Pengertian Intelektual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Intelektual



1.



2.



3.



4.



5.



A. Pengertian Intelektual Masyarakat umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi (Azwar, 1996). Gambaran tentang mahasiswa yang berintelektual tinggi adalah lukisan mengenai mahasiswa pintar, selalu naik tingkat, meperoleh nilai baik, atau mahasiswa yang jempolan di kelasnya atau bintang kelas. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu sosok mahasiswa yang wajahnya bersih/berseri, berpakaian rapi, matanya bersinar atau berkacamata. Sebaliknya, mahasiswa yang berintelektual rendah memiliki sosok seseorang yang lambat berfikir, sulit memahami pelajaran prestasi belajar rendah, dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata kebingungan. Pendapat orang awam, seperti dipaparkan ini meskipun tidak memberikan arti yang jelas tentang intelektual, namun secara umum tidak jauh berbeda dari makna intelektual yang dikemukakan oleh para ahli. Banyak rumusan yang dikemukakan ahli tentang definisi intelektual. Masingmasing ahli member tekanan yang berbeda-beda sesuai dengan titik pandang untuk lebih memahami intelektual yang sesungguhnya. Berikut dikemukakan defenisi dari beberapa ahli tersebut sebagai berikut. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). Adrew Crider (dalam azwar, 1996) mengatakan bahwa intelektual itu bagaikan listrik, mudah diukur tapi mustahil untuk didefenisikan. Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat sejak sekitar delapan decade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada defenisi intelektua yang dapat diterima secara universal. Alfred Binet (dalam irfan, 1986) mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasitas intelektual umum yang antara lain mencakup kemampuan-kemampuan: a. Menalar dan menilai b. Menyeluruh c. Mencipta dan merumuskan arah berfikir spesifik d. Menyesuaikan fikiran pada pencapaian hasil akhir e. Memiliki kemampuan mengeritik diri sendiri Menurut spearman (dalam irfan, 1986; mangkunegara, 1993) aktifitas mental atau tingkah laku individu dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor umum dan factor khusus dengan kemampuan menalar secara abstrak. David Wechsler (dalam Azwar, 1996) mendefenisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. B. Perkembangan Intelektual Pada Masa Remaja Pada periode remaja intelegensi berkembang semakin berkualitas dengan bertambahnya kemampuan remaja untuk menganalisis dan memikirkan hal-hal yang abstrak, akibatnya remaja makin kritis dan dapat berfikir dengan baik. Pikiran remaja



sering dipengaruhi oleh teori-teori dan ide sehingga menimbulkan sifat kritis terhadap lingkungannya. Pendapat orang tua sering membandingkan-bandingkan dengan teori yang dinternalisasi remaja. Akibatnya, sering terjadi pertentangan antara sikap kritis remaja dan aturan-aturan, adat-istiadat, kebebasan, dan normanorma yang berlaku dilingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Sebagai akibat remaja telah mampu berfikir secra abstrak dan hipotesis, maka pola piker remaja menunjukan kekhususan sebagai berikut. a. Timbul kesadaran berfikir tentang berbagai kemumngkinan tentang dirinya. b. Mulai memikirkan bayangan tentang dirinya pada masa yang akan datang. c. Mampun memahami norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. d. Bersifat kritis terhadap berbagai masalah yang akan dihadapi. e. Mampu menggunakan teori-teori dan ilmu pengetahuan yang dimiliki f. Dapat mengasimilasikan fakta-fakta baru dan fakta-fakta lama. g. Dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting. h. Mampu mengambil manfaat dari pengalaman. i. Makin berkembangnya rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengannya. j. pendapat dengannya. k. Mulai mampu berfikir tentang masalah yang tidak konkret, seperti pemilihan pekerjaan, kelanjutan studi, dan perkawinan. l. Milai memiliki pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Taraf kecerdasan masing-masing individu tidak sama, ada yang rendah, sedang, dan ada yang tergolong tinggi. Perbedaan itu sudah ada sejak lahir, namun perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. C. Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Perkembangan Intelektual Banyak yang secara langsung maupun tidak langsung mepengaruhi perkembangan intelektual. Menurut Ngalim Purwanto (1986) faktor-faktor yang mepengaruhi perkembangan intelektual antara lain. 1. Factor pembawaan (genetik) Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelektual dipengaruhi oleh gen orang tua. Dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa genetik ayah cendrung dominan mepengaruhi tingkat kecerdasan anaknya. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang telah lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dari lingkungan. Intelektual mengandung potensi bawaan, tetapi untuk dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin sebagai mana mestinya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungan. 2. Faktor gizi Perkembangan intelektual baik dari segi kualitas maupun kuantitas tidak terlepas dari pengaruh factor gizi. Kuat atau lemahnya fungsi intelegensi juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi/tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensiialah pada masa prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia di atas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi. 3. Factor kematangan



