Penyuluhan ROM Pada Pasien Mobilisasi Dini Pasca Operasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN ROM PADA PASIEN MOBILISASI DINI PASCA OPERASI DI RUANG IRNA MELATI LT.4 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh:  



RIZKI TAUFIKUR RAHMAN VENTY APRILIA PUTRI CHRISTINE IVANA DELPIAN ELLY SURYATI



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020



SATUAN ACARA PENYULUHAN ROM PADA PASIEN MOBILISASI DINI POST OPERASI Judul



:



ROM pada pasien mobilisasi dini post operasi



Hari/tanggal



:



Tempat



:



Irna Melati RSUB



Lama



:



25 menit



Penyaji



:



PPN SAP 2020



Audiens



:



Pasien post op Irna Melati lt. 4 RSUB



A. Latar Belakang Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, terutama dengan pasien post operasi harus memerlukan penanganan yang kompetent. Pada pasien post operasi laparatomi misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf serta latihan mobilisasi dini. Masalah yang sering terjadi pada post operasi adalah ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat tidur (Kozier et al, 2005). Dalam masa hospitalisasi, pasien sering memilih untuk tetap di tempat tidur sepanjang hari, meskipun kondisi mereka mungkin membolehkan untuk melakukan aktivitas atau pergerakan lain (Berger & Williams, 2006). Banyak pasien dirumah sakit yang harus



menjalani imobilisasi, apakah harus tirah baring karena terapi atau karena penyakit yang diderita. Pasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhankebutuhan pasien yang lain di mana semua itu akan menghambat proses penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal. Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan bagaimana



otot



tertentu



digunakan



untuk



menghasilkan



dan



mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam mempergunakan mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan syaraf yang berperan). . Klien dapat kehilangan kemampuan dalam menggerakkan ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang tidak digerakan dalam kurun waktu tertentu dapat mengakibatkan atrofi otot atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk beraktivitas. Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi pada klien dengan gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat dalam mengintervensi gangguan mobilisasi dan mencegah atrofi adalah dengan memberikan tindakan Range of Motion (ROM). B. Tujuan Instruksional Umum



Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit pasien diharapkan dapat mengerti tentang ROM pada pasien mobilisasi dini dan dapat mampraktikkan ROM. C. Tujuan Instruksional Khusus 1. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi 2. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi 3. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi 4. Menjelaskan rentang gerak dalam mobilisasi 5. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini 6. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi 7. Menjelaskan definisi ROM 8. Menjelaskan tentang tujuan ROM 9. Menjelaskan klasifikasi ROM 10. Menjelaskan Prinsip ROM 11. Menjelaskan Kontradiksi ROM 12. Menjelaskan tentang prosedur tindakan ROM aktif dan ROM pasif 13. Mendemonstrasikan ROM aktif dan Pasif D. Sasaran Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada Pasien post operasi. E. Materi: (terlampir) F. Media: Leaflet yang berisi tentang definisi,tujuan,klasifikasi,prinsip,kontra indikasi dan prosedur tindakan ROM



G. Metode 1. Ceramah dan tanya jawab. 2. Demonstrasi ROM H. Kegiatan Penyuluhan NO WAKTU 1. 2 menit



KEGIATAN PENYULUHAN Pembukaan :



KEGIATAN PESERTA



1.



Menjawab salam



Mengucapkan salam.



2.



Menjelaskan tujuan ROM



3.



Menyebutkan



materi



Mendengarkan yang Mendengarkan



diberikan. 4. 2.



15 menit



Menanyakan kesiapan peserta



Pelaksanaan : Penyampaian materi 1. Menjelaskan



Mendengarkan pengertian



mobilisasi dini post operasi 2. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi 3. Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi 4. Menjelaskan rentang



gerak



dalam mobilisasi 5. Menjelaskan manfaat mobilisasi



Bertanya



dini 6. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi 7. Menjelaskan definisi ROM 8. Menjelaskan tentang tujuan ROM 9. Menjelaskan klasifikasi ROM 10. Menjelaskan Prinsip ROM 11. Menjelaskan Kontradiksi ROM 12. Menjelaskan tentang prosedur tindakan ROM aktif dan ROM pasif 13. Demonstrasi ROM Aktif dan Pasif 14. Tanya jawab 15. Memberikan kesempatan kepada 3.



3 menit



peserta untuk bertanya Evaluasi: 1. Menanyakan kembali hal-hal yang Menjelaskan sudah dijelaskan mengenai ROM



4.



5 menit



Penutup : 1. Menutup pertemuan dengan Mendengarkan menyimpulkan



materi



yang



telah



dibahas 2.



Menjawab salam



Memberikan salam penutup



I. Evaluasi : 1. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh perawat 2. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat Lampiran Materi Materi Penyuluhan 1. Pengertian Mobilisasi Dini Post Operasi Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Konsep mobilisasi dini sebenarnya daalh untuk mencegah komplikasi paska operasi. Dari Kedua definisi tersebut dapat



disimpulkan



bahwa



mobilisasi



dini



adalah



suatu



upaya



mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah beberapa jam post/pasca operasi. 2. Mobilisasi Dini Post Operasi Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain: a. Mempertahankan fungsi tubuh



b. Memperlancar peredaran darah c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik d. Mempertahankan tonus otot e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. h.



Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi



3. Macam-Macam Mobilisasi Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni: a. Mobilisasi secara pasif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. b. Mobilisasi secara aktif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain 4. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu: a. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. b. Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya. c. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan



5. Manfaat Mobilisasi Dini Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi anak post operasi adalah: a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian anak merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama penutupan luka jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula. b. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan. 6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi: a. Penyembuhan luka menjadi lama b. Menambah rasa sakit c. Badan menjadi pegal dan kaku d. Kulit menjadi lecet dan luka e. Memperlama perawatan dirumah sakit 7. Definisi ROM ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan



belakang, contoh gerakannya abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki (potter & perry, 2006). Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah, 2008). Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memeperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur (Nurhidayat, et al, 2014) 8. Tujuan ROM Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut: a. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi b. Mengembalikan kontrol motoric c. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak d. Membantu sirkulasi dan nutrisi synovial e. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang mengalami paralisis. f. Memaksimalkan fungsi ADL mengurangi atau menghambat nyeri g. Mencegah bertambah buruknya h. system neuromuscular i. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan j. Meningkatkan harga diri



k. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan 9. Klasifikasi ROM Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi ROM sebagai berikut: a. ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga. b. ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendiri dan kooperatif. 10. Prinsip Latihan ROM Prinsip Dasar Latihan ROM antara lain : a. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan dikerjakan 2 kali sehari b. ROM dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga tidak melelahkan pasien c. Bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu tumit, kaki, dan pergelangan kaki d. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagianbagian yang dicurigai mengalami proses penyakit e. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, missal setelah manda atau perawatan rutin telah dilakukan (Suratun et al, 2008) 11. Kontraindikasi Gerakan ROM a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening) c. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus.



d. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat. 12. ROM Pasif Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. ROM pasif adalah suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas.Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakitpenyakit sistematik, sendi, nerologis ataupun otot: akibat pengaruh cedera atau pembedahan: inaktivitas atau imobilitas. Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak



untuk



meminimalkan



kehilangan



kelentukan



jaringan



dan



pembentukan kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk perenganggan yang ditunjukkan memperluas ruang gerak sendi. 1. Indikasi ROM Pasif a. Pasien yang keterbatasan fisik. b. Pasien yang termobilisasi ditempat tidur maupun di kursi roda. c. Kondisi yang tidak memungkinkan melakukan ROM sendiri. 2.



Langkah Prosedur (Umum) a. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme b. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel c. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja sama d. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh e. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan f. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masingmasing sisi tubuh



g. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-masing gerakan 3 kali. h. Selama latihan pergerakan, kaji i. Kemampuan untuk menoleransi gerakan j. Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang bersangkutan k. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap latihan l. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur 13. Langkah-langkah ROM Pasif 1) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan. a. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan. c. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien. d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin. e. Catat perubahan yang terjadi. 2) Fleksi dan Ekstensi Siku. a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya. c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu. d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya. e. Catat perubahan yang terjadi. 3) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah. a. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan. b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk. c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.



d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya. e. Kembalikan ke posisi semula. f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearahnya. g. Kembalikan ke posisi semula. h. Catat perubahan yang terjadi. 4) Pronasi Fleksi Bahu. a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya. c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya d. Angkat lengan pasien pada posisi semula. e. catat perubahan yang terjadi. 5) Abduksi dan Adduksi Bahu. a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya. c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi). e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi) f. Kembalikan ke posisi semula. g. Catat perubahan yang terjadi. 6) Rotasi Bahu. a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk. c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain. d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah. e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas. f. Kembalikan lengan ke posisi semula. g. Catat perubahan yang terjadi.



7)



Fleksi dan Ekstensi Jari-jari. a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang kaki. c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang. e. Kembalikan ke posisi semula. f. Catat perubahan yang terjadi.



8) Infersi dan efersi kaki. a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya. c. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya. d. Kembalikan ke posisi semula e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain. f. Kembalikan ke posisi semula. g. Catat perubahan yang terjadi. 9) Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki. a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. b. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek. c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien. d. Kembalikan ke posisi semula. e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. f. Catat perubahan yang terjadi. 10) Fleksi dan Ekstensi lutut. a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. b. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain. c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.



e. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas. f. Kembali ke posisi semula. g. Catat perubahan yang terjadi. 11) Rotasi pangkal paha. a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. b. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut. c. Putar kaki menjauhi perawat. d. Putar kaki ke arah perawat. e. Kembalikan ke posisi semula. f. Catat perubahan yang terjadi. 12) Abduksi dan Adduksi pangkal paha. 1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. 2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit. 3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien. 4. Gerakkan kaki mendekati badan pasien. 5. Kembalikan ke posisi semula. 6. Catat perubahan yang terjadi. Dalam pelaksanaan ROM ini ada hal-hal yang diperhatikan dalam melakukannya, yaitu : 1. ROM dikerjakan minimal dua kali sehari. 2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati. 3. Memperhatikan umur, diagnosa, TTV, dan tirah baring. 4. Bagian yang dapat dilakukan ROM : leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. 5. ROM dapat dilakukan pada semua persendian 6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya DAFTAR PUSTAKA



Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co Biston Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC. Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis Missouri: Mosby-Year Book, Inc Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta: EGC. Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a rangeof-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181191.