Performance Assessment [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



A. Pengertian Performance Assessment Teknik penilaian yang menjadi perhatian dalam dunia pendidikan saat ini adalah penilaian kinerja dan portofolio, keduanya bukan meruapakan bukan hal yang baru. Faktanya jika kita menilik kebelakang banyak pengukuran yang dilakuakn



meggunakan



prisnsip



yang



sama



dengan



penilaian



kinerja.



Bagaimanapun, kedua teknik penilaian ini menjadi hal yang paling sering digunakaan di sekolah-sekolah dalam beberpa dekade terakhir. Meskipun penilaian tradisonal takni Penilaian paper and pencil tes, seperti pilihan majemuk dan format lain yang sejenisnya (mencocokkan, benar-salah), selalu menjadi sorotan, hal ini disebabkan karena teknik penilian ini hanya menekankan kepada kemampuan mengingat dan kemampaun kognitif tingkat rendah danmengabaikan konsep berpikir tingkat tinggidan kemampuan pemecahan masalah. Lebih parahnya lagi beberapa pemerhati mengkritisi bahwa Penilaian tradisional memiliki dampak negatif pada apa yang diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa. Mereka mengatakan bahwa di era yang penuh tantangan dalam hal penilaian biasanya mendorong guru mengajarkan apa yang di teskan saja, akibatnya tes hanya mengukur kemapuan kognitif level rendah, dan guru hanya mengajarkan tentang hal pada level rendah juga. Berdasarkan beberapa permasalah yang ada, para ahli oengukuran menyarankan penggunaan penilaian kinerja dan portofolio. Standard menyatakan bahwa Penilaian kinerja mengharuskan pengambil tes untuk melaksanakan seluruh proses atau prosedur sebuah produk dalam konteks tertent yang sangat menyerupai kondisi nyata. Sebagai contoh seorang mahasiswa kesehatan mengharuskan ia melakukan interview kepada pasien tiruan, memilih tes medis tertentu dan beberapa prosedur pengukuran tertentu, sampai dengan mlakukan diagnosa, dan mengembangkan rencana perawatan. Mengawali pembahasan kita mengenai penilaian kinerja, baiknya kita memahami dulu Taxonomy tujuan pendidikan domain psychomotor (Simpson,



1



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



1971) sebagai berikut: 1. Persepsi (Perception), berhubungan dengan penggunaan indera untuk mengarahkan kegiatan motorik. Mulai dari kesadaran ada stimulus sampai kepada memilih tugas yang relevan untuk menterjemahkannya ke dalam suatu kegiatan (performance) tertentu. 2. Kesiapan/Set, yaitu kesiapan (mental, fisik, emosi) untuk melakukan kegiatan khusus. 3. Respon terpimpin (Guided respons), merupakan langkah permulaan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, meliputi: menirukan, trial and error. Ketetapan dari performance ditentukan oleh instruktur atau oleh kriteria yang sesuai. 4. Mekanisme (Mechanism), merupakan performance yang menunjukkan bahwa respons yang dipelajari telah menjadi kebiasaan dan gerakan- gerakan dapat dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran. Ini merupakan performance dari bermacam-macam keterampilan. 5. Complex Overt Respons, yaitu performance yang sangat terampil dan gerakan motorik yang memerlukan pula gerakan kompleks. Kemahiranya ditunjukkan dengan cepat, lancar, dan tepat dengan energi minimum, tanpa ragu-ragu dan otomatis (dilakukan dengan mudah dan terkontrol baik). Hasil ini meliputi kegiatan motorik yang koordinasinya tinggi. 6. Penyesuaian (Adaptation), keterampilan yang telah berkembang dengan baik sekali sehigngga individu dapat merubah pola gerakannya untuk disesuaikan dengan persyaratan khusus untuk situasi yang bermasalah. 7. Originasi (Origination), yaitu penciptaan pola-pola gerakan yang baru untuk menyesuaikan dengan situasi/masalah yang khusus. Hasil belajarnya ditekankan pada kreativitas yang didasarkan pada keterampilan tingkat tinggi. Berdasarkan taksonomi psikomotor, dapat dilihat bahwa tes performance termasuk dalam salah satu taksonomi tujuan pendidikan domain psikomotor



2



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



tersebut. Menurut Trespeces (1999) performance assesstement adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria



yang



diinginkan.



