Pengendalian Waktu, Biaya Dan Mutu Pada Pekerjaan Banguan Gedung Konstruksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah SUMBER DAYA MANUSIA DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI “Pengendalian Waktu, Biaya dan Mutu Pada Pekerjaan Bangunan Gedung Industri Konstruksi”



Oleh Denny Alexander Immanuel Paat 19202109006



PASCA SARJANA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO



2020 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya makan kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pengendalian Waktu, Biaya dan Mutu Pada Pekerjaan Bangunan Gedung Industri Konstruksi”, yang menurut saya dapat memberi manfaat untuk menambah pengetahuan kita tentang manajemen proyek sehingga proyek dapat berjalan dengan lancar, mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan waktu yang efesien dan mendekati perencanaan awal serta evaluasi atau pengambilan langkah-langkah yang diperlukan pada saat pelaksanaan proyek.



Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.



Penyusun Denny Paat



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii



BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1 1.2 Batasan Masalah.............................................................................................................. 4 1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................... 4 1.4 Tujuan.............................................................................................................................. 5 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 6 2.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI................................ 6 2.1.1 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Proyek Konstruksi............................................. 8 2.1.2 Manfaat Pengendalian Proyek Konstruksi.............................................................. 11 2.2 PENGENDALIAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI............................................... 11 2.2.1 Manajemen Waktu Proyek...................................................................................... 12 2.2.2 Aspek-Aspek Manajemen Waktu Proyek............................................................... 13 2.3 PENGENDALIAN BIAYA PROYEK KONSTRUKSI................................................. 21 2.3.1 Konsep Nilai Hasil (EARNED VALUE)................................................................ 24 2.3.2 Metode Konsep Nilai Hasil ................................................................................... 27 2.4 PENGENDALIAN MUTU PROYEK KONSTRUKSI.................................................. 29 2.4.1 Metode Pengendalian Mutu ……………………………………………………...



30



2.4.2 Dokumen-dokumen Untuk Pengendalian Mutu………………………………….



31



2.4.3 Pengendalian Mutu Secara Langsung……………………………………………. 32 BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 34 3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 34 ii



3.2 Saran................................................................................................................................ 34 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 35



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi dituntut untuk memperhatikan kualitas



dan ketetapan untuk penyelesaian suatu proyek. Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi diperlukan suatu pengambilan keputusan yang tepat untuk menetukan sasaran yang akan dicapai sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi didasari dari proses proyek itu sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta tujuan menyelesaikan proyek tersebut dalam bentuk bangunan fisik secara efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya menyangkut aspek teknis pelaksanaan manajmen konstruksi itu sendiri dalam penyelenggaraannya. Proses proyek konstruksi dimulai dan diahiri dengan serah terima. Selama proses berlangsung, beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan proses, perlu diketahui. Aspek teknis yang umum dilakukan terdistribusi dalam: -



Perencanaan (Planning)



-



Pengorganisasian (Organizing)



-



Pelaksanaan/Penjadwalan (Scheduling)



-



Pengendalian (Controllig) Tujuan dari manajemen proyek konstruksi itu sendiri adalah untuk mendapatkan metode



atau cara teknis yang terbaik dalam pencapaian sasaran atau tujuan agar pemanfaatan sumbersumber daya yang terbatas akan diperoleh hasil yang maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja yang komprehensif.



1



Pembahasan makalah yang dibuat kali ini, akan lebih mendalami tentang “Pengendalian Proyek Konstruksi”. -



Pengendalian Biaya



-



Pengendalian Waktu



-



Pengendalian Mutu



MUTU



WAKTU



BIAYA Gambar 1.1



Ketiga variabel tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Kualitas Mutu berkaitan dengan Biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara umum menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama dengan spesifikasinya yang sama pula. Demikian dengan Waktu pelaksanaan, tinggi rendahnya mutu secara tidak langsung berkaitan dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang tinggi membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan menggunakan waktu yang lebih lama daripada waktu normal. Dari waktu yang lebih lama, maka secara otomatis akan menambah biaya pelaksanaan. Bentuk saling ketergantungan ini memberikan beberapa kebutuhan akan teknik untuk manajemen proses kontruksi. Manajemen konstruksi berlangsung seperti siklus yang berulang terus menerus terdiri dari perencanaan,pelaksanaan,evaluasi dan tindak lanjut. Dalam tahap perencanaan, suatu rencana dan standar dibuat untuk melaksanakan suatu proyek dengan batasan biaya ,jadwal dan mutu yang telah dianggarkan pada suatu proyek. Pada tahap pelaksanaan proyek perlu adanya pengawasan atau pengendalian pada suatu sektor agar tetap sesuai dengan standar. Pengendalian 2



merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk mementukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan ,merancang system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar , menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumberdaya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (soeharto 1997). Pada dasarnya dalam setiap proses pelaksanaan proyek, berhasil atau tidaknya proyek tersebut selalu berpatokan pada hal-hal sebagia berikut : 1. Biaya (Cost). perencana yang baik adalah perencana dimana dalam mengestimasi biaya proyek menghitung sampai sedetail-detailnya yang kecil sekalipun 2. Waktu (Time). Waktu selalu berhubungan dengan biaya, apabila pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang direncanakan akan memberikan keuntungan bagi pelakasanaan, namun apabila melebihi dari waktu yang direncanakan maka akan menambah biaya pekerjaan 3. Mutu (Quality). Mutu pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan yang diisyaratkan dalam spesifikasi teknik. 4. Keselamatan (Safety) Unsur ini sangat penting kerna menyangkut jiwa seseorang. Untuk itu setiap pekerjaan harus dilengkapai alat-alat pengaman yang disesuaikan dengan job masing-masing. Pengaturan waktu dan biaya memungkin untuk dilakukan upaya menghindari ketidakefisien pelaksanaan proyek, mencegah factor-faktor yang memperhambat pencapain tujuan dalam proyek dan mengambil keputusan atau tindakan yang diperlukan untuk 3



