Pengisian Status Prosto [PDF]

  • Author / Uploaded
  • difa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PEMERIKSAAN PASIEN PROSTODONSIA



Oleh : Drg. Muhammad Nurung, Sp. Pros Mayor Laut (K) Nrp. 15670/P



RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT LEMBAGA KEDOKTERAN GIGI TNI ANGKATAN LAUT YOS SUDARSO MAKASSAR 2018



1



MATERI PANDUAN PEMERIKSAAN PASIEN PROSTODONSIA



1. Anamnesis, pemeriksaan fisik &penunjang. Dalam pembuatan suatu gigitiruan bagi seorang penderita, kita seringkali dihadapkan dengan suatu kenyataan keadaan kesehatan umum dan keadaan intraoral yang tidak menguntungkan atau tiak membantu dalam menghasilkan suatu gigitiruan yang baik. Kesehatan fisik, sikap dan pandangan mental penderita menentukan sukses tidaknya suatu perawatan oleh karena itu penderita harus dievaluasi secara keseluruhan. Kegagalan perawatan



dapat timbul tanpa dukungan data dan



petunjuk-petunjuk yang diperoleh dari prosedur pameriksaan diagnostic. Untuk hasil yang baik, maka dalam perawatan prostodonsi kita harus mampu melakukan perawatan yang tepat, sehingga fungsi-fungsi estetik, mastikasi, dan fonetik dari gigi dapat kita kembalikan. Keberhasilan pembuatan gigitiruan ditentukan oleh berbagai factor. Beberapa factor penting adalah pemeriksaan dan pencatatan yang teliti serta diagnosis yang tepat hasil-hasil dari pemeriksaan ini dikumpulkan dalam suatu kartu yang dikenal sebagai kartu pemeriksaan. Diagnosis yang tepat tergantung dari cara pemeriksaan yang benar, evaluasi dan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan tindakan ini, perawatan dapat dilakukan sesuai dengan keadaan dari penderita berdasarkan diagnosis yang teliti sehingga rencana perawatan dapat dilakukan dengan baik.



Cara pengisian Kartu Status Pasien Prostodonsia : 1. a. Nomor Kartu : Perlu dicatat untuk : -



Keperluan administrasi yaitu memudahkan penyimpanan dan pencarian kembali.



-



Memperoleh data statistic bila diperlukan.



b. Tanggal : Dicatat untuk : 2



-



Mengetahui tanggal/bulan/tahun berapa penderita berobat pertama kali.



-



Memperoleh data statistic, dimana dapat diketahui jumlah penderita yang berobay setiap hari, bulan, maupun tahun.



2. Nama pasien : a. Diperlukan untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain. b. Memudahkan mencari kembali kartu status bila diperlukan c. Untuk pendaftaran 3. Jenis kelamin : a. Diperlukan untk membantu yang lain dapat mengetahui jenis kelaminnya (medical record). b. Untuk pertimbangan dalam pemilihan gigi dan diameter klamer yang akan digunakan. 4. Alamat : Diperlukan untuk memanggil kembali penderita jika diperlukan. 5. Umur Pada perawatan postodonsi, pengaruh lanjut usia menjdi pertimbangan : a. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan,kesehatan mulut, koordinaso otot-otot, ukuran pulpa gigi dan panjang mahkota klinis. b. Pada usia lanjut, biasanya gigi sudah mengalami atrisi atau abrasi. c. Pada usia muda, kita dapat mempertimbangkan keadaan ruang pulpa yang masih lebar dan derajat karies yang masih tinggi. d. Untuk pertimbangan memilih warna gigi anterior.



6. Pekerjaan -



Dengan mengetahui kesibuan/pekerjaan dari pasien maka dapat diketahui keadaa social ekonomi dari pasien



dengan demikian kita dapat



memperkirakan kemungkinan bisa tidaknya pasien melakukan kunjungan yang teratur sesuai dengan rencana perawatan. -



Mempertimbangkan jenis gigitiruan yang akan dibuat (fixed atau removable).



-



Seseorang yang dalam melaksanakan tugasnya sering berhubungan dengan publik membutuhan factor estetik yang baik, ukuran dan bentuk, susunan gigi 3



dan hubungannya dengan gigi tetangganya dan bahan-bahan yang digunakan. 7. Keluhan utama Mengetahui dengan jelas maksud kunjungan pasien adalah sangat penting, dan harus diperoleh sejak awal kunjungan, sebab perawatan kita batu akan berhasil baik bila kita mampu mengatasi keluhan atau hambatan yang dirasakan oleh pasien. Rencana terapi dan terapi ditujukan untuk menghilangkan keluhan utama pasien. 8. Anamnesa Adanya Tanya jawab antara pasien dengan dokter mengenai riwayat penyakitnya, kelainan dan keluhan-eluhanpasien, terutama tentang hal-hal yang tidak dapat dilihat gejala klinisnya, serta hal-hal yang member informasi tentang adanya penyakit/kelainan yang dicurigai, misalnya : a. Maksud kedatangan pasie tersebut karena terganggunya fingsi pengunyahan atau fungsi estetik. b. Darimana pasien mendapatkan informasi tentang dokter gigi dan pembuatan gigi palsu. c. Apakah pasie pernah menggunakan gigi tiruan atau tidak. Pada pasien yang pernah



