Pengukuran Gravimeter [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS GEODESI FISIS PENGUKURAN GRAVITY MENGGUNAKAN GRAVIMETER



Dosen : Eko Rahmadi, S.T.



Oleh : IKHBAL YESA FRANDIKA PUTRA 1715013026



TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG



2019



A. GRAVITY Metode gravity adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang digunakan untuk mengukur variasi medan gravitasi bumi akibat adanya perbedaan densitas antar batuan. Dalam prakteknya, metode ini mempelajari perbedaan medan gavitasi dari satu titik terhadap titik observasi lainnya. Sehingga sumber yang merupakan suatu zona massa dibawah permukaan bumi akan menyebabkan suatu gangguan pada medan gravitasi. Gangguan medan gavitasi ini-lah yang disebut sebagai anomali gravity. Secara prinsip, metode gravity digunakan karena kemampuannya dalam membedakan densitas dari suatu sumber anomali terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari variasi densitas tersebut dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Dalam suatu eksplorasi, baik dalam mencari minyak bumi maupun mineral, metode gravity ini banyak digunakan pada tahap penelitian pendahuluan. Dasar teori yang digunakan dalam metode gavity adalah hukum Newton tentang gravitasi bumi. Jika dua benda dengan massa m1 dan m2 dipisahkan oleh jarak r, maka gaya tarik menarik (F) antara kedua benda tersebut adalah :



Dengan : F : gaya tarik-menarik antara kedua benda (N) M1 : massa benda 1 (kg) m2 : massa benda 2 (kg) r : jarak kedua benda (m) G : tetapan gravitasi (6.67 x 10-11 m3kg-1s-2) B. GRAVIMETER Sebuah gravity meter, atau biasa disebut gravimeter, mengukur variasi medan gravitasi Bumi. Variasi tersebut diakibatkan oleh perubahan pada kerapatan batuan di bawah permukaan di sekitar titik pengukuran. Karena variasi kerapatannya sangat kecil dan seragam, gravimeter harus sensitif agar bisa mengukur satu bagian dari 100 juta bagian medan gravitasi Bumi (980 Gal atau 980.000 mGal). Variasi tersebut dapat digunakan untuk penentuan undulasi geoid yang didasarkan atas data anomali gaya berat hasil pengukuran gaya berat. Gravimeter merupakan instrumen yang digunakan dalam gravimetri untuk mengukur medan gravitasi lokal dari bumi. Sebuah gravimeter adalah jenis accelerometer, khusus untuk mengukur percepatan penurunan konstan gravitasi, yang bervariasi sekitar 0,5% di atas permukaan bumi. Meskipun prinsip penting dari desain adalah sama seperti di accelerometers lainnya, gravimeters biasanya dirancang untuk menjadi lebih sensitif untuk mengukur perubahan fraksional yang sangat kecil dalam gravitasi bumi dari 1 g, disebabkan oleh struktur geologi terdekat atau bentuk Bumi dan dengan variasi pasang surut temporal. Sensitivitas ini berarti bahwa gravimeter



rentan terhadap getaran asing termasuk kebisingan yang cenderung menyebabkan percepatan osilasi. Gravimeters menampilkan pengukuran mereka dalam satuan gals (cm / s2), bukannya unit lebih umum percepatan. Gravimeters digunakan untuk minyak bumi dan prospeksi mineral, seismologi, geodesi, survei geofisika dan penelitian geofisika lainnya, dan untuk metrologi. Ada dua jenis gravimeters: relatif dan mutlak. Gravimeters mutlak mengukur gravitasi lokal di unit mutlak, gals. Gravimeters relatif membandingkan nilai gravitasi pada satu titik dengan yang lain. Mereka harus dikalibrasi di lokasi di mana gravitasi diketahui secara akurat, dan kemudian diangkut ke lokasi di mana gravitasi diukur. Mereka mengukur rasio gravitasi di dua titik. Gravimeter tidak mengukur percepatan gravitasi mutlak tetapi perbedaan percepatan relatif. Ada beberapa perusahaan yang membuat gravimeter dengan variasi akurasi yang sangat baik. Gravimeter yang umum di pasaran adalah Worden, Scintrex, dan La Coste Romberg. Gravimeter biasanya memiliki dua baterai isi ulang yang memungkinkan untuk melakukan pembacaan selama lebih dari 16 jam. Gravimeter Worden sepenuhnya mekanik dan optis yang bergantung pada baterai AA untuk menerangi garis bidik, menggunakan pegas dan massa panjang tetap yang dilekatkan pada skala kalibrasi pegas dan veneer untuk mengukur percepatan gravitasi.