Perkembangan fungsi intelegensi dipengaruhi oleh kematangan organ intelegensi itu sendiri. Menurut piaget (dalam mudjiran, 2007) seorang psikologi dari swiss membuat empat pentahapan kematangan dalam perkembangan intelegensi. Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (0-2 tahun), tahap kedua disebut periode preoperasional (2-7 tahun), tahap ketiga disebut periode operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap ke empat disebut periode operasional formal (11-16 tahun). Pendapat Piaget (dalam mudjiran, 2007) membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelegensinya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelegensi, sehingga menimbulkan perubahanperubahan kualitatif dari fungsi intelegensi. Perkembangan intelegensi semakin meningkat usia ke arah dewasa bahkan semakin tua, orang semakin cermat menganalisis suatu persoalan karena didukung oleh pengalaman-pengalaman hidupnya. 4. Factor Pembentukan Pendidkan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelegensi seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai. Semua ini dapat membentuk anak dengan meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya. Situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak disbanding anak seusianya. 5. Kebebasan Psikologis Perlu dikembangkan kebebasan psikologis pada anak agar intelegensinya berkembang dengan baik. Orang tua atau orang dewasa lainnya yang suka mengatur, mendikte, membatasi anak untuk berpikir dan melakukan sesuatu, membuat kecerdasan anak tidak berfungsi dan tidak berkembang dengan baik, terutama aspek kreativitasnya. Sebaliknya, anak yang memiliki kebesan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas, dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelegensi. Mappiare (dalam mudjiran, 2007), mengemukakan tiga factor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi remaja yaitu berikut ini : 1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia berpikir selektif 2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional. 3. Adanya kebebasan berpikir menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang radikal dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.



Pengertian Intelektual



Mungkin banyak dari anda yang belum mengetahui apa itu Intelektual. Intelektual dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Adapun menurut para ahli antara lain sebagai berikut : 1. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslahmasalah yang timbul (Gunarsa, 1991). Baca Juga   



Definisi Museum Pembuat Kapal Pertama Tokoh Komunis Cina



2. Adrew Crider (dalam azwar, 1996) mengatakan bahwa intelektual itu bagaikan listrik, mudah diukur tapi mustahil untuk didefenisikan. Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat sejak sekitar delapan decade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada defenisi intelektua yang dapat diterima secara universal. 3. Alfred Binet (dalam irfan, 1986) mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasitas intelektual umum yang antara lain mencakup kemampuan-kemampuan: a. Menalar dan menilai b. Menyeluruh c. Mencipta dan merumuskan arah berfikir spesifik d. Menyesuaikan fikiran pada pencapaian hasil akhir e. Memiliki kemampuan mengeritik diri sendiri



4. Menurut spearman (dalam irfan, 1986; mangkunegara, 1993) aktifitas mental atau tingkah laku individu dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor umum dan factor khusus dengan kemampuan menalar secara abstrak. 5. David Wechsler (dalam Azwar, 1996) mendefenisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif.