menggunakan



gigitruan



harus



diberikan



kesempatan



untuk



menceritakan masalah-masalah yang dihadapi tentang gigitiruannya yang lalu. Dari alasan ini kita dapat mengerti keinginan pasien untuk berkunjung, misalnya karena gigitiruannya tidak nyaman dipakai atau



mengalami



kesulitan dalam pengunyahan dan berbicara. d. Pasien juga ditanyakan tentang berapa lama pemakaian gigitiruannya dan kapan terakhir kali menggunakannya dan mengapa tidak digunakan lagi. INformasi ini dapat memberikan gambaran mengenai toleransi pasien terhadap gigitiruannya (memperkirakan seberapa jauh resorbsi yang telah terjadi pada alveolar ridge). e. Pada pasien yang belum pernah memakai gigitiruan, kita dapat memberikan penjelasan tentang macam-macam gigitiruan yang sesuai untk kasus pasien.



4



f. Pencabutan gigi yang terakhir perlu diketahui , apakah gigi tersebut sengaja dicabut/tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin masih ada sisa akar yang tertinggal. g. Apakah kehilangan gigi ini disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, atau trauma. Hal ini harus diketahui karena penyebab kehilangan gigi ini mempunyai



pengaruh



yang



berbeda



terhadap



kerusakan



prosessus



alveolaris. Pada kehilangan gigi drngan pencabutan perlu diketahui riwayat pencabutan gigi tersebut apakah sulit dilakukan pencabutn atau tidak. 9. Keadaan umum Keadaaan kesehatan umum dari pasien dapat diketahui dengan melihat kondisi tubuh pasien sewaktu masuk klinik. Selain itu kita perlu menanyakan riwayat penyakit umum yang pernah diderita, misalnya: DIABETES MELLITUS Pada penderita DM, sering disertai dengan kelainan-kelainan dalam rongga mulut, seperti peradangan pada jaringan mukosa dan peyakit periodontal serta mudah terjadi abses periapikal. Pada penderita DM perlu ditekankan mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Bila keadaan mulut penderita sehat (keadaan gula darah penderita terkontrol), maka pembuatan gigirituan sudah dapat dilakukan prognosa gigitiruan pada DM adalah gigitiruan yang longgar. HIPERTENSI Batasan hipertensi menurut WHO adalah bila tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 160mmHg dan tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 95 mmHg. Salah satu komplikasi tekanan darah tinggi adalah kemunduran faal ginjal sampai akhirnya terjadi gagal terminal. Paa penderita hipertensi yang perlu diperhatikan adalah pada waktu pencabutan



gigi.



Hindari



pemakaian



anestetikum



yang



mengandung



vasokonstriktor yang mempengaruhi tekanan darah. Pada penderita ini, bila masih ada gigi yang tersisa maka harus dilakukan pencabutan untuk dibuatkan gigitiruan,



maka



tekanan



darahnya



menghindari terjadinya perdarahan. 5



harus



terkontrol



kelainannya



untuk



JANTUNG Pada penderita jantung dapat diketahui oleh dokter gigi khususnya penderita kelainan katup jantung. Pada pasien ini pencabutan gigi untuk pembuatan gigitiruan, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya endocarditis miocard yang disebabkan oleh masuknya bakteri pada luka bekas pencabutan gigi, sedapat mungkin menghindari pencabutan. EPILEPSI Perlu diperhatikan penentuan jenis gigitiruan yang akan dibuat dan adanya hyperplasia gusi oleh karena pemakaian obat golongan barbiturate. Tindakan benar menaruh sesuatu dalam mulut ketika serangan kejang, karena lidah sudah tergigit pada stadium pertama kejang. AIDS Aids diterjemahkan sebagai kumpulan gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang di dapat dari factor luar (bukan bawaan sejak lahir). Menurut Shiadt dan Pinborg (1987), sebagian penderita AIDS menunjukkan manifestasi daerah kepala dan leher. Manifestasi di mulut seringkali merupakan tanda awal dari infeksi HIV. Manifestasi di dalam mulut yang khas yaitu : sarcoma Kaposi, limfoma dan neoplasma serta hairy leukoplakia. TBC Dalam merawat penderita TBC, perlu perlindungan penularan penyakit kepada dokter gigi dan penderita lain, sebaiknya dokter gigi memakai masker dan sarung tangan pada waktu pemeriksaan, perawatan, pencabutan, dan insersi gigitiruan. Selain itu sterilisasi alat dapat membantu mencegah penularan penyakit. HEPATITIS Hepatitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, yang paling sedikit empat virus berbeda yaitu hepatitis A (hepatitis infeksiosa), hepatitis B (hepatitis serum), hepatitis non-A, dan hepatitis non-B. Penyebab yang jelas ditentukan dengan tes laboratorium. Hepatitis B sangat berpengaruh pada klinik gigi oleh karena itu perlu dicegah hal penyebarannya dalam praktek dokter gigi.



