Lap Eval Tahan API Stabilitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGUJIAN TAHAN API VERTIKAL DAN MIRING 45OC I.



MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 MAKSUD Untuk melakukan pengujian tahan api tehadap kain contoh uji 1.2 TUJUAN  Mampu menguji tahan api pada kain dan mampu melakukan prosedur pengujiannya. 



Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan api pada kain contoh uji.



 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan api pada kain. II.



TEORI DASAR 2.1 Pengujian tahan api Dalam rumah tangga pakaian yang cepat meneruskan nyala api akan menimbulkan kecelakaan. Pengujian sifat nyala api dan tahan api diperlukan untuk memperkirakan kemungkinan bahaya tersebut. Pengujian tahan api penting untuk kain pakaian bayi/anak, tirai, kasur, jok kursi (terutama untuk alat transportasi penumpang). Untuk mencegah kemungkinan bahaya itu terjadi dilakukan proses penyempurnaan tahan api. Kemungkinan bahaya yang dapat dicegah adalah mencegah bahan tekstil yang terbakar bila terkena api dan mencegah bara api terus menyala pada sisa pembakaran. Pengujian ini mengukur dua faktor, yaitu tingkat respon terhadap nyala api dan waktu perambatan nyala api. Faktor yang berpengaruh pada sifat nyala api atau tahan api adalah jenis serat dan berat kain. Struktur benang dan struktur kain seperti kain tenun, kain rajut dan sebagainya tidak berpengaruh pada sifat nyala api dan tahan api. Sifat nyala api sebagian ditentukan oleh jenis serat yang digunakan. Serat selulosa seperti kapas, linen dan rayon mudah meneruskan pembakaran. Kain wol biasanya sulit menyala. Nylon dan poliester mengerut dari nyala api dan sulit menyala. Pada kain-kain yang meneruskan nyala api, sifat tahan apinya bergantung pada berat kain dan kandungan seratnya. Untuk kain dengan serat sama, makin berat kainnya, makin tahan api. Beberapa istilah yang berhubungan dengan tahan nyala api antara lain : 



Mudah terbakar (flammable), untuk kain yang meneruskan nyala api dengan cepat dan apabila dijauhkan dari api kain akan terus terbakar.







Anti nyala api (flame-proof), untuk kain yang tahan nyala api dan tidak meneruskan nyala api, misalnya nyala api pada kain akan segera redam begitu api dijauhkan dari kain.







Tahan nyala api (flame-resistance), adalah nilai yang diperoleh pada uji kain yang dinyatakan sebagai waktu (detik) yang diperlukan untuk meneruskan nyala api sepanjang 100 inci kain kearah vertikal.







Bahan asli anti nyala api (inherently flame proof), adalah bahan yang bersifat tahan nyala api meskipun tidak diberi proses penyempurnaan anti nyala api.







Bahan anti nyala api permanen (durably flame proof material) adalah kain yang tetap tahan nyala api setelah proses pencucian yang berulang-ulang.







Bahan anti nyala api sementara (temporally flame proof material), adalah kain yang setelah proses pencucian berulang akan kehilangan sifat tahan nyala api. Pengaruh konstruksi kain terhadap nyala api adalah sebagai berikut :







Komposisi serat pada kain Sifat anti nyala api sangat dipengaruhi oleh jenis seratnya. Serat-serat selulosa seperti kapas, flax dan rayon mempunyai sifat tahan nyala api yang rendah, sedangkan wol biasanya sulit tebakar. Bahan nilon dan poliester adalah serat termoplastik yang mengkeret dari nyala api dan cenderung untuk tidak terbakar, meskipun karena proses penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar.







Jenis benang Konstruksi benang tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala api pada bahan







Struktur kain Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi misalnya kain tenun, kain rajut, kain renda, kain felt, dan sebagainya.







Berat kain Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api untuk jenis serat apapun, makin berat sifat nyala apinya makin baik. Untuk kain tahan terhadap nyala api diuji dengan jalur vertikal (vertical strip test) sedangkan untuk kain yang tidak tahan nyala api diuji dengan cara uji miring (the 45o test). Untuk menguji apakah sifat tahan nyala api permanen atau tidak, perlu diterangkan apakah pengujian dilakukan sebelum proses pencucian atau proses cuci kering (dry cleaning) atau sesudahnya.