mengendalikan masalah yang dihadapai serta mampu menunjukkan hasil kinerja kegiatan dengan menggunakan metode konsep nilai hasil. Dengan konsep nilai hasil, kemajuan dari proyek dapat diukur dengan membandingkan rencana kerja yang telah disusun sejak awal proyek dengan realisasi pelaksanaan proyek. Selain itu, metode konsep nilai hasil dapat dikembangkan untuk membuat perkiraan atau proyeksi keadaan masa depan proyek misalnya dapatkah proyek diselesaikan sisa dana yang ada? , berapa besar perkiraan biaya untuk menyelesaiakn proyek?, Dan berapa besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek, bila kondisi masih seperti saat pelaporan. Dalam usaha menyukseskan suatu proyek khususnya pelaksanaan konstruksi dibutuhkan suatu teknik atau cara pengelolaan yang baik guna mempertinggi efisiensi produktifitas dan kulaitas kerja. Sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan tindakan pengawasan dan pengendalian disemua sector khususnya pengendalian biaya dan waktu



1.2



Batasan Masalah



Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permasalahan ini, maka penulis membatasi pembahasa pada Pengendalian Waktu, Biaya dan Mutu Pada Pekerjaan Bangunan Gedung Industri Konstruksi. 1.3



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah



sebagai berikut: 1.



Apa yang dimaksud dengan pengendalian waktu proyek konstruksi.?



2.



Apa yang dimaksud dengan pengendalaian biaya proyek konstruksi.?



3. Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu proyek konstruksi.?



4



1.4



  Tujuan Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah sebagai berikut:



1.



Untuk menjelaskan tentang pengendalian waktu proyek konstruksi.



2.



Untuk menjelaskan tentang pengendalian biaya proyek konstruksi.



3.



Untuk menjelaskan tentang pengendalian mutu proyek konstruksi.



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 



PENGERTIAN PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek. Pengendalian proyek



dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performan yang ditetapkan dalam rencana. Ada beberapa perbedaan antara perencanaan dan pengendalian, yaitu: Perencanaan berkonsentrasi pada penetapan arah dan tujuan, pengalokasian sumber daya, pengantisipasian masalah, pemberian motivasi kepada partisipan untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada pengendalian pekerjaan ke arah tujuan, penggunaan sumber daya secara efektif, perbaikan atau koreksi, pemberian imbalan pencapaian tujuan. Dalam pelaksanaan proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera diselesaikan dengan baik. Pengawasan (supervising) adalah suatu proses pengevaluasian atau perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek. Pengendalian (controlling) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka setidaknya ada tiga langkah dalam proses pengendalian, antara lain: 1. Menentukan standar perfomansi misalnya spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal atau kebutuhan sumber daya. 2. Membandingkan performan aktual dengan performan standar. 6



3. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyebab terjadinya perbedaan performansi aktual terhadap performansi standar. Pengendalian proyek sendiri merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar



yang



membandingkan



sesuai dengan pelaksanaan



sasaran



perencanaan, merancang sistem informasi,



dengan standar



menganalisis



kemungkinan adanya



penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, kemudian mengambil tindakan pembentulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi pada umumnya dibutuhkan suatu sistem pengendalian biaya, mutu waktu yang mana sistem pengendalian ini bertujuan agar proyek pelaksanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan biaya, mutu, dan waktu yang direncanakan. Agar suatu sistem pengendalian berjalan dengan efektif maka diperlukan unsur-unsur sebagai berikut : (soeharto hal.285-286) : 1. Tolak ukur yang nyata : bagi pengendalian proyek, tolak ukurnya adalah anggaran.sedangkan untuk jadwal, salah satu tolak ukur yang paling penting adalah milestone yang tidak realistis akan menyulitkan analisis hasil pengukuran dan menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak tepat. 2. Perangkat yang dapat memproses dengan cepat dan tepat : memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan menjadi indikator-indikator yang dapat dipakai sebagai dasar keputusan. 3. Perkiraan yang akurat : meliputi berbagai perkiraan (forecast) biaya dan jadwal kegiatan, seperti biaya dan jadwal



7



untuk pekerjaan tersisa sampai akhir



penyelesaian proyek, evaluasi trend (kecenderungan) bilamana keadaan tidak mengalami perubahan dan lain-lain. 4. Rencana tindakan (action plan) : tindakan ini diambil untuk mncegah pengeluaran biaya yang melebihi anggaran (cost overrun) dan keterlambatan (schedule delay), bila tanda-tanda akan terjadinya hal demikian telah terlihat.



2.1.1



Tujuan Dan Fungsi Pengendalian Proyek Konstruksi Tujuan dari pengendalian proyek adalah usaha untuk meminimalkan penyiimpangan agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu juga juga telah disebutkan dan dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi dari pengendalian sendiri adalah untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu jadwal/waktu, biaya dan mutu. Definisi Pengendalian (Control) menurut R.J. Mockler (1972) adalah usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Pengendalian proyek bertujuan untuk memberikan garansi bahwa desain,anggaran biaya, jadwal, dan seluruh spesifikasi teknis proyek (mutu) dapat dipenuhi oleh tim proyek, yang sudah tertulis dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat). Sehingga jika pelaksanaan proyek mulai menyimpang dari tujuan, sistem pengendali akan mengidentifikasi penyimpangan dan dikoreksi.



biaya Pengendalian Proyek 8 mutu waktu



Gambar 2.1.1 Gambar hubungan Pengendalian Proyek, Biaya, Mutu, Waktu (triple contrain) Pengendalian Proyek dilaksanakan secara umum dalam pencapaian tujuan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 



Pengendalian besarnya Biaya (Anggaran) yang dialokasikan







Pengendalian Waktu yang harus dipenuhi







Pengendalian Mutu yang harus dipenuhi Ketiganya sering disebut dengan tiga kendala (triple contrain) ketiganya



merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek, bersifat saling tarik menarik, dan tidak dapat dipisahkan dalam proyek konstruksi, biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan dan mutu. Ilustrasi dari  triple contrain diagram : 



Jika biaya proyek berkurang (atau dikurangi) sementara waktu pelaksanaan direncanakan tetap, maka secara otomatis anggaran belanja material akan dikurangi dan mutu pekerjaan akan berkurang –> Secara umum proyek Rugi!