Popham



(1995:



139)



mendeskripsikan



performance assesstement sebagai Penilaian kinerja adalah pendekatan untuk mengukur status siswa berdasarkan cara siswa menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Berk (1986: ix) mendeskrepsikan penilaian kinerja sebagai proses pengumpulan data dengan pengamatan sistematis untuk pengambilan keputusan tentang individu. Dapat ditarik pengertian bahwa, tes performa merupakan bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan/perbuatan, unjuk kerja atau keterampilan melakukan tugas-tugas tertentu. Siswa bertindak atau mempraktekkan dan mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang diperintahkan atau ditanyakan. Telah dijelaskan sebelumnya tentang definisi dari penilaian klinerja yang dikemuakkan oleh Standars (AERA et al., 1999). Perhimpunan dalam Standar for Educational Evaluation (2003), memberikan definisi yang berbeda tentang penilaian kinerja, mereka mengatakan bahawa, metode penilaian formal yang melibatkan kemampuan siswa dilakukan dengan prosedur dan cara observasi dan penjurian (kosntruksi proyek yang dilakukan tukang kayu, menyelesaikan sebuah essay dalam bahasa inggris, laporan penilitian dalam sejarah, atau lab dalam sains) Perbedaaannya keduanya terletak pada penyelesaiannya prosedur atau proses yang dilakuakn, dimana Standar menuntut samapi selesai tetapi pada pendapat kedua tidak demikian. Hal ini memperingatkan kita bahwasanya tidak setiap kesepakatan dari kualifikasi tertentu sebagai sebuah peialain kinerja. Menanggapi hal ini, Popham (1999) beranggapan bahwa yang membedakan antara assesmen kinerja dan beberapa penilaian tradisional lainnya tidak selalu jelas satu sama lain.



3



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



Sebagai contoh beberapa pendidik ecara praktis menggunakan beberapa respon penilaian tertentu sebagai penilaian kinerja. Dalam hal ini jawaban-singkat atau tes essai adalah jenis Penilaian kinerja. Beberapa pendidik dan ahli pengukuran menetapkan standar yang teliti untuk mengklasifikasikan apa saja yang termasuk penilaian kinerja. Merkea beranggapan bahwa penilaian kinerja yang sebenarnya berbeda dengan penilaian tradisonal paper and pencil test dalam beberapa hal penting. Penilaian kinerja diatur sangat dekat mencerminkan kondisi nyata dalam pelaksanaan dibandingkan dengan penilaian tradisional. Mungkin beberapa hal yang menonjol tentang perbedaan penilaian kinerja dan penilaian tradisional adalah derajat kemiripannya dengan situasi nyata. Sebagai contoh, penilaian tradisional menggunkan tes pilihan majemuk, jawaban-singkat, dan tes essai untuk mendiagnosa dan memperbaiki mesin mobil, tetapi penilaian kinerja mengharuskan siswa untuk langsung memperbaiki mesin yang rusak. Tentunya, penilain kinerja berbeda dari segi kegiatan yang sangat mirip dengan kondisi nyata. Untuk memperjelas perbedaan antara keduanya, beberapa ahli membuat label tertentu untuk menggambarkan seberapa dekat sebuah penilaian dengan kondisi nyata, yang meliputi sebagai berikut: a. Penilaian kinerja sebenarnya. Penialai kinerja sebenarnya dilakukan pada situasi yang diatur semirip mungkin dengan aktivitas sebenarnya atau dengan simulasi yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya. Contohnya adalah pada tes yang dilakukan pada saat pengurusan Izin mengemudi. b. Penilaian kinerja analog. Dalam kondisi tertentu kita tidak dapat menilai sesorang sesaui dengan kondisi sebenarnya karena adanya kemungkinan konsekuensi gagal, sehingga penilaian kinerja analog dilakukan. Sebagai contoh ujian seorang calon pilot untuk memenuhi syarat tertentu untuk menerbangkan pesawat jenis baru yang dinilai melalui simulator yang dirancang semirip mungkin dengan pewat sebenarnya untuk mensimulasikan penerbangan.



