20 0 1 MB
PERCOBAAN 3
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II ASAM AMINO DAN PROTEIN
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Aman Santoso M. Si. Ihsan Budi Rahman S. Si., M. Sc.
Oleh : Kelompok 2 Offering G 2017 Ahmad Fauzan Wilasandi
(170332614527)
Anis Fahrunisah
(170332614512)
Binti Lazimatul Khoiriyah
(170332614526)
Endah Setiani Astuti
(170332614505)***
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEPTEMBER 2019
ASAM AMINO DAN PROTEIN A. Tujuan Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa: 1. Memiliki pemahaman tentang kelarutan asam amino dalam asam, basa dan air. 2. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi asam amino terhadap reagen-reagen tertentu. 3. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi protein terhadap reagen-reagen tertentu. B. Dasar Teori Seperti ditunjukkan oleh namanya, asam amino merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam (karboksil) dan gugus amino, sehingga asam amino bersifat asam dana basa. Berdasarkan pengertian tersebut secara kimia jumlah asam amino sangat banyak. Namun, jumlah asam amino yang terdapat di alam hanya sedikit. Yang terdapat dalam protein hanya berjumlah 22 yang semuanya merupakan asam amino-α. Sifat asam amino tidak seperti senyawa organik dengan berat molekul rendah, tetapi mirip dengan garam anorganik. Pada umumnya asam amino larut dalam air, tetapi larut sangat sedikit atau tidak larut dalam pelarut organik. Titik leburnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa organik lain dengan berat molekul rendah. Sebagian besar asam amino mempunyai titik lebur lebih besar dari 200˚C. Beberapa asam amino memiliki gugus yang terionisasi dalam gugus alkilnya. Keberadaan gugus tersebut mempengaruhi sifat asam amino, misalnya apakah asam amino tidak terikat dalam molekul lain dalam larutan ataukah terikat dalam molekul lain seperti dalam protein. Protein merupakan polimer asam amino. Dalam protein suatu asam amino berikatan dengan asam amino lain melalui ikatan peptida (-CO-NH-) yang terbentuk melalui kondensasi gugus karboksil asam amino pertama dengan gugus α-amino dalam asam amino yang lain. Karena asam amino mempunyai gugus alkil yang bisa mengandung gugus yang terionisasi, sifat protein ditentukan oleh gugus-gugus tersebut. C. Alat dan Bahan Alat : o Tabung reaksi o Rak tabung reaksi o Penjepitt tabung reaksi o Beaker glass o Lampu spiritus o Kaki tiga o Kasa asbes
Bahan : o Glisin o Asam glutamat o Alanin o Arginin (1 g/l) o Glisin (1 g/l) o Tirosin (1 g/l) o Triptofan (1 g/l) o Fenilalanin (1 g/l) o Histidin (1 g/l) o Sistein (1 g/l) o Sistin (1 g/l) o Metionin (1 g/l) o Fenol (1 g/l) o Reagen Millon o Urea (1 g/l) o Albumin (5 g/l air garam) o Kasein (5 g/l NaOH encer) o Gelatin (5 g/l air garam) o Putih Telur (5 g/l air garam) o Asam trikloro asetat (20%, b/v) o Asam sulfosalisilat (20%, b/v) o Asam pikrat jenuh o Kertas lakmus o HCl 0,1 M o HCl 1M o NaOH 0,1 M o NaOH 1 M o NaOH 10M o Aquades o Etanol o Kloroform o Ninhidrin baru (2 g/l) o HNO3 pekat o Natrium nitrit (10 g/l) o Natrium nitrit (50 g/l) o Asam asetat glasial o Asam sulfat pekat o Asam nitrat pekat o Asam sulfanilat (10 g/l larutan dalam 1M HCl) o Natrium karbonat (10 g/l)
o o o o o o o o o
Natrium nitroprusida (20 g/l) Amonium hidroksida α-naftol (10 g/l dalam alkohol) Air brom (beberapa tetes dalam 100 ml air) Tembaga sulfat (10 g/l CuSO4.5H2O) Tembaga sulfat 0,1 M Timbal asetat 0,1 M Merkuri nitrat 0,1 M Asam tanan (10%, b/v)
D. LANGKAH KERJA DAN HASIL PENGAMATAN No
Langkah Kerja
Hasil Pengamatan
. 1.
Sifat Umum Asam Amino
a.
Kelarutan Asam Amino Glisin -
Diambil seujung sendok kecil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan pelarut Tabung I : Air Tabung II : HCl 0,1 M Tabung III: NaOH 0,1M Tabung IV: etanol
Hasil
Tabung V : kloroform
Glisin + Air : larut Glisin + HCl 0,1 M : larut Glisin + NaOH 0,1M : larut Glisin + etanol : tidak larut Glisin + kloroform : tidak larut
Asam Glutamat -
Diambil seujung sendok kecil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan pelarut Tabung I : Air Tabung II : HCl 0,1 M Tabung III: NaOH 0,1M Tabung IV: etanol Tabung V : kloroform
Hasil
Asam Glutamat + Air : larut Asam Glutamat + HCl 0,1 M : larut Asam Glutamat + NaOH 0,1M : larut Asam Glutamat + etanol : tidak larut Asam Glutamat + kloroform: tidak larut
Alanin -
Diambil seujung sendok kecil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-
Alanin + Air : larut
Ditambahkan pelarut Tabung I : Air
Alanin + HCl 0,1 M : larut
Tabung II : HCl 0,1 M
Alanin + NaOH 0,1M : larut
Tabung III: NaOH 0,1M Tabung IV: etanol Tabung V : kloroform
Alanin + etanol : tidak larut Alanin + kloroform : tidak larut
Hasil b.