Jika waktu pelaksanaan mundur/ terlambat, sementara tidak ada rencana penambahan anggaran, maka mutu pekerjaan juga akan berkurang –> Secara umum proyek Rugi!







Jika mutu ingin dijaga, sementara waktu pelaksanaan mundur/terlambat, maka akan terjadi peningkatan anggaran belanja –> Secara umum proyek juga Rugi! Inti dari 3 komponen proyek konstruksi tersebut adalah bagaimana



menjadwal dan mengendalikan pelaksanaan proyek agar berjalan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan, selesai tepat pada waktunya, sehingga tidak terjadi pengurangan mutu pekerjaan atau penambahan anggaran belanja.



9



Manajer Proyek bertanggung jawab atas pengendaliaan keseluruhan proyek. Pada proyek besar dengan kelompok menejmen purna waktu, dia dapat dibantu surveyor kuantitas untuk pengendaliaan keuangan, dan seorang administrasi untuk kemajuan lapangan dan pengendalian mutu, selama tahap konstruksi, kontraktor bertanggung jawab menyiapkan rencana kerja rinci yang memenuhi persyaratan kontrak. Manajer Proyek harus menetapkan kelayakan jadwal kontraktor, terutama berkaitan dengan sumber daya. kumpulkan fakta dan data



analisis data dan presentasi ke laporan



ambil langkah koreksi dan rencana baru



perkiraakan hasil yang mungkin dari arah proyek saan ini



Gambar 2.1.2 Daur Pengendalian (A.D Austen dan R.H. Neale, 1984)



2.1.2



Manfaat Pengendalian Proyek Konstruksi Manfaat pelaksanaan



adalah



pengendalian untuk



dapat



pada



waktu



mengurangi



proyek



terjadinya



dalam



penyimpangan-



penyimpangan yang tidak diinginkan (Wulfram I.E. 2004: 2) seperti : 1. Terjadinya keterlambat pelaksanaan 2. Terjadinya penyimpangan mutu 3. Terjadinya pembengkakan biaya



10



tahap



2.2



PENGENDALIAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI Pengendalian Waktu atau bisa kita sebut dengan penjadwalan merupakan alat yang



diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek dengan beberapa kegiatan, tahap pelaksanaan umumnyadapat dibayangkan sehingga penjadwalan tidak begitu mutlak dilakukan. Akan tetapi berbeda masalahnya pada proyek berskala besar dimana selain jumlah kegiatan yang sangat banyak dan rumitnya ketergantungan antar kegiatan tidak mungkin lagi diolah dalam pikirran. Penjadwalan dan pengontrolan menjadi rumit, jadi sangatlah penting agar kegiatan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting), walaupun perlu disadari bahwa perubhan-perubahan dapat saja terjadi dimasa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri. Penjadwalan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalanpersoalan, menguji jalur-jalur yang logis, menyusun berbagai macam tugas yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan macam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. Mengenai adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk membuat jadwal yang cukup efektif yaitu: 1. Secara teknis jadwal tersebut dapat dipertanggung jawabkan. 2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat dimana perkiraan waktu, sumber daya,



serta biaya dibandingkan dengan kegiatan pada proyek sebelumnya.



3. Sesui dengan sumber daya yang tersedia 4. Sesui dengan penjadwalan proyek lain, yang mempergunakan sumber daya yang sama. 5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahab, misalnya perubahan spesifikasi proyek. 6. Mendetail dipakai sebagai alat pengukur hasil yang di capai dan pengendalian kemajuan proyek. 7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.



11



2.2.1



Manajemen Waktu Proyek Manajemen waktu proyek mencakup segala proses yang diperlukan untuk memastikan



proyek



selesai



tepat



pada



waktunya.



Sistem



manajemen



waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien (Clough dan Sears,1991). Sumber daya dalam proyek konstruksi biasa disebut dengan istilah 5 M, yang terdiri dari: 1.      Men (manusia) 2.      Material  (bahan-bahan untuk pengerjaan konstruksi) 3.      Machines (mesin/peralatan) 4.      Money (uang) 5.      Methods (method/cara/teknologi) Walaupun dalam manajemen waktu seluruh pekerjaan telah dipelajari dan dianalisa secara mendalam, tidak ada rencana yang sempurna. Tidak satu pun perencana mampu mengantisipasi setiap hal mengenai pekerjaan yang mungkin akan terjadi saat konstruksi berlangsung, ada banyak hal yang akan menjadi kendala penerapan manajemen waktu. Dalam



pelaksanaan



suatu



proyek



banyak



masalah



yang



tidak



diperhitungkan sebelumnya dapat muncul setiap hari. Cuaca buruk, keterlambatan pengiriman material, konflik dengan pekerja, kerusakan peralatan, kecelakaan kerja, perubahan urutan kerja, dan berbagai macam kejadian lainnya dapat menggangu rencana dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi mengenai performance pekerjaan di lapangan apakah telah sesuai atau tidak dengan rencana. Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan 12



manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk membangun deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.



2.2.2



Aspek-aspek Manajemen Waktu Proyek Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu proyek yaitu perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, penjadwalan digunakan untuk mengotrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan proyek dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditumbukan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clogh dan Scars, 1991). Sedang aspek-aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya.



13



Gambar 2.1 Sistem Manajemen Waktu Sumber: Clough dan Scars (1991) Jarang ditemui suatu keadaan dimana suatu jadwal rencana dapat tepat dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai kondisi demikian dibutuhkan suatu perencanaan yang cermat dan didukung factor eksternal agar hal tersebut dapat tercapai. Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian (schedule)



dilanjutkan



dengan



penyesuaian



urutan



kegiatan



disebut



dengan updating (Ervianto, 2002). Walaupun menghadapi keadaan yang terus mengalami perubahan, target waktu yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 diulang secara teratur selama proyek berlangsung.



