Persatuan Dan Keragaman Kultur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERSATUAN DAN KERAGAMAN KULTUR



Disusun Oleh :



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Devita Ika susanti Galadis Hafifah putri Jefny Afshera Lala Amelia Nadia Barokah



7.Noor Lestari 8.Nursyifa tiara amelia 9.Ramadaniyah 10.Risa Aprina 11.Sundari



Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Palangka Raya 2021 KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr.wb. Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Persatuan Dan Keragaman Kultur”. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya. Penulis mengakui dalam makalah yang sederhana ini mungkin banyak sekali terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari nama kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini adapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian Dosen Studi Agama Islam, dan mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini dan juga dapat memberikan inspirasi dan wawasan terhadap pembaca.



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………….…………………ii DAFTAR ISI…………………………………….………………...…………....iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang………………………………………..………………........1 B. Rumusan masalah……………………………………..……………………2 C. Tujuan penulisan……………………………………..………………….....2 BAB II PEMBAHASAN A. Persatuan dan keberagaman kultur dalam Islam…………………………...3 B. Hadis tentang toleransi dan menghargai perbedaan………………………...5 C. Peran agama dalam menjaga perbedaan……………………………………6 D. Upaya dalam mewujudkan persatuan islam ……………………………….6 E. Hikmah, tujuan dan keanekaragaman…………………………………….....8 F. Sikap muslim terhadap keberagaman……………………………………….8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………...10 B. Saran……………………………………………………………………….10 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..11



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri



ini, bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan



berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya. Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, tidak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, bahasa dan ras, tetapi juga termasuk masalah agama.Walaupun mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, tetapi masih banyak agama lain. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, setiap warga Indonesia berkewajiaban menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap enjadi satu kesatuan yang utuh dan mencapau tujuannya sebagai negara yang makmur dan berkeadilan sosial. Islam dalam melihat keberagaman merupakan sesuatu yang niscaya dan menjadi realita kehidupan manusia. Disamping Al-Quran menegaskan keniscayaan keberagaman manusia dalam SARA, Al-Quran juga memerintahkan kepada semua pengikutnya untuk tetap berbuat baik dan adil kepada sesama manusia, meskipun di luar agamanya.



B. Rumusan masalah



1. Bagaimana persatuan dan keberagaman kultur dalam islam 2. Hadist tentang mengahargai perebedaan 3. Apa peran agama dalam menjaga perbedaan 4. Apa saja hikmah, tujuan dan keanekaragaman dalam islam 5. Bagaiamana upaya dalam mewujudkan persatuan islam 6. Bagaimana sikap muslim terhadap keberagaman berbasih tauhid



C. Tujuan penulisan 1. Menjelaskan persatuan dan keberagaman kultur dalam islam 2. Menjelaskan Hadis tentang persatuan dan keanekaragaman islam 3. Menjelaskan Peran agama dalam menjaga perbedaan 4. Menjelaskan hikmah, tujuan dan keanekaragaman dalam islam 5. Menjelaskan upaya dalam mewujudkan persatuan islam 6. Menjelaskan sikap muslim terhadap keberagaman berbasih tauhid



BAB II



PEMBAHASAN A. Persatuan dan Keberagaman Kultur Dalam Islam Persatuan termasuk dari maqaasid al-syari’ah (tujuan syariat) yang paling penting dalam Islam. Semua umat manusia yang hidup di bumi adalah satu, tidak ada perbedaan di antaranya selain ketakwaan kepada Allah. Menjaga persatuan sangat penting karena bisa melestarikan kehidupan di bumi ini. Perbedaan derajat manusia hanyalah di sisi Tuhan saja, sedangkan manusia sama sekali tidak mempunyai wewenang untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Allah memandang manusia bertingkat rendah dan tinggi, hina dan mulia sesuai dengan tinggi rendahnya tingkat persentasi dimensi ketakwaan kepada-Nya.



