Pengertian Tes Lisan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • edis
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Tes Lisan Tes lisan merupakan salah satu bagian dari tes penilaian pengetahuan. Tes lisan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Dinamakan tes lisan karena tes ini membutuhkan kata-kata dalam menjawab sebuah pertanyaan. Tes lisan bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan dan motivasi siswa dalam belajar. Penilaian lisan sering digunakan oleh pendidik di kelas untuk menilai peserta didik dengan cara memberikan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab oleh peserta didik secara lisan juga. Pertanyaan lisan merupakan variasi dari tes uraian. Penilaian ini sering digunakan pada ujian akhir mata pelajaran agama dan sosial. B.



Kriteria Tes Lisan Setiap penilaian baik tes lisan, tes tulis dan penugasan selalu mempunyai kriteria dalam pelaksanaannya. Sama halnya dengan tes lisan, berikut beberapa kriteria dalam melaksanakan tes lisan antara lain sebagai berikut:



1.



Derajat kesukaran, muatan ilmu, jumlah waktu yang disediakan dan angka maksimum yang mungkin dapat dicapai oleh setiap peserta tes hendaknya



2. 3.



Jika peserta tes tetap tidak dapat memberikan jawaban hingga waktu yang disediakan habis hendaknya pindah ke nomor tes berikutnya Dalam membacakan tes penguji boleh menggunakan kata-kata penguji sendiri asal intinya sama



4. 5.



Penguji dilarang memberondong ataupun memerosokkan dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang ternyata tidak tertulis dalam lembaran tes Berilah angka semata-mata hanya berdasarkan mutu jawaban peserta tes



6. 7.



Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai. Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada.



8. 9.



Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengkontruksi jawabannya sendiri. Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.



diperkirakan sama



C.



Langkah-Langkah Pelaksanaan



1.



Berikut adalah langkah-langkah dalam pelaksaan tes lisan antara lain sebagai berikut: Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Analisis KD dilakukan pada Tema, Subtema, dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar semua



2.



kompetensi yang ingin dicapai dalam KD dapat terwakili dalam instrumen yang akan disusun. Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan pertanyaan, perintah yang harus dijawab siswa secara lisan.



3.



Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan disampaikan secara lisan.



4.



Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik. Melalui analisis ini guru akan mendapatkan informasi yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya remedial atau pengayaan.



D.



Teknik Penilaian



1.



Penilaian lisan dapat dilakukan dengan dengan teknik sebagai berikut: Sebelum dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peserta didik, sehingga dapat



2.



diharapkan memiliki validitas yang tinggi dan baik dari segi isi maupun konstruksinya; Siapkan pedoman dan ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai kriteria pasti dalam penskoran dan tidak terkecok dengan jawaban yang



3.



panjang lebar dan berbelit-belit; Skor ditentukan saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar pemberian skor atau nilai yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jawaban yang



4. 5.



diberikan oleh peserta didik yang lain; Tes yang diberikan hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi; Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan, pendidik tidak diperkenankan memberikan angin segar atau memancing dengan kata-kata atau



6.



kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan aalasan kasihan atau rasa simpati; Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik di kalangan peserta didik;



7.



Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan;



8.



Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan



9.



pertanyaannya dibuat berlainana atau beragam; Pelaksanaan tes dilakukan secara individual (satu demi satu), agar tidak mempengaruhi mental peserta didik yang lainnya.



E. 1.



Kelebihan tes Lisan Memberikan kesempatan kepada pendidik dan peserta didik untuk menentukan sampai seberapa baik pendidik;



2. 3.



Peserta didik dapat menyimpulkan atau mengekspresikan dirinya; Peserta didik tidak terlalu tergantung untuk memilih jawaban tetapi memberikan jawaban yang benar;



4.



Peserta didik dapat memberikan respon dengan bebas.