1. Menyusun Jadwal (Planning) Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta durasi proyek dan progress waktu untuk menyelesaikan proyek. dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih rinci hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan 14



masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek sehingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2008). Proses penyusunan jadwal tidak hanya berlangsung sebelum pekerjaan dimulai,



namun



tetap



berlanjut



selama



pekerjaan



berlangsung. Project Management Institute (1996) mengindentifikasikan proses yang berlangsung sebelum dan selama pekerjaan berlangsung sebagai berikut: 1. Identifikasi Kegiatan (Activity Definition) Agar sebuah proyek yang kompleks mudah dikendalikan, maka perlu untuk



diuraikan



dalam



bentuk



komponen-komponen



individual



dalam



struktur hirarki, yang dikenal dengan Work Breakdown Structure (WBS). Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan dengannya. Struktur dalam WBS mendefinisikan tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara



terpisah



dari



tugas-tugas



lain,



memudahkan



alokasi



sumber



daya, penyerahan tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian proyek. Pembagian tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil tersebut dengan harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dan diestimasi lama waktunya. Melakukan rincian sebuah proyek ke dalam bagian-bagian komponen yang lebih kecil akan memudahkan pembagian alokasi sumber daya dan pemberiantanggung jawab individual. Perlu kiranya memberi perhatian pada penggunaan detail level yang sangat tinggi akan menyerupai hasil dan manajemen mikro. Sedangkan kondisi ekstrim kebalikannya, tugas-tugas mungkin akan menjadi demikian lebar untuk bisa diatur secara efektif. Hasil dari WBS berupa daftar kegiatan.



15



Gambar 2.2 Work Breakdown Structure



2. Penyusunan Urutan Kegiatan (Activity Sequencing) Setelah diuraikan menjadi komponen-komponennya, lingkup proyek disusun



kembali



menjadi



ketergantungan. Tujuan



dari



urutan



kegiatan



penyusunan



urutan



sesuai kegiatan



dengan adalah



logika untuk



mengetahui bagaimana meletakkan kegiatan ditempat yang benar, apakah harus bersamaan (paralel), setelah pekerjaan yang lain selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai (sequental). Pada penyusunan urutan kegiatan ketergantungan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Mandatory



dependencies,



atau



juga



disebut hard



logic,



adalah



ketergantungan alami yang ada pada proyek, biasanya melibatkan keterbatasan fisik kegiatan yang dikerjakan. Misalnya, pekerjaan atap tidak bisa dikerjakan sebelum pekerjaan pondasi selesai. 16



b) Discretionary dependencies, atau juga disebut soft logic, adalah ketergantungan yang ditetapkan oleh tim manajemen berdasarkan best pratice pada kegiatan tertentu. c) External dependencies, adalah ketergantungan yang melibatkan hubungan kegiatan proyek dengan yang bukan merupakan kegiatan proyek, misalnya pemancangan tiang pancang baru bisa dilakukan setelah tiang pancang tiba di lokasi proyek. 3.  Perkiraan Kurun Waktu Proyek (Duration Estimating) Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen kegiatan diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, juga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. durasi suatu aktivitas adalah panjangnya waktu pekerjaan mulai dari awal hingga akhir. Dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan, kontraktor harus menyusun time schedule yang akan dipakai sebagai acuan dalam mengerjakan proyek. Ada 2 pendekatan dalam menentukan durasi aktivitas, yaitu: a) Pendekatan teknik, meliputi pemeriksaan persediaan sumber daya,mencatat produktivitas sumber daya, memeriksa kuantitas pekerjaan dan kemudian menentukan durasi. b) Pendekatan praktek, meliputi pengalaman dan penilaian ahli (expert judgement). 4.  Penyusunan Jadwal (Schedule Development) Penyusunan jadwal berarti menentukan waktu mulai dan berakhirnya seluruh kegiatan pada suatu proyek. Apabila waktu mulai dan berakhirnya tidak realistis kemungkinan besar proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal. Untuk dapat menyusun jadwal yang akurat diperlukan berbagai macam



masukan



seperti;



diagram



jaringan



kerja,



perkiraan



durasi



pekerjaan,kebutuhan sumber daya, ketersediaan sumberdaya, kalender, batasan (tenggang waktu dan milestone), asumsi dan leads and lags. 17



Gambar 2.3 Proses Pembuatan Jadwal Sumber: PMBOK (1996) Analisis matematika adalah teknik yang umumnya digunakan dalam menyusun jadwal. Metoda yang digunakan dalam menyusun jadwal antara lain: a.    Critical Path Method (CPM) CPM (Critical Path Method) adalah teknik manajemen proyek yang menggunakan hanya satu faktor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur ini tidak diberikan waktu jeda/istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara logis sudah benar. Jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang bila terlambat akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek. Dalam CPM aktivitas disimbolkan dengan panah sehingga CPM disebut juga activity on arror (AOA), pada gambar 1.4, jalur kritis disimbolkan dengan panah ganda.



18



Gambar 2.4 Jaringan Kerja CPM Sumber: Ervianto (2004) b.    Program Evaluation and Review Technique (PERT) PERT merupakan teknik estimasi yang menggunakan metode statistik. Teknik ini berbasis pada peristiwa (event oriented) untuk setiap aktivitas. Untuk setiap aktivitas dievaluasi waktu penyelesaian yang paling cepat (optimistis), paling lama (pesimistis) dan yang paling realistisnya. Dari datadata ini, kemudian dihitung distribusi rata-ratanya, dan dianggap sebagai nilai akhir yang paling memungkinkan. Dengan menggunakan teknik PERT maka estimasi akan lebih realistis karena mendasarkan perhitungan pada teori peluang dan variasinya. c.    Precendence Diagramming Method  (PDM)



Gambar 2.5 Diagram PDM Sumber: Soeharto (1995)