2.2 Pengujian tahan api miring Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak tahan atau kurang tahan terhadap nyala api. Prinsip pengujian sifat nyala api (cara miring / 45°) adalah mengukur waktu perambatan nyala api membakar contoh uji yang dijepit rangka dan diletakkan dengan jarak kurang lebih 127 mm, sejak api pembakar diambil. Cara ini tidak dapat digunakan untuk uji pemerimaan, tetepi karena cara ini cepat dan murah, cara ini banyak digunakan untuk pengendalian mutu dalam industri. Adapun variabel-variabel yang biasanya didapat dari pengujian ini adalah: 



Waktu nyala adalah lama contoh uji meneruskan nyala sejak nyala pembakar



diambil atau dipadamkan, dinyatakan dalam sekon.



2.3 Pengujian tahan api vertikal Pengujian dengan cara uji jalur vertikal dimaksudkan untuk kain asli yang tahan nyala api atau untuk kain yang diberi penyempurnaan tahan nyala api. Dalam pengujian ini dibedakan antara kain yang dapat terbakar tetapi tahan terhadap nyala api atau tidak merusak nyala api, dengan kain termoplastik yang tidak terbakar bila didekatkan pada nyala api, tetapi meleleh dan mengkerut menjauhi nyala api.



Pengujian dengan uji jalur vertikal dilakukan dengan jalan membakar kain yang dipasang pada kedudukan vertikal dan pada ujung kain bagian bawah dibakar dengan nyala api bunsen, dengan ukuran kain bervariasi sesuai dengan standar yang dipakai dan tujuan penggunaan kain yang tahan nyala api. Pengujian ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu kain bersifat anti nyala api, dapat dipakai untuk menguji semua jenis kain yang berbentuk lembaran atau dipotong-potong menjadi bentuk lembaran-lembaran kain. Prinsip dari pengujian ini yaitu membakar kain contoh uji yang telah dikondisikan yang disiapkan pada suatu pemegang contoh dan diletakkan vertikal dalam suatu alat uji. Contoh uji kemudian dibakar pada kondisi tertentu, waktu nyala api, waktu bara, serta panjang arang diukur dan dicatat. Adapun variabel-variabel yang biasanya didapat dari pengujian ini adalah: 



Waktu nyala adalah lama contoh uji meneruskan nyala sejak nyala pembakar



diambil atau dipadamkan, dinyatakan dalam sekon. 



Waktu bara adalah lama contoh uji tetap membara sejak nyala api pada kain



padam, dinyatakan dalam sekon. 



Panjang arang adalah jarak dari ujung contoh uji yang dikenai api sampai ujung



atas daerah terbakar, atau mengarang, yang dapat disobek oleh beban tertentu, dinyatakan dalam sentimeter variable ini hanya akan didapat jika kain yang digunakan adalah bahan gorden. Alat uji tahan api cara vertikal. Terdiri dari suatu kotak dari pintu kaca untuk melindungi nyala api dari hembusan udara. Didalam alat terdapat tempat untuk memasang penjepit contoh uji sehingga contoh uji vertikal. Di bagian bawah terdapat pembakar gas dengan diameter lubang 10 mm dan jika diletakkan dibawah contoh uji berjarak 19 mm dari ujung bawah contoh uji.



2.4 Perhitungan dan klasifikasi sifat nyala api kain



III.



PERCOBAAN 3.1 ALAT DAN BAHAN 1. Pembakar Bunsen tinggi sekitar 150 mm dengan diameter lubang 9,5 mm 2. Stop watch 3. Mistar 4. Pemegang contoh uji 5. Pemberat sesuai berat kain contoh uji. Bahan dan Pereaksi 1. Kain contoh uji berukuran 7 x 32 cm sebanyak 2 buah masing-masing arah lusi dan pakan. 2. Kain contoh uji berukuran 5 x 20 cm sebanyak 4 buah masing-masing arah lusi dan pakan sebanyak 2 buah 3.2 PERSIAPAN PERCOBAAN Pengujian tahan api vertikal Kain contoh uji yang telah dikondisikan, disiapkan/ dipasangkan pada suat pemengang contoh dalam suatu alat uji/Kabinet (SNI 08-1512) Pengujian tahan api miring Contoh uji yang telah dipotong dengan ukuran 5x20 cm, dipasang dalam rangka penjepit, dikeringkan dalam oven dan disimpan dalam eksikator masing-masing dalam waktu tertentu. (SNI 0989:2011) 3.3 CARA KERJA 1. Pengujian tahan api vertikal  Jepit contoh uji pada penjepit contoh uji dengan rata dan pasang pada tempat penjepit contoh uji dalam alat uji tahan api.  Atur nyala api hingga tingginya 38 mm.  Geser nyala api ke bawah contoh uji dan membakar contoh uji selama 12 ± 0,2 detik kemudian ambi latau padamkan nyala api. Amati adanya lelehan atau tetesan.  Ukur waktu nyala (after flame time), yaitu waktu sejak api diambil sampai nyla padam, dan waktu bara (after glow time), yaitu waktu sejaknyala api padam sampai bara padam.  Dinginkan contoh uji SNI 08-1512 Prinsip pengujian: 1. Contoh uji yang telah dikondisikan, disiapkan/ dipasangkan pada suatu pemegang coontoh dalam suatu alat uji/cabinet 2. Beri nyala api standar selama waktu tertentu pada kondisi yang terkontrol



