Penyempurnaan Tahan Api [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



JUDUL Penyempurnaan tahan api pada kain kapas dan poliester kapas dengan menggunakan variasi DAP (diamonium fospat) dan suhu pemanas awetan



II.



MAKSUD dan TUJUAN Maksud: Melakukan proses penyempurnaan tahan api dengan menggunakan DAP (Diamonium fosfat) pada kain selulosa dan campurannya dengan serat sintetik. Tujuan:Mempelajari penggunaan garam – garam yang mempunyai titik leleh rendah serta pengaruh waktu pemanasawetan pada penyempurnaan tahan api kain selulosa dan campurannya.



IV.1



III.



ALAT, ZAT KIMIA DAN FUNGSI ZAT KIMIA 2. 1. Mesin atau Alat yang digunakan Padder - pengaduk  Stenter - timbangan  Heat steam - bunsen  Piala gelas - flammable tester  Dinamometer - Kaki Tiga Dan Kasa  2. 2. Zat kimia yang digunakan Resin DAP (diamonium fosfat)  Urea  Na2CO3  Teepol  2. 3. Fungsi zat kimia DAP sebagai resin untuk memberikan efek tahan api pada kain.  Urea sebagai penyangga reaksi dan mengurangi kerusakan serat.  Na2CO3 dan teepol dalam proses penyabunan untuk  menghilangkan resin yang tidak berikatan dengan kain.



IV.



TEORI DASAR SERAT KAPAS. Serat kapas adalah serat yang dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman ini termasuk dalam jenis Gossypium. Kelebihannya terutama dari daya serap dan kenyamanan pakainya.Bentuk penampang melintang serat kapas pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk penampang membujurnya adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang serat kapas dapat dilihat dibawah ini :



Gambar 1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas Sumber : W. V. Bergen and W. Krauser , “Textile Fiber Atlas”  Struktur Kimia Serat Kapas



Selulosa merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa (C6H10O5) yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar dibawah ini : H



OH



OH



CH2OH H



H



H



H



H OH



OH H



O CH2OH



H O



OH O



H



O OH



CH2OH H



H



H



H



OH H



H



OH



H



O CH2OH



O



H OH



H



H



OH



O



OH



H



Gambar 3.2. Struktur Kimia Selulosa (Sumber: P.Suprijono,Buku Serat – Serat Tekstil 1973 ,hal : 45.) Berat molekut selulosa ditentukan oleh banyaknya jumlah glukosa yang berpolimerisasi atau derajat polimerisasinya (n). Besar derajat polimerisasi untuk kapas biasanya antara 2000 – 10000. Difraksi sinar-X serat kapas menunjukan bahwa serat kapas terdiri dari bagian kristalin dan bagian amorf. bagian kristalin, susunan rantai molekul selulosa sejajar satu sama lain dalam bentuk spiral, sedangkan pada bagian amorf, susunannya tidak teratur (disorientasi). Secara umum bagian kristalin menentukan sifat kekuatan tarik serat, elastisitas dan ketahanan terhadap tekukan, sedangkan bagian amorf menentukan sifat kelemasan, mulur, penggelembungan dan daya serap serat. 



Sifat Serat Kapas Sifat suatu serat dipengaruhi oleh beberapa gugus fungsional berikut : a. Gugus hidroksil (-OH), biasanya memudahkan kelarutan dalam air., sehingga serat yang banyak mengandung gugus OH akan mudah menyerap air dan mempunyai daya serap air yang tinggi. b. Gugus karboksil (-COOH) karena gugus ini bersifat asam, maka lebih mudah bereaksi dengan zat-zat yang bersifat basa. c. Gugus/cincin aromatik, menyebabkan molekul menjadi lebih kaku, menaikkan gaya kohesi antar-molekul, sehingga titik lelehnya menjadi lebih tinggi.