Multikulturalisme berasal dari kata multikultur yang terangkai dari kata multi yang berarti banyak dan kultur (culture, cultural) berarti budaya atau kebudayaansehingga multikultur dipahami sebagai banyak budaya atau keragaman budaya. Kondisi masyarakat yang beragam budaya (multikultur) disebabkan karena latar belakang yang juga beragam, seperti suku, rumpun, etnis, dan bangsa. Keadaan ini bersifat alamiah sehingga menjadi suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari dan tidak mungkin diubah menjadi monokultur. Sebagai suatu kondisi alamiah, multikultur berbeda dengan multikulturalisme. Multikulturalisme bukan bersifat alamiah karena ia bukan sebuah keadaan yang melekat pada diri manusia atau masyarakat. Ia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sebuah pandangan tentang dunia dan ragam kehidupan di dunia. Multikulturalisme dapat juga berarti sebuah kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultur) yang ada dalam kehidupan masyarakat,termasuk menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.6 lihat Abdul Qadim Zallum, Kayfa Hudimat al-Khilâfah, Penyuntimg Arif B



Persatuan



dalam



ajaran



Islam



secara



umum



disebut ikhwan  yaitu



persaudaraan, secara umum disebut ukhuwah Islamiyah  yaitu persaudaraan dalam Islam (saudara sesama manusia dan saudara seagama) Ditegaskan dalam firman Allah QS AlHujarat : 9 ” Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah  Allah ; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah  Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya  Allah menyukai



orang-orang



yang



berlaku



adil.”



Jelas



bahwa



persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat akan bisa juga kita wujudkan. Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak semena-mena terhadap sesama bahkan terhadap yang segama sekalipun.



Bagaimana seseorang atau bangsa berbuat persatuan sementara kedamaian dan persaudaraan tidak bisa diciptakan dan keragaman itu sendiri adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Keanekaragaman adalah adanya kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang dianut. Ukhuwah Islamiyah adalah adanya persaudaraan antara sesama umat Islam, di dalam Al-Qur'an dan Hadits menunjukan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. 1.



Membangun ukhuwah dalam islam Ukhuwah Islamiyyah dalam masyarakat



multikultur



hendaknya



dibangun di atas pondasi kejujuran yang kokoh, sikap toleran, inklusif, kesediaan untuk mau bekerja sama dan berpikiran terbuka. Jika pondasi itu terbangun dengan baik, tidak ada lagi kelompok agama yang anti terhadap agama lain.



Dalam



Islam



terdapat



tiga macam



ukhuwah,



yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan



bangsa),



dan ukhuwah Basyariyah



atau



Insaniyah



(persaudaraan umat manusia). a.



Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam) Ukhuwah



Islamiyah merupakan persaudaraan antar



sesama umat



Islam, Al-Qur'an ad dan hadist merupakan landasan utamanya di dalam ajaran Ukhuwah Islamiyah tersebut, sehingga dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah mampu membangun masyarakat yang ideal yang damai dan sejahtera. Cara untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah : 1)



Ta’aruf (saling mengenal)



2)



Tafahum (saling memahami)



3)



At-Ta’awun (saling tolong menolong)



4)



Tafakul (saling menganggung/senasib sepenanggungan/saling memberi jaminan)



b. Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan bangsa), Dalam konsep ukhuwah wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini tidak dibatasi oleh sekatsekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya Nilai-nilai yang mampu memupuk semangat ukhuwah Wathaniyah : 1) Adanya persamaan senasib, yaitu pendertitaan Bersama di bawah penjajahan bangsa asing 2) Adanya keinginan Bersama



untuk merdeka, melepaskan diri dari



belenggu penjajahan 3) Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari sabang sampai merauke. 4) Adanya cita – cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suku bangsa.



