Makalah Perkembangan Intelektual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perkembangan Peserta Didik



Created by : Nikmah Nurvicalesti Dia Cahyawati Gumarding



(06121408007) (06121408016) (06121408026)



“Perkembangan Intelektual” Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya 2012/2013



i



Kata Pengantar Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan laporan ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW. Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang masyarakat madani ,karakteristik serta peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani.Laporan ini kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah pengembangan peserta didik yaitu Ibu Kelanawati yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih



Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh



Palembang, Maret 2013



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………………….



ii



DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ..



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..



1



1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..



1



1.3 Batasan Masalah …………………………………………………………



2



1.4 Tujuan Penulisan Masalah ………………………………………………



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perkembangan Intelektual ………………………………………



3



2.2 Tahapan Perkembangan Intelektual ……………………………………...



4



2.3 Jenis-Jenis Intelegensi …………………………………………………. ..



6



2.4 Karakteristik Perkembangan Intelektual ……………………………….



7



2.5 Hubungan Intelektual dengan Tingkah laku ……………………………



7



2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual ……….



8



2.7 Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual ……………….



9



2.8 Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan



10



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….



13



3.2 Saran ………………………………………………………………………



13



REFERENSI …………………………………………………………………



14



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak Anda adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan. Dalam pandangan Piaget,perkembangan mental pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuanpenalaran logis (development of ability to reason logically).Baginya,makna berpikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari sekadar mengerti.Prosesperkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya sama ,tetapi dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia.Sistem persekolahan dan keadaan social ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan anak,demikian pula dengan budaya system nilai ,dan harapan dalam masyarakat masing-masing. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya-dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.



1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Apa Definisi Perkembangan Intelektual? Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual? Apa saja jenis-jenis intelegensi? Jelaskan Karakteristik Perkembangan Intelektual? Bagaimana Hubungan Intelektual dengan Tingkah laku? Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual? Apa Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual?



1



8. Bagaimana cara Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan?



1.3 Batasan Masalah Dalam malaksanakan penelitian diperlukan keteraturan permasalahan yang akan dibahas, untuk itu perlu ada penegasan masalah yang sekalipun dapat memberikan gambaran kearah proses pemecahan masalah. Seperti yang dikemukan oleh Winarno Surakhmad bahwa (1994 : 149) “memiliki masalah yang telah dirumuskan dengan jelas adalah suatu kondisi yang mempunyai fungsi tersendiri”. Dalam laporan ini, meliputi beberapa aspek yang akan dibahas : (1) Pengertian Perkembangan Intelektual ,(2) Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual,(3) Jenis-Jenis Intelegensi,(4) Karakteristik Perkembangan Intelektual,(5) Hubungan Intelektual dengan Tingkah Laku, (6) Faktorfaktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual,(7) Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual,dan (8) Cara Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan.



1.4 Tujuan Penulisan masalah Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1 2 3 4 5 6 7 8



Menjelaskan Definisi Teori Perkembangan Intelektual Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Intelektual Menjelaskan Jenis-Jenis Intelegensi Menjelaskan Karakteristik Perkembangan Intelektual Menjelaskan Hubungan Intelektual dengan Tingkah laku Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual Menjelaskan Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual Menjelaskan cara Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Intelektual Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai : 1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan 2. Kemampuan mental atau intelegensi. Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berate kemampuan untuk meletakkan hubungan dari rposes berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi,serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Teori intelegensi yang meninjaunya dari perkembangan dikemukakakan oleh Jean Pigeat (1896-1980). Pigeat berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek –aspek kognitif, yaitu : 1. Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf, sehingga fungsifungsi indra menjadi lebih sempurna. 2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal-balik dengan lingkungannya. 3. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.



3



4. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Gunarsa,1982).



2.2 Tahap – Tahap Perkembangan Piaget membagi perkembangan Intelektual anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia : 1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) 2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun) 3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun) 4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa) 1. Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan : 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. 2. Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis



4



yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objekobjek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan katakata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. 3. Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah : Pengurutan-kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi-kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) Decentering-anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.Reversibility – anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Konservasi – memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama 5



banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrisme – kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. 4. Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.



2.3 Jenis-Jenis Intelegensi Teori intelegensi sejenis yang dikemukakan oleh Thurstone, yang sedang populer akhir-akhir ini adalah teori tentang Multiple Intellegence (Kecerdasan Ganda). Dalam teori yang diajukan oleh Howard Gardner (1993,1999) ini dinyatakan bahwa intelegensi itu bukan satu melainkan 7 atau 8 macam. Jenis-jenis intelegensi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bodily-kinesthetic : kecerdasan yang terkait dengan gerakan anggota tubuh. 2. Interpersonal : kecerdasan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain. 3. Verbal-linguistic : kemampuan yang terkait dengan kata-kata lisan maupun tertulis. 4. Logical-mathematical : kemampuan yang terkait penggunaan akal, kemampuan abstraksi dan angka.



menyangkut



logika,



5. Intrapersonal : kemampuan utama adalah intropeksi dan refleksi diri. 6



6. Visual-spatical : terkait dengan kemampuan yang tinggi dalam mengambil keputusan dalam bidang penglihatan dan ruang (space). 7. Musical : kecerdasan musikal terkait dengan irama, musik, nada, dan pendengaran. 8. Naturalistic : Kaitan intelegensi ini adalah dengan alam, baik pengenalan maupun pemeliharaan alam.



