Penyakit Hawar Daun Pada Sorgum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENYAKIT HAWAR DAUN PADA SORGUM PENYAKIT HAWAR DAUN Penyakit hawar daun (leaf blight) pada tanaman jagung dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaitu: 1. Exserohilum turcicum (Helminthosporium turcicum) 2. Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis) 3. Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum) Ketiga jenis cendawan ini terdapat di Indonesia



• • •







• • •



GEJALA PENYAKIT Hawar daun turcicum: terdapat daerah nekrotik berbentuk elip mencapai 15 cm. Bagian tengah nekrotik terdapat zone sporululasi cendawan berwarna abu-abu gelap Hawar daun maydis: terdapat lesio coklat agak cerah dibatasi tulang daun. Hawar memanjang sejajar tulang daun berukuran 2-6 x 3-22 mm Hawar daun carbonum: mirip dengan hawar daun maydis, tetapi umumnya berukuran lebih besar PENYEBAB PENYAKIT Penyakit hawar daun dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaituExserohilum turcicum (Helminthosporium turcicum), Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis), dan Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum). Cendawan membentuk konidiofora yang keluar dari stomata jaringan daun yang telah mengalami nekrotik Konidiofora menghasilkan konidia lurus atau bengkok pada bagian tengah lebih besar dan bagian ujungnya mengecil Konidia berwarna coklat jerami bersekat 5-12 PENYEBAB PENYAKIT H. torsicum membentuk konidiofora berkelompok dan pada konidianya tampak hilum yang jelas H. maydis konidioforanya berkelompok tetapi konidianya tidak menampakkan hilum yang jelas H. carbonum konidianya tumbuh terpisah



• • • • •



• • •



SIKLUS PENYAKIT Miselium atau konidia dapat bertahan pada sisa tanaman Konidia dapat disebarkan oleh angin dalam jarak yang jauh Infeksi terjadi secara langsung dengan membentuk apresorium Konidia hasil sporulasi berfungsi sebagai inokulum sekunder H. turcicum lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan (18-27C); H. maydis di dataran rendah (2032C). PENGENDALIAN PENYAKIT Perlakuan benih dengan fungisida thiram atau karboksin dapat mengurangi insiden penyakit Varietas Arjuna dan Hibrida C1 diketahui tahan terhadap hawar daun Penyemprotan fungisida mankozeb (bila menguntungkan) dapat dilakukan.



Hawar Daun Penyakit Penyebab Inang Sebaran Gejala



Deskripsi



: : : : :



Hawar Daun Exserohilum turcicum (Pass.) Leonard et Suggs Sorgum Indonesia Gejala berupa bercak-bercak oval memanjang, berwarna cokelat atau ungu kemerahan, terdapat pigmen di sekitar bercak. Bercak-bercak yang menyatu ini menyebabkan bercak kering yang besar. Cendawan ini dapat menginfeksi pada fase semai maupun tanaman dewasa. Biji yang terserang berwarna kehitam-hitaman. : Cendawan membentuk konidiofor, berkumpul dalam 2-6 kelompok, berbentuk lurus atau lentur, berwarna cokelat, berukuran 300 µm dengan tebal 8-9 µm. Konidium berbentuk lurus atau agak melengkung, berbentuk oval dan gada terbalik, berwarna pucat atau jerami, bertekstur halus, terdiri dari 4-9 sekat palsu. Hilum menonjol dengan jelas.



http://www.opete.info/detail2.php?idp=72



3.



Penyakit Hawar Daun Exserohilum turcicum (Pass.)



Penyebab Penyakit hawar daun turcicum disebabkan oleh jamur E. turcicum (Pass.) Leonard et Suggs. Jamur membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam kelompok, lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai 300 μm, tebal 7-11 μm, secara umum 8-9 μm. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9 sekat palsu, panjang 50-144 (115) μm, dan bagian yang paling lebar berukuran 18-33 μm, kebanyakan 20-24 μm. Stadium sempurna dari jamur ini disebut Setosphaeria turcica (Luttrell) Leonard et Suggs atau Trichometasphaeria turcica (Pass.) Luttrell. Gejala Tanaman jagung yang tertular Exserohilum turcicum, gejala awalnya muncul bercakbercak kecil, jorong, hijau tua/hijau kelabu kebasahan. Selanjutnya, bercak bercak tadi berubah warna menjadi coklat kehijauan. Bercak kemudian membesar dan mempunyai bentuk yang khas, berupa kumparan atau perahu. Lebar bercak 1-2 cm dan panjang 5-10 cm, tetapi lebar dapat mencapai 5 cm dan panjang 15 cm. Spora banyak terbentuk pada kedua sisi bercak pada kondisi banyak embun atau setelah turun hujan, yang menyebabkan bercak berwarna hijau tua beledu, yang makin ke tepi warnanya makin muda. Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar sehingga dapat mematikan jaringan daun. Pertanaman jagung yang tertular berat tampak kering seperti habis terbakar.



II.



TINJAUAN PUSTAKA



Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari 19 persen ( Jackson, 2009). Penyakit akan terjadi apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang tanaman yang rentan (Tjahjadi, 1989). Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen sertalingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008). Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).



Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996). Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal dari bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti asal. Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996). Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).



DAFTAR PUSTAKA Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular Biology. Caister Academic Press. Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta. Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan. http://mynature-faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanamanpangan.html. diakses16 Maret 2012. Nasution, Ahmad Sanusi. 2008. Pengenalan Patologi/Penyakit Tumbuhan.http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakittumbuhan/ Diakses 16 Maret 2012. Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta



Helminthosporium sp. adalah cendawan yang dapat menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman jagung di Indonesia. Cendawan ini merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman jagung (Shurtleff, 1980; Subandi et al., 1988). Pertumbuhan dan perkembangan cendawan ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Suhu optimum untuk perkecambahan konidia H. maydis sekitar 30oC, sedangkan untuk H. turcicum antara 20 – 26oC (Renfro and Ullstrup 1976). Cendawan Helminthosporium sp. banyak membentuk konidia pada lingkungan dengan kelembaban udara antara 97 – 98% dan suhu antara 20 – 30oC (Semangun 1991). Gejala serangan menurut Semangun (1991), tanaman jagung yang terserang cendawan ini menampakkan gejala berupa bercak coklat kelabu seperti jerami pada permukaan daun dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar 0,6 cm untuk H. maydis, dan untuk H. turcicum mempunyai ukuran panjang 5 – 15 cm dan lebar 1 – 2 cm, serta untuk H. carbonum berukuran panjang 2,5 cm dan lebar 0,3 – 0,6 cm. Sisi-sisi bercak sejajar dengan tulang daun utama dan pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan daun mengering. Untuk membedakan gejala H. maydis dan H. turcicum dapat dibedakan pada ukuran dan warna bercak. Bercak H. turcicum ukurannya lebih panjang dan lebih lebar, serta warna lebih hitam. Kehilangan hasil akibat serangan Helminthosporium sp. sekitar 50% (Sudjono, 1998). Di Amerika Serikat H. maydis mempunyai 2 macam ras, yaitu ras T yang virulen dan ras O yang kurang virulen. Ras T dapat menyerang daun dan tongkol jagung, sedangkan ras O hanya menyerang pada bagian daun saja (Aldrich et al. 1975).