arti intelektual



05 january 2013 KAUM INTELEKTUAL DAN PERAN “MERUBAH” Posted in at 8:53 by Catatan agus tomy KETIKA membicarakan tentang kaum intelektual, maka lebih pas kiranya bila kita mencoba untuk melihat arti dari intelektual itu sendiri, dan siapa saja yang pantas disebut sebagai kaum intelektual, Menurut Coser (1965), intelektual adalah orang-orang berilmu yang tidak pernah merasa puas menerima kenyataan sebagaimana adanya. Mereka selalu berpikir soal alternatif terbaik dari segala hal yang oleh masyarakat sudah dianggap baik. Ini dipertegas oleh Shils (1972) yang memandang kaum intelektual selalu mencari kebenaran yang batasannya tidak berujung. Lalu, siapakah intelektual itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata intelektual berkaitan dengan kata intelek. Intelek berasal dari kosakata Latin: intellectus yang berarti pemahaman, pengertian, kecerdasan. Dalam pengertian sehari-hari kemudian berarti kecerdasan, kepandaian, atau akal. Pengertian intelek ini berbeda dengan pengertian taraf kecerdasan atau intelegensi. Intelek lebih menunjukkan pada apa yang dapat dilakukan manusia dengan intelegensinya; hal yang tergantung pada latihan dan pengalaman. Intelek di sini merepresentasikan daya atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan, yaitu daya akal budi dan kecerdasan berpikir. Kata intelek juga berkonotasi untuk menyebut kaum terpelajar atau kaum cendekiawan. Karena itu, sikap intelektual biasanya ditunjukkan oleh pemikir-pemikir yang mempunyai kemampuan menganalisa masalah tertentu atau yang potensial di bidangnya. Intelektual



juga sebagai change maker, yaitu orang yang membuat perubahan. Maka ciri-ciri intelektual: Pertama, Memiliki ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang mampu diteorisasikan dan direalisasikan di tengah masyarakat; Kedua, Dapat berbicara dengan bahasa kaumnya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan; dan Ketiga, memiliki tanggung jawab sosial untuk mengubah masyarakat yang statis menjadi dinamis. Intelektual adalah pemikir-pemikir yang tidak saja harus menghasilkan “sebuah” pemikiran tapi juga dapat merumuskan dan mengarahkan serta memberikan contoh pelaksanaan dari sosialisasinya di tengah masyarakat agar segala persoalan-persoalan kehidupan baik pribadi, masyarakat, bangsa dan negara dapat terpecahkan, serta dapat menjawab tantangan-tantangan kehidupan kehidupan di masa yang akan datang. Peran “merubah” inilah yang menjadi fungsi “change maker” seorang intelektual dapat berjalan dengan baik yang dimulai dari dirinya kemudian dimanfaatkan dan disebarkan kepada masyarakat. Intelektual adalah golongan masyarakat yang memiliki kecakapan, yang kemudian bertugas merumuskan perubahan msyarakat yang akan membawa pada kemajuan bangsa yang maju dan bermartabat. Maka intelektual memiliki peran dan posisi yang sangat penting dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam beberapa hal intelektual bisa diharapkan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik, dengan segala terobosan-terobosan dan ide-ide cemerlang yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Inilah tantangannya, intelektual hari ini dihadapkan dengan segala permasalahan bangsa yang berkecamuk, terutama menghadapi kondisi masyarakat yang sedang sakit, secara sadar ataupun tidak, kita merasakan bahwa saat ini masyarakat sedang dalam kondisi sakit. Dengan kata lain, masyarakat dilanda krisis multi dimensi yang menghebat. Masyarakat telah kehilangan pegangan hidup karena tumbangnya aturan sosial (social order) lama, sedangkan aturan sosial baru belum lahir. Andaikata social order yang baru telah terbentuk, pun belum kokoh untuk dijadikan pegangan hidup masyarakat. Keadaan seperti inilah yang kemudian dalam istilah ilmu sosial sering dinamakan sebagai anomali. Yakni suatu masa di mana masyarakat berada dalam kondisi kebingungan akibat serba ketidakpastian yang kadang-kadang membuatnya menjadi beringas. Banyak hal yang menyebabkan kondisi demikian, dan salah satunya adalah gagalnya kaum intelektual dalam menjawab permasalahan bangsa yang berkembang dan tidak terselesaikan. Kaum intelektual memang bukan satu-satunya golongan yang paling bertanggung jawab mengatasi persoalan kebangsaan. Tapi perlu diingat, pengelola negara dan policy maker adalah orang yang rata-rata dapat dipastikan berangkat dari lokus intelektualitas. Jika bangsa ini rusak, kelompok intelektual sudah barang tentu menjadi tertuduh pertama. Mengingat, sosok intelektual senantiasa di-gadang-gadang menjadi pionir utama dalam menapaki perubahan. Peran intelektual sejatinya adalah memberi kritik konstruktif-transformatif di ruang sosial. Sebab, kritik adalah mekanisme efektif untuk menjalankan kontrol. Sasarannya bisa kekuasaan, bisa pula rakyat sendiri. Ia bernilai positif untuk mendorong sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat untuk kembali ke kriteria yang dipandang ideal dan wajar.