Reaksi Ninhidrin Glisin -
Diambil 1 mL dan dimasukkan
Glisin : larutan tidak berwarna
kedalam tabung reaksi -
Diatur pH agar netral
-
Ditambah 3-5 tetes larutan ninhidrin
-
Dididihkan selama 2 menit
-
Diamati perubahan yang terjadi
Larutan berwarna ungu muda Larutan ungu pucat
Hasil Tirosin -
Diambil 1 mL dan dimasukkan
Tirosin : larutan tidak berwarna
kedalam tabung reaksi -
Diatur pH agar netral
-
Ditambah 3-5 tetes larutan ninhidrin
-
Dididihkan selama 2 menit
-
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
Triptofan
Larutan tetap tidak berwarna
Larutan berwarna ungu muda
-
Diambil 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Diatur pH agar netral
-
Ditambah 3-5 tetes larutan ninhidrin
-
Dididihkan selama 2 menit
-
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
Triptofan : larutan tidak bewarna
Larutan tetep tidak berwarna Larutan menjadi berwarna ungu pekat
Glisin
-
Diambil 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah 1mL aquades
-
Diambil 1 mL
-
Duji dengan larutan ninhidrin, sisanya disimpan
-
Ditambah 1 mL aquades (jika masih ungu)
-
Diambil 1 mL larutan ninhidrin , disimpan sisanya
-
Diuji dengan ninhidrin
Hasil
Glisin : larutan tidak berwarna Pengenceran 1x : larutan berwarna ungu pekat Pengenceran 2x : larutan berwarna ungu pekat Pengenceran 3x : larutan berwarna ungu pekat Pengenceran 4x : larutan berwarna ungu Pengenceran 5x : larutan berwarna ungu Pengenceran 6x : larutan berwarna ungu muda Pengenceran 7x : larutan berwarna ungu muda Pengenceran 6x : larutan tidak berwarna
Reaksi Xanthoprotein
c.
Glisin - Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi -
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat
-
Didinginkan
-
Dicatat warna
-
Ditambah NaOH 10M
Hasil
Glisin: larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna dan terdapat gelembung Larutan berubah warna menjadi kuning
Tirosin - Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi -
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat
-
Didinginkan
-
Dicatat warna
-
Ditambah NaOH 10M
Tirosin: larutan tidak berwarna Larutan menjadi berwarna kuning jernih Larutan berubah warna menjadi orange
Hasil Triptofan - Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi -
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat
-
Didinginkan
-
Dicatat warna
-
Ditambah NaOH 10M
Hasil
Fenilalanin
Triptofan: larutan tidak berwarna Larutan menjadi berwarna kuning Larutan berubah warna menjadi orange
-
Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat
-
Didinginkan
-
Dicatat warna
-
Ditambah NaOH 10M
Fenilalanin: larutan tidak berwarna Larutan tetap tidak berwarna Larutan tetap tidak berwarna
Hasil Fenol - Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi -
Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat
-
Didinginkan
-
Dicatat warna
-
Ditambah NaOH 10M
Hasil
Larutan berwarna kemerahan
Larutan berubah menjadi berwarna orange dan terdapat endapan merah
Reaksi Millon d. .
Glisin -
Diambil 0,5 mL dan dimasukkan
Glisin: larutan tidak berwarna
kedalam tabung reaksi -
Ditambah 3-5 tetes reagen millon
-
Dipanaskan selama 10 menit
-
Didinginkan
-
Ditambah 5 tetes NaNO2
Hasil
Tirosin
Larutan tetap tidak berwarna
Larutan tetap tidak berwarna
-
Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah 3-5 tetes reagen millon
Tirosin: Larutan tidak berwarna
-
Dipanaskan selama 10 menit
Larutan tidak berwarna
-
Didinginkan
-
Ditambah 5 tetes NaNO2 Larutan berbah warna menjadi merah
Hasil
Fenilalanin -
Diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah 3-5 tetes reagen millon
-
Dipanaskan selama 10 menit
-
Didinginkan
-
Ditambah 5 tetes NaNO2
Hasil
Fenilalanin: larutan tidak berwarna
Larutan tetap tidak berwarna
Uji Glioksilat untuk Triptofan (HopkinsCole) e.