 Sifat-Sifat Fisika Serat Kapas 1. Kadar Uap Air Kelembaban relatif pada kondisi standar yaitu 65 + 2% dan suhu 27 + 2oC, kadar uap air/moisture regain serat kapas berkisar antara 7 – 8,5 %. Berat jenis serat kapas berkisar antara 1,5 sampai 1,56 g/cm3. 2. Kekuatan Kekuatan tarik serat kaps dalam keadaan basah lebih tinggi dibanding dalam keadaan kering, yaitu + 1,1 x kekuatan kering. Kekuatan serat kapas dalam kondisi standar berkisar antara 3,2 – 5,2 gram/denier. 3. Mulur



Mulur sampai putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat selulosa yang lainnya, yaitu berkisar antara 4 – 13% dengan rata-rata mulurnya sebesar 7%. 4. Warna Warna serat kapas pada umumnya putih kekuning-kiningan, yang disebabkan oleh adanya pigmen alam. Warna kapas akan makin tua setelah penyimpanan selama 2 – 5 tahun. IV.2



POLIYESTER Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietilen tereftalat yang merupakan suatu ester dari komponen dasar asam dan alkohol yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. nHOOC



COOH +



( Asam Tereftalat ) OH



OC



COO(CH2)2O n



nHO(CH 2)2OH ( Etilena Glikol ) H +



(2n-1)H2O



Sifat – sifat poliester :  Kekuatan tarik 4 – 6,9 g/denier.  Mulur 11-40 %.  Kekuatan mulur dalam keadaan basahnya sama dengan dalam keadaan kering.  Poliester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga poliester tahan kusut.  Moisture Regain 0,4 %.  Berat jenis 1,38.  Poliester tahan asam lemah dan tahan asam kuat dingin.  Poliester tahan basa lemah dan kurang tahan basa kuat.  Tahan zat oksidasi, alkohol, sabun dan zat untuk pencucian kering.  Titik leleh 2500C dan tidak menguning pada suhu tinggi.  Polyester tahan serangga, jamur dan bakteri. IV.3



POLIESTER KAPAS Tujuan pencampuran serat ini adalah untuk mendapatkan kain yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dibandingkan dengan kain yang hanya terbuat dari serat saja. Serat kapas mempunyai keburukan : tidak tahan terhadap zat kimia,elastisitasnya jelek, sehingga mudah kusut, tetapi daya absorpsinya baik. Sedangkan untuk serat poliester kebaikannya adalah ketahanan terhadap zat kimia, elastisitas dan kekuatannya cukup besar. Pada umumnya pencampuran serat poliester-kapas untuk 65% poliester dan 35% untuk kapas. Komposisi tersebut dapat diperoleh sifat- sifat baik yang optimal seperti : Kain yang dibuat dari campuran serat poliester dan serat kapas akan mempunyai sifat – sifat seperti dibawah ini :



1) Rasa yang nyaman dalam pemakaian 2) Kekuatan tarik kain dari bahan akan bertambah baik,hal ini disebabakan karena serat poliester mempunyai sifat kekuatan yang tinggi sehingga akan menambah kekuatan dari serat kapas dapat terjadi jika pada campuran tersebut kandungan serat poliesternya paling sedikit 60 %. 3) Daya tahan terhadap gosokan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keawetan kain Bahan yang terbuat dari serat poliester saja mempunyai daya tahan terhadap gosokan yang baik. Kandungan serat kapas sebanyak 30 – 40%. 4) Sifat ketahanan terhadap kekusutan kain campuran poliester kapas baik jika kandungan kapasnya dalam campuran tidak lebih dari 30 – 40 %. 5) Kain campuran poliester kapas mempunyai sifat elektrostatik yang cukup baik. Adanya sifat elektrostatik dalam suatu kain akan menyebebkan kain melekat pada tubuh. IV.4 PENYEMPURNAAN ANTI API kain tidak terbakar sama sekali. Kain yang tahan atau anti api adalah kain yang tidak meneruskan nyala api dari daerah yang hangus, jadi proses penyempurnaan tahan api tak menyebabkan.Perhatian terutama dicurahkan pada bahan katun, karena wol dan sutera dengan sendirinya tidak meneruskan nyala api, biasanya mengarang saja dan meleleh. Pada umumnya proses anti api terdiri atas : 1. Pengendapan garam-garam larut 2. Pengendapan senyawa yang tak larut pada atau di dalam kain Pada proses pertama dapat digunakan natrium tungstat, amonium fosfat, amonium sulfat, amonium klorida, boraks, natrium silikat dan seng klorida. Garam-garam ini pada umumnya mempunyai titik leleh yang rendah, sehingga dengan adanya nyala api, garam tersebut dapat segera meleleh dan meliputi bahandengan suatu lapisan seperti gelas yang tidak dapat terbakar dengan segera. Kemungkinan lain adalahgaram menghasilkan uap yang tidak diendapkan dan tidak dapat terbakar pada pemanasan tersebut.