Pertanyaannya, Bagaimana relasi intelektual dengan kekuasaan? Menurut Daniel Dhakidae, intelektual memang senantiasa akan bergulat dengan suprastruktur, yakni kekuasaan, modal, dan kebudayaan seperti yang tampak dalam wacana-wacana yang dikemukakan. Isu-isu di tengah kaum intelektual lebih tersedot pada urusan parpol, pilkada, sampai konflik antarelit, dibanding membincang lebih jauh persoalan beras murah, kelangkaan minyak tanah, atau alternatif penyelesaian kasus lumpur Lapindo, dan lain-lain. Berada dekat dengan kekuasaan dan politik bukanlah sebuah hal yang salah, tapi perlu diingat, dalam politik tidak ada istilah benar atau salah, yang ada hanyalah menang atau kalah. Gramsci juga pernah berpendapat, intelektual tidak sepantasnya nonpartisan alias menjauhi kekuasaan. Intelektual tidak bisa kehilangan konteks, yakni relasi yang timpang antara penguasa dan rakyat. Relasi yang diwarnai penindasan dan kesewenangwenangan. Karena itu, intelektual tidak bisa steril dan bebas nilai. ereka harus bersikap dan menentukan posisi, berada bersama rakyat yang ditindas (idealis) dan karenanya membangun wacana counter hegemony, atau berada di posisi penguasa dan karenanya kreatif memproduksi hegemony sehingga ide dan gagasan penguasa bisa diterima oleh publik. Gramsci menyebut intelektual model ini sebagai organic intellectuals. Tanggung jawab mereka adalah membangun cara pandang dunia yang “baru” untuk menyatukan lapisan bawah (masyarakat) dengan lapisan atas (penguasa). Dengan demikian masyarakat akan setuju dengan gagasan penguasa dan sebaliknya penguasaan atas masyarakat dapat dilanggengkan. Sehubungan dengan ini, mendiang Soe Hok Gie pernah mengingatkan, “di Indonesia hanya ada dua pilihan, menjadi idealis atau apatis. Dan saya sudah lama memutuskan bahwa saya akan menjadi idealis sampai batas sejauh-jauhnya”. Lalu, bila politik dan kekuasaan (masih) menjadi barometer atas peran yang dimainkan kaum intelektual, apa yang bisa diharap atas peran mereka sebagai “makhluk terhormat” di mata masyarakat?. Paling tidak, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam merefleksikan pertanyaan di atas: Pertama, Komitmen kebangsaan yang pernah diletakkan founding fathers tentang pentingnya sikap mengedepankan nasib dan kebutuhan rakyat daripada memikirkan kepentingan sendiri. Pandangan mainstream saat ini masih memantapkan intelektual di posisi terdidik yang memiliki peran penting dalam setiap perkembangan masyarakat. Karenanya, komitmen kebangsaan adalah sikap yang harus dipegang teguh secara konsisten; Kedua, Kepekaan atas setiap arah gerak perubahan yang berimplikasi langsung pada masyarakat. Intelektual senantiasa dituntut tanggap menyikapi situasi kebangsaan, terutama atas situasi akhir-akhir ini yang rawan potensi konflik dan disintegrasi; Ketiga, Memprioritaskan kemaslahatan umat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Intelektual sejati senantiasa bervisi membawa bangsa ke arah yang lebih baik, dan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan kelompoknya sendiri, apalagi sekadar material reward (keuntungan materi). Intelektual haruslah mempunyai peran yang penting dalam proses membangun bangsa, supaya maju dan bermartabat.***