4



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



c. Penilaian kinerja tiruan. Dalam hal ini memiliki kemiripan yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya dan biasanya hanya membangun kondisi tertentu bagi peserta tes dalam melakukan tugasnya. Penilaian ini biasanya dilakukan di sekolah. Disini siswa diminta untuk membayangkan kondisi seberanya untuk menyelesaikan masalah yang diajukan. Sebagai contoh siswa diminta untuk malakukan langkah terkait proses untuk membuat menu makanan selama seminggun dan pembelian makanan di supermarket dengan dana terbatas serta menyajikan makanan tertentu. d. Penialian kinerja dengan melibatkan berbagai kriteria penilaian. Dalam hal ini yang memedakannya adalah kinerja siswa harus di evaluasi dari berbagai kriteria, sebagai contoh kemampuan siswa dalam berbahasa asing dievaluasi dalam hal aksen, sintaks, dan kosa kata. e. Penilaian kinerja melibatkan evaluasi subjektif dari kinerja siswa. Dalam hal ini berbagai penialian tradisional dapat yang diskor secara objektif, penialain kinerja sebenarnya melibatkan penilaian yang subjektif dari keinerja siswa. Pertanyaan yang mendasar adalah pendekatan mana yang mendefinisikan dengan tepat penilaian kinerja? Seseorang mungkin memiliki pendifinisian luas tentang penilian kinerja,



dimana meliputi maksud dari penilaian ini yang



melibatkan terbangunya respon tertentu; dilain pihak, ada yang menetapkan secara tegas standar yang menjadi syarat suatu penialain kinerja. Ini merupakan kondisi dimana tidak ada yang salah maupun benar. Perlu dipahami bahwa bisa saja seseorang memiliki persepsi yang berbeda dalam menetapkan penilaian kinerja. Untuk memperumit masalah ini bahkan, tidak semua orang menggunakan istilah penilaian kinerja untuk mendeskripsikan prosedur ini. Beberapa praktisi menggunakan istilah penialian autentik yang bermakna sama dengan prosedur pada penilaian kinerja. Mereka secara umum lebih memilih istilah penialain autentik karena tersirat makna penilaian lebih dekat dengan situasi yang nyata. Beberapa orang juga lebih memilih menggunakan istilah penialain alternatif dengan alasan



5



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



bahwa istilah penialain autentik terkesan memojokkan penilain tradisional yang seolah-olah tidak autentik. Beberapa ahli mengatakan bahwa istilah penialian kinerja, autentik, dan alternatif merupakan perbedaan yang subtansial, sehingga tidak boleh saling dipertukarkan sama lain (Nitko, 2001). Pada kesempatan ini kita menggunakan istilah penialain kinerja karena memiliki dianggap lebih mewakili judul dan telah diterima secara luas penggunaanya. B. Karakteristik Performance Assessment Berk (1986: ix) menjelaskan lima elemen kunci dari pengertian performance assessment yaitu: 1. Performance assessment adalah sebuah proses, bukan tes atau perangkat pengukuran tunggal. 2. Fokus prosesnya adalah pada pengumpulan data, dengan menggunakan berbagai jenis instrumen dan strategi. 3. Pengumpulan data dengan observasi sistematik, dimana penekannannya adalah pada teknik observasi dari pada menggunakan teknik paper and pencil test, terutama pada pilihan ganda. 4. Data diintegrasikan untuk tujuan membuat keputusan yang spesifik, dimana keputusan harus dapat memandu bentuk dan substansi penilaian 5. Subjek pembuat keputusan adalah individual Performance Assessment memiliki dua karakteristik dasar yaitu sebagai berikut: 1. Dalam performance assessment, peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan). 2. Produk dari performance assessment lebih penting daripada perbuatan (performance)-nya. Dalam hal memilih apakah yang akan dinilai itu produk atau performance (perbuatan) tergantung pada karakteristik domain yang akan diukur. Misalnya



6



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



dalam bidang seni, seperti acting dan menari, perbuatan dan produknya sama penting, tetapi dalam creative writing mengukur produk merupakan fokus yang paling utama. Sebagaimana telah dikemuakan oleh beberapa ahli bahwasanya banyak tujuan sederhana tidak dapat di ukur menggunakan standar penialain tradisonal, dalam situasi ini pengguanaan penialain kinerja lebih unggul digunakan. Sebagai contoh: 1. Kelas laboratorium. Siswa mungkin diminta untuk mendemonsrasikan kemampuan pemecahan masalah, kegiatan eksperiemntal, menggunakan mikroskop, membedah biantang, menaksir komposisi kimia, mengestimasi kecepatan benda, menghasilakan diorama, atau menyusun laporan laboratorium. 2. Kelas matematika. Siswa mungkin diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan pemecahan masalah kuantitatif dengan masalah yang dikonstruksi dari kehidupan nyata disekitarnya. Seperti teknik, arsitektur, lasekap, poling politik, bisnis keuangan, ekonomi, atau keuangan keluarga. 3. Kelas Bahasa dan debat. Kelas ini lebih menekankan kepada kemampuan berkomunikasi, penialain kinerja biasnya memiliki peranan yang penting. Sebagai contoh siswa mungin diminta untuk menyampaiak pidato, berbicara dalam bahasa asing, ikut dalam debat, mengutup puisi, menulis puisi, essai, dll. 4. Kelas studi sosial. Siswa mungkin diminta untuk mendemonstrasikan penggunaan Map dan Globe, berdebat tentang masalah politik, membuat peresentasi lisan, menghasilkan diorama, mendemonstrasikan kemampuan pemecahan masalah, atau menulis tema surat kabar. 5. Kelas seni. Siswa khusus secara ikut serta dalam berbagai jenis proyek yang menghasilkan karya tertentu. 6. Kelas musik. Siswa menampilakan penapilan solo sampai dengan paduan suara. 7. Kelas pendidikan Jasmani. Siswa mlakukan berbagai jenis kegiatan psikomotorik seperti memukul bola tenis atau golf, mendemonstrasikan gerakan renag yang berbeda, menyelam, memanikan posisi tertentu dalam tim olahraga