6



ALERGI Adakalanya dapat ditanyakan tentang riwayat alergi karena terjadinya reaki alergi pada pasien yang mungkin disebabkan oleh obat-obatan antar bahan yang dipakai untuk pembuatan gigitiruan. 10. Pemeriksaan ekstra oral terdiri dari : a. Profil Gambaran pasien secara menyeluruh harus diperhatikan, karena ini akan menjadi pegangan yang penting untuk mendapatkan nilai estetik dalam pembuatan gigitiruan. Cara pemeriksaan profil wajah dilakukan sebagai berikut : Mengambil tiga buah titik khayal pada wajah, yaitu pada glabella (dahi), dasar hidung dan puncak dagu. -



Profil normal (lurus) : bila ketiga titik berada pada garis lurus



-



Profil protrusi (cembung) : bila titik-titik glabella dan puncak dagu berada lebih ke belakang dari titik dasar hidung.



-



Profil progeny (cekung) : bila titik-titik pada glabella dan puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung. Profil muka dapat memberikan gambaran hubungandari RA dan RB dalam arah vertical pada pembuatan gigitiruan.



b. Bentuk wajah Ada tiga bentuk wajah manusia : yaitu : Square (persegi), tapered (lancip), oval (lonjong) dapat digunakan sebagai lagkah awal dari seleksi bentuk gigi. c. Mata Pemeriksaan mata dilakukan pada saat pasien duduk tegaak dengan mata memandang lurus ke depan, lalu dilihat keadaan simetris atau tidaknya karena hal itu penting untuk menentukan bidang horizontal daerh anterior (anterior horizontal plane) dan kesejajaran dengan galangan gigit RA bagian anterior garis median (median line). d. Hidung. Harus diperhatikan bentuknya, apakah simetris atau tidak, dan adanya kebiasaan bernafas yang tidak benar, hidung digunakan untuk membantu 7



menentukan garis median dan sebagai patokan mendapatkan bidang anteriorposterior pada galangan gigit RA. Dimana kita ketahui, galangan gigit atas akan dipotong sesuai dengan garis naso auricular yang dibentuk hidung dan telinga. e. Telinga Periksa dan bandingkan simetris telinga kiri dan kanan. Telinga digunakan bersama hidung. Telinga digunakan bersama hidung untuk mendapatkan garia nasoaurikular yang digunakan untuk mendapatkan dataran horizontal pada galangan gigit RA yang akan digunakan untuk penyusunan gigi posterior. f. Bibir Perhatikan mengenai simetrisnya, ketebalannya, panjangnya, ketegangannya (fullness), bagaimana hubungannya dengan gigi dan pergerakannya sewaktu bicara. Fullness dari bibir harus didapatkan kembali pada pembuatan protesa (sayap labial) untuk mengembalikan tonus otot-otot bibir sehingga tidak terjadi perubahan bentuk wajah dari pasien dengan demikian fungsi estetiknya lebih baik. Disamping itu hubungan bibir dan gigi akan menentukan panjang gigi yang nampak selama berbicara atau istirahat. Garis ketawa adalah garis yang berkontak dengan tepi bawah dari bibir atas, waktu bibir naik setinggi mungkin, misalnya pada waktu tersenyum atau tertawa. Pada waktu tersebut segera ditandai pada permukaan labial dari biterim dan menentukan jumlah dari gigi yang nampak pada kondisi yang normal dan panjang dari gigi yang akan dipakai. g. Kelenjar limfe di sekitar rahang dengan melakukan palpasi yaitu kelenjar mandibularis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya peradangan di dalam mulut yang ditandai dengan membesarnya kelenjar. Dalam keadaan normal,



kelenjar-kelenjar



tersebut



hampir



tidak



teraba.



Bila



terjadi



peradangan, kelenjar ini akan membengkak dan terasa sakit. Tindakannya yaitu



menghilangkan



penyebab



pngivemberian medikasi.



8



terjadinya



peradangan



dengan



Yang bisa dijumpai yaitu : -



Lunak tidak sakit = normal



-



Lunak sakit = akut



-



Keras tidak sakit = kronis Penyebab peradangan misalnya : tonsilitis, stomatitis, gingivitis, dll. Kelainan dalam mulut harus diatasi sebelum pencabutan gigi.



h. Sendi rahang Dapat diperiksa dengan menyuruh penderita membuka dan menutup mulut meraba di depan tragus telinga. Cara pemeriksaannya : operator berdiri di belakang penderita, sendi dipalpasi selama berfungsi (gerakan menutup dan membuka mulut). Kedua sendi harus dipalpasi bersamaan untuk mengetahui apakah ada rasa sakit atau clicking. i.



Kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk pada penderita dapat mengganggu pembuatan gigitiruan, misalnya: bruxism, kebiasaan mengigit pada salah satu bagian, dll.



11. Pemeriksaan intraoral a. Kebersihan mulut Pemeriksaan ini meliputi adanya kalkulus, debris dan plak. Untuk itu kita perlu melakukan pemeriksaan kebersihan mulut pasien, yaitu kriteria baik, sedang dan buruk. Cara pemeriksaanya : melihat jumlah plak, debris, dan kalkulus pada bagian bukkal/labial dan pada bagian lingual/palatinal. Kriteria menurut Greene dan Vermillion : Lebih dari ½ permukaan gigi = 3 ½ permukaan gigi



=2



¼ permukaan gigi



=1



O permukaan gigi



=0



Tidak ada plak, debris, atau kalkulus. Setelah dihitung, nilai yang diperoleh disesuaikan dengan indeks di bawah ini : 0,1-1,2



= baik



1,3-3,0



= sedang



3,1-6,0



= buruk 9



b. Frekuensi karies Setiap gigi yang masih ada diteliti keadaannya hal ini diambil patokan sebagai berikut : F.K



= Gigi yang ditambal + karies x 100% Gigi yang masih ada



Bila FK :



0-25%



= frekuensi karies rendah



26-50%



= frekuensi karies sedang



51-100%



= frekuensi karies tinggi



Keterangan ini diperlukan untuk penentu8an indikasi jenis protesa dan jenis retainer yang akan digunakan. Indeks karies yang tinggi merupakan suatu kontraindikasi terhadap GTJ. Terutama jika dipakai retainer yang tidak menutupi seluruh permukaan gigi. Dinamana pada batas antara logam retainer dan jaringan gigi mudah terserang karies karena mulut yang sudah rentan terhadap karies sehingga hal ini perlu kita pertimbangkan sebelum merencanakan suatu benruk perawatan. c. Pemeriksaan rontgen foto Pada kolom ini ditulis unsur yang difoto. Guna ro foto pada pembuatan gigitiruan adalah melihat pembengkakan patologis dan hal lain yang mencurigakan. d. Perawatan sebelumnya Perlu dicatat jenis perawatan gigi yang telah diberikan kepada penderita, misalnya perawatan endo, orto, pencabutan gigi, dll. 12. Status gigi geligi Periksa gigi-gigi penderita yang masih ada. Status gigi geligi lengkap dalam bentuk dentogram berdasarkan kode dan tanda-tanda yang diperlukan . Hal ini berguna untuk melihat lokasi, keadaan gigi geligi, karang gigi dan sebagainya. Juga sebagai medical record untuk menentukan pemulihan gigi pendukung.



10



13.



Oklusi Pemeriksaan oklusi eliputi gigi molar RA dan RB, gigi kaninus RA dan RB



dan incisivus RA dan RB. -



Normal : Bila keadaan oklusi kelas I Angle, yaitu puncak mesiobukkal gigi M1 RA terletak segaris dengan fissura bukkal gigi M1 RB dan puncak C RA terletak diantara dan segaris dengan lereng distal dari puncak gigi C RB dan lereng mesial dari puncak bukkal gigi P1 RB.



-



Open bite : Adalah suatu gigitiruan dimana gigi RA dan RB tidak berkontak pada saat oklusi bisa satu gigi bisa berkelompok.



-



Crossbite : Adalah suatu gigitan dimana oklusi gigi dan antagonisnya terbalik dalam arah horizontal.



-



Protrusi : Adalah suatu keadaan dimana inklinasi gigi atau rahang atas yang menjorok ke depan.



OKLUSI DINAMIK a. Sistem oklusi unilteral balance occlusion (UBO). Berciri pada gerakan ke sisi kerja sebagian gigi geligi anterior dan posterior bersentuhan sedangkan pada sisi keseimbangan tidak bersentuhan. b. Sistem oklusi mutually protected occlusion (MPO). Berciri pada gerakan ke sisi kerja maupun protrusive geligi posteriorr disklusi (tidak oklusi), hanya gigi anterior saja yang bersentuhan. c. Sistem oklusi bilateral balance occlusion (BBO). Berciri pada gerakan ke sisi kerja, sisi keseimbangan terdapat juga persentuhan gigi. d. Sistem oklusi dapat ditentukan. Andaikata pada gerakan batas mandibula tidak dapat ditetapkan pola persentuhan gigi seperti pada di atas misalnya karena maloklusi parah, banyak geligi yang hilang, kemungkinan tidak dapat langsung membuat jembatan. -



Edge to edge. Adalah oklusi dimana inklinasi gigi RA bertemu dengan tepi incisal gigi RB. Dapat terjadi juga pada gigi posterior dikenal sebagai cusp to cusp.