BAB I PENDAHULUAN







Latar Belakang



Intelektual atau sering banyak digunakan dengan kecerdasan, merupakan suatu karunia yang dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya saja sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Chaplin (1981: 5), intelektual adalah proses kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan dan juga merupakan kemampuan mental atau intelegensi. Kecerdasan (Intelektual) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Oleh karena itu, individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki. 



Rumusan Masalah



1. 2. 3. 4. 5.



Bagaimana definisi intelektual menurut para ahli? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual? Apa tahap-tahap perkembangan intelektual? Apa saja tingkatan perkembangan intelektual? Bagaimana karakteristik perkembangan intelektual?



1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui definisi intelektual menurut para ahli. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual.



3. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan intelektual. 4. Untuk mengetahui tingkatan perkembangan intelektual dalam berbagai variasi. 5. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan intelektual.



BAB II PEMBAHASAN



1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL MENURUT PARA AHLI Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya : 1. Menurut Cattel (dalam Clark, 1983), intelektual adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berpikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. 2. Menurut William Sterm (dalam Sunarto, 1994), intelektual merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan-kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai dengan tujuannya. 3. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalahmasalah yang timbul (Gunarsa, 1991: 6). 4. David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar, 1996), intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. 5. Menurut kamus “Webster New World Dictionary of The American Languange”, intelektual adalah kecakapan untuk berpikir , mengamati atau mengerti serta kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. 6. . Menurut Alfred Binet (dalam Sobani Irfan, 1986), intelektual adalah suatu kapasitas yang antara lain mencakup kemampuan : Ø Menalar dan menilai. Ø Menyeluruh. Ø Mencipta dan merumuskan arah berpikir spesifik. Ø Menyesuaikan pikiran pada pencapaian hasil akhir. Ø Memiliki kemampuan mengkritik diri sendiri.



Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.



1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL 2. Menurut Andi Mappiare (1982: 80), hal- hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain: 3. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif. 4. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional. 5. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.



1. Menurut Ngalim Purwanto (1984: 55), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu sebagai berikut : 2. Faktor Pembawaan (Genetik) Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung faktor gen mana (ayah atau ibu) yang dominan mempengaruhinya. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual, yaitu keluarga dan sekolah. a. Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan adalah memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alatalat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. b. Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : 1)Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan



merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka. 2)Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orangorang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. 3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggu. 4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. 3. 3.



Faktor Gizi



Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi atau tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita. 4. Faktor Pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolahsekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya. 5. Kebebasan Psikologis Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara



(metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual. 6. Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 1. Menurut Hamalik (2001: 89), faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual yaitu: 2. Usia Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah, sambil ia berkembang menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia seseorang, bertambahlah kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Secara teoretis pertumbuhan intelektual berhenti pada usia 20 atau 25 tahun. Bagi orang yang lebih inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat dan terus berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang kurang inteligen berkembang lebih lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia yang lebih awal. 2. Hereditas Potensi untuk perkembangan inteligensi diwariskan melalui orang tua. Prinsip ini diterima, baik untuk pihak yang menekankan pentingnya lingkungan maupun oleh pihak yang memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ dapat ditingkatkan dengan lingkungan yang baik. Pertimbangan lain mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua yang inteligen tidak akan sama inteligennya, dan juga anak-anak dari orang tua yang bodoh tidak akan sama bodohnya. 3. Lingkungan Penelitian terhadap anak-anak yang dipelihara (dibesarkan) dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah. Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa faktorfaktor yang menunjang perkembangan intelektual yang optimal adalah sebagai berikut: 











Orang tua yang menaruh minat terhadap anak-anak, menyediakan waktu untuk bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, memiliki anak-anak yang mendapat skor tinggi dalam tes dan berprestasi baik di sekolah. Faktor-faktor seperti cinta dan kasih sayang, penerimaan terhadap anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang kesehatan mental menpunyai pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual. Peninjauan ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, perpustakaan, teater, dan taman adalah hal yang merangsang perkembangan intelektual.