7



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



tertentu, dan kegaitan latihan individu lainnya. 8. Bagian ini mungkin hanya sebagian kecil saja dari banyak aplikasi penilaian kinerja disekolah. C. Komponen Penialai kinerja Kita memahami bahwa penialain kinerja sebagai gabungan dari (a) tes yang mengemukakan masalah dan solusi yang dibutuhkan dengan menggunkan materi konkrit yang dilakukan oleh siswa; (b) sebuah format untuk respon jawaban siswa; (c) sistem penskoran yang mencakup penilaian bukan hanya jawaban benar, tetapi juga kewajaran dari sebuah prosedur yang digunakan untuk mengerjakan sebuah tes. Tanpa ketiga konsep ini, penilaian kinerja akan susah didefinisikan. Berikut bagan yang menggambarkan konseppenilaian kinerja: Komponen Penilain kinerja



Tes



Format Jawaban



Sistem Penskoran



Memancing siswa untuk menyelesaikan masalah dan melakukan investigasi



Memberikan kesempatan untuk merekam temuan



mencerminkan tujuan dari tiap tes yang dipilih



Memungkinkan Penggunaan materi konkrit dari tindakan/kegiatan siswa



memungkinkan siswa untuk memutuskan bagaimana merangkum temuan



mengungkap kewajaran/pembuktian dari jawaban "benar"



Menyediakan umpan balik kepada siswa dari tindakannya



meminta siswa untuk membenarkan jawabannya



memberikan wawasan tentang prosedur pemecahan masalah siswa dan kesalahannya



Bagan 1. Komponen Penilaian Kineraja Dalam masalah kelistrikan, untuk kelas 5 dan 6 diminta untuk menemukan apa



8



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



isi dari kotak misteri dengan menghubungkan sebuah baterai, bohlam, dan kabel (tes). Kotak misteri bisa jadi memuat dua baterai, baterai dan bohlam, sebuah bohlam, kabel, atau tidak sama sekali. Siswa diminta untuk menyimpulkan isi dari setiap kotak dan menyediakan sirkuit yang membantu mereeka menemukan jawabannya. Kinerja siswa dinilai sebagai dasar pembuktian yang ditampilkan oleh mereka dan kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian. Berikut ini contoh instrumen penilaian kinerja:



9



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



D. Panduan Pengembangan Tes Penilaian Kinerja Keragaman yang begitu banyak dalam penilaian kinerja menyebabkan agak sulit untuk mengembangkan penduan khusus untuk mengembagkan penilaian kinerja. Bagaimanapun juga, beberapa ahli sepakat pada bebrapa panduan umum



10



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



dalam proses ini. Ini dapat diklasifikasikan sebagai saran untuk memilih tes kinerja yang tepat, mengembangkan intruksi yang jelas bagi siswa, mengembangkan prosedur untuk mengevaluasi kinerja siswa, dan mengimplementasikan prosedur untuk meminimalisir kesalahan. Salah satu alternatif pengukuran selain "paper and pencil test" adalah ujian praktik atau penilaian keterampilan/kinerja (performance assessment). Seperti yang telah diuraikan pada karakteristiknya, performance assessment lebih bersifat authentic daripada paper and pencil test, karena bentuk tugas-tugasnya biasanya lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam praktek kehidupan seharihari. Berikut ini langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat performance assessment. 1. Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja beserta indikator – indikatornya. 2. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan yang akan memmempengaruhi hasil akhir (output). 3. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik. 4. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas. 5. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan. 6. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati. 7. Jika ada, periksa kembali danbandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan. Berikut ini kami sajikan lebih rinci mengenai panduan pengembngan tes