c. Ukhuwah Basyariyah atau Insaniyah (persaudaraan umat manusia) Prinsip dasar : 1) Prinsip dasar satu bapak yang sama 2) Pada dasarnya mulia dan terhormat 3) Bahwa islam agama kebaikan 4) Bahwa islam menghendaki hidup berdampingan secara harmonis antara umat manusia yang berbeda agama, Bahasa, etnis, dan kebangsaannya. Ukhuwah Insaniyah yaitu Insan berarti manusia. Maka, ukhuwah insâniyah merupakan persaudaraan yang cakupannya lebih luas, yaitu antarsesama umat manusia di seluruh dunia. Salah satu ayat yang menjadi dasar ukhuwah insaniyah adalah surat alHujurat ayat 11. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanitawanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Ayat ini menekankan bahwa setiap manusia hendaknya tidak saling berburuk sangka dan membenci untuk memantapkan solidaritas kemanusiaan.



B. Upaya dalam mewujudkan persatuan umat 1.



Perlu adanya kerja sama antara pemimpin dan rakyat



2.



Peduli kepada sesame tanpa melihat suku, ras, budaya, dan agama



3.



Cinta tanah air dengan bangga menjadi warga negara Indonesia



4.



Diperlukan adanya pendidikan akhlak dan agama yang baik dan benar



5.



Menciptakan persatuan nasional dan solidaritas keimanan



6.



Meningkatkan ikatan persaudaraan dan ikatan sosial, memanfaatkan



7.



Melenyapkan rasisme dan fanastisme terhadap suku maupun agama.



C. Q.S. al-Hujurat/49:13 Tentang Toleransi dan Menghargai Perbedaan



artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Ayat ini mengandung pesan, yakni kita diajarkan untuk tidak membeda-bedakan orang lain berdasarkan kekayaan, warna kulit, ras, suku bangsa, dan perbedaan fisik lainnya. Akan tetapi kita diajarkan untuk menjadi orang yang mulia di sisi Allah berdasarkan ketakwaan kita. Allah Swt. melihat manusia dari amal shaleh dan kebersihan hatinya. Manusia yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah manusia yang paling banyak amal salehnya dan bersih hatinya. a. Rasulullah saw. berpesan agar kita senantiasa bertoleransi dan menghargai perbedaan, seperti yang disabdakan dalam hadis berikut ini:



b. c. Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang dimarfu’kan kepada Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal dan hati kalian.” (H.R. Ibnu Majah)



Sebagai seorang mukmin, hendaknya menghargai perbedaan di antara kaum mukminin, sebab sesama mukmin adalah bersaudara, yang satu sama lain saling menguatkan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.:



d. Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (H.R. at-Tirmizi)



Jika diri kamu sudah terbiasa bertoleransi dan menghargai perbedaan, maka kehidupan akan menjadi lebih tenang dan penuh kedamaian



D. PERAN AGAMA DALAM MERAWAT PERBEDAAN Perbedaan dan keberagaman merupakan sebuah keniscayaan, hal ini tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Perbedaan muncul dari berbagai aspek, seperti perbedaan suku, ras, bangsa, maupun agama. Dalam konteks Indonesia, perbedaan ini dapat dilihat dari terbentuknya negara Indonesia, dimana penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama, sehingga tidak jarang perselisihan pendapat terjadi antara suku satu dengan lainnya, ataupun antara agama yang satu dengan lainnya. Islam mempunyai peran penting terhadap terbentuknya negara Indonesia, dan telah menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia, meskipun negara juga mengakui lima agama lain sebagai agama resmi. Alih-alih menjadikan negara Indonesia menjadi negara Islam, umat Islam di Indonesia lebih memilih menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada untuk menuju sebuah kesatuan sesuai dengan motto bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Dalam sudut pandang Islam, perbedaan adalah sebuah fitrah, yang kemudian di implementasikan oleh umat Islam Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti penerimaan Pancasila sebagai ideologi dan asas negara Indonesia. Sifat compatible



dalam Islam inilah yang menjadikan Islam menjadi komponen penting dalam menjaga persatuan bangsa.