Pada proses kedua, garam diendapkan dan terjadi penyempurnaan tahan api yang permanen. kecuali hasil dekomposisi dua garam, maka pengendapan dapat berlangsung dalam suatu tahap atau secara proses rendaman tunggal. Contohnya ialah larutan natrium tungstat dan alumiium asetat yang mengandung cukup asam asetat untuk melarutkan endapan, aluminium asetat akan diendapkan, sedangkan asam asetat dihilangkan karena penguapan. 4.5



ZAT TAHAN API Beberapa teori bermakasud menerangkan bagaimana fungsi dari zat tahan api yang digunakan terhadap serat. Teori tersebut meliputi teori pelapisan, gas, thermal, ikatan hidrogen, katalisator dehidrasi dari selulosa untuk karbon dan air. 1. Teori Pelapisan (Coating) Zat tahan api yang terbentuk berupa lapisan tipis transparan dan buih yang stabil pada permukaan serat. Lapisan tersebut melindungi bahan dari udara, berfungsi sebagai pelindung dari api dan mengikat zat-zat yang



mudah menguap selama terjadi pembakaran. Teori ini cukup memedai untuk penggunaan zat tahan api, tetapi teori ini tidak menerangkan tipetipe kajadian yang lain. 2. Teori gas Teori ini menyatakan bahwa zat tahan api mengurai pada suhu pembakaran, gas-gas yang dihasilkanny atidak terbakar, gas trersebut melemahkan nyala api yang terjadi denagn cara menguraikan selulosa pada konsentrasi dibawah titik dimana seratnya terbakar. Teori ini akan berhasil jika zat tahan api yang digunakan mengandung unsur halogen, dalam kenyataannay langsung terjadi mekanisme radikal bebas. 3. Teori Pemanasan ( Thermal Teori ) Dua mekanisme pemanasan telah diajukan untuk menerangkan terjadinya penghambatan pembakaran pada serat selulosa. a. Kalor yang diterima dari sumber dihamburkan denagn cara menerima panah penggantian (endotermic change), seperti penggabungan atau sublimasi dari zat tahan api, yang mencegah penyebaran pembakaran. b. Panas dihantarkan secara cepat sedangkan selulosa tidakdapat menjangkau suhu pembakaran. c. Kedua mekanisme diatas tidak dapat digunakan pada kebanyakan zat tahan api yang diketahui. Kedua mekanisme diatas tidak dapat digunakan pada kebanyakan zat tahan api yang diketahui. 1. Ikatan Hidrogen Bahwa ikatan hidrogen yang kuat dari zat tahan api dapat membantu menstabilkan ikatan antara bagian-bagian selulosa denagn menurunkan kadar gas yang mudah menguap dan oleh sebab itu akan menurunkan sifat pembakaran selulosa. Tetapi walau bagaimanapun ikatan hidrogen tidak akan terbentuk pada suhu 400-500 0C. 2. Teori Penghilangan Air