11



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



penialian kinerja, 1. Memilih tes kinerja yang sesuai Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tes kinerja yang sesui yakni sebagai berikut: a)



memungkinkan banyak penilaian langsung pada tujuan pendidikan yang akan diukur.



b) memaksimalkan kamampuan generalsisasi anda dari hasil pengukuran. c)



mencerminkan kemampuan tertentu



d) mencakup lebih dari satu tujuan pembelajaran e)



memfouskan penialai anda pada proses dan atau hasil yang diinginkan



f)



menyajikan tingkat reaslime yang diinginkan.



g) Mengukur kemampuan yang dapat diajarkan h) Adil bagi seluruh siswa i)



Dapat dinilai dengan memberikan waktu dan sumber daya yang tersedia



j)



Dapat mengahasilkan skor yang reliabel



k) Mencerminkan tujuan pedidikan yang tidak dapat diukur menggunakan cara tradisional. 2. Mengembangkan Intruksi/petunjuk yang jelas dan spesifik apa yang seharusya dilakukan oleh siswa Karena tes kinerja sering menyebabkan siswa kesulitan memberikan tanggapan/jawaban, sehingga penting untuk memberikan petunjuk yang jelas dan spesifik dari respon yang diharapkan. Karena keaslian dan kreatifitas adalah hasil yang diharapkan, tes kinerja biasanya memberikan kebebasan bagamana siswa menyelesaikan tes ini. Berikut beberapa panduan untuk mengembangkan petunjuk untuk penilaian kinerja sebagai berikut: a) Memastikan petunjuk jelas dan spesifik sesuai dengan respon yang diharapkan b) Memastikan petunjuk memeprhatikan beberapa parameter penting dari tes



12



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



kinerja seperti batasan waktu, penggunaan alat atau benda tertentu c) Memastikan petujuk jelas yang rinci tentang kriteria yang akan digunakan untuk menilai respon siswa d) Memberikan



kepada



teman



sejawat



untuk



membaca



dan



menginterpretasikan petunjuk sebelum diberikan keseluruh siswa e) Uji coba secara terbatas terlebih dahulu kesejumlah siswa sebelum diberikan keseluruh kelas untuk meyakinkan bahwa intruksi siap dan tersatandar f) Menuliskan intruksi yang memungkinkan siswa dari latar belakang etnis dan budaya yang berbeda dapat menginterpretasikannya secara akaurat. 3. Mengembangkan Prosedur Penilaian Apakah anda menilai proses, hasil, atau keduanya, penting bahwa anda mengembangkan prosedur penilaian secara sistematis, objektif, dan reliabel. Penilaian kinerja yang merupakan penilaian konstruksi jawaban siswa, dan sama halnya dengan soal essai, terdapat beberapa masalah dalam penskoran dalam penilaian kinerja. Prosedur penskoran yang digunakan dalam penilaian kinerja biasanya dikaitkan dengan rubrik penskoran. Rubrik merupakan petunjuk tertulis sederhana yang membantu memeberikan skor terhadap respon siswa yang dinilai. Beberapa panduan pengembangan rubrik penilaian untuk penialain kinerja adalah sebagai berikut: a) Memilih kriteria penting yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penialain kinerja siswa Diawalai dengan pemilihan karakteristik kriteria dan respon yang



akan



diterapkan ketika menilai kualitas dari kinerja siswa, hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam pengembangan prosedur penialain yang baik. Kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam penialain kualitas kinerja siswa seharusnya dideskripsikan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan kesulitan tentang makna dari skala yang ditetapkan. Karakteristik seperti kecenderungan,



