memiliki cirri-ciri panjang tanaman paling pendek, warna akar dan batang kecoklatan dan daun yang tumbuh keriput. Hal ini dikarenakan tanaman dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,0 - 6,8. Dari hasil pengamatan di atas terlihat bahwa tanaman kacang hijau tersebut tidak cocok pada pH basa. Hal tersebut dikarenakan tanaman tidak tahan terhadap pH yang terlalu ekstrim yang mengakibatkan sistem perakaran tanaman terganggu. Faktor lingkungan berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman seperti suhu, kelembaban dan pH. Derajat keasaman (pH tanah) 6-7 merupakan derajat keasaman yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Elistianti dkk, 2012). Menurut Gardner dkk (1991), pH sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, pH yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kebanyakan adalah antara 5,6-6,0. Apabila pH lebih rendah dari 5,6, pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya unsur hara penting. Bila pH lebih rendah dari 4,0 dapat berdampak secara fisik yaitu merusak system perakaran, terutama akarakar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Berdasarkan pengukuran panjang kecambah kacang hijau, pada perlakuan pertama, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam larutan jeruk nipis dengan pH 3,0 selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 1cm, hari ke 2 menjadi 1,8 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,7 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 2,5 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 4,0 cm, hari ke-5 menjadi 4,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 5,2 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 6 cm. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 0,8 cm, sedangkan pada hari ke-2, panjang tanaman menjadi 1,5 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang



sebesar 0,7 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 2,2 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 3,8 cm, pada hari ke-5 menjadi 4,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,5 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 5 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 5,8 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 0,9 cm, hari ke-2 1,65 cm, hari ke-3 2,35 cm, hari ke-4 3,9 cm, hari ke-5 4,65 cm, hari ke-6 5,1 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 5,9 cm. Dalam hasil pengamatan pertumbuhan kecambah pada pH asam, kurang sesuai dengan teori menurut Gardner dkk, (1991), bahwa apabila pH lebih rendah dari 5,6, pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya unsur hara penting. Bila pH lebih rendah dari 4,0 dapat berdampak secara fisik yaitu merusak system perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hal ini juga kurang sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Kidd dan Proctor (2000), bahwa tanaman yang paling mampu bertahan dilingkungan asam cenderung memiliki tingkat pertumbuhan inheren lambat . Tanaman yang diberi perlakuan dengan pH air asam yaitu air jeruk nipis mengalami pertumbuhan dengan baik dan panjangnya hampir sama jika dibandingkan dengan pH netral. Hal ini sama dengan pernyataan sebelumnya, bahwa pertumbuhan kecambah kacang hijau baik pada larutan jeruk nipis dikarenakan larutan jeruk nipis berasal dari alam sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut bisa lebih subur dan hasilnya juga lebih optimal (Gardner dan Mitchell, 1991). Pada perlakuan kedua, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam larutan detergen 0,9% dengan pH 9 selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 0,5 cm, hari ke 2 menjadi 1,1 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,1 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 1,2 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 1,5 cm, hari ke-5 menjadi 1,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 2 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 2,2 cm. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari



ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 0,3 cm, sedangkan pada hari ke-2, panjang tanaman menjadi 0,8 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 1 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 1,2 cm, pada hari ke-5 menjadi 1,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,3 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 1,8 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,2 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 2 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah dengan perlakuan berupa pemberian larutan detergen, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 0,4 cm, hari ke-2 0,95 cm, hari ke-3 1,1cm, hari ke-4 1,35 cm, hari ke-5 1,65 cm, hari ke-6 1,9 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 2,1 cm. Pada pengamatan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada pH basa, menunjukkan terhambatnya pertumbuhan kecambah, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sebagian besar tanaman toleran terhadap pH yang ekstrim rendah atau tinggi. pH yang terlalu ekstrim akan menyebabkan kegiatan / aktivitas dalam biji terganggu, karena pH tersebut akan merusak enzim yang berperan pada proses perkecambahan yang terdapat pada biji (Sutopo, 2002). Hal itu juga sesuai dengan teori dari Kidd dan Protor, bahwa pH yang tinggi menyebabkan berkurangnya kemapuan tanaman untuk dapat tumbuh secara sempurna. Dari teori tersebut, maka hal ini selaras dengan pengamatan, bahwa pertumbuhan kecambah pada pH basa dengan menggunakan larutan detergen menghambat pertumbuhan kecambah, sehingga kecambah tumbuh jauh dibawah kecambah pada pH netral. Sedangkan pada perlakuan ketiga, yaitu kecambah tanaman kacang hijau yang direndam di dalam air PDAM dengan pH 7 selama 12 jam, pada sampel tanaman pertama mengalami pertambahan panjang. Pada hari ke 0, kecambah tanaman kacang hijau memiliki panjang 0 cm, pada hari ke 1 bertambah panjang menjadi 1,3 cm, hari ke 2 menjadi 2 cm. Selanjutnya, pada hari ke 3, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 1 cm, sehingga panjang kecambah pada hari ke 3 mencapai 3 cm, pada hari ke-4 bertambah panjang menjadi 3,8 cm, hari ke-5 menjadi 4,5 cm. Pada hari ke-6, kecambah bertambah panjang menjadi 5 cm, sedangkan pada hari ke-7 mengalami pertambahan panjang sebesar 1 cm sehingga panjang kecambah kacang hijau pada hari ke-7 sebesar 6 cm, sama dengan panjang kecambah pada sampel tanaman pertama pada nutrisi larutan jeruk nipis. Sedangkan pada sampel tanaman kedua, mengalami pertumbuhan panjang yang tidak jauh berbeda dengan