(a.) Gambar 1. Gravimeter Worden



(b.)



Gravimeter Scrintex Autograv bersifat semi-otomatis, walau sedikit lebih mahal, alat tersebut telah terbukti memiliki stabilitas yang lebih tinggi dan mengalami sedikit tares (lonjakan tiba-tiba pada saat membaca gravitasi) dalam jangka waktu yang lama.



(a.)



(b.) Gambar 2. Gravimeter Scrintex



Gravimeter La Coste Romberg memiliki pengulangan sebesar tiga microGal (medan gravitasi Bumi besarnya 980.000.000 microGal), dan merupakan tipe gravimeter yang menjadi pilihan utama oleh industri untuk melakukan survei pengukuran gravitasi.



(a.)



(b.) Gambar 3. Gravimeter La Coste Romberg



C. AKUISISI DATA Akuisi data gravitasi adalah pekerjaan yang relatif sederhana karena bisa dilakukan oleh satu orang. Namun, biasanya diperlukan dua orang untuk bisa menentukan lokasi (lintang, bujur, dan ketinggian) stasiun gravitasi. Untuk mendeteksi sasaran (misal, benda padat atau patahan), pembacaan gravitasi harus dilakukan sepanjang jalur melintasi lokasi sasaran. Ukuran yang diharapkan akan menentukan jarak antara pembacaan (jarak stasiun), dengan jarak antar stasiun yang lebih besar



untuk target besar dan jarak antar stasiun yang lebih kecil untuk target yang kecil. Disarankan untuk memodelkan anomali yang diharapkan secara matematis terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian lapangan. Seiring dengan akurasi instrumen yang diharapkan, perkiraan dapat dibuat dari ukuran anomali dan jarak stasiun yang dibutuhkan. Survei dilakukan dengan melakukan pembacaan gravitasi secara berkala sepanjang jalur yang melintasi lokasi target yang diharapkan. Namun, untuk memperhitungkan drift instrumen yang diharapkan, satu stasiun (stasiun pangkalan lokal) harus ditempatkan dan harus diisi ulang setiap setengah sampai 1 jam atau lebih (tergantung pada karakteristik drift instrumen) untuk mendapatkan drift instrumen yang alami. Pengulangan pembacaan ini dilakukan karena bahkan alat ukur gravitasi yang paling stabil sekalipun pembacaannya mengalami pergeseran seiring waktu karena creep elastis pegas alat ukur dan juga untuk membantu menghilangkan efek gravitasi Bumi dari pembacaan pasang surut Bumi harus dilakukan di stasiun pangkalan. Drift instrumen biasanya linier dan kurang dari 0,01 mGal / jam dalam kondisi operasi normal. Karena gravitasi menurun saat elevasi meningkat, elevasi setiap stasiun harus diukur dengan kesalahan tidak lebih dari sekitar 3 cm. Bacaan diambil dengan cara menempatkan instrumen di tanah dan meratakannya (levelling). Cara ini dapat dilakukan secara otomatis pada beberapa instrumen, seperti Scintrex. Faktor penting dalam memperoleh nilai gravitasi yang berguna dalam survei adalah menentukan efek pasang surut bumi karena efek gravitasi mereka mungkin lebih besar daripada variasi medan gravitasi karena anomali yang dicari. Aspek terakhir dari pembacaan pada alat ukur gravitasi menyangkut aktivitas seismik atau pergerakan budaya seperti kendaraan atau orang. Hal ini akan mengganggu pembacaan (alat ukur yang sebenarnya adalah seismometer berfrekuensi rendah), meskipun Scintrex memiliki filter anti-seismik (La Coste-Romberg juga dirombak secara mekanis untuk mengurangi efek gempa bumi), pembacaan tetap akan terganggu. Jika ini terjadi, semua operasi harus dihentikan. Berdasarkan pengalaman, seseorang harus menunggu setidaknya 1-2 jam setelah kejadian seismik sebelum melanjutkan survei. Dari kurva drift, bacaan dasar yang sesuai dengan waktu stasiun gravitasi tertentu yang diukur diperoleh dengan mengurangi bacaan dasar dari pembacaan stasiun. Pembacaan gravitasi ini tidak dalam satuan mGal tapi dalam satuan gravimeter. Kita harus mengalikan bacaan gravimeter dengan konstanta alat dari pabrikan pembuat alat (konstanta kalibrasi) untuk mendapatkan mGal. Untuk bisa mendapatkan bacaan gravitasi, sebuah posisi horizontal dan elevasi stasiun gravitasi harus diperoleh terlebih dahulu. Posisi horizontal bisa berupa garis lintang dan bujur atau jarak x dan y (meter atau kaki) dari titik awal yang telah ditentukan. Ketepatan elevasi yang diperlukan untuk survei adalah antara 0,004 dan 0,2 m dan untuk memperoleh akurasi tersebut, diperlukan survei jarak secara elektronik (theodolite) atau survei penentuan posisi global yang dikoreksi secara global (GPS).