13



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



sikap, dan karya merupakan hal yang tidak dapat diamati secara langsung dan sehingga agak susah untuk diniali. b) Menetapkan standar dan gambaran yang jelas untuk masing-masing level kinerja. Untuk setiap kriteria yang dinilai, anda harus mengembangkan standar yang jelas yang membedakan seluruh leval atau tingkatan kinerja, dengan kata lain standar ini harus diuraikan sesaui dengan repon yang diberikan siswa meliputi atau respon seperti Amat Baik, Sedang, Rendah. Ini berguna anda untuk mendeskripsikan sebuah spesimen atau contoh untuk memberikan ilustrasi perbedaan tingkatan kinerja. c) Menentukan Jenis Pengskoran yang akan digunakan. Rubrik penialain dapat dibagi manjadi holistik dan analitik. Dengan rubrik penialian analitik, guru memberikan penilaian berdasarkan kriteria tertentu ke kriteria lainnya dimana pada pnilaian holistik ditetapkan guru dengan nilai tunggal yang mewakili kualitas dari kinerja siswa. Linn dan Gronlund (2000) mengatakan bahwa skala penialai dan cek list sebagai alternatif respon yang sering digunakan dalam pedoman penskoran penialian tradisional. Tidak ada perbedan yang jelas antara skala penialain dan rubrik tradisional, mereka menemukan skala penialain digunakan khusus untuk penialain kualitas untuk mengindikasikan kinerja dari setiap kriteria yang dikaitkan dengan standar tertentu dalam rubrik penilaian.ceklist adalah prosedur yang juga sering digunakan untuk menskor penialain kinerja. Ceklist mirip dengan skala penialain, tetapi skala penialain terkait kulaitas kinerja atau frekuansi dari tingkah laku, sementara ceklist memberikan respon penilaian ya/tidak. 4. Mengimplementasikan prosedur penilaian untuk meminimalisir kesalahan Beberapa sumber eror ketika guru menilai kinerja siswa adalah sebagai berikut: a) Halo Efect. Merupakan kesalahan yang ditimbulakan karena adanya kecendrungan penilai yang mempengaruhi penilainnya baik secara posotif



14



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



maupun negatif, yang tidak ada kaitannya dengan hal yang diukur, mempengaruhi penialain dari karakteristik siswa yang lain. b) Kelonggaran, kepelikan, dan tendensi pemusatan, ketiga kesalahan ini akan mengurangi rentang skor dan menyebabkan reliabilitas rendah. c) Bias personal. d) Kesalahan Logis Pengaruh urutan. Selain poin-poin di atas, hal yang perlu juga diperhatikan dalam pengembangan performance assessment adalah cara mengamati dan memberikan skor pada kemampuan keterampilan/kinerja peserta didik yang diukur. Untuk meminimalisir faktor subjektivitas dan memaksimalkan faktor keandalan dalam menilai atau menskor kemampuan keterampulan atau kinerja peserta tes, dapat dilakukan dengan memperbanyak rater. Hal itu diharapkan hasil penilaian akan menjadi lebih reliabel. E. Aspek-Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Kinerja Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan Aspek yang dinilai pada tes performa dapat menekankan pada proses, hasil, dan atau kombinasi dari keduanya. 1. Penilaian pada proses (bagaimana cara yang ditempuh siswa dalam memperoleh/melakukan ‘sesuatu’ secara baik, benar, dan efektif). 2. Penilaian pada hasil, misal pada pelajaran menggambar/melukis, keterampilan, kerajinan tangan, menjahit, dll. Guru bisa saja tidak menilai prosesya, tetapi menilai pada hasil akhir/karya siswa. 3. Proses dan hasil, di sini guru menilai setiap langkah (proses) yang dilakukan peserta tes beserta hasil yang diperoleh. Misalnya pada tata boga, dimana proses (mulai dari kehigienisannya) sampai dengan rasa dari produk yang dihasilkan siswa dinilai semua. F. Bentuk-Bentuk Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Kita telah menggunakan berbagai metode yang berbeda untuk mengumpulkan 15



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



informasi dari kinerja siswa seperti: obesrvasi langsung, catatan; simulasi komputer, jawaban singka, dan tes pilihan majemuk. Dengan observasi langsung, seorang observer merekam respon dari kinerja siswa sebagai proses investigasi siswa. Metode ini dianggap sebagai metode penialain ideal atau patokan. Alternatif metode yang lain sebagai pengganti, dikembangkan untuk mengurangi biaya dan sumber daya. Metode Alternatif ini meliputi: (a) catatan, dimana siswa direkam prosedur dan kesimpulannya, (b) simulasi komputer sebagai alat investigasi, (c) menggunakan penialain terdisional sebagai alat untuk merencakan, mendesain, dan taua menginterpretasikan sebuah percobaan (jawaban-singkat dan tes pilihan majemuk). Pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan dalam beberapa alternatif, tahapan/tingkatan realitas mulai dari yang terendah sampai tingkatan tinggi. Hal ini bergantung pada tujuan pengajaran, maupun pertimbangan praktis (waktu, biaya, sarana, ketersediaan perlengkapan, dsb). Adapun bentuk-bentuk penilaian kinerja (performance assessment) adalah sebagai berikut. 1. Test tertulis (Paper and pencil Performance), bentuk ini menekankan kepada aplikasi pengetahuan dan keterampilan dalam latar simulasi. Contoh dalam mata pelajaran ‘Konstruksi Tes’ : buatlah seperangkat kisi-kisi tes dari suatu unit pengajaran atau buatlah daftar cek untuk mengevaluasi suatu tes prestasi, dll. 2. Tes Identifikasi, mencakup kedalaman variasi dari situasi tes yang mereprsentasikan derajat kenyataan lapangan yang beragam. Umumnya ini dilakukan dalam lapangan ‘pendidikan/lembaga industri’. Misalnya idetifikasi mengenai bagian performa tugas (misal: menemukan ‘konsleting’ pada suatu jaringan listrik) ia akan mengidentifikasi: alat-alat, perlengkapan dan prosedur yang diperlukan untuk menangani tugas tersebut. Contoh lain mengidentifikasi berbagai kemungkinan faktor penyebab ketidakberfungsian suatu mesin (miisal: mobil, motor, dsb). Dalam Biologi, mengidentifikasi