Glisin - Diambil 2 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi -
Ditambah 2 ml asam asetat glasial
Larutan tetap tidak berwarna
Glisin : larutan tidak berwarna
yang sudah dikenai cahaya
+ asam asetat glasial : larutan tetap
-
Ditambah 2 mL H2SO4 pekat
tidak berwarna
-
Diamati perubahan warna yang terjadi
Hasil Tirosin -
Diambil 2 ml dan dimasukkan
+ H2SO4 pekat : tidak terbentuk cincin berwarna ungu, larutan tidak berwarna
kedalam tabung reaksi -
Ditambah 2 ml asam asetat glasial
Tirosin : larutan tidak berwarna
yang sudah dikenai cahaya -
Ditambah 2 mL H2SO4 pekat
+ asam asetat glasial : larutan tetap
-
Diamati perubahan warna yang
tidak berwarna
terjadi
+ H2SO4 pekat : tidak terbentuk cincin berwarna ungu, larutan tidak berwarna
Hasil Triptofan -
Diambil 2 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
Triptofan : larutan tidak berwarna
Ditambah 2 ml asam asetat glasial
+ asam asetat glasial : larutan tetap
yang sudah dikenai cahaya
tidak berwarna
-
Ditambah 2 mL H2SO4 pekat
-
Diamati perubahan warna yang
+ H2SO4 pekat : terbentuk cincin
terjadi
berwarna ungu, lama-lama cincin hilang dan terbentuk larutan kuning pada dasar tabung.
Hasil Uji Pauli Glisin - Diambil 2 mL dan dimasukkan f.
kedalam tabung reaksi -
Ditambahkan 1 mL larutan asam sulfanilat
-
Didinginkan dalam penangas es
-
Ditambah 1 mL larutan NaNO2 dan 3-5 tetes HCl 1 M
-
Dibiarkan dalam penangas es selama 3 menit
-
Ditambah 2 mL Na2CO3
-
Dicatat perubahan warn
Hasil Tirosin -
Diambil 2 mL dan dimasukkan
Glisin : larutan tidak berwarna
Larutan tetap tidak berwarna Larutan tetap tidak berwarna Larutan berubah warna menjadi orange
kedalam tabung reaksi -
Tirosin: laruutan tidak berwarna
Ditambahkan 1 mL larutan asam sulfanilat
-
Didinginkan dalam penangas es
-
Ditambah 1 mL larutan NaNO2 dan
Larutan tetap tidak berwarna
3-5 tetes HCl 1 M -
Dibiarkan dalam penangas es selama 3 menit
-
Ditambah 2 mL Na2CO3
-
Dicatat perubahan warna
Hasil
Larutan tetap tidak berwarna
Larutan berubah warna menjadi orange kemerahan
Triptofan -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 1 mL larutan asam
Triptofan : larutan tidak berwarna
sulfanilat -
Didinginkan dalam penangas es
-
Ditambah 1 mL larutan NaNO2 dan
Larutan tetap tidak berwarna
3-5 tetes HCl 1 M -
Dibiarkan dalam penangas es selama 3 menit
-
Ditambah 2 mL Na2CO3
-
Dicatat perubahan warna
Hasil
Histidin -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
Larutan berubah warna menjadi sedikit agak kuning Larutan berubah warna menjadi kuning cerah
-
Ditambahkan 1 mL larutan asam
Larutan tetap tidak berwarna
sulfanilat -
Didinginkan dalam penangas es
-
Ditambah 1 mL larutan NaNO2 dan
Larutan menjadi berwarnaagak
3-5 tetes HCl 1 M
kekuningan
-
Dibiarkan dalam penangas es selama 3 menit
-
Ditambah 2 mL Na2CO3
Larutan berubah warna menjadi
-
Dicatat perubahan warna
orange kemerahan
Hasil
Uji Nitroprusida Sistein g. -
Dimasukkan 2 mL ke dalam tabung reaksi
-
Ditambah 0,5 mL Larutan Natrium
Larutan tidak berwarna
nitropirusida -
Dikocok
-
Ditambah 0,5 mL ammonium
Terbentuk 2 lapisan : Atas : lapisan atas kuning
hidroksida -
Diamati perubahan warna
Bawah: larutan berwarna agak merah muda
Hasil
Sistin -
Diambil tabung
-
Dimasukkan 2 mL
-
Ditambah 0,5 mL Larutan Natrium
nitropirusida -
Dikocok
-
Ditambah 0,5 mLa ammonium hidroksida
-
Larutan tidak berwarna
Larutan berwarna kuning
Diamati Perubahan warna
Hasil Metionin -
Diambil tabung
-
Dimasukkan 2 mL
-
Ditambah 0,5 mL Larutan Natrium nitropirusida
-
Dikocok
-
Ditambah 0,5 mLa ammonium
Larutan tidak berwarna
hidroksida -
Diamati Perubahan warna Larutan berwarna kuning
Hasil
Reaksi Sakaguchi Arginin -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
h. -
Ditambah 1 mL NaOH 10 M
-
Dikocok
-
Ditambah 2-3 tetes α-naftol dalam
Larutan tidak berwarna
alcohol -
Dikocok
-
Ditambah 3-4 tetes air brom
-
Dicatat perubahan warna
Hasil
Terbentuk 2 lapisan
Glisin - Diambil 2 mL dan dimasukkan
Atas: larutan berwarna orange Bawah:larutan tidak berwarna
kedalam tabung reaksi -
Ditambah 1 mL NaOH 10 M
-
Dikocok
-
Ditambah 2-3 tetes α-naftol dalam
Larutan tidak berwarna
alkohol -
Dikocok
-
Ditambah 3-4 tetes air brom
-
Dicatat perubahan warna
Hasil
Terbentuk 2 lapisan Atas: larutan berwarna kuning Bawah:larutan tidak berwarna
Reaksi-reaksi umum untuk protein Uji biuret untuk ikatan peptida Albumin
2.