D. PEMROSESAN DATA Tugas terakhir sebagian besar penelitian lapangan adalah menentukan perubahan topografi dan dampak bangunan di sekitar stasiun gravitasi. Kedua efek ini nantinya akan digunakan dalam pengolahan data gravitasi. Ada sejumlah teknik untuk menentukan perubahan elevasi dan biasanya melibatkan kombinasi perubahan elevasi rekaman di lapangan dan perhitungan komputer menggunakan model elevasi digital (DEM). Teknik yang paling umum digunakan adalah dengan Hammer, di mana seseorang mencatat perubahan elevasi pada kuadran jarak yang ditentukan (biasanya dari 0 sampai 1000 meter) dari stasiun gravitasi. Teknik yang baru dikembangkan menggunakan tembakan laser penentuan posisi untuk mendapatkan perubahan ketinggian yang lebih akurat dalam jarak 100 meter dari stasiun gravitasi. Teknik terbaik menggunakan metode Hammer untuk perubahan elevasi stasiun dekat (hingga 200 meter) dan metode komputer berdasarkan akurasi (setidaknya 10 meter 7,5 menit quadrangles). Pembacaan gravitasi yang diperoleh dari survei gravitasi mencerminkan medan gravitasi akibat massa di Bumi dan efek rotasi Bumi. Beberapa koreksi harus diterapkan pada pembacaan gravitasi lapangan. Untuk menginterpretasikan data gravitasi, seseorang harus menghilangkan semua efek gravitasi yang diketahui yang tidak terkait dengan perubahan kerapatan bawah permukaan. Setiap pembacaan harus dikoreksi untuk elevasi, pengaruh arus pasang surut, lintang dan, jika ada topografi lokal yang signifikan, koreksi topografi. Untuk memahami koreksi, pembacaan gravitasi pertama kali dipertimbangkan pada permukaan tanah datar. Koreksi kemudian diterapkan untuk memperhitungkan penyimpangan dari kondisi ini. Seiring jarak dari pusat Bumi meningkat, tarikan gravitasi menurun. Koreksi ini disebut koreksi elevasi. Jika pembacaan gravitasi diambil di atas bukit, maka ada defisit massa di kedua sisi bukit, dibandingkan dengan permukaan tanah horizontal, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4. Hal ini dikoreksi dengan koreksi topografi. Penting untuk disadari bahwa massa yang lebih tinggi dari pada lokasi bacaan juga akan mempengaruhi data dan harus dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat terjadi di daerah topografi yang signifikan atau saat survei dilakukan di dekat bangunan besar. Dalam instrumen modern seperti Scintrex, alat ukur dapat secara otomatis menerapkan koreksi pasang surut dan drift.



Gambar 4. Koreksi Topografi pada Wilayah Pengamatan di Bukit



Perbedaan antara gravitasi diamati (gobs) dan gravitasi teoritis (gth) pada setiap titik di permukaan bumi setelah mengurangi pembacaan gravitasi ke permukaan geoid (yaitu, membuat semua koreksi yang diperlukan) dikenal sebagai anomali gravitasi Bouguer atau gravitasi Bouguer dan Hasilnya karena variasi kepadatan lateral di bawah permukaan (diasumsikan disebabkan oleh struktur geologi yang dicari), dapat digunakan untuk interpretasi. Koreksi-Koreksi yang Diperlukan: 1.) Koreksi Pasang-Surut (Tide Correction) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda-benda di luar bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu. Pen urunan efek tidal ini hampir sebagian besar menggunakan persamaan Longman (1959).