sampel tanaman pertama, antara lain, pada hari ke-0, panjang kecambah kacang hijau sebesar 0 cm, pada hari ke-1 mengalami pertambahan panjang sehingga didapati panjang tanaman menjadi 1,4 cm, sedangkan pada hari ke-2, panjang tanaman menjadi 2,3 cm. Pada hari ke-3, mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 3,2 cm, pada hari ke-4, panjang kecambah menjadi 4 cm, pada hari ke-5 menjadi 4,8 cm. Pada hari ke-6, kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 0,4 cm, sehingga panjang kecambah menjadi 5,2 cm, sedangkan pada hari ke-7 pengukuran panjang kecambah, didapati kecambah mengalami pertambahan panjang sebesar 1,2 cm, sehingga panjang akhirnya sebesar 6,4 cm. Dari data hasil pengamatan selama 7 hari berturut-turut pada dua sampel kecambah kacang merah, didapatkan rata-rata pertumbuhan panjang kecambah antara lain, pada hari ke-0 memiliki panjang 0 cm, hari ke-1 1,35 cm, hari ke-2 2,15 cm, hari ke-3 3,1 cm, hari ke-4 3,9 cm, hari ke-5 4,65 cm, hari ke-6 5,1 cm, sedangkan pada pengukuran akhir sebesar 6,2 cm. Pertumbuhan kecambah pada pH netral tumbuh secara normal, dengan pertambahan panjang yang normal pula. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa derajat keasaman (pH) 6-7 merupakan derajat keasaman yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Elistianti dkk, 2012). Menurut Gardner dkk (1991), pH sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, pH yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kebanyakan adalah antara 5,6-6,0. Selain itu, pada pengamatan ini sesuai dengan teori menurut Kidd dan Proctor (2000), bahwa kebanyakan tanaman akan tumbuh secara stabil pada lingkungan dengan pH netral. I. Kesimpulan 1. Pertumbuhan kecambah kacang hijau dengan diberi larutan jeruk nipis dengan pH 3 mengalami pertumbuhan yang baik dan panjangnya hampir sama jika dibandingkan dengan pH netral. Pertumbuhan kecambah kacang hijau baik pada larutan jeruk nipis dikarenakan larutan jeruk nipis berasal dari alam sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut bisa lebih subur dan hasilnya juga lebih optimal. 2. Pertumbuhan kacang hijau yang diberi larutan detergen 0,9% dengan pH 9 pertumbuhannya terhambat sehingga memiliki pertumbuhan panjang yang sangat lambat dan tidak terlihat sehat. Kecambah kacang hijau yang direndam dengan larutan sabun memiliki cirri-ciri panjang tanaman paling pendek, warna akar dan batang kecoklatan dan daun yang tumbuh keriput. 3. Pertumbuhan kecambah kacang hijau yang diberi air PDAM pada pH 7 tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan paling optimal. Pada pH netral, kecambah kacang hijau tumbuh dengan baik, subur, serta mengalami pertambahan panjang panjang secara stabil.



J. Saran Adapun saran yang bisa diberikan untuk pelaksanaan praktikum yaitu sebaiknya pada saat mengukur tinggi kecambah kacang hijau harus teliti agar tidak terjadi kesalahan data dan penyiraman tanaman harus dilakukan secara teratur.



DAFTAR PUSTAKA Elistianti, N., Susana, R., Rohayeti, Y. 2012. Effect of Concentration of Liquid Organic Fertilizer Made from Fermented Citrus Fruit Waste Production Red Spinach (Alternanthera Amoena Voss.). Pontianak : Fakultas Agrikultur Universitas Pontianak. Gardner, Pearce, dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hsu, K.H., C.J. Kim, and L.A. Wilson. 1983. Factors Affecting Water Uptake by Soybeans During Soaking. Cereal Chemistry. 60:208-211.



Kidd, P. dan Proctor, J. 2000. Why Plants Grow Poorly on Very acid Soils : are Ecologists Missing the Obvious. Journal of Experimental Botany. Vol 52 hal. 357.



Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



Washa, B. 2015. Potential of the Dark as a Factor Affecting Seed Germination. International Journal of Science and Technology. Volume 5 No.2.



Zainal, A. 2013. Perkecambahan dan Pertumbuhan Akar Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) di Bawah Pengaruh Medan Magnet . Lampung : Universitas Negeri Lampung



LAMPIRAN



Perendaman kacang hijau dalam larutan jeruk nipis



Perendaman kacang hijau dalam larutan detergent



Perendaman kacang hijau dalam air PDAM



Kecambah kacang hijau yang diberi larutan detergent 3 hari



Kecambah kacang hijau yang diberi air PDAM 7 hari



Kecambah kacang hijau yang diberi larutan jeruk nipis 3 hari



Kecambah kacang hijau yang diberi larutan detergent



Kecambah kacang hijau yang diberi air PDAM 3 hari



Kecambah kacang hijau yang diberi larutan jeruk nipis 7 hari