19



Metode perancangan jaringan kerja ini menggunakan node untuk mewakili suatu kegiatan, kemudian menghubungkannya dengan panah untuk menunjukkan ketergantungannya. Terdapat empat ketergantungan dalam PDM yaitu: finishtostart (FS); aktivitas B dapat dimulai ketika aktivitas A selesai,start tostart (SS); aktivitas B dapat dimulai apabila aktivitas A dimulai, finih-to-finish(FF); aktivitas B tidak dapat diakhiri apabila aktivitas A belum berakhir, dan start-to-finish (SF); aktivitas B tidak dapat diakhiri selama aktivitas A belum dimulai. d.    Duration Compression Duration Compression adalah analisis matematika khusus yang mencari jalan untuk memperpendek jadwal tanpa mengubah scope pekerjaan. Metode yang digunakan antara lain crashing dan fast tracking. Output dari proses penyusunan jadwal ini dapat berupa: 1. Bagan Balok (Gantt Chart) Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L Gantt pada tahun 1917. Bagan balok disusun dengan maksud untuk mengindentifikasi unsur-unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan.



Gambar 2.6 Gantt Chart 20



Sumber: Husen (2008) Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun pada arah vertikal dan horizontal. Pada sumbu horizontal, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu vertikal, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.             2. Project Network Diagram Diagram jaringan kerja adalah output yang dihasilkan oleh metode-metode jaringan kerja seperti CPM, PERT dan PDM.             3. Milestones Chart Milestone adalah event yang mendapat perhatian khusus dalam suatu proyek, milestone biasanya ditempatkan sebelum akhir suatu kegiatan agar corrective action masih dapat dilakukan saat terjadi masalah. Milestone chart dapat digunakan sebagai alat kontrol kemajuan proyek terutama pada jaringan kerja. 5. Pengendalian Jadwal (Schedule Control) Pengendalian waktu proyek (schedule control) merupakan salah satu bagian dari pengendalian proyek (project controlling) yang bertujuan bagaimana menjaga proyek tersebut agar selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Manajemen pengendalian waktu proyek harus meliputi semua Proses yang diperlukan untuk menjamin ketepatan waktu penyelesaian proyek tersebut. Selama proses pengendalian ini, dilakukan pengukuran serta monitoring secara rutin terhadap apa yang telah dicapai selama pelaksanaan pekerjaan, kemudian hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan rencana semula, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan terhadap tujuan atau tidak.



21



2.3



PENGENDALIAN BIAYA PROYEK KONSTRUKSI Tujuan Pengendalian biaya proyek pembangunan adalah pengendalian aktif atas biaya



akhir bagi klien. Denga sekedar pencatatan aktif atas biaya akhir klien,biaya proyek pada proyek konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Biaya langsung (Direct Cost) adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya bahan /material, biaya pekerja /upah dan biaya peralatan (equipment). Biaya tak langsung (Indirect Cost) adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha et al., 1986). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah biaya overhead, biaya tak terduga (contigencies), keuntungan /profit, pajak dan lainnya. Hubungan biaya langsung dan biaya tak langsung terhadap waktu memiliki kecendrungan bertolak belakang. Jika waktu pelaksanaan proyek dipercepat akan mengakibatkan peningkatan biaya langsung tetapi pada biaya tidak langsung terjadi penurunan. Anggaran yang cermat penting untuk pengendalian proyek yang efektif, juga konsisten dengan tujuan proyek, fungsi yang diminta serta standar mutu. Kepuasan biaya investasi proyek diambil hanya setelah disusun taksiran biaya yang handal. Anggaran proyek harus sesuai dengan rencana akunting.



Anggaran Proyek (A.D Austen dan R.H. Neale, 1984) Gambar 2.6



22



Pengendalian biaya diperlukan untuk menjaga kesesuain antara perencanaan dan pelaksanaan. Pengendalian bertujuan untuk menjamin biaya proyek tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya. Peluang terbesar untuk menekan biaya akhir proyek adalah pada tahap studi kelayakan dan perencanaan. Hal yang diperlukan untuk mengontrol pengendalian biaya adalah rencana anggaran pelaksanaan yang menyangkut mutu, volume, dan harga satuan pekerjaan yang didapatkan. Informasi yang dibutuhkan kontraktor agar pengendalian tersebut dapat tercapai sasaran yang efisien dan efektif yaitu : 1. Biaya proyek yang digunakan sesuai dengan hasil bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya ), dimana hal itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang akan dikerjakan. 2. Memperkirakan biaya yang akan datang sesuai rencana atau melebihi rencana. Adalah sangat penting menyadari kecenderungan yang akan terjadi sedini mungkin sendiri, tahap atau hal yang akan mempengaruhi biaya. Ketika biaya dengan pasti berbeda, biasa sangat terlambat disadari. Rahasia dari suatu pengendalian yang nyata adalah dapat menentukan kecenderungan –kecenderungan yang akan dapat secepat mungkin begitu hal tersebut mulai terjadi dan dapat mengatasinya. Dengan demikian manajemen proyek perlu dapat meramalkan biaya akhir dari bagian proyek atau keseluruhan proyek. 3. Hal ini perlu diperhatikan tentang biaya adalah hubungannya dengan waktu pelaksanaan. Umumnya percepatan pekerjaan dalam penyediaan bahan mengurangi biaya pelaksanaan. Apakah diperlukan pelaksanaan yang lebih cepat dan beberapa besar pengaruhnya terhadap biaya. Manfaat apa yang akan didapat dengan mempercepat waktu, maka



23



manajemen proyek sangat perlu mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang pengaruh ini. Adapun teknik pengendalian yang lebih rinci dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan target atau standar waktu untuk suatu bagian pekerjaan yang harus diselesaikan dengan kontrol tertentu . 2. Apabila suatu bagian lengkap pekerjaan yang ditargetkan telah dilaksanakan, dibandingkan prestasi aktualnya dengan target. 3. Berikan penilaian, lakukan evakuasi dan tetapkan pengaruh prestasi yang sekarang terhadap prospek penghasilan dimasa mendatang. 4. Jika diperlukan, rencanakan ulang sehingga target semula dapat dicapai atau dapat didekati . 5. Mintakan tindak lanjut yang sesuai dari para penanggung jawab langsung atas berbagai kegiatan yang dimaksudkan . 2.3.1



Konsep Nilai Hasil (EARNED VALUE) Earned Value (Konsep Nilai Hasil) muncul sebagai spesialisasi analisis keuangan di Amerika Serikat program Pemerintah pada 1960-an, tetapi sejak itu telah menjadi cabang penting dari manajemen proyek dan rekayasa biaya. Manajemen proyek penelitian menyelidiki analisa nilai hasil kontribusi terhadap keberhasilan proyek menunjukkan hubungan yang positif cukup kuat. Implementasi analisa nilai hasil dapat ditingkatkan agar sesuai proyek dari semua ukuran



dan



kompleksitas.