Teori ini menyatakan bahwa sifat tahan api disebabkan kira-kira oleh katalisator dehidratasi pada selulosa melalui reaksi dari asam lewis dengan selulosa melalui perantara cara kerja ion carbinium. Oleh karena itu, akan diturunkan siat penbakarannya yang disebabkan oleh naiknya kadar arang dan turunnya nilai pembakaran. Penggolongan Zat Tahan Api Unsur-unsur yang banyak digunakan pada zat tahan api untuk serat selulosa adalh zat yang mengandung fasfor, nitrogen, brom, khlor, dan antimon. Dari unsur-unsur tersebut hanya fosfor dan brom yang efesien apabila digunakan sendiri-sendiri atau secara terpisah. Keefesienan zat tahan api dipengaruhi oleh adanya senyawa yang mengandung nitrogen, brom, dan khlor. Pemberian zat tahan api pada bahan tekstil mempunyai ketahanan yang saling berbeda untuk lamanya zat tersebut ada atau terikat pada bahan lain, hal tersebut bergantung terhadap beberapa kali cuci zat itu tetap berada pada bahan. Ada tiga golongan besar dari type zat tahan api yang ada dan banyak dipergunakan, yaitu :



1. Non Durable Flame Retardants Zat tahan api tidak permanen sangat cocok digunakan untuk serat selulosa yang tidak dipakai di luar rumah karena zat kimianya akan berubah jika terkena cuaca atau pencucian. Bahan yang tidak permanen itu harus pula dikerjakan tahan api lagi sekitar satu kali dalam enam bulan. Pada umumnya zat tahan api tidak permanen tidak cocok untuk serat poliamida, poliester, dan asetat. Penggunaannya pada kapas akan lebih efektif dari pada rayon. Contoh zat tahan api tidak permanen : - Diamonium fosfat - Borax-boric Acid - Amonium pospat 2. Semi Durable Flame Retardents Zat tahan api semi permanen dapat diklasifikasikan sebagai zat atau senyawa tahan api yang tahan terhadap satu atau lebih banyak terhadap pencucian, pencucian terbanyak dibatasi hanya sampai lima belas kali pencucian. Banyak zat athan api semi permanen yang ditemukan secara tidak sengaja, yaitu pada hasil penyelidikan dalam pengembangan zat tahan api permanen. Contoh zat tahan api semi permanen : - selulosa fosfat - fosforil amida - proses asam fosfat cianamida - amoniu fosfat diciamida formaldehida 3. Durable Flame Retardents Untuk keawetan penggunaan bahan tekstil, maka pemberian zat tahan api yang permanen. Hal ini dapat berarti ketahanan cuci setelah jangka waktu 50 kali pencucian atau lebih dan sekurang-kurangnya 15 kali pencucian. Ketahanan terhadap pencucian atau pembersihan yang lain, hanyalah satu dari sekian banyak kriteria zat tahan api yang dapat memuaskan dan dapat diterima untuk digunakan pada bahan dan mempunyai ciri khas pada produksi tekstil. Sampai saat ini zat tahan api yang potensial dan banyak digunakan : - oksidasi-oksidasi dari logam Zat tahan api yang berasal dari oksida logam, terutama kombinasi dengan senyawa C yang mengandung halogen, diketahui mempunyai kathanan yang baik terhadap cuaca pada bahan tekstil yang penggunaannya diluar rumah. Bahan bahan penyempurnaan tahan api Bahan – bahan penyempurnaan api dapat digolongkan sebaagai berikut : 1. Zat yang larut air dan larutannya dapat dikeringkan pada kain, misalnya borax (Na 2B4O7.10H2O) dan alumunium sulfat (Al2[SO4]3.18H2O). hasil penyempurnaannya tidak tahan cuci. 2. Zat yang tidak larut terutama zat organik. Zat ini ditempelkan pada serat dengan cara dekomposisi rangkap, misalnya pengendapan oksida titanium, antimon atau zirkonium. Kain direndam dalam larutan oksiklorida antimon dan titanium yang diasamkan lalu