Dalam prakteknya, koreksi tidal dilakukan dengan cara mengukur nilai gayaberat di stasiun yang sama (base) pada interval waktu tertentu. Kemudian bacaan gravimeter tersebut diplot terhadap waktu agar menghasilkan suatu persamaan yang digunakan untuk menghitung koreksi tidal. Nilai koreksi tidal ini selalu ditambahkan pada pembacaan gayaberat.



gt = gobs + tideobs



dimana: gt gobs tideobs



= Gaya berat terkoreksi tidal = Gaya berat bacaan = Koreksi tidal



2.) Koreksi Apungan (Drift) Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini, akuisisi data gayaberat didesain dalam suatu rangkaian tertutup (loop), sehingga besar penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu. Koreksi drift pada masingmasing titik stasiun adalah:



dimana: tn t1 tN g1 gN glokal



= waktu pembacaan pada stasiun ke-n = waktu pembacaan pada stasiun base (awal looping) = waktu pembacaan pada stasiun base (akhir looping) = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (awal looping) = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (akhir looping) = gayaberat terkoreksi drift dan tidal



3.) Koreksi Lintang Koreksi ini dilakukan karena bentuk Bumi yang tidak sepenuhnya bulat sempurna, sehingga terdapat perbedaan antara jari-jari bumi di kutub dengan di daerah katulistiwa sebesar 21 km. Dengan demikian nilai gayaberat di kutub akan lebih besar dibandingkan nilai gayaberat di katulistiwa. Secara umum, gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulis sebagai berikut :



4.) Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek topografi atau efek ketinggian yang mempengaruhi nilai pembacaan nilai gayaberat tanpa memperhatikan efek dari massa batuan. Dengan kata lain koreksi udara bebas merupakan perbedaan gayaberat yang diukur pada mean sea level (geoid) dengan gayaberat yang diukur pada ketinggian h meter dengan tidak ada batuan diantaranya. Nilai gaya berat pada mean sea level dengan menganggap bentuk bumi yang ideal, spheroid, tidak berotasi, dan massa terkonsentrasi pada pusatnya, yaitu:



Nilai gayaberat pada stasiun pengukuran dengan elevasi h (meter) dari mean sea level (Kadir, 2000) adalah:



Perbedaan nilai gayaberat antara yang terletak pada mean sea level dengan titik yang terletak pada elevasi h (meter) adalah koreksi udara bebas (FAC) diberikan persamaan sebagai berikut (Telford dkk,1990):



Dengan g0 = 981785 mGal dan R=6371000 meter Sehingga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi:



FAA = gobs - gφ + FAC



5.) Koreksi Bouguer Koreksi bouger merupakan koreksi ketinggian yang memperhitungkan adanya efek dari massa batuan yang berada di antara bidang datum (geoid) dan titik amat dengan asumsi memiliki jari-jari tak terhingga dengan tebal h (meter) dan densitas (gr/cm3). Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut:



BC = 0,0419 . ρ . h mGal



dimana: ρ = Rapat massa rata-rata daerah penelitian (gr/cm3) h = Ketinggian titik amat (m) Anomali gaya berat setelah diaplikasikan koreksi udara bebas dan koreksi Bouguer yaitu:



SBA = FAA - BC



6.) Koreksi Medan (Terrain Correction) Koreksi medan mengakomodir ketidak teraturan pada topografi sekitar titik pengukuran. Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran, biasanya dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut:



dengan: rL dan rD



: radius luar dan radius dalam kompartemen



z



: perbedaan elevasi rata-rata kompartemen



n



: jumlah segmen dalam zona tersebut



Karena komponen gaya horizontal (koreksi medan) bersifat mengurangi nilai gayaberat terukur, maka koreksi medan harus ditambahkan pada Simple Bouguer Anomali (SBA), sehingga anomali menjadi Complete Bouguer Anomali (CBA).