Asal-usul dari konsep nilai hasil adalah terjadi di industri manufaktur 24



pada pergantian abad ke-20, sebagian besar didasarkan pada prinsip "berjangka" dipopulerkan oleh Frank dan Lillian Gilbreth, tapi konsep berakar di Amerika Serikat Departemen Pertahanan pada tahun 1960. Konsep asli disebut PERT / BIAYA, tapi itu dianggap terlalu berat (tidak terlalu mudah beradaptasi) oleh kontraktor yang menggunakannya, dan banyak variasi mulai berkembang baik di antara berbagai program pengadaan. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, analisa nilai hasil muncul sebagai metodologi manajemen proyek untuk dikembangkan dan digunakan oleh para manajer dan eksekutif. Penggunaan metode nilai hasil cepat berkembang di luar Departemen Pertahanan AS. Hal ini diadopsi oleh National Aeronautics and Space Administration, Amerika Serikat Departemen Energi dan instansi terkait teknologi lainnya. Banyak negara-negara industri juga mulai memanfaatkan metode nilai hasil dalam pengadaan program mereka sendiri. Suatu ikhtisar nilai hasil termasuk dalam Panduan PMBOK pertama pada tahun 1987 dan diperluas dalam edisi berikutnya. Industri konstruksi adalah pengguna komersial awal metode nilai hasil.Pada tahun 1999, Asosiasi Manajemen Kinerja bergabung dengan Lembaga Manajemen Proyek (PMI) untuk menjadi perguruan tinggi pertama PMI, Sekolah Tinggi Manajemen Kinerja. Amerika Serikat Kantor Manajemen dan Anggaran mulai mandat penggunaan metode nilai hasil di semua instansi pemerintah, dan, untuk pertama kalinya, untuk proyek-proyek yang dikelola secara internal tertentu (bukan hanya untuk kontraktor).Metode nilai hasil juga mendapat perhatian yang lebih besar oleh perusahaan-perusahaan publik



25



yang diperdagangkan sebagai tanggapan terhadap Sarbanes-Oxley Act tahun 2002. 2.3.1.1



Kekurangan dari Konsep Nilai hasil (Earned Value) Metode nilai hasil (Earned Value) tidak memiliki ketentuan untuk mengukur kualitas proyek, sehingga mungkin bagi metode ini



untuk



menunjukkan sebuah proyek di bawah anggaran, lebih cepat dari jadwal dan ruang lingkup dilaksanakan sepenuhnya, tetapi masih memiliki hasil yang kurang memuaskan akhirnya tidak berhasil. Dengan kata lain, Metode ini hanya salah satu alat dalam toolbox manajer proyek. Karena Metode nilai hasil memerlukan kuantifikasi suatu rencana proyek, seringkali dianggap tidak berlaku untuk proyek perangkat lunak penemuan-driven atau Agile pembangunan. Sebagai contoh, mungkin akan mustahil untuk merencanakan proyek-proyek penelitian tertentu. Dan kelemahan metode konsep Nilai Hasil adalah tidak dapat membuat perkiraan pencapaian sasaran tanpa menggunakan 3 indikator, yaitu ACWP,BCWP dan BCWS Suatu pengendalian proyek yang efektif memerlukan teknik dan metode. Dalam pengendalian biaya, mutu dan waktu dalam pelaksanaannya saling terikat satu sama lainnya. Misalnya: pada suatu pekerjaan berlangsung lebih cepat dari jadwal yang direncanakan, belum tentu hal ini merupakan tanda yang menggembirakan, sebab ada kemungkinan biaya yang digunakan untuk melaksanakan



pekerjaan



tersebut



melebihi



anggaran.



Ini



menunjukkan



penggunaan biaya yang tidak efisien dan berarti kinerja pekerjaan berada dibawah



26



standar yang ditentukan dan berakibat tidak terselesaikan karena kehabisan biaya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal



demikian maka dalam



kegiatan pengendalian proyek diperlukan pemantaun dan analisis kinerja pekerjaan pada saat pelaporan. Teknik dan metode pengendalian biaya serta jadwal proyek yang cepat mengungkapkan terjadinya penyimpangan



adalah metode konsep nilai hasil



(earned value concept).



2.3.2



Metode Konsep Nilai Hasil Metode konsep nilai hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan atau dilaksanakn (budgeted cost of work performed) Sebelumnya telah diuraikan angka-angka yang dihasilkan analisis varians menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwalnya. Kegiatan yang sedang dilakukan, seperti walaupun suatu kegiatan tertentu pada saat pelaporan dinyatakan memiliki kemajuan yang melampui jadwal yang direncanakan, tetapi belum tentu kegiatan tersebut sesuai dengan anggaran yang alokasi untuknya. Bila kegiatan tersebut dikerjakan tidak efisien ,sehingga biaya perunit nya melebihi anggaran maka pada saat kegiatan