-



Deep bite. Adalah oklusi dimana gigi RB terletak jauh ke belakang terhadap gigi RA (suatu gigitan dimana overbite lebih dari 2 mm). Gunanya untuk 11



penentuan gigitan, yaitu untuk menentukan hubungan model positif atas dan bawah sesuai dengan hubungan maksila dan mandibula. 14. Vestibulum. Dalam atau dangkalnya vestibulum menentukan retensi dan stabilitas gigitiruan. Pemeriksaan dengan kaca mulut no.3, kriterianya yaitu : a. Dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah, retensi dan stabilitas baik. b. Sedang : Bila kaca mulut terbenam setengahnya. c. Dangkal : Apabila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya, retensi dan stabilitas kurang. Pemeriksaan regio posterior dilakukan pada vestibulum buccalis sedangkan pada regio anterior yaitu pada vestibulum labialis. Kedalaman dari vestibulum ini penting untuk kepentingan retensi gigitiruan. 15. Frenulum. Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahnya perlekatan frenulum. Kriterianya yaitu : -



Tinggi, bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge, keadaan ini dapat mengganggu retensi gigitiruan.



-



Sedang, bila perlekatannya kira-kira di tengah puncak ridge dan sulcus vestibularis.



-



Rendah, bila perlekatannya dekat dengan sulkus vestibularis.



Frenulum ini penting diperhatikan untuk mengetahui batas pinggiran landasan gigitiruan, bila akan dilakukan perluasan landasan. Perluasan landasan penting untuk mencapai kemantapan gigitiruan lengkap. 16. Relasi rahang Kedudukan processus alveolaris RA dan RB dilihat dari arah anteroposterior, dalam keadaan normal ada jarak yang memisahkan antara RA dan RB. Diperiksa dengan cara meminta pasien mengigit jari operator yang diletakkan di ridge belakang. Pada pasien edentulous, kedudukan processua alveolaris ini dapat dikategorikan sbb :



12



a. Sejajar ; Segmen anterior dari ridge mandibula berada pada bagian bawah, dan segaris dengan segmen anterior ridge maxilla. b. Protrusi ; Segmen anterior ridge mandibula retusded dari posisi normal. c. Prognati ; Segmen anterior dari mandibula berada protruded dari posisi normal. 17. Bentuk ridge alveolaris. Bentuk alveolaris ridge yaitu : a. Bentuk U : Bentuk ridge alveolar yang besar dan tinggi dengan puncak yang membulat, paling menguntungkan karena dapat menahan daya kunyah, menahan daya ungkit, dan perpindahan tempat akibat daya horizontal. b. Bentuk V : Bentuk ridge alveolaris yang tinggi tetapi ujungnya lancip, kurang menguntungkan karena gigitiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit mukosa yang menutupi ridge tajam, biasanya tipis. c. Bentuk datar : Bentuk ridge alveolaris yang rendah dan tingginya hampir sama atau sama denagn dasar mulut atau palatum, kurang retensi. Bentuk tulang alveolaris ini berpengaruh terhadap daya dukung dari jaringan pendukung terhadap protesa untuk resistensi atau retensi protesa. 18. Bentuk palatum. Bentuk palatum perlu diperhatikan untuk memperhatikan resistensi, retensi, dan stabilitas dari gigitiruan yang akan kita kerjakan, perlu diperhatikan : -



Bentuk U : Bentuk ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertikal dan horizontal, paing baik karena paling cekat.



-



Bentuk V : Bentuk seperti ini retensinya paling jelek.



-



Bentuk datar : Bentuk palatum rendah, tidak dapat menahan gerakan lateral pada gerakan anteroposterior dari gigitiruan.



19. Torus Torus adalah suatu pembesaran tulang yang ditemukan pada garis tengah palatum dan pada lateral lidah antara gigi P1-P2 mandibula. Pada torus yang kecil biasanya tidak dibutuhkan tindakan bedah, tapi cukup dengan pembuatan relief pada gigitiruan. Pada torus yang besar dengan bentuk yang dapat menyebabkan retensi atau kesulitan dalam insersi gigitiruan dibutuhkan tindakan 13



pembedahan. Relief dibuat dengan tujuan agar tekanan sama rata untuk menghindari tekanan yang besar pada bagian torus karena mukosanya paling tipis, misalnya torus palatinus. 20. Tuberositas maksillaris. Adalah tonjolan di belakang gigi M3 RA. Tuber mempunyai peranan penting dalam memberikan retensi dalam gigitiruan. Pemeriksaan tuber dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 yang diletakkan tegak lurus pada bagian vestibulum. -



Tuber besar, jika kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya.