dilewatkan pada larutan natrium karbonat untuk mengendapkan oksida logam didalam serat. hasilnya tahan terhadap pencucian. 3. Bahan – bahan organik dengan kelarutan terbatas. Fiksasinya pada bahan tekstil dibantu resin sintetik sebagai zat pengikat. Hasil penyempurnaannya memiliki ketahanan yang baik. 4. Bahan – bahan yang diaplikasikan pada serat melalui larutan atau dispersi dan selanjutnya direaksikan dengan serat melalui pemanasan. Bahan – bahan berbentuk polimer akan berikatan dengan serat sedangkan bahan – bahan asam polibasa membentuk ester dengan selulosa. Kemampuannya bereaksi dengan serat membuat hasil penyempurnaannya memiliki ketahanan pencucian yang baik. 4.6



PROSES PENYEMPURNAAN TAHAN API Diantara zat – zat untuk penyempurnaan tahan api yang larut dalam air adalah:  borax (Na2B4O7.10H2O)  alumunium sulfat (Al2[SO4]3.18H2O).  campuran borax/asm borat 7 : 3  campuran borax/diamoniumhidrogen-fosfat 1 : 1 Zat – zat tersebut meleleh pada suhu relatif rendah dan membentuk busa pelindung api pada serat. Zat – zat tersebut efektif untuk mencegah nyala api walaupun bersifat sementara (tidak permanen). Asam borat dan asam fosfat atau garamnya dapat menghambat nyala bara api (afterglow) karena dapat melepaskan asam pada suhu tinggi. Proses penyempurnaan tahan api dengan bahan – bahan anorganik tidak larut adalah proses perkin yang didasarkan pada dekomposisi ganda natrium stanat dan amonium sulfat sehingga menghasilkan stani oksida dan menyebabkan kerusakan kain kapas dan kurang tahan cuci. Bahan – bahan tahan api asam yang tellah berhasil digunakan antara lain adalah asam sulfat dan asam fosfat (Bp 634, 690). Pada prinsipnya kain direndam peras dalam larutan asam lalu dipanasawetkan. Penambahan sianamida diperlukan untuk melindungi kain dari kemungkinan kerusakan akibat asam pada pengeringan dan pemanasawetan. Pengerjaan dengan asam fosfat disamping memberikan sifat ketahanan nyala bara api, ternyata juga memberikan sifat tahan kusut pada kain dan mengurangi imbibisi airnya. Pada tahun 1947 aminasi kapas memakai asam 2-aminoetilsulfat dan soda kostik menghasilkan kapas dengan sifat celup yang berbeda dan dapat dibuat tahan api secara permanen melalui reaksi dengan tetrakis (hidroksimetil) fosforium klorida (HOCH2)4PCl yang dikenal dengan singkatan THPC. Sel-OH + NH2-(CH2)2-OSO2-OH + NaOH Sel-O-(CH2)2-NH2 + Na2SO4 + H2O Asam 2-aminoetilsulfat Sel-O-(CH2)2-NH2 + (HOCH2)4PCl THPC



O



CH2OH



Sel—(CH2)2-N-CH2-P-CH2-N-(CH2)2-O-Sel



THPC dapat berkondensasi dan berpolimerisasi dengan sejumlah senyawa yang mengandung nitrogen dan dapat bereaksi dengan formaldehida dan menghasilkan bahan polimer yang tidak terbakar. V. PERCOBAAN, PENGUJIAN DAN HASIL PENGUJIAN V.1 RESEP a. Bahan  Rayon  Poliester kapas  Poliester rayon b. Resep Umum  DAP (Diamonium fasfat) : 50-100-150-200-250-300 (g/l)  Urea : 100 DAN 200 g/l  Wpu : 60 %  Pengeringan awal : 1000C,3 menit  Pemanasawetan : 1500C,2-3 menit  Penyabunan Pembasah : 2 g/l Na2CO3 : 1 g/l Suhu dan waktu : 700C,15 menit DAP 50 100 150 200 250 kain kapas 100 1 5 9 13 17 200 2 6 10 14 18 Poliester100 3 7 11 15 19 kapas 200 4 8 12 16 20 c.