27



tersebut dapat terhenti



karena kekurangan biaya meskipun pada mulanya



kemajuan lebih cepat dari jadwal. Asumsi yang digunakan dalam konsep nilai hasil adalah kecenderungan yang ada dan terungkap pada saat pelaporan akan terus berlangsung. Keterangan yang memberitahukan proyeksi masa depan penyelenggaraan proyek merupakan masukan yang sangat berarti bagi pengelola maupun pemilik, karena dengan demikian mereka memiliki cukup waktu untuk memikirkan cara-cara menghadapi segala persoalan dimasa akan datang. Untuk lebih jelas tentang bagaimana konsep nilai hasil dalam menganalisis kinerja dan membuat prakiraan pencapaian sasaran ada 3 indikator yang digunakan 3 hal 270: a. Analisa Biaya Anggaran Realisasi Pekerjaan (ACWP / actual cost of work performed) b. Analisa Biaya Anggaran yang dilaksanakan (BCWP/ budgeted cost of work performed) c. Analisa Biaya Anggaran yang Dijadwalkan (BCWS / budgeted cost of work schedule) a. Analisa Biaya Anggaran Realisasi Pekerjaan (ACWP / actual cost of work performed) Adalah jumlah biaya yang sesungguhnya terpakai untuk pekerjaan yang telah terlaksana dalam kurun waktu tertentu atau jumlah biaya actual dari pekerjaan yang telah terlaksana.Biaya diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal pelaporan yaitu catatan segala pengeluaran biaya 28



actual dari paket atau kode akuntansi termaksud perhitungan overhead dan lainlain. Jadi ACWP merupakan jumlah actual dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu. Atau bisa juga dikatakan dengan ACWP sebagai pengeluaran. b. Analisa Biaya Anggaran yang dilaksanakan BCWP (budgeted cost of work performed) Adalah jumlah bagian anggaran yang senilai dengan pekerjaan yang telah terlaksana. Bila angka ACWP dibandingkan dengan BCWP, akan terlihat perbandingan antara biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud tersebut. Ini sama dengan anggaran untuk suatu paket pekerjaan tetapi



disusun dan



dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Jadi akan terjadi perpaduan antara biaya,jadwal,dan lingkup kerja dimana setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan. c. Analisa Biaya Anggaran yang Dijadwalkan BCWS (budgeted cost of work schedule) Adalah anggaran untuk menyelesaiakan pekerjaan yang telah direncankan. Angka ini menunjukkan anggaran untuk suatu paket pekerjaan,tetapi disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Disini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal, dan lingkup kerja , diaman pada setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan menggunakan 3 indikator diatas, dapat dihitung berbagai factor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek seperti :



29



1. Variansi biaya (CV) , jadwal (SV), dan anggaran (BV) terpadu 2. Memantau perubahan variansi terhadap angka standar 3. Indeks produktifitas dan kinerja 4. Perkiraan biaya dan pelaksanaan proyek.



2.4



PENGENDALIAN MUTU PROYEK KONSTRUKSI Pengendalian mutu proyek dapat dikerjakan oleh sebuah tim yang dikepalai oleh seorang



manager. Sebelum proyek dimulai, tim hendaknya sudah dibentuk dan dilakukan penunjukan untuk mengepalai tim. Orang yang ditunjuk untuk menjadi manager harus disetujui oleh pemberi proyek. Manager pengendalian mutu ini nantinya akan melaporkan pekerjaan-pekerjaannya secara langsung kepada manager proyek. Pengendalian mutu dalam sebuah proyek terdiri dari tiga langkah utama yakni perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas. 1. Pada langkah perencanaan mutu dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen, kemudian dibuatlah rancangan proyek yang sesuai kebutuhan konsumen dan rancangan proses pembuatan proyek sesuai dengan rancangan proyek. 2. Pada langkah pengendalian mutu, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus diperhatikan, mengembangkan metode pengukuran mutu, mengembangkan standar, dan mengembangkan alat pengendalian mutu. 3. Pada langkah peningkatan kualitas, dilakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi standar dan kondisi aktual di lapangan. Tindakan ini bisa berupa penyesuaian ataupun perbaikan. Pengendalian mutu sebaiknya juga memiliki pedoman teknis pengendalian mutu yang disusun dengan cermat dan tentunya disepakati bersama. Adapun pedoman teknis pengendalian mutu ini berisi latar belakang dan pengertian pengendalian mutu dalam proyek, prosedur pengendalian mutu, strategi pengendalian mutu, sasaran pengendalian mutu, metodologi yang digunakan, tahapan pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja. Pedoman teknis pengendalian mutu 30



ini dapat dilengkapi pula dengan bagan atau skema alur pengendalian mutu dan alur pelaporan pengendalian mutu. 2.4.1



Metode Pengendalian Mutu Berhasil atau gagalnya sebuah proyek sangat bergantung pada peran pengendalian dan pengawasan. Sebuah proyek yang sedang berjalan pasti akan mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rencana yang sudah ditetapkan. Disinilah dibutuhkan campur tangan pengendalian dan pengawasan proyek. Ada pun metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan mutu suatu proyek bisa disesuaikan dengan jenis proyek dan kualitas yang diinginkan. Secara umum, ada 3 metode yang sering dipakai dalam pengendalian mutu suatu proyek. 1. Pemeriksaan dan Pengkajian Pemeriksaan dan pengkajian dilakukan terhadap gambar konstruksi proyek, rancangan pembelian peralatan dan perlengkapan, model proyek, dan perhitungan desain. 2. Inspeksi dan Pemeriksaan Peralatan Melakukan pemeriksaan dan melakukan uji coba untuk memastikan peralatanperalatan yang digunakan dalam proyek bisa berfungsi dengan baik. Pemeriksaan bisa dilakukan saat peralatan baru saja diterima dari hasil pembelian. Pemeriksaan juga perlu dilakukan ketika instalasi peralatan sedang dikerjakan dan setelah instalasi selesai. 3. Melakukan Pengujian Dengan Sampling Pengujian dengan sampling dapat dilakukan untuk memastikan kualitas material sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian dengan sampling perlu dilakukan dengan berpegang pada beberapa prinsip yakni tepat waktu, efektif dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian sampling harus dilakukan tepat waktu supaya hasilnya bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk memberikan masukan-masukan bagi 31



perbaikan kualitas proyek, khususnya pada bagian-bagian yang belum menyelesaikan pekerjaannya pada tahapan tertentu. Pengujian sampling harus dikerjakan dengan efektif dan efisien baik dari metode maupun instrumen yang digunakan supaya bisa mencapai titik-titik penting yang dapat memberikan gambaran umum pencapaian pelaksanaan proyek. Pengujian sampling tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan secara jujur dan objektif, karena itu harus jelas pula metode yang digunakan, titik uji sampling yang diambil dan sasaran uji sampling. 2.4.2