-



Tuber sedang, jika kaca mulut terbenam hanya setengahnya.



-



Tuber kecil, jika kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.



Tuber maksillaris yang besar dengan jaringan yang bergerak merupakan dukungan yang jelek untuk retensi gigitiruan sehinnga perlu dipertimbangkan pembuangan dari jaringan ini bila didapatkan dari pemeriksaan. Dengan melakukan palpasi dapat diketahui jaringan yang menutup undercut tersebut sehingga diketahui apakah protesa dapat diinsersikan ke dalam daerah undercut tersebut atau tidak. Bila tuber ini mempunyai undercut besar dan tertutup jaringan mukosa yang tipis maka perlu dilakukan tindakan operasi. 21. Retromylohyoid Daerah ini penting untuk retensi gigitiruan, pemeriksaan daerah ini9 dilakukan pada daerah lingual di sekitar gigi M2 dan M3 RB dengan menggunakan kaca mulut no.3 dengan kriteria dalam, sedang dan dangkal. Umumnya bentuk ridge di daerah ini tegas dan tajam, sehingga merupakan kontraindikasi untuk memperpanjang sayap lingual dari protesa melewati daerah ini, tetapi bila ridge daerah ini kurang menonjol dan berbentuk bulat maka dapat dilakukan perpanjangan pada sayap lingual untuk mendapatkan retensi tambahan dari protesa. 22. Eksostosis Merupakan penonjolan tulang yang tajam pada processua alveolaris yang menyebabkan rasa sakit pada penekanan atau pemakaian protesa. Eksostosis dicatat lokasinya. Pencatatan ini dilakukan untuk mempertimbangkan perlu 14



tidaknya dilakukan pembedahan sebelum dilakukan pembuatan gigitiruan. Juga untuk pertimbangan retensi tambahan serta menentukan arah insersi. Dalam satu sisi rahang dibagi menjadi dua regio yaitu anterior dan posterior. 23. Diastema Adanya kelainan pada kontak proksimal dari gigi yang ada harus dicatat karena berhubungan dengan pertimbangan besarnya daya dukungan gigi penyangga dan jaringan pendukung terhadap gigitiruan. Contoh cara penulisan diastema yaitu : 34-35, 11-12, 46-47. 24. Klasifikasi Angle Klass I : Hubungan molar satu adalah normal secara mesiodistal, tetapi terdapat penyimpangan gigi lainnya dalam lengkung gigi seperti gigi rotasi, berjejal, gigitan terbalik, overjet, overbite, dan gigitan terbuka. Sejalan dengan hal itu terjadi defisiensi panjang lengkung yang tidak bisa menempatkan gigi dalam keadaan normal tanpa mengurangi jumlah gigi dengan pencabutan atau penempatan gigi dalam alveolar RB dan dataran labial. Tonjol mesiobuccal gigi M1 permanen RA beroklusi dan dataran-dataran labial. Tonjol mesiobuccal gigi M1 permanen RA beroklusi pada fissura mesiobukkal gigi M1 permanen RB. Klass II : Lengkung gigi RB beroklusi dalam relasi distal terhadap lengkung gigi RA paling tidak setengah lebar gigi M1 permanen atau selebar mesiodistal P1. Tonjol mesiobukkal gigi M1 permanen RA beroklusi pada ruang antara tonjol mesiobukkal gigi M1 permanen RB. Tonjol mesiolingual gigi M1 permanen RA beroklusi pada mesial dari tonjol mesiolingual gigi M1 permanen RB. Kelas III : Tonjl mesiobukkal gigi M1 permanen RA beroklusi pada ruang interdental antara aspek distal dari tonjol-tonjol distal gigi M1 permanen RB dan mesial dari tonjol-tonjol mesial gigi M2 permanen RB. Gunanya untuk menentukan hubungan antara RA dan RB dalam arah anteroposterior dalam keadaan normal, agar model atas dan bawah tidak dioklusikan secara salah. 25. Artikulasi Artikulasi diperiksa untuk mengetahuiadanya blocking (hambatan). Cara pemeriksannya yaitu : pasien disuruh mengoklusikangiginya kemudian giginya diartikulasikan ke kiri dan ke kanan serta ke depan dan ke belakang. Jika ada 15



gigi yang tidak berkontak, berarti ada gigi yang mengalami hambatan artikulasi yang normal dari gigi anterior adalah letak gigi anterior atas lebih ke anterior dari gigi anterior bawah dan saling tumpang tindih 1-4 mm. Pada keadaan dimana terjadinya artikulasi yang salah, maka dapat terjadi peradangan pada daerah puncak alveolaris yang terlalu berat pada daerah tersebut karena terjadi hambatan pergerakan lateral dan anteroposterior yang disebabkan gangguan puncak gigi. 26. Kelainan letak gigi Harus dicatat kelainan gigi yang berada dalam mulut, misalnya gigi geligi yang supraposisi, infra posisi, rotasi, versi, migrasi, dll. Keterangan ini penting terutama pada gigi yang digunakan sebagai penyangga dalam perawatan GTJ yang membutuhkan arah insersi yang lebih selektif. 27. Kelainan gigi Kelainan gigi yang dicatat adalah kelainan gigi dalam bentuknya, misalnya makrodontia, mikrodontia, mulberry teeth. 28. Mobilitas Gigi-gigi yang masih tertinggal harus diperiksa mobilitasnya. Ini oenting untuk oertimbangan penentuan gigi penyanggah/pegangan klamer. Klasifikasi mobilitas gigi menurut Schulger adalah : -