3. Waktu nyala dan waktu bara dicatat, serta panjang arang diukur 2.       



Pengujian tahan api miring Contoh uji dipasang pada rangka penjepit Kemudian contoh uji dimasukkan kedalam oven selama 30 menit Lalu contoh uji di keluarkan dalam oven dan dimasukkan kedalam eksikator Contoh uji diambil dalam eksikator Kemudian pasangkan pada bidang miring 45o Kain dibakar melalu ujung bawah kain dengan nyala api standar Catat waktu nyala api nya



SNI 0989-2011 Prinsip pengujian 1. Contoh uji yang telah dipotong dengan ukuran 50x150 mm, dipasang pada rangka penjepit, dikeringkan dalam oven dan disimpan dalam eksikator masing-masing dalam waktu tertentu 2. Contoh uji yang terpasang pada rangka diletakkan pada bidang miring 45o, ujung bawah kain dibakar dengan nyala api standar selama 1 detik 3. Waktu yang dibutuhkan oleh nyala api untuk menjalar sepanjang 5 inchi kain, dicatat



3.4 DATA PENGAMATAN 1. Pengujian tahan api vertikal Standar yang digunakan: SNI 08-1512-1989. Cara Uji Tahan Api Pada Bahan Tekstil. Badan Standarisasi Nasional 1989 Contoh uji: kain tenun ukuran 7x32 cm sebanyak 2 buah masing-masing arah lusi dan arah pakan Panjang contoh uji



= 32 cm



Lebar contoh uji



= 7 cm



Waktu nyala kain dengan arah pakan



= 11,30 detik



Waktu nyala kain dengan arah lusi



= 9,06 detik



Waktu nyala rata-rata



= (11,30 detik + 9,06detik) / 2 = 10,18 detik



Waktu bara dengan arah pakan



= 10,98 detik



Waktu bara dengan arah lusi



= 6,87 detik



Waktu bara rata-rata



= (10,98 detik +6,87 detik)/2 =8,92 detik



2. Pengujian tahan api miring Standar yang digunakan: SNI 0989-2011. Tekstil sandang-cara uji sifat nyala api Contoh uji: kain tenun ukuran 5x20 cm sebanyak 4 buah masing-masing arah lusi dan arah pakan sebanyak 2 buah Panjang contoh uji



= 20 cm



Lebar contoh uji



= 5 cm



Waktu nyala kain dengan arah pakan



= 5,4 detik



Waktu nyala kain dengan arah lusi



= 7,3 detik



IV.



DISKUSI Dalam rumah tangga pakaian yang cepat meneruskan nyala api akan menimbulkan kecelakaan. Pengujian sifat nyala api dan tahan api diperlukan untuk memperkirakan kemungkinan bahaya tersebut. Pengujian tahan api penting untuk kain pakaian bayi/anak, tirai, kasur, jok kursi (terutama untuk alat transportasi penumpang). Untuk mencegah kemungkinan bahaya itu terjadi dilakukan proses penyempurnaan tahan api. Kemungkinan bahaya yang dapat dicegah adalah mencegah bahan tekstil yang terbakar bila terkena api dan mencegah bara api terus menyala pada sisa pembakaran. Pengujian ini mengukur dua faktor, yaitu tingkat respon terhadap nyala api dan waktu perambatan nyala api. Faktor yang berpengaruh pada sifat nyala api atau tahan api adalah jenis serat dan berat kain. Pada pengujian kain contoh uji meneruskan pembakaran karena pada saat nyala api di padamkan/di jauhkan dari kain, kain tsb masih terbakar. Maka kemungkinan kain contoh uji adalah serat selulosa yang bersifat mudah terbakar. Dan berat kain tidak terlalu besar sehingga mudah menyala sebab apabila kain contoh uji memiliki berat kain yang besar maka akan sukar menyala. Waktu pembakaran nyala api pada pengujian vertikal maupun miring berkisar antara > 3,5 detik namun dengan dasar kain terbakar dan menjadi arang. Dari hasil praktikum tersebut didapatkan bahwa kain contoh uji dianggap memiliki sifat pembakaran diantara kelas 1 dan kelas 2 (antara normal flammability dan intermediate flammability).