E. Hikmah, Tujuan dan Keanekargaman Dalam Islam Dapat dilihat dari ajaran-ajaran agama Islam yang termuat dalam al-Qur’an, antara lain adalah sebagai berikut, a. Sebagai simbol atau tanda kebesaran Tuhan “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya adalah dia menciptakankamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembangbiak” (Q.S. ar-Rum [30]: 20). b. Sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama ummat manusia “Hai manusia, sesungguhnya kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal - mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguuhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13). c. Sebagai ujian dan sarana manusia dalam berlomba menuju kebaikan dan prestasi “…untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang teran g. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu uma (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberiannya kepadamu, maka berlomba lombalah berbuat kebajikan hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukannya kepadamku apa yang telah kamu perselisihkan itu” (Q.S. al-Maidah [5]: 48). d. Sebagai motivasi beriman dan beramal sholeh “Dan (ingatlah), ketika musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah berfirman: "pukullah batu itu dengan tongkatmu" Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Q.S. al-Baqarah [2]: 60). .



F. Sikap Muslim Terhadap Keberagaman Berbasis Tauhid Ada beberapa sikap yang seharusnya kita ambil dalam berinteraksi dengan keragaman kelompok dan pemikiran dalam agama Islam, agar perbedaan yang ada tidak menimbulkan perpecahan dan kebencian, apalagi sampai berakibat saling memusuhi dan menjatuhkan. 1. Tidak fanatik terhadap seorang tokoh, suatu kelompok atau pemikiran. Kebenaran tidak mengenal tempat dan tidak menjadi monopoli kelompok atau ulama tertentu. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, walaupun itu ada pada orang yang kita benci atau kelompok yang kita anggap menyimpang. Janganlah kecintaan kepada seorang ulama atau keanggotaan dalam sebuah organisasi Islam membuat kita buta dan tuli, sehingga tidak mau menerima kebenaran dari ulama atau kelompok lain. Karena sekali lagi, ketika kita mengikuti seorang tokoh atau organisasi Islam, kita mengikutinya atas dasar keikhlasan kepada Allah, bukan fanatik dan cinta buta yang tidak dilandasi dengan pemahaman. dalam sebuah hadits dikatakan. “Dari Jubair bin Muth’im, bahwasannya Rasulullah shallallahu alahi wasallam bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada fanatisme, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang atas nama fanatisme,



dan



bukan



termasuk



golongan



kami



orang



mati



karena



fanatisme.”(H.R Abu Dawud).



2.



Bersikap obyektif dalam menilai orang lain atau kelompok lain. Karena setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian juga



setiap kelompok mempunyai jasa baik terhadap Islam, sekecil apapun jasa tersebut. Dan karena Islam mengajarkan kepada kita untuk berlaku adil dan obyektif, bahkan kepada orang yang paling kita benci. Dan kelompok-kelompok dalam Islam pastinya bukan orang yang seharusnya kita benci, sehingga kewajiban untuk bersikap obyektif kepada mereka menjadi lebih jelas.



Allah berfirman dalam surat al-maidah ayat 8 :“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Maidah: 8) Sikap obyektif ini bisa diwujudkan dengan apresiasi terhadap organisasi Islam lain yang telah melakukan suatu hal yang bermanfaat untuk Umat Islam. Tidak perlu ada perasaan iri karena bukan kelompok kita yang berprestasi, karena pada dasarnya semua kaum muslimin adalah saudara kita, terlepas dari organisasi Islam apa yang mereka ikuti. Sehingga prestasi mereka juga menjadi hal yang menggembirakan bagi kita, karena kita seperti satu tubuh yang satu. 3.