0 = Normal, tidak ada pergerakan gigi



-



1 = derajat 1, pergerakan gigi buccolingual kurang dari 1 mm.



-



2 = derajat 2, pergerakan gigi buccolingual 2 mm, tetapi 1 mm ke arah apikal.



-



3 = derajat 3, pergerakan gigi ke buccolingual lebih dari 2 mm dan ada pergerakan ke apikal.



29. Bentuk gigi depan Secara umum bentuk gigi depan harmonis dengan bentuk wajah. Menurut Leo Williams, bentuk gigi incisivus sentralis sesuai dengan bentuk garis luar wajah, tetapi dengan arah terbalik. Pencatatan bentuk gigi ini diperlukan untuk kepentingan estetik yaitu dalam hal pemulihan gigi artifisial. Misalnya ovoid, square, dan tapered.



16



30. Warna gigi depan Dalam pemilihan warna gigi biasanya dengan memakai shade guide atau pemandu warna. Shade guide dicocokkan denagn gigi yang terlihat pada waktu membuka mulut, sebelumnya shade giude dibasahkan terlebih dahulu dengan air, untuk menentukan kecemerlangan dan tranlusensinya, kemudian dicatat warna gigi dan shade guide yang digunakan. Hal ini penting untuk estetik dalam pemilihan warna gigi artifisial dan pembuatan warna dari pontik pada GTJ. 31. Tahanan jaringan 32. Pemeriksaan tahanan jaringan meliputi bagian palatum, dan processus RA dan RB. Pemeriksaan dilakukan dengan penekanan jaringan dengan memakai burnisher. Tahanan jaringan penting untuk mengetahui kemampuan adaptasi jaringan terhadap tekanan gigitiruan. -



Tahanan jaringan tinggi, bila pada penekanan tidak menyebabkan perubahan warna jaringan, jaringan cekat, tidak goyang dan cukup tebal.



-



Tahanan jaringan rendah, bila pada penekanan nampak perubahan warna jaringan menjadi pucat/putih.



33. Mukosa pendukung Pemeriksaaan dilakukan di sekitar processua alveolaris dimana gigitiruan akan duduk, apakah mukosa bergerak atau tidak. Hal ini penting untuk kestabilan gigitiruan. 34. Kelainan jaringan mukosa Semua jaringan pada RA dan RB, diperiksa termasuk pipi dan bibir. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi dari mukosa yang akan mendukung gigitiruan. Perlu dicatat adalah adanya inflamasi atau kelainan-kelainan lain yang terdapat pada mukosa. Kita tidak boleh mencetak bila ada inflamasi karena akan menyebabkan iritasi dan luka pada mukosa, jadi haris disembuhkan. 35. Retraksi gusi dan karang gigi Diperiksa dan dicatat adanya retraksi gusi. Hal ini terutama diperlukan dalam pembuatan gigitiruan jembatan, yaitu dalam hal meletakkan akhiran servikal dari mahkota gigitiruan. Karang gigi juga herus diperiksa dan dicatat. Pembersihan kalkulus perlu dilakukan sebelum prosedur perawatan prostodonsi. 17



36. Pembengkakan Setiap pembengkakan dalam mulut harus diperiksa dan dicari penyebabnya, lalu di diagnosis. Pembengkakan yang ditemukan pada satu sisi biasanya lebih bersifat patologis dibanding jika ditemukan pada kedua sisi. Jika ditemukan adanya pembengkakan tersebut, bila perlu dilakukan ronsen foto untuk melihat bila ada kelainan patologis. 37. Lidah Yang diperhatikan adalah bentuk ujung lidah, yaitu dapat berbentuk lancip dan berbentuk bulat. Lidah penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh pada retensi dan stabilitas gigitiruan. Dalam hal ini fungsinya sebagai alat kontrol terhadap gigitiruan dan juga sebagai pertimbangan dalam penyusunan gigi. Aktifitas lidah diperiksa dengan menyentuhkan salah satu alat pada salah satu bagian . Pada lidah yang aktif, sentuhan yang ringan saja sudah memberikan gerakan yang aktif. 38. Saliva Saliva berperan terhadap retensi gigitiruan, dalam hal ini yaitu sifat adhesif kohesinya. Yang perlu dicatat adalah jumlah dan konsistensi saliva, karena sangat berpengaruh terhadap stabilitas, retensi dan kenyamanan pasien waktu menggunakan gigitiruan. Saliva yang banyak (syalorhea dan Ptyalism) akan mengganggu pencetakan dan akan mengurangi retensi gigitiruan. Sebaliknya, saliva yang sedikit (xerostomia), akan menyebabkan retensi. Adhesi terjadi antara permukaan gigitiruan dan saliva dan antara permukaan mukosa dan saliva. Air ludah yang cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan. Air ludah yang banyak dan kental mudah melepaskan gigitiruan dan menyulitkan pada saat mencetak RB. 39. Status lokal Semua gigi yang masih ada bila mengalami kelainan perlu dicatat status lokal dan didiagnosis, misalnya iritasi pulpa, hiperemi pulpa, pulpitis dan sebagainya. Hal ini perlu untuk mengetahui perawatan selanjutnya. 40. Edentulous, ada dua macam : 18