2.4



Karakteristik Perkembangan Intelektual



Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahunpertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986). Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu: 1. Sifat deduktif – hipotesis Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesis. 2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris. Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empir



2.5



Hubungan Intelektual dan Tingkah Laku



Inteligensi menurut Piaget merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif yang terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran (Bybee and Sund, 1982). Piaget memposisikan subjek sebagai pihak yang aktif dalam interaksi adaptif antara organisme atau terjadi hubungan dialektis antara organisme dengan lingkungannya. Piaget memiliki pandangan dasar bahwa setiap organisme memiliki kecenderungan inheren untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Inteligensi sebagai bentuk khusus dari penyesuaian organisme baru dapat diketahui berkat dua proses yang saling mengisi, 7



yaitu yang disebut dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Organisme sebagai suatu sistem dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena kemampuan mengakomodasi struktur kognitifnya sedemikian rupa sehingga objek yang baru itu dapat ditangkap dan dipahami secara memadai. Asimilasi adalah suatu proses individu memasukkan dan menggabungkan pengalaman-pengalaman dengan struktur psikologis yang telah ada pada individu. Strukutr psikologis dalam diri individu disebut dengan istilah skema yang berarti kerangka mental individu yang digunakan untuk menafsirakan segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Proses penyesuaian skema dengan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalamanpengalaman baru ini dikenal dengan istilah akmodasi. Dengan demikian, proses asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang berlawanan, artinya dalam proses asimilasi yang terjadi adalah menyesuaikan pengalaman baru yang diperolehnya dengan struktur skema yang ada dalam diri individu, sedangakan akomodasi merupakan proses penyesuaian skema dalam diri individu dengan fakta-fakta baru yang diperoleh melalui pengalaman dari lingkungannya.



2.6



Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Perkembangan Intelektual



Perkembangan intelektual diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendirisendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. 1. Faktor Hereditas Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah. a)



dalam



Keluarga



Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. b) Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan anak tersebut perkembangan berpilir anak. Beberapa cara untuk meningkatkan perkembangan anak antara lain :



8



1) Menciptakan interaksi atau hubungan akrab dengan peserta didik. 2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orangorang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. 3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup. 4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya.



2.7 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Intelektual Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, dan juga intelegensi. Perbedaaan itu kan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat, dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan adapula siswa yang tingkah lakunya kurang baik. Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk pada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.



Tingkatan Intelegensi Tingkatan Intelegensi dengan berbagai variasi, antara lain : 1. Jenius Merupakan suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memanfaatkan potensi dasarnya dengan baik. 2. Normal Merupakan sutau kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. Kecerdasan disebut kecerdasan yang rata-rata. 3. Rendah Kemampuan ini dibawah rata-rata, pada kemampuan ini anak mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang



9



lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh. 4. Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat. Dianatara keterbelakanagan ada yang disebut Idiot IQ dan Imbecile IQ. 1. Idiot IQ (tingkat kecerdasannya 0-29) Merupakan keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti ; mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemapuannya seperti anak bayi. Kemapuan ini tidak tahan terhadap penyakit. 2. Imbecile IQ (tingkat kecerdasannya 30-40) Imbecile IQ lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang idak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun. Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelegensinya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelegensinya.



2.8



Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan



Teori Intelektual lebih menekankan ‘Bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain’. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata Intelektual. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang Intelektual. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.



10



Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting. Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut : a) Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun keberadaan peserta didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan intelektual yang dikembangkan secara maksimal. b) Pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan pertahanan diri. Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskan peserta didik, melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara sehat. c) Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya. d) Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun adanya remaja itu dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya setiap remaja memiliki kemampuan intelektual yang dapat dikembangkan secara maksimal. e) Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam situasi remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini remaja akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya. f) Memberikan suasanan psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri. Disini berusaha menciptakan keterbukaan (opennes), kehangatan (warmness), dan kekonkretan (concereteness). Anak atau remaja akan merasakan kebebasan psikologis jika orangtua dan guru memberi kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya.



11



Sebagai makhluk sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku. Teori Piaget mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan pertumbuhan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk perkembangan intelektual. Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya. Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf / tahap berikutnya.



12



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perkembangan intelegensi mengandung unsur pikiran atau rasio .Makin banyak unsur pikiran atau rasio makin banyak unsur rasio yang digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku dan makin berintelegensi tingkah laku tersebut. Budaya atau faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif (intelektual) berfikir remaja khusunya adalah sekolah,orang tua,teman,komunitas,dan orientasi teknologi budaya.



3.2 Saran Karena pikiran menggali informasi merupakan salah satu kursi perkembangan intelensi,maka seseorang atau individu dalam upaya mengeksploitasi/eksplorasi apa yang terjadi ketika berpikir dan belajar berlangsung,dan lebih memfokuskan kepada cara-cara yang spesifik untuk berpikir tentang informasi yang diterimanya agar tidak berdampak negative.



13



Referensi Hartinah,Sitti.Perkembangan Peserta Pendidik.Bandung:Refika Aditama,2008 W.Sarwono,Sarlito.Psikologi Remaja.Jakarta:Rajawali Pers,1988 http://gdeprabu.blogspot.com/2009/10/perkembangan-intelek-dan-implikasinya.html



14