Perilaku Kawin Ngengat Sutera [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Mage
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perilaku Kawin Ngengat sutera Pengetahuan tentang adanya sifat atraktan yang dimiliki oleh sekresi ngengat telah diketahui sejak abad sembilanbelas ketika seorang ahli Perancis J.H. Fabre menunjukkan adanya ngengat jantan yang lebih tertarik pada sehelai kertas yang pernah ditempati ngengat betina dan mengandung sekresi ngengat, dibanding terhadap ngengat betinanya sendiri. Namun baru pada tahun 1959 elusidasi senyawa atraktan dapat dilakukan, yaitu oleh Adolf Butenandt (Jerman) yang mengidentifikasi senyawa atraktan pada ngengat sutera. Butenandt bersama rekan-rekannya dengan tekum memotong ujung abdomen sekitar 500.000 ekor ngengat betina, kemudian mengekstraksinya menggunakan etanol-eter, memurnikan komponen aktifnya dan selanjutnya mencirikan kandungan senyawa yang diperoleh menggunakan teknik mikrokimia susunan Butenandt sendiri. Dari jumlah ngengat itu diperolehnya 12 mg atraktan murni, suatu senyawa karbon rantai 16 yang diberinya nama bombykol. Ngengat jantan sangat sensitif terhadap senyawa ini, dan pada kenyataannya tanggapan jantan yang berupa kepakan sayap ("fluttering") merupakan cara mengukur tingkat konsentrasi senyawa feromon bersangkutan, suatu teknik bioassay sederhana. Dari percobaan-percobaan yang pernah diadakan, tingkat konsentrasi terendah yang masih dapat dideteksi ngengat jantan berkisar antara 10-6 - 10-4 æg. Pada saat itu diduga bahwa bombikol adalah satu-satunya senyawa feromon yang dihasilkan oleh ngengat sutera betina. Dugaan ini diperbaiki oleh Kaissling dkk. (1978) dari Jerman yang menemukan senyawa aldehidnya (disebut bombikal) dalam campuran senyawa feromon dengan rasio 10:1. Adanya bombikal yang kerjanya menghambat respons ngengat jantan terhadap bombikol menyebabkan efektivitas feromon seks sutera menjadi lebih tinggi. Kisaran konsentrasinya lebih lebar, dari 10-5 sampai mendekati 100, sehingga tanggapan jantan lebih bersifat "graded" atau sedikit demi sedikit. Detektor feromon terdapat pada antenna ngengat jantan. Antena ngengat sutera yang besar dan berbentuk seperti bulu ayam mengandung sekitar 64.000 rambut-rambut indera, yang 80% di antaranya khusus untuk menanggapi senyawa feromon. Tiap sensillum dilengkapi dengan dua neron sensorik, yang satu peka terhadap bombikol, yang lain terhadap bombikal; dan masingmasing neron mengirim rangsang secara terpisah ke otak. Otaklah yang kemudian menentukan, menanggapi rangsang tersebut atau tidak. Di alam terdapat beribu-ribu spesies, yang pada suatu ketika betinanya melepas feromon seks sehingga terdapat berbagai senyawa feromon yang berhubungan dekat satu sama lain di udara. Ini berarti ngengat jantan harus mampu membedakan berbagai feromon dari spesies lain, dan menanggapi dengan tepat feromon spesiesnya sendiri. Roelofs dari Cornell University



menunjukkan bahwa senyawa feromon dari dua spesies dengan genus yang sama (Archips argyrospillus dan A. mortuanus), sama-sama mengandung empat komponen utama, tetapi dalam perbandingan yang berbeda, yaitu 60 : 40 : 4 : 200 untuk A. argyropillus dan 90 : 10 : 1 : 200 untuk A. mortuanus. Feromon Dari beragam rangsang khemis yang terdapat di luar tubuh serangga, feromon harus mampu muncul dengan sifat khas dan menyampaikan pesan tertentu bagi serangga yang menerimanya. Tidak semua molekul dapat bersifat feromon. Isyarat yang dikirimkannya harus jelas, dan dalam lingkungan terestrial senyawanya harus bersifat volatil. Glukose dan glikogen sulit dipergunakan sebagai feromon. Secara teoritis, semakin besar molekulnya, semakin besar pula kemungkinannya menjadi struktur yang unik dengan sifat khas. Tetapi pada prakteknya molekul tersebut harus pula volatil, sehingga rantai karbonnya terbatasi paling banyak hanya sampai 20 saja. Kebanyakan molekul feromon berasal dari senyawa biokhemis biasa seperti asam lemak atau asam amino. Kalau jenis-jenis hormon pada subklas Insekta tak banyak bervariasi, lain halnya dengan feromon. Jenisnya demikian banyak karena masing-masing khas untuk spesies tertentu saja. Keragaman ini gunanya untuk menghindarkan terjadinya kekeliruan antara satu spesies dengan spesies lain. Agar nilai komunikasinya semakin khas, feromon kebanyakan merupakan campuran beberapa senyawa kimia, sehingga isyarat yang terkirim sebenarnya datang dari daya kerja total kumpulan senyawa tersebut. Feromon Seks Ada feromon yang mampu menarik serangga jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada pula yang bekerja pada jarak dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku "courtship" atau mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan itu pun pada saat tertentu saja. Telah cukup banyak jenis feromon seks yang dipelajari para peneliti, terutama karena mengubah perilaku kawin merupakan strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka pengelolaan hama. Penelitian seperti ini pada mulanya berangkat dari usaha menemukan dan menjelaskan molekul feromonnya secara deskriptif, dan ketika jenis dan jumlah molekul yang diperoleh semakin banyak, penelitiannya bergeser ke arah analisis rinci dan kejelasan mekanisme kerja feromon. Pada mulanya diduga bahwa masing-masing spesies memiliki kekhasan molekul feromon seks yang dipergunakan untuk memikat lawan jenisnya. Molekul ini diduga khas, unik dan menimbulkan rangsang bagi lawan jenis dalam spesies yang sama, tidak pada serangga lain. Pada kenyataannya yang terdapat di alam ternyata jauh lebih menarik dan lebih kompleks dari



dugaan tersebut. Kebanyakan feromon merupakan campuran kompleks dari beberapa senyawa penimbul bau, dan campuran aroma demikian memiliki perbedaan arti yang dapat cukup luas hanya karena sedikit perbedaan kadar campurannya. Karena jenisnya yang menjadi beratus-ratus (atau bahkan beribu-ribu) oleh bentukan campuran senyawanya, maka di sini hanya akan diketengahkan contoh feromon seks pada ulat sutera dan kupu-kupu ratu saja. SUMBER : http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/? satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=2&id=317&tkt=4 TUGAS INDIVIDU ENDOKRINOLOGI



PERILAKU KAWIN NGENGAT SUTERA



NAMA



: NUR INSANA IMANIAR



NIM



: H 411 06 025



JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009