perlengkapan



dan



16



prosedur



yang



diperlukan



untuk



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



membimbing/melakukan suatu eksperimen, koreksi pengucapan, koreksi prosedur pemecahan masalah, identifikasi berbagai aturan kepemimpinan yang akan dipraktekkan dalam kelas. 3. Simulasi, lebih menekankan kepada prosedur, yaitu bagimana siswa dapat menampilkan tingkah laku (suatu tugas) yang sama dalam situasi nyata sebagaimana ditampilkan dalam simulasi. Misalnya: mendemonstrasikan ‘berenang’ dengan gaya dan teknik tertentu, shadowboxing, mensimulasikan wawancara antara instruktur (perusahaan) dengan pelamar kerja suatu pekerjaan. Ini digunakan dalam pengajaran untuk mengevaluasi tujuan. Dalam beberapa situasi, simulasi performa siswa digunakan sebagai penilaian akhir dari suatu keterampilan tertentu (misal: performa laboratorium kimia, latihan menyetir). 4. Sampel kerja (work sample), ini merupakan tingkatan ‘realisasi’ tertinggi. Di sini mengharuskan siswa untuk menampilkan tugas secara aktual yang merepresentasikan performa keseluruhan yang hendak diukur. Meliputi elemen yang krusial dan penampilan yag terkontrol dengan standard tertentu. Setiap performa siswa pada suatu standard kemudian digunakan sebagai bukti dari abilitas individual (mengenai suatu tugas) dalam suatu kondisi khusus/tertentu. Contoh dalam bidang industri, misalya, siswa diharuskan untuk melengkapi suatu proyek dari pekerjaan tukang logam atau pekerjaan tukang kayu yang melibatkan semua tahapan-tahapan sebagaimana dalam situasi pekerjaan sebenarnya



(menentukan,



memilih/mengurutkan



material,



dan



mengkonstruksi). G. Permasalah dalam Performance Assessment Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja peserta tes (performance assessment) sering terjadi permasalahan. Permasalah tersebut diuraikan sebagai berikut.



17



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



1. Validitas Peneliti telah mengungkapkan bahwa tidak semua metode kinerja dapat diamati secara langsung, caatatan, simulasi komputer, dan penialian terdisional sebagai alternatif. Ada banyak metode gabungan untuk menilai kinerja siswa. Sekor siswa bergantung pada tes dan metode yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. Metode Penilaian tradisional adalah pilihan yang jarang dijadikan alterbatif pengganti dari metode pengamatan langsung (r < 0.30). sebaliknya, hasil dari buku catatan lebih wajar, lebih mudah mudah untuk pengamatan langusng (r > 0.80). Simulasi komputer berada diantara penialain tradisional dan buku catatan sebagai alternatif pengganti; ini berkorelasi cukup dengan pengamatan langsung dan buku catatan (r ~ 0.45). apapun metode penilaian yang digunakan yang menilai pemahaman sains akan sangat sensitif, tidak hanya pada tes dan pengambilan sampelnya, tetapi juga pada metode yang digunakan untuk menilai kinerja. Hasilnya menunjukkan bahwa metode penilaian keliahatan berbeda dengan metode prestasi sains. Setiap metode memungkinkan adanya perbedaan pandangan terhadap apa yang diketahui dan dilakukan siswa. Karakteristik dan kompleksitas dari penilaian kinerja (performance assessment) seringkali menimbulkan masalah dalam hal penskoran dan keterwakilan domain yang hendak diukur. Suatu tugas dalam penilaian kinerja (performance assessment) yang sepertinya terlihat kompleks tidak memerlukan proses penilaian yang kompleks, sebaliknya, ada pula tugas yang terlihat sederhana namun memerlukan lebih dari satu kemampuan dan memerlukan proses penilaian yang kompleks. 2. Reliabilitas Peneliti telah menemukan pada sampel reter, atau konsistensi dari penskoran antar reter, adalah positif. Rater dapat diberikan pelatihan untuk memberikan penilaian yang reliabel untuk kinerja siswa, namun untuk koeefisien