V.



KESIMPULAN 1. Pengujian tahan api vertikal Waktu nyala kain dengan arah pakan



= 11,30 detik



Waktu nyala kain dengan arah lusi



= 9,06 detik



Waktu nyala rata-rata



= (11,30 detik + 9,06detik) / 2 = 10,18 detik



Waktu bara dengan arah pakan



= 10,98 detik



Waktu bara dengan arah lusi



= 6,87 detik



Waktu bara rata-rata



= (10,98 detik +6,87 detik)/2 =8,92 detik 0



2. Pengujian tahan api miring 45 C Waktu nyala kain dengan arah pakan = 5,4 detik Waktu nyala kain dengan arah lusi = 7,3 detik



DAFTAR PUSTAKA NM.Susyami hitariyat dkk. Pengujian dan evaluasi tekstil 3 NM.Susyami hitariyat dkk. Bahan ajar praktek evaluasi kain https://superakhwat08.wordpress.com/2013/06/21/rangkaian-evaluasi-secara-kimiaterhadap-kain-tekstil-i-maksud/ https://www.slideshare.net/septianraha/lap-5-uji-tahan-api http://www.ajp03.com/2016/05/laporan-evaluasi-tekstil-iii-pengujian.html https://www.academia.edu/8023327/LAPORAN_KIMIA_EVAL_3_PART_2_OKE_JON



VI.



NO



LAMPIRAN Hasil Kain Pengujian Tahan Api Cara Vertikal Potongan Arah Lusi



Potongan Arah Pakan



Hasil Kain Pengujian Tahan Api Cara miring NO



Potongan Arah Lusi



Potongan Arah Pakan



Pengujian stabilitas dimensi kain



I.



MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 MAKSUD Untuk melakukan pengujian stabilitas dimensi tehadap kain contoh uji 1.2 TUJUAN  Mampu menguji stabilitas dimensi pada kain dan mampu melakukan prosedur pengujiannya. 



Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian stabilitas dimensi pada kain contoh uji.



II.



TEORI DASAR



Pengujian stabilitas dimensi dilakukan untuk mengetahui perubahan ukuran kain yang merupakan sifat mutu kritis . Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan mengalami perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan. Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian sehari-hari termasuk kain yang mutu kainnya baik. Penyebab utama dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret setelah pencucian. Ada empat jenis mengkeret yaitu mengkeret karena tegangan mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan. Menyebabkan kain tertarik untuk sementara dan pada waktu pencucian akan relaxation ke bentuk semula. Mengkeret karena adsorpsi dan desorpsi terhadap air. Mengkeret karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. misalnya serat wol yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah. Dan mengkeret pada benang atau kain sintetik ketika terpapar suhu yang lebih tinggi dari 175oC. Untuk memperbaiki mengkeret kain maka dilakukan proses penyempurnaan Dimensi kain adalah ukuran panjang, lebar, dan tebal kain. Panjang kain adalah jarak antara ujung kain yang satu dengan ujung lainnya, yang diukur searah dengan lusi pada kain tenun dimana kain tidak dalam keadaan terlipat dan rata serta dalam keadaan tidak tegang. Lebar kain adalah jarak antara pinggir kain yang satu dengan pinggir yang lain, yang diukur searah dengan dengan pakan kain tenun dimana kain dalam keadaan tidak terlipat dan rata serta dalam keadaan regang.Tebal kain adalah jarak antara dua permukaan kain yang berbeda.



Berat kain adalah berat untuk satu satuan luas tertentu atau berat untuk satu satuan panjang tertentu dari kain, yang dinyatakan dalam gram per meter persegi, gram per meter dll. Tekanan adalah gaya yang dibebankan pada suatu permukaan kain per unit luas yang dinyatakan dalam kg/cm2 atau kPa. Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu dikeringkan dan apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam alat yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang berbedabeda. Cara pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk menyesuaikan dengan pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga atau pencucian komersial. Jarak tanda pada contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.



III.



PERCOBAAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan: 1.



Mesin cuci biasa



2.



Alat Pengering



3.



Mistar



4.