Keuntungan Tes lisan dalam Evaluasi Pembelajaran 



Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung







Bagi siswa yang kemampuan berpikirnya lambat sehingga sering mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan soal, tes bentuk lisan dapat menolong sebab dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud







Hasil tes dapat langsung diketahui oleh siswa



Kelemahan Tes lisan dalam Evaluasi Pembelajaran 



Subjektifitas pengetesan dari guru atau pengajar sering mencemari hasil tes







Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama



Tipe tingkatan soal analisis – sintesis akan sangat tepat untuk diterapkan dalam tes lisan. Dalam bahasa terutama bahasa asing, tes lisan akan dengan tepat menguji kemampuan siswa dalam melakukan percakapan ataupun interview atau wawancara langsung. Tes lisan juga akan memberikan penghematan secara ekonomi dimana guru ataupun siswa tidak perlu menyediakan media untuk menyajikan soal satu per satu pada siswa dan juga media untuk menuliskan jawaban. Namun secara perhitungan waktu tes lisan sangat tidak efektif untuk diterapkan, oleh karena itu tidak semua materi pembelajaran tepat menggunakan tes lisan sebagai pengujiannya. Dalam penerapan jika hendak memberikan soal yang sama pada semua siswa maka perlu menyediakan ruangan khusus agar siswa lain tidak mengetahui soalnya dan jawaban siswa lain. Jika tidak memungkinkan maka guru bisa melakukan modifikasi atau memberikan pebedaan variabel pada soal antara siswa satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan tes lisan a. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan; untuk mendapatkan gambaran mengenai prestasi belajar yang telah dicapai. b. Janganlah membentak-bentak. c. Jangan ada kecenderungan untuk membantu pelaksanaan tes. d. Siapkan pertanyaan serta scope jawaban yang diminta. e. Lakukan penilaian secara teliti terhadap setiap jawaban. 2. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan tes lisan adalah bisa mengetahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa secara tepat. Kelemahan tes lisan adalah membutuhkan waktu yang relatif lama, dan seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat. 3. Pengembangan Tes Lisan



a. b. c. d.



Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk sebagai berikut: Seorang guru menilai seorang peserta didik. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik. Sekelompok guru menilai sekelompok pesertadidik. Kebaikan tes lisan antara lain: dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan, tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi mencatat pokok permasalahannya saja, kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari. Kelemahannya adalah (1) memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta didiknya banyak, (2) sering muncul subjektifitas bilamana dalam susana ujian lisan itu hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik. Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut:



1. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektifitas, misalnya dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga. 2. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemkakan oleh peserta didik. Biasanya kita memberikan penilain setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk cara yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban-jawaban teakhir. 3. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak sesuai dengan jawaban peserta didik. 4. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang-kadang ada juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentak-bentak peserta didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat, sehingga apa yang dikemukakan mereka tidak mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya. 5. Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran. Demikianlah beberapa kelebihan dan kelemahan tes lisan berikut petunjuk praktisnya. Petunjuk ini dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi guru dalam



Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: ... Berdasarkan hasil analisis data, temuan peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, kendala yang dialami oleh guru-guru di SDN 9 Telaga Biru adalah banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian Kurikulum 2013. Kedua, penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Ketiga, guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang



didapat tersebut per mata pelajaran. Simpulan penelitian ini adalah Penilaian Auntentik dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilain. Penilaian ini cenderung berfokus pada tugastugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Untuk mengatasi kendala tersebut diharapkan ruang lingkup pada penilaian dapat diperkecil. Dan guru-guru berharap Pemerintah memberikan pelatihan yang lebih dalam lagi kepada guru-guru yang belum memahami Kurikulum 2013. Kata Kunci : Permasalahan, Penerapan , Penilaian Autentik 3.4 Kendala yang dihadapi guru dalam penerapan penilaian autentik Guru-guru di SD Negeri Lobang 2 Batang dalam menerapkan penilaian autentik mengalami permasalahan-permasalahan. Baik permasalahan dalam penilain pengetahuan, sikap dan juga keterampilan. Yang berarti bahwa guru-guru SD Negeri Lobang 2 Batang memiliki kesulitan dalam penerapan penilaian autentik, padahal autentik merupakan suatu hal yang wajib dalam kurikulum 2013. Pada penilaian kompetensi sikap guru di SD Negeri Lobang 2 Batang mengalami kesulitan pada teknik penilaian diri, guru megalami kesulitan jika ada siswa yang kurang tepat pada saat memberikan jawaban pada penilaian diri, dan jika ada siswa yang tidak jujur dalam memberikan jawaban pada penilaian diri. Menurut Kunandar (2013: 134) menjelaskan bahwa penilain diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap, baik spiritual maupun sikap sosial. Namun dalam pelaksanaannya terdapat kelemahan yaitu cenderung subjektif, kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi, membutuhkan persiapan dan alat 6 ukur yang cermat, peserta didik terkadang tidak konsisten, hasilnya kurang akurat, dan peserta didik kurang memahami kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya permasalahan yang dihadapi guru yaitu permasalahan dalam penilaian kompetensi pengetahuan. Di SD Negeri Lobang 2 Batang teknik penilaian yang digunakan dalam kompetensi pengetahuan ini adalah tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Masalah dalam tes tertulis dialami oleh guru pada kelas 1 karena adanya