Perhitung  Air  DAP  Urea  Pembasah  Na2CO3



:500 ml : 250/1000 X 500 = 125 g/l : 20/1000 X 500 = 10 g/l : 2/1000 X 500 = 1 cc/l : 1/1000 X 500 = 0,5 g/l



300 21 22 23 24



d.     



Cara kerja Siapkan alat dan hitung kebutuhan zat Buat larutan tahan api, lalu bahan dibenam kemudian di pad dengan WPU 70 % Drying pada 1000C selama 3 menit Lakukan pemanasawetan 1500C dengan variasi waktu yang ditugaskan (2 atau 3 menit). Lakukan penyabunan dan pembilasan



V.2 PENGUJIAN  Efek tahan api Uji efek tahan api diuji dengan menggunakan alat flammable tester sebelum dan sesudah proses penyabunan  Uji Kekuatan Tarik Uji kekuatan tarik dilakukan dengan menggunakan dinamometer dengan cara pita tiras (traveled strip) V.3



DATA PERCOBAAN Hasil pengujian daya tahan api, kekuatan tarik dan mulur sebelum dan sesudah dilakukan pencucian berulang dapat dilihat pada Tabel 7.1., Tabel 7.2. berikut ini : Tabel 5.3 1 Data hasil pengujian daya tahan api pada kain kapas dan poliesterkapas setelah dilakukan penyempurnaan tahan api, sebelum dan



sesudah dilakukan pencucian berulang. DAP kain kapas



100 200 Poliester- 100 kapas 200



50



100



150



200



250



300



0 0 10 16



0 0 7 10



0 0 8 9



0 0 5 4



0 0 2 4



0 0 2 5



Tabel 5.3.2 Data hasil pengujian kekuatan tarik pada kain kapas dan poliesterkapas setelah dilakukan penyempurnaan tahan api, sebelum dan sesudah dilakukan pencucian berulang.



VI.



PEMBAHASAN Pada peristiwa pembakaran kain terjadi dekomposisi kimia serat dan menghasilkan suatu bahan tertentu yang mudah menguap dan dapat terbakar. Bila nyala apinya padam maka tinggalah residu seperti karbon. Sifat bahan