CBA = SBA + TC



E. ANALISIS DATA & INTERPRETASI Pembacaan gravitasi yang diperoleh dari survei gravitasi mencerminkan medan gravitasi akibat massa di Bumi dan efek rotasi Bumi. Beberapa koreksi harus diterapkan pada pembacaan gravitasi lapangan. Untuk menginterpretasikan data gravitasi, seseorang harus menghilangkan semua efek gravitasi yang diketahui yang tidak terkait dengan perubahan kerapatan bawah permukaan. Setiap pembacaan harus dikoreksi untuk elevasi, pengaruh arus pasang surut, lintang dan, jika ada topografi lokal yang signifikan, koreksi topografi. Untuk memahami koreksi, pembacaan gravitasi pertama kali dipertimbangkan pada permukaan tanah datar. Koreksi kemudian diterapkan untuk memperhitungkan penyimpangan dari kondisi ini. Seiring jarak dari pusat bumi meningkat, tarikan gravitasi menurun. Koreksi ini disebut koreksi elevasi. Jika pembacaan gravitasi diambil di atas bukit, maka ada defisit massa di kedua sisi bukit, dibandingkan dengan permukaan tanah horizontal, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4. Hal ini dikoreksi dengan koreksi topografi. Penting untuk disadari bahwa massa yang lebih tinggi dari pada lokasi bacaan juga akan mempengaruhi data dan harus dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat terjadi di daerah topografi yang signifikan atau saat survei dilakukan di dekat bangunan besar. Dalam instrumen modern seperti Scintrex, alat ukur dapat secara otomatis menerapkan koreksi pasang surut dan drift. Tujuan dari metode survei gravitasi adalah menentukan informasi tentang permukaan di bawah Bumi. Seseorang hanya bisa melakukan pemeriksaan kualitatif



dari grid nilai gravitasi, peta kontur atau profil gravitasi untuk menentukan lokasi lateral dari variasi gravitasi atau seseorang dapat melakukan analisis yang lebih rinci untuk mengukur sifat (kedalaman, geometri, kerapatan ) dari fitur bawah permukaan yang menyebabkan variasi gravitasi. Untuk menentukan nanti, biasanya perlu untuk memisahkan anomali minat (residual) dari anomali latar belakang yang tersisa (regional) (lihat Gambar 5). Kemudian anomali gravitasi residual dimodelkan untuk menentukan kedalaman, densitas, dan geometri sumber anomali.



Gambar 5. Contoh Pemisahan Anomali Gravitasi Residual-Regional Menggunakan Perataan Grafis



Sebagian besar teknik pemisahan anomali residensial regional lainnya melibatkan operasi matematika menggunakan komputer. Permasalahan dengan teknik matematika, mereka tidak secara akurat mewakili residual anomali gravitasi yang “benar” karena tubuh tertentu. Dengan demikian, mereka tidak boleh digunakan untuk interpretasi kuantitatif dari permukaan bawah tetapi hanya untuk interpretasi kualitatif. Teknik matematika yang paling umum adalah penyesuaian permukaan dan rata-rata berat. Setelah residual telah dihapus dari anomali gravitasi Bouguer, pemodelan data dapat dilakukan melalui objek-objek penting. Pemodelan gravitasi biasanya merupakan langkah terakhir dalam interpretasi gravitasi dan melibatkan usaha untuk menentukan kepadatan, kedalaman dan geometri satu atau beberapa badan di bawah permukaan. Prosedur pemodelan biasanya melibatkan penggunaan anomali gravitasi residual. Saat memodelkan anomali gravitasi residual, penafsir harus menggunakan kontras densitas antara objek pengamatan dan material di sekitarnya, sementara memodelkan anomali gravitasi Bouguer; Kepadatan objek yang diamati dapat digunakan. Ada banyak teknik yang berbeda yang tersedia untuk melakukan prosedur pemodelan dan dapat dipecah menjadi tiga kategori utama: 1) solusi analitis karena geometri sederhana, 2) pemodelan lanjutan menggunakan badan berbentuk tidak beraturan secara 2- (dua dimensi), 2,5- (dua dan satu setengah Dimensi) dan 3-D (tiga dimensi), dan 3). pemodelan invers dengan menggunakan badan berbentuk tidak teratur 2, 2.5 dan 3 D.



Sebagian besar teknik ini melibatkan pemodelan iteratif (dengan bantuan komputer), di mana medan gravitasi karena model dihitung dan dibandingkan dengan anomali gravitasi yang diamati atau residu. Jika nilai yang dihitung tidak sesuai dengan anomali yang diamati, modelnya akan berubah dan prosedurnya dilakukan lagi sampai kecocokan antara nilai yang dihitung dan anomali yang diamati dianggap cukup dekat. Gambar 6 adalah contoh model seperti itu dari data yang sebenarnya.



Gambar 6. Model Gravitasi 2D. Garis Menunjukkan Nilai Perhitungan Gravitasi Berdasarkan Model dan Bintang Menunjukkan Data Hasil Observasi.