-
dimasukkan 2 mL kedalam tabung reaksi
a.
-
Ditambah CuSO4 4-5 tetes
-
Dikocok
-
Ditambah NaOH 10M
-
Dikocok
-
Dicatat warna
Hasil Kasein -
dimasukkan 2 mL kedalam tabung reaksi
-
Ditambah CuSO4 4-5 tetes
-
Dikocok
Larutan agak kebiruan
Larutan menjadi biru muda
-
Ditambah NaOH 10M
-
Dikocok
-
Dicatat warna
Hasil Gelatin -
Larutan berwarna ungu
Larutan berwarna ungu pekat dan terdapat endapan coklat
dimasukkan 2 mL kedalam tabung reaksi
-
Ditambah CuSO4 4-5 tetes
-
Dikocok
-
Ditambah NaOH 10M
-
Dikocok
-
Dicatat warna
Hasil
Terbentuk 2 lapisan Atas: larutan tidak berwarna Bawah: larutan berwarna biru + NaOH : larutan berubah warna
Putih Telur -
menjadi agak kehijauan
dimasukkan 2 mL kedalam tabung reaksi
-
Ditambah CuSO4 4-5 tetes
-
Dikocok
-
Ditambah NaOH 10M
-
Dikocok
-
Dicatat warna
Hasil Denaturasi oleh Panas, Asam dan Basa Larutan Albumin -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah 0,5 mL
Larutan berwarna putih kebiruan
Larutan tetap berwarna putoh kebiruan
b.
Tabung I : HCl 1 M Tabung II: NaOH 1 M Tabung III : Air -
Dimasukkan kedalam penangas air
Albumin: larutan tidak berwarna + HCl
selama 10 mennit -
Didinginkan
-
Dinetralkan
-
Dicatat hasilnya
∆ larutan keruh →
+ NaOH
+ air
∆ larutan tidak berwarna →
∆ larutan ungu bening →
Hasil Larutan Putih Telur -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah 0,5 mL Tabung I : HCl 1 M
Putih telur : larutan keruh
Tabung II: NaOH 1 M Tabung III : Air -
Dimasukkan kedalam penangas air selama 10 mennit
-
Didinginkan
-
Dinetralkan
-
Dicatat hasilnya
Hasil
Albumin -
Diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
-
Ditambah asam nitrat pekat
∆ + HCl : larutan tidak berwarna → larutan berwarna kuning ∆ + NaOH : larutan keruh larutan → keruh (terdapat endapan putih) ∆ + air : larutan keruh→ larutan keruh
-
Dikocok
-
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
Putih telur -
Diambil 2 mL dan dimasukkan
Albumin : larutan tidak berwarna
+ HNO3 pekat : terbentuk dua lapisan Lapisan atas : tidak berwarna Lapisan bawah : berwarna kuning
kedalam tabung reaksi -
Ditambah asam nitrat pekat
-
Dikocok
-
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil
Putih telur : larutan keruh + HNO3 pekat : terbentuk dua lapisan Lapisan atas : larutan berwarna putih
Pengendapan Oleh Logam Berat Albumin
c.
-
dimasukkan 2 mL
-
Ditambah 3-5 tetes
-
tabung I: CuSO4 0,1 M tabung II : Pb-asetat 0,1 M
Lapisan bawah : larutan berwarna kuning
-
Diamati
+CuSO4 0,1 M : Larutan berwarna biru muda, berlebih :larutan tetap berwarna biru muda
-
Diamati jika Cu2+, Pb2+, Hg2+ berlebih
+Pb-asetat 0,1 M : terbentuk endapan
tabung III: merkuri nitrat 0,1 M
merah, berlebih : endapan bertambah
Hasil
banyak +merkuri nitrat 0,1 M : terbentuk endapan putih , berlebih: endapan
Putih Telur - dimasukkan 2 mL -
Ditambah 3-5 tetes
-
tabung I: CuSO4 0,1 M tabung II : Pb-asetat 0,1 M
larut
tabung III: merkuri nitrat 0,1 M -
Diamati
-
Diamati jika Cu2+, Pb2+, Hg2+ berlebih
+CuSO4 0,1 M : Larutan berwarna biru keputihan, berlebih :larutan bertambah pekat putihnya +Pb-asetat 0,1 M : terbentuk endapan
Hasil
putih, berlebih : endapan larut +merkuri nitrat 0,1 M : terbentuk
Pengendapan Oleh Reagen Asam Albumin
d.