Ber-husnudzdzon dan mendoakan kebaikan untuk kelompok lain. Janganlah melihat orang yang berbeda dengan kita dengan kacamata gelap



dan selalu berprasangka buruk. Karena Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu mencari alasan-alasan yang baik untuk sebuah hal yang kita sangka sebagai kesalahan dari orang lain. Dan karena pada dasarnya tidak ada yang benar-benar mengetahui hakikat suatu masalah kecuali Allah subhahanahu wataala. Allah berfirman dalam surat al-hujurat ayat 12 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa…” (Q. S al-Hujurat: 12) Rasul juga bersabda: ‫ث‬ ِ ‫ ِدي‬PPPPP‫“ إِيَّا ُك ْم َوالظَّنَّفَإِنَّالظَّنَّأ َْك َذب ُْال َح‬Jauhilah oleh kalian berprasangkan, karena prasangkan adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R Abu Dawud) Dalam perbedaan kita dengan kelompok lain, hendaklah kita senantiasa mendoakan kebaikan untuk seluruh umat Islam. Jangan biarkan perbedaan memunculkan kebencian. Lawanlah lintasan rasa benci yang mungkin muncul dengan lantunan doa untuk setiap saudara muslim kita.



4.



Hendaklah kita mencari titik persamaan dan bekerjasama dalam hal yang disepakati. Alangkah dahsyatnya kekuatan umat Islam apabila semua potensi yang ada



disinergikan. Sudah pasti kita tidak bisa bekerjasama dalam semua hal, karena akan ada sekat-sekat yang muncul karena perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan. Tapi yakinlah, bahwa masih sangat banyak masalah yang disepakati dan bisa menjadi lahan untuk bekerjasama antara kelompok dan organisasi Islam yang ada. Kesampingkan sisi-sisi perbedaan, dan carilah titik-titik persamaan yang menumbuhkan perasaan bersaudara dan berjuang bersama. Karena tuhan kita sama, agama kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat dan ibadah kita sama, dan kita dipanggil dan dikenal di dunia ini dengan panggilan yang sama, yaitu: kaum muslimin. Oleh karena itu, salah seorang tokoh pergerakan Islam menyebutkan sebuah kaedah penting dalam interaksi antara kelompok-kelompok Islam dengan mengatakan: “Hendaklah kita saling bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati, dan hendaklah kita saling memaklumi dan memaafkan dalam hal-hal yang kita berselisih.” Demikianlah beberapa sikap yang harus kita lakukan dalam interaksi antara kelompok dan organisasi Islam yang berbeda. Pada akhirnya setiap kita akan berdiri di depan Allah untuk mempertanggung jawabkan pilihan-pilihan kita dalam beragama. Dan sampai saat itu terjadi, kita tidak bisa memastikan kelompok mana yang paling benar dan paling diridhai Allah subhanahau wataala. Maka tidak perlulah kita meng-klaim kebenaran hanya pada kelompok kita. Tidak perlu juga kita menyerang, merendahkan, menbid’ahkan, menganggap sesat, bahkan mengkafirkan kelompok lain hanya karena mereka berbeda dengan kita. Mari kita suburkan persaudaraan antara sesama kita, dan kita sinergikan semua potensi umat untuk mewujudkan kebangkitan Islam di dunia



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Keanekaragaman adalah sunnatullah. Perbedaan suku, bangsa, bahasa, budaya, tradisi, agama, profesi dan sebagainya niscaya menjadi peluang bagi manusia untuk bekerjasama, saling belajar, saling membantu dan saling memperoleh keuntungan bersaama. Perbedaan menginspirasikan setiap individu maupun kelompok untuk berlomba dalam kebaikan dan meraih prestasi dalam mewujudkan kehidupan yang maju, bermartabat, sejahtera, damai, adil, makmur, sentosa dan bahagia. B. SARAN kita sebagai umat beragama saling menghargai satu sama lain adalah hal yang paling penting. Karena Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Keberagaman agama dalam indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya .



Daftar Pustaka



https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=142571 https://media.neliti.com/media/publications/54003-ID-islam-multikultural-hikmah-tujuandan-ke.pdf http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/psnlkk/article/view/4634 https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=142573 https://memuat-pencarian.blogspot.com/2019/11/qs-al-hujurat4913-tentang-toleransidan.html https://www.suaramerdeka.com/nasional/pr-04117704/membangun-ukhuwah-islamiyah? page=all https://www.beritasatu.com/archive/195510/3-konsep-persaudaraan https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/download/3171/1999