Dokumen-dokumen Untuk Pengendalian Mutu Dalam melaksanakan pekerjaan pengendalian mutu proyek dibutuhkan beberapa dokumen penting. Dokumen-dokumen ini menjadi acuan pengerjaan proyek sehingga pelaksanaan proyek dan hasil akhirnya sesuai dengan perencanaan. Adapun dokumen-dokumen tersebut meliputi: 1. Spesifikasi teknis Spesifikasi Teknik berisikan uraian yang disusun dengan lengkap dan jelas mengenai suatu proyek yang hendak dikerjakan sehingga bisa mencapai harapan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 2. Gambar kerja Gambar Kerja adalah gambar acuan yang dipakai untuk mewujudkan ide rancangan ke dalam bentuk fisik. Oleh karena itulah, setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus bisa memahami gambar kerja yang telah dibuat. Gambar kerja yang benar-benar akurat dan detail akan sangat membantu mewujudkan sebuah proyek dengan tepat. Gambar kerja yang dibuat oleh seorang arsitek dilengkapi pula dengan spesifikasi dan syarat teknik pengerjaan proyek yang lengkap, jelas dan teratur serta perkiraan biaya proyek dan perhitungan kuantitas proyek. Jika gambar kerja sudah diperiksa dan disetujui, barulah gambar kerja ini bisa digunakan dalam pengerjaan sebuah proyek. 32



3. Rencana mutu kontrak Dokumen ini merupakan pedoman jaminan mutu dalam pelaksanaan sebuah proyek. Dokumen ini digunakan untuk memastikan bahwa hasil akhir proyek sesuai dengan syarat-syarat teknis yang dicantumkan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dokumen Rencana Mutu Kontrak atau RMK memang secara khusus dibuat untuk menentukan arah pengendalian proses pelaksaaan proyek sehingga didapat proyek yang berkualitas sesuai dengan harapan. 4. Dokumen administrasi Memang ada begitu banyak dokumen administrasi yang menyertai sebuah proyek. Khususnya untuk pengendalian mutu proyek, dokumen yang dibutuhkan antara lain hasil uji lapangan, request work dan catatan-catatan. 5. Instruksi teknis Dokumen ini disusun untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengerjaan suatu proyek. Dokumen ini berisi petunjuk suatu proses kerja yang harus dikerjakan oleh tim-tim kerja atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam proyek. 2.4.3



Pengendalian Mutu Secara Langsung Pengendalian mutu proyek bukanlah pekerjaan yang hanya dilakukan di belakang meja. Tim pengendalian mutu juga turun langsung ke lapangan. Metode pengendalian secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengerjaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Pengendalian langsung terhadap pelaksanaan sebuah proyek dapat diatur dengan tata cara berikut ini. 1. Pemantauan atau monitoring Kegiatan pemantauan dilakukan dengan kunjungan ke masing-masing bagian proyek. Kunjungan ini untuk melakukan sampling pengendalian mutu tentang pelaksanaan proyek, penyiapan peralatan dan media yang dibutuhkan, serta penggunaan anggaran biaya yang telah ditetapkan.



33



2. Supervisi Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan satu tahapan pada proyek telah berjalan sesuai dengan mekanisme atau pedoman yang telah ditetapkan. 3. Penguatan kapasitas pengerjaan Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong tingkatan pencapaian pekerjaan berdasarkan batasan-batasan waktu yang telah disepakati. Selain itu, kegiatan penguatan kapasitas ini juga dilakukan untuk mendorong meningkatnya kinerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing bagian pada pengerjaan proyek.



BAB III PENUTUP 4.1



Kesimpulan Pada dasarnya dalam setiap proses pelaksanaan proyek, berhasil atau tidaknya proyek tersebut selalu berpatokan pada hal-hal sebagia berikut : 1.



Biaya (Cost). perencana yang baik adalah perencana dimana dalam mengestimasi biaya proyek menghitung sampai sedetail-detailnya yang kecil sekalipun



2.



Waktu (Time). Waktu selalu berhubungan dengan biaya, apabila pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang direncanakan akan memberikan keuntungan bagi pelakasanaan, namun apabila melebihi dari waktu yang direncanakan maka akan menambah biaya pekerjaan



3.



Mutu (Quality). Mutu pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan yang diisyaratkan dalam spesifikasi teknik. 34



4.



Keselamatan (Safety) Unsur ini sangat penting kerna menyangkut jiwa seseorang. Untuk itu setiap pekerjaan harus dilengkapai alat-alat pengaman yang disesuaikan dengan job masing-masing.



4.2



Saran Suatu proyek membutuhkan suatu manajemen, agar tujuan dan sasaran proyek tersebut jelas sehingga, dana yang dikeluarkan termanfaatkan se-efektif dan se-efisien mungkin, setiap proyek harus dapat diselesaikan dengan waktu yang tidak boleh terlambat, mutu yang sesuai dan biaya yang semurah mungkin dan tingkat kebocoran anggaran menjadi se-minimal mungkin.



DAFTAR PUSTAKA https://strong-indonesia.com/artikel/pengendalian-mutu-proyek/ https://id.scribd.com/doc/305987999/MAKALAH-PENGENDALIAN-PROYEK https://id.scribd.com/document/249729958/Makalah-Pengendalian-Biaya https://strong-indonesia.com/artikel/pengendalian-mutu-proyek/ Tarore, Huibert., dan Mandagi, Robert J.M., 2006. Sistem Manajemen Proyek dan Konstruksi (SIMPROKON), ISBN: 979-15616-0-5, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado.



35