-



Edentulous partialis, adalah keadaan dimana terjadi kehilangan gigi asli sebagian. Pada keadaan ini keadaan gigi-gigi yang hilang dicatat, baik pada gigi RA maupun pada gigi RB.



-



Edentulous totalis, adalah keadaan dimana terjadi kehilangan gigi asli seluruhnya pada RA dan RB.



41. Kajian radiografi Pada bagian ini ditulis mengenai hasil ronsen foto : Untuk GTS : -



Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung



-



Melihat bentuk, panjang dan julmah akar gigi pendukung



-



Melihat adanya sisa akar dan kelainan periapikal



Untuk GTP : -



Melihat adanya sisa akar



-



Melihat gigi yang tidak erupsi



-



Melihat adanya kelainan pada daerah yang terasa sakit pada perabaan



Untuk GTJ : -



Meliht posisi/kemiringan gigi yang akan menjadi pendukung



-



Melihat keadaan jaringan periodontium



-



Melihat ukuran, bentuk dan posisi gigi



-



Perbandingan panjang akar dan mahkota



-



Pengisian saluran akar



-



Untuk mengetahui adanya sisa akar (gusi merah).



2. Diagnosis dan rencana perawatan Evaluasi data diagnostik Semua data diagnostic harus dikumpulkan sebelum penilaian efektif dibuat. Praktisi



menghubungkan



penemuan



intraoral



dengan



survey



radiografi,



pemasangan model, survey dan analisis dari model diagnostic, dan informasi lainnyayang relevan. Hasilnya digunakan dalam pengembangan rencana perawatan.



19



Evaluasi dari survey radiografi Suatu evaluasi radiografi secara lengkap dibuat dengan perhatian khusus yang focus pada calon abutmen dan area sisa ridge. Semua area radiolusen dan radiopak yang bervariasi jangkauan normal dinilai secara cermat untuk menentukan kondisi patologi yang ada



Gbr. Foto radiografi panoramic



A. Rencana perawatan Periodontal Dicatat pada regio mana gigi yang akan dilakukan pembersihan karang gigi Pengawetan gigi Dalam hal ini dapat dilakukan perawatan untuk memperbaiki gigi pendukung yang mengalami karies seoerti tambalan amalgam, perawatan endodontik. Bedah Mulut Pencabutan gigi, pada umunya pencabutan gigi atau sisa akar, dindikasikan bila suatu gigi keadaan diramalkan tidak akan menguntungkan baik untuk retainer atau untuk penyusunan gigi geligi dan merupakan kontraindikasi untuk dippertahankan. Gigi yang tidak diinginkan perlu untuk segera dicabut, karena dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain. Alveolektomi adalah memotong tulang alveolus yang tajam dari processus secara pembedahan. Perlu dicatat region mana terdapat exostosis atau penonjolan yang perlu dilakukan alveolektomi. B. Rencana perawatan gigitruan Tentukan dan catat macam gigitiruan yang akan dibuat, misalnya : a. GTP 20



b. GTS -



Spoon denture adalah bagian dari GTS yang ridak memakai klamer.



-



Sadle base adalah bagian GT yang melekat langsung pada mukosa mulut, dasar dari gigi artificial dipasang



-



Rebasing yaitu menggantikan landasan gigitiruan yang sudah mengalami kerusakan, karena sudah terlalu lamatetapi masih memenuhi syarat sebagai gigitiruan.



-



Relining yaitu melapisi bagian permukaan anatomic landasan gigitiruan.



-



Obturator



-



Reparasi yaitu bila terjadi fraktur GT, penambahan gigi, fraktur/penambahan cengkeram.



C. Perawatan alternative Selain rencana perawatan yang telah dilipih kemungkinan jenis perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada, misalnya : a. Kerangka logam b. GTJ/GTL c. Overdenture, dimana sisa akar masih dipertahankan.



21