4. Kelamin Anak laki-laki (sebagai suatu kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan dalam inteligensi. Rata-rata anak laki-laki melebihi perempuan dalam hal berfikir umum, berfikir aritmatik, kemampun dalam meneliti kesamaan-kesamaan, dan aspek tertentu tentang informasi umum. Laki-laki cenderung melebihi perempuan dalam kecepatan dan koordinasi gerakan-gerakan badan yang besar, pengamatan ruang, dan bakat mekanis. Adapun anak-anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penguasaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual. Jadi, dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelektual yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. Jadi, tidak hanya faktor gen (pembawaan), tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang.



1. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah melakukan penelitian tentang perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif atau perkembangan mental anak. Salah satu hasil penelitian yang terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss. Tahap perkembangan intelektual anak oleh Piaget dibedakan atas 4 periode, yaitu : 1. Tahap Sensoris-Motoris Tahap ini dialami anak pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa pertumbuhan, yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensoris-motoris yang sangat jelas. Pada tahap ini, sifat-sifat yang tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan stimulus dari luar yaitu interaksi anak dengan lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru, kemampuan untuk berpikir, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, yaitu eksperimen dengan lingkungannya.



2. Tahap Praoperasional Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Pada tahap ini anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami



pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi. Selain itu, pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyai akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya, misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya.



3. Tahap Operasional Kongkret Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif. Pada tahap ini, anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak.



4. Tahap Operasional Formal Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.



Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarikmenarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.



Pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya. 1. TINGKATAN INTELEKTUAL DALAM BERBAGAI VARIASI 2. Jenius Suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. Kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memanfaatkan potensi dasarnya dengan baik. 2. Normal Merupakan suatu kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang ratarata 100 sampai dengan 110. Kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata. 3. Rendah Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh. 4. Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat. Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan : 



Idiot IQ (0-29) yaitu keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti







mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemampuannya seperti anak bayi. Kemampuan ini tidak tahan terhadap penyakit. Imbecile IQ (30-40) yaitu lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang tidak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun. Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelektualnya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelektualnya.



1. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Sebagaimana telah didiskusikan di atas, Piaget membagi empat tahapan perkembangan intelektual yaitu tahap sensori motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan intelektual individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelektual tersebut adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Tahap Sensoris-Motoris Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut : Segala tindakannya masih bersifat naluriah. b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman.



2. Karakteristik Tahap Praoperasional Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut : a) Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi. b) Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide. c) Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat. d) Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku : 1) berpikir imajinatif. 2) berbahasa egosentris. 3) memiliki aku yang tinggi. 4) menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi. 5) perkembangan bahasa mulai pesat.



3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.



4. Karakteristik Tahap Operasional Formal Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut : a) Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b) Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c) Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. d) Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan. e) Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai. f) Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa. g) Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. BAB III KESIMPULAN 1. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari berbagai definisi para ahli bahwa intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. 2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual ada 2 yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. 3. Tahap perkembangan intelektual anak menurut hasil penelitian “Jean Piaget”, dibedakan atas 4 periode yaitu tahap sensoris-motoris, tahap praoperasional, tahap operasional kongkret, dan tahap operasional formal.