-
dimasukkan 2 mL
-
Ditambah 3-5 tetes
-
tabung I: asam sulfanilat 20% tabung II asam pikrat 20% tabung III: asam trikloroasetat 10% tabung IV: asam tannat 10%
-
Diamati
-
Diamati jika penambahan berlebih
-
Ditambah NaOH encer 3-5 tetes
-
Diamati kenaikan pH
Hasil
endapan putih , berlebih: endapan sebagian larut
Albumin : larutan tidak berwarna + asam sulfanilat 20% :Larutan tidak berwarna, berlebih: larutan tetap tidak berwarna + NaOH: larutan tetap tidak berwarna + asam pikrat 20% :Larutan berwarna kuning, berlebih: larutan tetap berwarna berwarna kuning + NaOH: larutan tetap berwarna kuning + asam trikloroasetat 10% :Larutan tidak berwarna, berlebih: larutan tetap tidak berwarna + NaOH: larutan tetap tidak berwarna + asam tannat 10% :Larutan tidak
Putih Telur
berwarna, berlebih: larutan tetap tidak
-
dimasukkan 2 mL
berwarna + NaOH: larutan orange
-
Ditambah 3-5 tetes
kecoklatan.
-
tabung I: asam sulfanilat 20%
+ asam sulfanilat 20% :Larutan
tabung II asam pikrat 20%
berwarna putih terbentuk endapan
tabung III: asam trikloroasetat 10%
putih, berlebih: endapan semakin
tabung IV: asam tannat
banyak+ NaOH: endapan larut,
-
Diamati
larutan tidak berwarna
-
Diamati jika penambahan berlebih
-
Ditambah NaOH encer 3-5 tetes
-
Diamati kenaikan pH
Hasil
+ asam pikrat 20% :Larutan berwarna kuning jernih, berlebih: terbentuk endapan kuning + NaOH: endapan larut , larutan berwarna kuning jernih. + asam trikloroasetat 10% :Larutan berwarna putih keruh, berlebih: terbentuk endapan putih + NaOH: larutan tetap berwarna putih keruh , endapan tetap + asam tannat 10% :Larutan keruh, berlebih: terdapat endapan sedikit+ NaOH: larutan berwarnacoklatan, endapan larut.
E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Umum Asam Amino a. Kelarutan Asam Amino E. ANALISIS DATA PEMBAHASAN 1. Sifat Umum Asam Amino a. Kelarutan Asam Amino Struktur asam amino secara umum yaitu 1 atom C yang mengikat 4 gugus, yaitu gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R) atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat disebut juga atom Cα ("C-alfa") hal ini sesuai dengan penamaan senyawa yang bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil.. Menurut eksperimen asam amino larut dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut organik non polar seperti ester, aseton dan kloroform. Pada praktikum percobaan kali ini, diambil seujung sendok kecil sampel (Glisin, asam glutamat, alanin) kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diuji kelarutan asam amino menggunakan pelarut air, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, etanol dan kloroform. Asam amino glisin dapat larut dalam air, HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M, tetapi glisin tidak larut dalam etanol dan kloroform. Karena, lisin merupakan salah satu jenis asam amino dengan rantai samping alfatik yang bersifat polar dan hidrofilik, sehingga akan
dimungkinkan dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air sebagai pelarut. Asam glutamat larut dalam air, HCl 0,1 M ,dan NaOH 0,1 M larut, sedangkan pada pelarut etanol dan kloroform asam glutamat tidak larut dan membentuk kekeruhan. Asam glutamat sendiri merupakan jenis asam amino dengan rantai samping gugus asam yang bersifat polar dan bermuatan negatif. Hal tersebut dapat dilihat dari titik isoelektriknya yang rendah. Alanin merupakan asam amino dengan rantai samping yang bersifat non polar. Gugus R pada alanin merupakan senyawa hidrokarbon, sehingga merupakan gugus yang bersifat hidrofobik. Alanin larut dalam pelarut air, HCl dan NaOH dan tidak larut dalam pelarut etanol dan kloroform.