beberapa anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik sehingga harus diberikan perhatian yang esktra untuk anak-anak tersebut. Selanjutnya penilaian keterampilan, guru mengalami kesulitan dalam penilaian unjuk kerja karena dalam proses penilaian unjuk kerja ini semua alat dan bahan disedikan oleh guru karena guru tidak mau membebankan pada orang tua siswa, kecuali bahan yang memang mudah didapatkan dirumah makan guru akan meminta siswa untukmembawa sendiri dari rumah. Selain penilaian unjuk kerja guru merasa kurang dalam pengarsipan hasil kerja siswa. Semua hasil kerja siswa dijadikan satu dalam satu map, ada juga guru yang menempelkan hasil kerja siswa di dinding kelas. Pada penilaian portofolioguru memiliki keterbatasan waktu saat pelaksanaan penilaian. 3.5 Upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan pada penerapan penilaian autentik Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penerapan penilaian autentik, guru-guru di SD Negeri Lobang 02 sudah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Upaya-upaya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: guru yang mengalami kesulitan pada siswa yang tidak jujur dalam memeberi jawaban pada penilaian diri upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan croschek atau evaluasi untuk mencocokkan dengan jawaban siswa. Evaluasi dari hasil jawaban siswa dilakukan supaya dapat mengetahui kekurangankekurangannya sehingga dalam kegiatan penilaian berikutnya dapat optimal. Selain itu dapat juga diberikan sanksi atau teguran. Seperti yang disampaikan oleh Enggarwati (2015: 74) bahwa membrtikzan sanksi dan teguran yang



tegas untuk mengatasi karakter siswa yang kurang bertanggung jawab dan mandiri dalam mengerjakan tugas ulangan. Upaya yang dilakukan guru pada permalahan siswa yang kurang aktif saat kegiatan unjuk kerja, upaya guru dapat dengan membagi tugas siswa setiap kelompoknya. Adapula guru yang mengalami hambatan dalam menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penilaian unjuk kerja, upayan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan alat dan bahan yang biasa ditemui seharihari.hal tersebut juga disampaikan oleh Kadiyono (2012: 21) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa guru belum mampu menyiapkan bahn ajar dikarenakan keterbataan alatdan bahan tetapi guru dapat menggunakan alat dan bahan yang dpat ditemui sehari-hari. Permasalahan yang dihadapi guru dalam penilaian keterampilan



adalah guru merasa kurang dalm pengarsipan pada penilaian hasil kerja siswa, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menyimpan hasil kerja siswa dalam map dan menempelkan hasil kerja siswa dikelas. Berkaitan dengan hal tersebut guru seharusnyaberusaha untuk menyediakan tempat hasil karya siswa agar dapat digunakan secara berulang-ulang. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapkan penilaian autentik yang sudah peneliti lakukan di SD Negeri Lobang 2 Batang maka dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat kendala-kendala dalam melakukan penilaian autentik. Adapun hasil simpulan sebagai berikut: 1. Guru SD Negeri Lobang 2 Batang sudah menrapkan penilain autentik dengan bentuk yang bervariasi yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. 2. Permasalahan yang dihadapi guru SD Negeri Lobang 2 Batang dalam menerapkan penilaian autentik meliputi penilaian sikap seperti guru mengalami kesulitan jika terdapat siswa yang kurang tepat dalam memberikan jawaban penilaian diri, lalu dalam penilaian pengetahuan seperti guru bingung dalam melakukan tes lisan karena terbatasnya waktu 8 dan dalam penilaian keterampilan berupa guru mengalami hambatan dalam pengarsipan hasil penilain portofolio. 3. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah-masalah dalam menerapkan penilaian autentik antara lain: guru melakukan pendampingan saat siswa menjawab penilain diri, guru membagi menjadi dua kloter dan masuk secara bergantian, guru menyimpan di map dan ditempelkan hasil pekerjaan siswa. MANFAAT PENILAIAN AUTENTIK DAN TES BAGI GURU DAN SISWA