Spidol Pemanen



Bahan yang digunakan: -



Kain contoh tenun



-



Sabun deterjen



3.2 PERSIAPAN PERCOBAAN 1. Siapkan contoh uji sekurang-kurangnya 50x50cm. Pengambilan contoh uji dilakukan 10 cm dari tepi kain. Bila benang – benang pada tepi contoh uji diperkirakan akan terurai pada proses pencucian, sebaiknya tepi contoh uji diobras/dijahit. 2. Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan usahakan bebas dari kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang tanda masing-masing sejajar arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak antara masing-masing pasangan tidak kurang dari 350mm dan berjarak minimal 50mm dari setiap tepi contoh uji. 3. Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab. 4. Ukur kembali jarak masing-masing tanda ddan catat data ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang awal. 3.3 CARA KERJA Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan. 1. Masukkan contoh uji yang telah dipersiapkan kedalam mesin cuci dan tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 sendok dengan perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3cm pada waktu mesin berputar. Kesadahan air tidak lebih dari 5ppm. 2. Ketika mesin cuci berhenti, pindahkan contoh uji dan keringkan dengan salah satu cara pengeringan 3. Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam ruang standar sampai mencapai keseimbangan lembab.



4. Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat hasilnya sebagai panjang dan lebar akhir. 5. Evaluasi dengan mengukur % pertambahan panjang dan lebar. % perubahan panjang/lebar =



𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙



𝑥 100%



3.4 DATA PENGAMATAN  Standar pengujian: SNI ISO 5077:2011, TEKSTIL-cara uji perubahan dimensi pada pencucian dan pengeringan SNI 7728:2011, TEKSTIL-persiapan, penandaan dan pengkuran contoh uji kain dan garmen dalam pengujian untuk penentuan perubahan dimensi  Pencucian standar menggunakan metoda 5A



Standar Prosedur Pencucian Nomor prosedur 5A Agitasi selama proses pemanasan, pencucian Normal dan bilas Total beban kering



4 kg



Suhu



40



Batas larutan



10 cm



Waktu pencucian



12 menit



Pendinginan



Tidak



 Pencucian yang di praktekkan Mesin cuci: mesin cuci biasa Suhu 40oC Waktu 1 jam Pengeringan 30 menit Jenis deterjen sabun biasa Jumlah berat contoh uji kering dan pemberat 2kg Pemberat yang digunakan kain Tabel Perubahan Dimensi pada Kain Tenun Kain Tenun Data



Lusi



Pakan



Awal (cm)



Akhir (cm)



Awal (cm)



Akhir (cm)



1



35,3



34,1



35,3



33,1



2



35,3



34,2



35,3



33



3



35,3



34,4



35,2



33,1



𝑥̅ : 35,3



𝑥̅ :34,23



𝑥̅ :35,26



𝑥̅ :33,06



Perubahan dimensi (tenun)



=



Perubahan dimensi arah lusi



=



Perubahan dimensi arah pakan =



Panjang akhir  panjang awal  100 % Panjang awal



34,23  35,3  100 % = -3,03% 35,3 33,06  35,26  100 % = -6,23 % 35,26



IV.



DISKUSI Pengujian stabilitas dimensi kain dilakukan untuk mengetahui perubahan ukuran kain setelah pencucian. Perubahan ukuran kain dapat terjadi selama proses pencucian baik itu pertambahan panjang maupun pertambahan pendek kain. Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan penarikan dan perendaman serta masuknya zat-zat pencuci pada detergen, dan lain sebagainya. Perubahan ukuran pada pakaian jadi merupakan sifat mutu kritis. Bertambah panjang atau pendek suatu pakaian jadi dapat menyebabkan pakaian tersebut tidak dapat dipakai lagi. Maka dari itu terutama untuk bertambah pendeknya (mengkeret) kain merupakan salah satu problem mutu. Untuk memperbaiki mengkeret kain lebih efektif maka dilakukan proses penyempurnaan. Dari hasil pengujian didapatkan kain yang mengkeret (mengalami pengurangan panjang lusi dan pakan) sehingga kemungkinan kain tidak dapat dipakai sebagai pakaian jadi.



V.



KESIMPULAN Perubahan dimensi arah lusi



Perubahan dimensi arah pakan =



=



34,23  35,3  100 % = -3,03% 35,3



33,06  35,26  100 % = -6,23 % 35,26



VI.



LAMPIRAN



Hasil Kain Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Tekstil Pada Proses Pencucian dan Pengeringan NO



Kain Tenun



LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 3 “Pengujian Stabilitas Dimensi Kain dan Ketahanan Terhadap Nyala Api”



Disusun oleh : Nama



: Silvy Ramadhani



NPM



: 15020028



Dosen



: Khairul U., S.ST., MT.



Asisten



: Ryan R., S.ST Mia E., S.ST.



POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2017