b. Reaksi Ninhidrin Uji nihidrin bertujuan untuk mengetahui asam α-amino bebas yang ada dalam sampel. Asam amino yang diuji adalah glisin, tirosin, dan triptofan. Untuk uji positif reaksi nihidrin ditandai dengan terbentuknya warna larutan menjadi ungu. Warna ungu ini dihasikan dari gugus karbokisilat dan gugus amino dari suatu asam α-amino tereduksi oleh nihidrin menjadi amoniak. Pada asam amino yang diuji untk glisin, tirosin, dan triptofan memberikan hasil uji positif yaitu setelah ditambah 3 tetes larutan nihidrin lalu dipanasi selama 2 menit terbentuk warna ungu. Hal ini dikarenakan glisin, triptofan, dan tirosin merupakan asam bebas. Pada pengenceran glisin satu kali masih memberikan warna ungu pada uji nihidrin. Sampai pada pengenceran ke delapan, uji nihidrin memberikan hasil negative yaitu larutan yang awalnya ungu setelah diencerkan delapan kali berubah menjadi tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada asam amino sehingga tidak bisa mereduksi nihidrin menjadi warna ungu. c. Reaksi Xanthoprotein Uji
xanthoprotein
dapat
digunakan
untuk
menguji
atau
mengidentifikasiadanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawaasam amino apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila dipanaskan akan berubah menjadi warna kuning atau jingga. Fungsi dari uji xantoprotein ini adalah digunakan untuk mengujiapakah senyawa protein mengandung inti benzena atau tidak didalammolekul-molekul
gugus
sampingnya
asam
aminonya
seperti:
tirosin,triptofan dan fenilalanin. Pada uji ini yang pertama dilakukan adalah memasukkan sampel (Glisin, tirosin, triptofan, fenilalanin, dan fenol kedalam masing-masing tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan HNO3 pekat dan didapatkan hasil percobaan yaitu glisin larutan tidak berwarna, tirosin larutan berwarna kuning kejernihan, triptofan larutan berwana kuning, fenilalanin larutan tidak berwarna, dan fenol larutan berwarna kemerahan. Pada tahap selanjutnya masing-masing tabung ditambahkan dengan larutan NaOH 10 M sehingga diperoleh hasil glisin berubah menjadi berwarna kuning, tirosin dan triptofan
menjadi berwarna orange, fenilalanin tetap tidak berwarna, dan fenol menjadi berwarna orange dan terdapat endapan merah. Hal ini membuktikan bahwa tirosin, triptofan dan fenol memiliki uji positif karena mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Glisin dan fenilalanin bereaksi negatif dengan berwarna kuning dan tidak berwarna karena tidak mengandungasam amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Pada percobaan uji xantoprotein dilakukan penambahan NaOH bertujuan merenaturasi protein dan menetralkan larutan. Renaturasi adalah penataan ulang molekul akibat dari perubahan pH. d. Reaksi Millon Uji millon merupakan campuran larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Jika larutan ini ditambahkan pada protein yang mengandung gugus asam amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan putih yang akan berubah menjadi merah ketika dipanaskan. Pada percobaan uji millon untuk larutan tirosin diperoleh hasil larutan berwarna merah setelah dipanaskan. Hal ini menunjukkan reaksi positif karena mempunyai rantai samping gugus fenolik, sedangkan endapan tidak diperoleh karena kemungkinan praktikan terlalu banyak menambahkan reaksi millon pada larutan tirosin. Endapan yang terbentuk setelah penambahan reagen millon menunjukkan bahwa Hg yang larut NaNO3 akan teroksidasi menjadi Hg+, yang kemudian membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Pada percobaan uji millon pada larutan glisin dan fenilalanin diperoleh hasil yang negative. Hal ini ditunjukkan dengan hasil larutan tidak berwarna di akhir pengujian karena sesuai dasar teori yang ada larutan glisin dan fenilalanin tidak dapat bereaksi dengan pereaksi millon. e. Uji Glioksilat Untuk Triptofan (Hopkins-Cole) Pada uji kali ini digunakan sampel (glisin, tirosin, triptofan), diambil sampel 2 mL kemudian ditambahkan 2 mL asam asetat glasial yang sudah dikenai cahaya dan selanjutnya ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat. Hasil positif pada uji ini ditandai dengan terbentuknya cincin ungu pada dasar tabung saat penambahan H2SO4 pekat. Pada sampel glisin dan tirosin tidak terbentuk
cincin berwarna ungu artinya uji hopkins-cole negatif untuk sampel glisin dan tirosin. Uji hopkins cole adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang digunakan mengandung asam glioksilat. Kondensasi antara dua inti induk dari triptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan senyawa yang berwarna ungu. Triptofan adalah salah satu asam amino essensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Gugus fungsional triptofan adalah Indol, yang tidak dimiliki oleh asam amino lainnya yang membuat triptofan menjadi prekusor dari banyak senyawa penting tubuh seperti melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin). Gambar. Triptofan H CH2 CH2 CO 2H N H
triptofan
HC
+
HC
H
O
CO 2H
O N H H
asam glioksilat
NH H
asam 2,3,4,5,tetrahidro-karbolin-4-karboksilat
Gambar. Reaksi Hopkins-Cole (Annonymous, 2012) Berdasarkan hasil dari percobaan ini didapatkan hasil positif terhadap uji hopkins-cole adalah triptofan. yang ditandai dengan terbentunya cincin berwarna ungu pada dasar tabung reaksi. Cincin ungu yang terbentuk disebebkan oleh pereaksi asam glioksilat (CHO.COOH) dalam H2SO4. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid dan membentuk kompleks berwarna dari jenis asam 2,3,4,5-tetrahidro-ß-karbolin-4-karboksilat. Reaksi diatas hanya akan berhasil apabila ada oksidator kuat. Dalam praktikum ini digunakan asam sulfat pekat,
sehingga dapat dikatan bahwa fungsi
penambahan asam dalam percobaan ini adalah sebagai oksidator untum membentuk cincin ungu sebagai uji posotif terhadap tritofan. Namun cincin berwarwa ungu ini hanya sebentar dan apabila dikocok sedikit saja sudah hilang dan larutan menjadi berwarna kuning.