18



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



reliabilitas tinggi bergantung kepada kesepakatan reter, dan perbedaan kesepakatan ini akan menimbulkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan tentang kinerja siswa. Kadang kala ada beberapa reter yang bahakan setelah debiri pelatihan, tidak melakukannya dengan baik. Akibatnya ketika menggunakan rater tunggal, sama halnya untuk penialian yang digunakan pada umumnya, ketidak konsistenan yang disebabkan oleh rater masih menjadi problem. Dalam hal ini pelatihan yang diberikan kepada reter tidak cukup. Kinerja reter mesti dipantau dan diseuaikan; bagi yang tidak memberikan kinerja yang baik tidak dilibatkan dalam penilaian. Yang dimaksud permasalahan tentang reliabilitas dalam performance assessment di sini adalah sejauh mana skor siswa dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarny (true ability) dan bukan akibat dari kesalahan pengukuran. Hal-hal yang dapat mempengaruhi reliabilitas pada penilaian kinerja antara lain adalah penskoran (rating) dan pemberi skor pada penilaian kinerja. Kesalahan yang disebabkan oleh penskor (rater) dapat diminimalkan apabila pedoman penskoran pada penilaian kinerja (performance assessment) dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin. Alangkah lebih baik dilakukan pelatihan penskoran terhadap rater sebelum penilaian kinerja (performance assessment) dilakukan. Temuan ini membuktikan bahwa kebutuhan untuk memberikan tes kepada harus lebih hati-hati peserta tes/siswa terkait kualitas teknis dari penialain kinerja sebelum skornya di sampaikan kepada siswa, orang tua, dan penetu kebijakan. Hasil lain menunjukkan bahwa sejumlah tes yang banyak dibutuhkan jika kita akan melakukan generalisasi penilaian dari prestasi. H. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja Kelebihan dari penilaian kinerja yang dapat dijadikan alasan memilih metode ini untuk menilai kinerja, karya, atau kemapuan siswa adalah sebagai berikut:



19



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



1. Penilaian kinerja dapat mengukur kemampuan yang tidak dapat dilakukan menggunakan penialian yang lain 2. Penggunaan penialain kinerja konsist dengan teori belajar moderen 3. Penggunaan penialain kinerja dapat menghasilkan petunjuk yang lebih baik 4. Penialaian kinerja dapat membuat belajar lebih bermakna dan membantu memotivasi siswa. 5. Penialan kinerja memungkinkan untuk menilai proses sebaik menilai karya 6. Pengguanan penialain kinerja memperluas pendekatan anda dalam penialain. Disamping kelebihan tentunya terdapat kekurangan dalam penggunaan metode penilain kelas, berikut kami berikan beberpa kekurangan dari penialaian kerja: 1. Penialaian kinerja terkesan memebrikan penskoran yang tidak reliabel. 2. Dengan penialan kinerja agak sulit untuk membuat generalisasi tentang kemampuan dan pengetahuan yang dikuasai siswa. 3. Penilaian kinerja menghabiskan banyak waktu dan sulit dikonstruksi, dilaksanakan, dan dinilai. 4. Ada keterbatasan secara praktis yang membatasi penggunaan penialain kinerja.



20



PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)



DAFTAR PUSTAKA



Berk, R., A. (1986). Performance Assessment Methods & Applications. London: The John Hopskins University Press. Miller, M, D., Linn, R. L., & Gronlund, N. E. (2009). Measurement and assessment in teaching (10th ed.). Ontario: Pearson. Nitko, A. J & Brookhart, S. M. (2011) Educational assessment of atudents (6th ed.). Boston: Pearson Education, Inc. Popham, W., J. (1995). Classroom Assessment What Teacher Need to Know. Boston: Allyn anda Bacon. Reynolds, C.R., Livingston, R. B & Willson, V. (2010) Measurement and assessment in education. Mexico City: Pearson Education, Inc. Ruiz-Promo, M. A & Shavelson, R.J. (1996). Rhetoric and Reality in Science Performance Assessment: An Update. California: Jaournal of Reasearch in Science Teaching. Setiadi, H. (2008). Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Simpson, E. (1971). The classification of educational objectives in the psychomotor domain: The psychomotor domain. Vol. 3. Washington, DC: Gryphon House.



21