F. HASIL SURVEI GRAVITASI (STUDI KASUS: KENYA) Penelitian gravitasi adalah salah satu metode awal permukaan geofisik yang digunakan selama eksplorasi sumber energi panas bumi di Olkaria Geothermal Field, Kenya pada awal tahun 1970-an. Datanya, bersama dengan resistivitas dan mikro seismologi menunjukkan lokasi pengeboran terbaik untuk sumur geothermal. Gambar 7 adalah peta kontur untuk data gravitasi di atas Olkaria. Interpretasi data gravitasi di Greater Olkaria Area menunjukkan tingkat gravitasi yang tinggi sesuai dengan objek di bawah area di bidang produksi sekarang.



Gambar 7. Distribusi Gravitasi di Olkaria Geothermal Field, Kenya. Sumur Geothermal Berada pada Wilayah Gravitasi “Tinggi” (Sumber Panas).



G. BIAYA SURVEI GRAVITASI Umumnya, biaya untuk survei gravitasi bergantung pada apakah klien ingin melakukan survei itu sendiri, mengontrak survei ke perusahaan konsultan, jumlah interpretasi dan pemrosesan data, jumlah stasiun, dan objek yang diminati. Survei gravitasi tidak serumit survei refraksi / pantulan seismik namun tidak semudah survei magnetik. Jika klien memiliki pengalaman mengumpulkan dan memproses data gravitasi, mereka mungkin hanya ingin menyewa alat ukur gravitasi. Biaya sewa internasional yang tipikal ditunjukkan pada Tabel 1 untuk meteran gravitasi yang paling umum digunakan. Jika klien ingin mengontrak perusahaan konsultan, tentu saja, biaya melonjak secara dramatis. Biaya per hari meliputi penyewaan peralatan dan satu orang yang melakukan survei. Survei lokasi stasiun akan menambahkan biaya tambahan, yang harganya lebih mahal daripada survei magnetik karena ketepatan yang dibutuhkan di ketinggian. Jumlah pengolahan dan interpretasi data (pembuatan peta dan perkiraan kedalaman terhadap perbedaan densitas) bergantung pada target sumber. Jika hanya peta anomali gravitasi yang dibutuhkan, biaya lebih sedikit tetapi masih lebih memakan waktu daripada metode magnetik karena koreksi medan yang memakan waktu biasanya diperlukan. Jika pemetaan geologi adalah teknik pemodelan dan peningkatan data yang obyektif, diperlukan lebih banyak waktu yang lebih banyak untuk dilakukan.



Tabel 1. Biaya Survei Gravimetri Internasional



H. KESIMPULAN Metode gravitasi merespons secara langsung kelebihan massa atau defisit. Metode ini membutuhkan jumlah instrumentasi yang relatif kecil dan metode yang tidak mencolok dapat dilakukan di area yang peka terhadap lingkungan. Metode ini adalah teknik geofisika langsung yang dapat diterapkan pada berbagai masalah teknik dan lingkungan serta eksplorasi energi panas bumi termasuk lokasi sumber dan kesalahan panas. Biayanya jauh lebih rendah dibanding metode geofisika lainnya terutama jika dilakukan oleh klien sendiri. Namun, teknik ini memiliki beberapa keterbatasan. Survei gravitasi adalah prosedur yang memerlukan perawatan instrumen yang signifikan oleh pengamat. Alat gravitasi membutuhkan perataan yang cermat sebelum pembacaan dilakukan. Ini mungkin harus dilakukan secara manual atau dilakukan oleh instrumen itu sendiri. Begitu pembacaan telah dilakukan, mekanisme penginderaan gravitasi harus dijepit untuk menghentikan getaran yang berlebihan yang akan mempengaruhi mekanisme penginderaan dan menyebabkan drift berlebihan, sehingga mempengaruhi pembacaan kedepannya. Instrumen harus ditempatkan pada tanah yang padat (atau piring yang dirancang khusus) sehingga tidak bergerak (tenggelam ke tanah). Semua stasiun harus disurvei secara akurat untuk elevasi. Karena anomali dari target dengan cepat menjadi lebih kecil dengan kedalaman target, kemampuan mendeteksi cepat menurun dengan kedalaman. Karena itu, pemodelan pra-survei yang menggunakan informasi geologis sebanyak mungkin penting untuk menetapkan ukuran anomali yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah survei gravitasi layak dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA Mariita, N.O. (2007). “The Gravity Method”. Short Course II on Surface Exploration for Geothermal Resources Kenya Electricity Generating Company Ltd. (KenGen). Handayani, Cut Putri. (2014). Pengukuran Pada Metode Gravity. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.