f. Uji Pauli Uji Pauli adalah uji kimia untuk mendeteksi asam amino histidin dan tirosin. Prinsip dasar dalam uji pauly adalah diazotisasi. Asam sulfanilat akan terdiazotisasi dengan penambahan natrium nitrit dan natrium karbonat. Asam sulfanilat yang telah terdiazotisasi akan membentuk komponen diazonium. Komponen diazonium akan bereaksi dengan cincin imidazole dari histidin dan gugus fenol dari tirosin membentuk senyawa berwarna merah gelap. g. Uji Nitroprusida Uji nitroprusida merupakan uji kimia dimana gugus tiol (-SH) dapat bereaksi dengan Na- nitroprusida dengan adanya amoniak berlebihan membentuk senyawa berwarna merah. Pada percobaan dengan larutan sistein didpatkan hasil positif yang ditunjukkan adanya larutan merah muda didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan sistein terdapat gugus tiol (-SH) bebas yang bereaksi dengan natrium nitroprusida dalam ammonia berlebih. Warna merah muda yang didapatkan praktikan terlihat tidak begitu jelas karena kemungkinan ammonia yang ditambhakna kurang berlebih dan saat dilakukan pengocokan larutan belum tercampur secara sempurna. Sedangkan pada percobaan untuk larutan sistin dan metionin didapatkan hasil negative yang ditunjukkan diperoleh larutan berwarna kuning untuk larutan sistin dan larutan tidak berwarna. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada larutan sisitin dan metionin tidak terdapat gugus tiol bebas yang dapat bereaksi dengan Na-nitroprusida. h. Reaksi Sakaguchi Uji Sakaguchi merupakan uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam amino yang memiliki kelompok-R propil (3 metil) dengan gugus guanidin pada ujungnya. Gugus guanidin adalah atom C yang mengikat N2 dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan ikatan ganda. Pada percobaan larutan arginin diperoleh hasil terbentuknya 2 lapisan. Hal ini terjadi karena mungkin pada saat dikocok, pengocokan yang dilakukan kurang sempurna sehingga hasil yang didapat negative. Seharusnya uji pada larutan arginine ini positif karena pada arginine terdapat guadinin yang akan bereaksi dengan α-naftol dalam kondisi basa, yang mana gugus guadinin
dalam arginine ini telah teroksidasi terlebih dahulu oleh air brom yang kemudian menghasilkan senyawa berwarna merah. Pada percobaan untuk larutan glisin didapatkan hasil negative yang ditunjukkan dengan hasil uji terbentuknya 2 lapisan atau bilayer. Hal ini terjadi karena dalam glisin tidak terdapat gugus guadinin yang akan bereaksi dengan α-naftol sehingga reaksi pada larutan glisin tidak dapat terjadi.
2.
Reaksi-Reaksi Umum Pada Protein a. Uji Biuret Untuk Ikatan Peptida Uji biuret merupakan uji umum untuk protein dalam hal ikatan peptida. Reaksi positif dari uji ini ditandai dengan terbentuknya warna ungu oleh senyawa kompleks antara Cu2+dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida
akan
mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida akan memberikan warna biru, tripeptida akan memberikan warna ungu dan tetrapeptida serta peptida kompleks akan memberikan warna merah. Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu 180 oC dalam larutan basa. Biuret memberikan warna violet jika direaksikan dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina, serina dan treonina) tidak memberikan hasil positif pada uji ini. Beberapa protein yang mempunyai
gugus
–CS-NH-,
-CH-NH-
dalam
molekulnya
juga
memberikan tes warna positif. Pada percobaan larutan albumin diperoleh hasil larutan biru muda yang menunjukkan bahwa pada larutan albumin terdapat ikatan peptide sebanyak dua buah. Pada larutan kasein diperoleh hasil larutan ungu pekat yang menunjukkan bahwa pada larutan kasein terdapat ikatan peptide sebanyak 3 buah. Warna ungu pada larutan kasein ini juga menunjukkan bahwa ikatan peptide dalam kasein ikatan peptidanya panjang. Sedangkan pada percobaan larutan gelatin dan putih telur diperoleh hasil berturut-turut larutan biru di dasar tabungdan larutan biru keputihan yang menunjukkan bahwa pada larutan gelatin dan putih telur juga terdapat ikatan peptide.