A. MANFAAT PENILAIAN AUTENTIK BAGI GURU DAN SISWA Penilaian otentik merupakan konsep besar yang meliputi sistem pengukuran hasil belajaar dalam bentuk “produk intelektual yang bernilai, signifikan, dan bermakna”. Bilamana guru menerapkan model penilaian otentik untuk menghimpun informasi mengenai prestasi siswa, maka guru menerapkan berbagai kriteria yang berkenaan dengan ‘ konstruksi ilmu pengetahuan, disiplin dalam melakukan penelitian, serta nilai-nilai yang dapat siswa kuasai sesuai dengan harapan sekolah (Wikipedia, 2010) Konsep penilaian otentik telah dikembangkan oleh Ralph Tyler. Pada tahun 1935 Ralph Tyler menyatakan ada dua perbedaan besar dalam mevaluasi hasil belajar siswa. Dua pendekatan besar meliputi pertama tes dan kuis dan kedua model pengumpulan sampel produk belajar sepanjang tahun. Jika satuan waktu belajar siswa per semester, maka penilaian berlangsung pula selama itu.



Praktek semacam itu berkembang menjadi model yang sekarang disebut “penilaian autentik,” yang mencakup berbagai pendekatan termasuk penilaian portofolio, jurnal dan blog, produk, rekaman video dari pertunjukan, dan proyek yang siswa selesaikan. Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Diane Hart, dalam pengantar yang sangat baik pada : A Handbook untuk Pendidik menyatakan berbagai kelebihan penggunaan model penilaian otententik, yaitu: 1. Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya. 2. Penilaian autentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik. 3. Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa. 4. Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang. 5. Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa untuk mengajar. 6. Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program. 7. penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi. 8. Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari persentil abstrak, perangkingan, dan pengukuran lain tes standar. 9. penilaian autentik baru untuk kebanyakan siswa. Mereka mungkin curiga pada awalnya, tahun pengkondisian dengan paper tes,, mencari jawaban yang benar tunggal, tidak mudah dibatalkan. 10. penilaian otentik memerlukan cara baru untuk merasakan bahwa dia sedang belajar dan dievaluasi. 11. Peran guru juga berubah. Tugas khusus, baik dalam bentuk pekerjaan maupun dalam bentuk pengasaan pengetahuan dan keterampilan haru harus diidentifikasi secara jelas di awal. 12. Dengan cara itu maka siswa dapat memulai sesuatu yang berbaik skala kecil dan dari awal. Semua bentuk penilaian yang baik selalu diawali dengan kejelasan standar yang dinyatakan, fokusnya adalah pengetahuan apa yang seharusnya siswa ketahui dan aktivitas apa yang harus dapat siswa kerjakan. Lebih dari itu, nalai-nilai apa yang sesungguhnya harus siswa miliki. Contoh penilaian autentik, meliputi:  Penampilan keterampilan siswa atau mendemonstrasikan bagaimana siswa menerapkan ilmu pengetahuan.  Melakukan simulasi atau bermain peran.  Rekaman portofolio atau item strategic yang terpilih.  Pamaran atau kompetensi yang dapat siswa tunjukkan. (Wikipedia, 2010) Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada disain pembelajaran. Menguasai pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan



ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa bersifat kontekstual. Berikut contoh prosedur penilaian yang dapat guru gunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan masalah siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Tatag Y. E. Siswono dari Unesa (2002) dengan tujuan pembelajaran siswa dapat memecahkan masalah secara kolaboratif. Ada pun hal yang guru nilai meliputi; 1. Siswa memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang terbaik untuk memecahkan masalah dalam kelompok. 2. Siswa menjawab rangkaian tes tentang langkah-langkah memecahkan masalah dalam kelompok. 3. Siswa membuat rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana cara memecahkan masalah secara kolaborasi, kemudian memberikan jawaban singkat terhadap pertanyaan itu. 4. Siswa merumuskan masalah baru, kemudian diminta untuk menulis essay yang berhubungan dengan bagaimana kelompok itu harus bekerja menyelesaikan masalah itu. 5. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah baru. 6. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok dan guru mengamati dan menilai usahanya. Peralihan sistem evaluasi dari pilihan ganda atau atau uraian terbatas memerlukan dukungan khusus kebijakan sekolah dan kebijakan sistem pendidikan nasional. Sulit sekolah mengembangkan kebijakan untuk mengubah sistem penilaian secara parsial sementara sekolah masih digiring pada tugas akhir meloloskan siswa melalui sistem penilaian pilihan ganda. Sistem penilaian otentik memerlukan dukungan kebijakan yang tepat dalam bentuk  Validitas Pembaharuan: Apakah pengembangan yang sedang berjalan sesuai dengan standar kurikulum nasional? Apakah informasi yang dihimpun, dianalisis, diolah, dirangkum, dan ditampilkan dalam bentuk yang sesuai dengan materi yang sedang dinilai? Apakah hasil dicapai sesuai untuk pembuatan keputusan dalam mengatasi masalah yang menjadi prioritas?  Validitas sistemik: Apakah program penilaian secara keseluruhan didorong dengan perubahan sistem penilaian belajarl melalui sistem pemantauan dan pembinaan?  Validitas prediktif: Apakah hasil penilaian berkorelasi dengan kinerja siswa pada bidang terkait lainnya, seperti sukses di tes masuk perguruan tinggi? (Richard; 1992) Dengan dukungan kebijakan untuk mengarahkan sekolah-sekolah unggul menerapkan standar penilaian otentik yang disinergikan dengan kemajuan penguasaan teknologi informasi sangat terbuka peluang sekolah untuk lebih kompetitif dalam mempromosikan hasil belajar dalam bentuk produk intelektual yang kreatif dalam bentuk teks, gambar, hitungan, peta konsep, video, garis waktu yang menggambarkan perkembangan. Lebih dari itu, sekolah selalu akan bergerak dari hasil terbaik yang telah dicapai sebelumnya. Produk belajar siswa pada setiap tahun dan jenjang disimpan baik sebagai sistem informasi sekolah yang terbuka untuk diapresiasi publik B. MANFAAT PENILAIAN TES BAGI GURU DAN SISWA Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menambahkan bahwa tes adalah prosedur



yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numeric atau suatu system kategoris.Ditinjau dari segi k egunaan tes untuk mengukur kemampuan siswa, dapat dibedakan menjadi 2 macam tes yaitu : tes formatif dan tes sumatif. A. Tes Formatif Tes formatif (formative test) juga disebut sebagai tes pembinaan, adalah tes yang diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. Tes yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik. Dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. Dengan kata lain tes formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas. Menurut McDonald (2007) dalam buku The Nurse Educator’s Guide to Assessing Learning Outcomes menyatakan bahwa “Formative evaluation is diagnostic evaluation; it identifies students' strengths and weaknesses to provide feedback for improvement of teaching and learning. Formative evaluation also involves judgments about the quality of instruction and assessment as they occur” ( Evaluasi formatif adalah diagnostik evaluasi; yaitu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa untuk memberikan umpan balik guna peningkatan pengajaran dan pembelajaran. EvaluasiFormatif juga melibatkan penilaian mengenai kualitas pengajaran dan penilaian yang terjdi. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Menurut Zamroni (2008) dalam buku Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran menjelaskan bahwa tes formatif adalah tes yang dilaksanakan ketika program pendidikan sedang berjalan. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya tes formatif adalah tes yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar atau setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/ topik agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai Kegunaan Tes Formatif dalam Kegiatan Belajar Mengajar a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh. b. Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan,



maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Disamping itu tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik itu. c. Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Sehingga siswa mengetahui bab mana yang dirasa belum dikuasainya. Dengan demikian ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan. d. Sebagai diagnosa. Bahwa pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan dan ketrampilan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. 2. Manfaat bagi guru a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus menggantikan cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama. b. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya. c. Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan. 3. Manfaat bagi program a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak. b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan. c) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai. d) Apakah metode, pendekatan dan evaluasi yang digunakan sudah tepat. Sebagai solusi bantuan yang bisa dikembangkan oleh para pengajar agar tingkat penguasaan mereka semakin baik antara lain dengan: 1. Memberikan pengajaran remedial, yaitu: memberi proses pembelajaran yang banyak menggunakan konsep-konsep yang sederhana yang dibarengi dengan contoh-contoh yang nyata dan operasional. 2. Mengadakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teman sebaya. Siswa yang mendapatkan skor yang tinggi diberi tugas untuk memberikan penjelasan kepada temantemannya yang mendapatkan skor yang rendah. Biasanya penjelasan yang diberikan temannya sendiri mudah dipahami daripada penjelasan yang diberikan oleh pengajar. Ini disebabkan oleh adanya keakraban antara teman. Satu hal yang penting yang perlu diperhatikan para pengajar pada pelaksanaan tes formatif adalah pemberian umpan balik (feed back) yang cepat. Umpan balik akan meningkatkan motivasi belajar mereka.