6.1



6.2



dalam pembakaran ditentukan oleh jumlah bahan yang menguap. Sisa pembakaran (arang) yang membara dapat juga meneruskan pembakaran. Penyempurnaan tahan api diharapkan dapat mencegah bahan terbakar bila terkena api dan mencegah bara api terus nyala pada sisa pembakaran. Pada perceboaan ini digunakan suatu resin yang dapat meningkatkan ketahananan kain terhadap nyala api. Resin tersebut adalah DAP (Diamonium Fosfat). Resin DAP (Diamonium Fosfat) pada suhu tinggi dan adanya asam akan berpolimerisasi membentuk lapisan film dan berikatan dengan serat atau membentuk lapisan yang melindungi bahan dari udara dan mengikat zat-zat yang mudah menguap selama terjadi pembakaran demikian akan dapat bahan yang tahan terhadap pembakaran. Penyempurnaan yang dilakukan adalah penyempurnaan anti api terhadap kain kapas dan poiester-kapas. Berdasarkan hasil percobaan, pengujian dan hasil pengujian penyempurnaan tahan api kain kapas dan poliester-kapas dengan menggunakan variasi DAP (Diamonium Fosfat) dan pemanas awetan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : Efek tahan api. Hasil pengujian efek tahan api kain kapas dan polyester-kapas yang dilakukan penyempurnaan tahan api dengan variasi DAP (Dioaminum fosfat) dan pemanas awetan dapat dilihat pada Tabel 5.3.1 Ternyata ada pengaruh variasi konsentrasi DAP dan urea terhadap efek ahan api. Semakin banyak konsentrasi DAP yang ditambahkan maka daya tahan apinya semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan karena terjadinya esterifikasi bahan dengan asam fosfat sedangkan seratnya terlindungi oleh lelehan campuran urea dan asam fosfat. Asam fosfat yang bereaksi tersebut atau garamnya dapat menghambat nyala bara api (afterglow) karena dapat melepaskan asam pada suhu tinggi Semakin banyak urea yang diberikan maka daya tahan apinya semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian urea dapat menyangga reaksi DAP dengan serat sehingga mengurangi kerusakan serat yang diakibatkan oleh suhu dari pemanasawetansehingga kain memiliki memiliki sifat tahan api yang baik. Efek Kekuatan Tarik. Hasil pengujian efek kekuatan tarik kain kapas dan polyester-kapas yang dilakukan penyempurnaan tahan api dengan variasi DAP (Dioaminum fosfat) dan pemanas awetan dapat dilihat pada Tabel 5.3.2 Ternyata ada pengaruh penambahan konsentrasi DAP dan urea terhadap efek kekuatan tarik. Semakin banyak konsentrasi DAP yang ditambahkan maka kekuatan tariknya semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan karena garam DAP akan masuk ke dalam serat untuk berikatan, kemudian mengisi rongga – rongga dalam serat sehingga serat akan padat dan kenampakan kain agak sedikit kaku. Karena hal inilah maka kekuatan tariknya akan meningkat seiring dengan penambahan garam DAP



Semakin banyak penambahan urea yangdilakukan maka kekuatan tariknya semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian urea



To yani Data kekuatan tarik dan pegangan belum ada ,indah bingung.tolong ketikan ya?jadi diskusi dan kesimpulan tentang kekuatan tarik dan pegangan juga belum ,tulisin ya/indah pulang dulu……………………………..



VII. KESIMPULAN Dari hasil percobaan, pengujian dan evaluasi penyempurnaan tahan api kain rayon, poliester kapas dan poliester rayon dengan menggunakan variasi DAP (Diamonium fosfat) dan urea dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut :  Seiring dengan penambahan konsentrasi garam DAP dan urea ternyata ada pengaruh terhadap daya tahan api dan kekuatan tarik..  semakin banyak penambahan konsentrasi garam DAP dan urea maka ketahanan daya apinya semakin meningkat dan nilai tertinggi terletak pada konsentrasi garam DAP 250 g/l.  semakin banyak penambahan konsentrasi garam DAP dan urea maka kekuatan tariknya semakin meningkat dan nilai tertinggi terletak pada konsentrasi garam DAP 250 g/l.  VII. SARAN  Untuk pemakaian resin tahan api sebaiknya disesuaikan terhadap tujuan akhirnya. Bila efek yang diinginkan sementara bisa menggunakan resin ini dan bila efek yang diinginkan permanen bisa menggunakan THPC (Tetrakis hidroksil fosforium hidroksida).



VIII.



DAFTAR PUSTAKA o S. Hendrodyantopo S.Teks, dkk, TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN, STTT, Bandung, 1998 o P. Soeprijono S.Teks, dkk, SERAT SERAT TEKSTIL, ITT, Bandung,, 1974 o Widayat S.Teks, Catatan Evaluasi Tekstil 3, Bandung, 2003



LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN I



PENYEMPURNAAN TAHAN API PADA KAIN KAPAS dan POLIESTER-KAPAS DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI DAP (DIAMONIUM FOSFAT) DAN SUHU PEMANASAWETAN



Nama Nrp Grup Kelompok Dosen Asisten



: Indah Setiorini : 01.P.2705 : K-4 :5 : Indarto S,Teks : M. Widodo A.T Desirina



SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2004