b. Denaturasi Oleh Panas, Asam dan Basa Denaturasi yaitu proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier atau struktur sekunder dengan pengaruh tekanan dari luar atau senyawa penganggu, contohnya penambahan asam atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, contoh pelarut organik (alkohol,etanol ,kloroform dll), atau panas. Pada kali ini dilakukan uji denaturasi protein oleh panas, asam dan basa pada larutan albumin dan larutan putih telur. Pada larutan albumin saat ditambah dengan HCl dan dipanaskan larutan keruh. Larutan albumin saat ditambahkan NaOH dan dipanaskan larutan menjadi tidak berwarna. Dan saat larutan albumin ditambah air larutan berwarna ungu. Artinya larutan albumin dapat terdenaturasi oleh panas dan oleh asam kuat. Pada larutan putih telur saat ditambah HCl 1M larutan keruh setelah dipanaskan larutan keruh ada endapan putih , hal ini menunjukkan bahwa laruan putih telur dapat terdenaturasi oleh panas. Selanjutnya larutan putih telur ditambah dengan NaOH 1M dan dihasilkan larutan tidak berwarna kemudian dipanaskan larutan berwarna kuning. Artinya struktur protein dari putih telur telah mengalami denaturasi. Uji selanjutnya larutan putih telur ditambah dengan air dihasilkan larutan keruh kemudian dipanaskan larutan tetap keruh. Hal ini larutan putih telur tidak dapat terdenaturasi oleh penambahan air sekalipun dipanaskan Selanjutnya dilakukan uji larutan albumin dengan asam nitrat pekat dan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas tidak berwarna dan lapisan bawah berwarna kuning. Hal ini terjadi karena albumin dapat terdenaturasi dengan asam kuat. Larutan putih telur ditambah dengan asam nitrat pekat juga terbentuk dua lapisan, lapisan atas larutan berwarna putih dan bawah berwarna kuning. c. Pengendapan Oleh Logam Berat Pengendapan protein oleh logam terjadi akibat penambahan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb ke dalam larutan albumin dan putih telur menyebabkan larutan jernih berubah menjadi keruh dan terbentuk endapan. Penambahan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb ini dilakukan karena protein mampu
menawarkan racun. Hal ini terjadi karena asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang terikat dalam reaksi yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Pada saat ditambahkan ke dalam protein, HgCl2 dan (CH3COO)2Pb akan terionisasi dalam bentuk Hg2+ dan PbSO4 yang menghasilkan endapan. Ikatan yang kuat dari reaksi protein
dengan
HgCl2 dan (CH3COO)2Pb akan
memutuskan
ikatan
jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersamaan gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Endapan yang terbentuk disebabkan oleh kemampuan protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan terjadi karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, ia akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori, titik isoelektrik albumin adalah : 4,55-4,90. Adanya penambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril. Sedangkan untuk pengujian dalam penambahan larutan CuSO4 pada larutan albumin dan putih telur menghasilkan berturut-turut yaitu larutan berwarna biru dan larutan biru keputihan. Setelah penambahan larutan CuSO4 berlebih didapatkan hasil larutan bertambah pekat. Berdasarkan penambahan beberapa larutan yang digunakan dapat diamati bahwa penambahan Pb-asetat menghasilkan lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kation pada Pb-asetat lebih dapat merusak muatan negative dari albumin dan putih telur. Semakin besar electron valensi pada logam berat menyebabkan semakin bertambahnya endapan yang dihasilkan. d. Pengendapan Oleh Reagen Asam Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah albumin dan putih telur. Reagen asam yang digunakan adalah asam sulfanilat, asam pikrat, sam trikloro asetat, dan asam tannat. Pada sampel albumin saat penambahan asam berlebih larutan tetap tidak berubah atau tidak keruh sedangkan pada sampel putih telur larutan menjadi tampak keruh. Hal
tersebut menandakan terbentuknya endapan. Adanya endapan tersebut karena ion H3O+ dari asam masuk dalam larutan dan mempengaruhi keeseimbangan dan muatan dari molekul protein. Perubahan tersebut menyebabkan rusaknya struktur protein dan menyebabkan terganggunya stabilitas dari protein sehingga mengalami koagulasi dan pengendapan. Selanjutnya ditambah dengan NaOH yang bertujuan untuk denaturasi. Pada asam trikloro asetat terjadi denaturasi sebagian karena masih terlihat keruh sedangkan pada sulfosalisilat, asam pikrat dan asam tannat endapan dapat larut sempurna yang menandakan bahwa terjadi denaturasi sempurna. Denaturasi bertujuan untuk mengembaikan struktur alami asam amino dengan cara penambahan basa karena denaturasi disebabkan oleh asam.
F. KESIMPULAN 1. Kelarutan Asam Amino
Glisin, asam glutamate dan alanin larut dalam air, HCl, NaOH
Semua asam amino tidak larut dalam etanol dan koroform
2. Reaksi Asam Amino Terhadap Reagen
Reaksi nihidrin : uji positif untuk semua asam amino
Reaksi xanthoprotein : uji untuk asam amino yang memiliki cincin benzene
Reaksi milon : mengidentifikasi asam amino tirosin
Uji glioksilat : mengidentifikasi gugus samping indol
Uji pauli : mengidentifikasi cincin fenol
Uji nitropurisia : mengidentifikasi gugus sulfidril
Reaksi sakaguci : mengidentifikasi asam amino arginine
3. Reaksi Protein Terhadap Reagen Tertentu
Uji biuret : mengidentifikasi ikatan peptide
Denaturasi : terjadi oleh penambahan asam, basa, panas, logam berat.
Uji pengendapan : uji pengendapan oleh logam berat dan oleh reagen asam
G. DAFTAR PUSTAKA Dosen KBK Kimia Organik. 2019. PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II. Malang : Universitas Negeri Malang.
Cahayatri, Farida. 2014. LAPORAN ASAM AMINO DAN PROTEIN. (Online). (https://faridacahayatri.wordpress.com/2014/06/06/laporan-asam-amino-danprotein-2/), diakses pada tanggal 16 September 2019. tt.
2018.
REAKSI-REAKSI
SPESIFIK
PADA
PROTEIN
(Online).
(http://herygndichemicaleverything.blogspot.com/2018/04/reaksi-reaksispesifik-pada-protein.html), diakses pada tanggal 16 September 2019). H. LAMPIRAN