4. Tingkatan intelektual dalam berbagai variasi ada 4 yaitu jenius (kemampuan yang sangat luar biasa), normal (kemampuan yang biasa saja), rendah (kemampuan dibawah ratarata), dan keterbelakangan (kemampuan yang sangat rendah). 5. Tahapan perkembangan intelektual memiliki karakteristik tersendiri. Adapaun karakteristik tahapan perkembangan intelektual terbagi menjadi 4 yaitu : 6. Karakteristik tahap sensoris-motoris ditandai dengan segala tindakannya masih bersifat naluriah, aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra, individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman. 7. Karakteristik tahap praoperasional ditandai dengan Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi, mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide, telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat, dan cara berpikir individu bersifat egosentris. 8. Karakteristik tahap operasional kongkret ditandai dengan segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. 9. Karakteristik tahap operasional formal yang ditandai dengan individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi, mampu berpikir logis dengan objekobjek yang abstrak, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis, mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan, mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai, mampu membayangkan perananperanan yang akan diperankan sebagai orang dewasa, dan mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



Azwar, Saifuddin. 1996. Perkembangan Intelektuan dan Emosional Anak. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Chaplin, R. 1981. Perkembangan Intelektual Anak. Jakarta : Erlangga. Clark, M. 1983. Psikologi Anak. Bandung : Bumi Aksara. Gunarsa. 1991. Faktor Intelektual Anak. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Mahmud. 2001. Perkembangan Peserta Didik. Makassar : FIP UNM. Irfan, Sobani. 1986. Psikologi Remaja. Bandung : Bumi Aksara. Mappiare, Andi. 1982. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Press.



Piaget, Jean. 1947. La Psychologie de Intelligene. Paris : Librairie Armand Colin. Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung : Bumi Aksara. Sunarto. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Husain, Ahmad. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Diunduh dari http://ahmadhusain99.blogspot.com/2012/11/perkembangan-peserta-didik.html pada tanggal 26 maret 2015 pukul 19.30 WIB. Novita, Yulia. 2012. Faktor-faktor Intelektual. Diunduh dari http://novitayuliaayu.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-intelektual-yang_1220.html pada tanggal 28 maret 2015 pukul 09.00 WIB.



APA ITU INTELEKTUALITAS?



INTELEKTUALITAS.



Intelektualitas atau intelektual dalam kamus bahasa indonesia yang berarti kecerdasan dan totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. Adapun pengertian intelektual menurut beberapa para ahli, diantaranya : 1. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). 2. Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifatsifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. 3. David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Terlapas dari semua itu, masyarakat secara umum sering mengartikan kata intelektual itu hanya dimiliki oleh seseorang yang mempunyai pendidkan yang tinggi, padahal tinggi atau tidaknya pendidikan yang di tempuh seseorang, tidak akan menjamin diri seseorang tersebut menjadi seorang yang ber intelek. Pada dasarnya tuhan telah memberikan intelektualitas pada setiap diri seseorang. Lalu apa yang menyebabkan seseorang bisa dikategorikan orang berintelektual dan orang yang tidak be intelektual? Mungkin itu yang menjadi tandatanya buat kita. Jawabannya adalah kemauan (niat) yang di iringi dengan keyakinan dan sikap yang positif, yap.. kuncinya adalah niat atau kemauan dan keyakinan seseorang untuk menentukan dirinya termasuk golonga intelek atau tidak.



Mengapa bisa demikian? Mari kita lihat kisah dari kisah adam khoo, dalam buku Financial Revolution oleh Bapak Tung Desem Waringin. Dimana kisah dari anak yang dikatakan bodoh menjadi orang yang sangat cerdas dan pintar sehingga dia mendapatkan kesuksesan yang luar biasa dalam hal finansial. kalau Adam khoo saja bisa kenapa kita tidak bisa, semua kembali pada kemauan dan keyakinan diri kita untuk menjadi orang berintelektual.



kissah di atas bukan berarti kita harus menjadi seorang adam khoo. kisah adam khoo diatsa hanyalah sebuah suntikan bagi kita supaya bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut. kesimpulannya : Pada dasarnya tuhan telah membekali setiap manusia intelektual atau kecerdasan, tetapi untuk menjadi manusaia yang dikategorikan berintelektual itu semua kembali kepada diri kita sendiri, apa mau menjadi manusia berintelektual atau tidak. Maka dari itu selagi masi ada waktu mari kita rubah cara pandang kita terhadap apa yang namanya potensi yang ada dalam diri kita. Semoga artikel yang saya bagikan menjadi motivasi buat diri kita semua.



Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslahmasalah yang timbul