Pertemuan Ke 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERTEMUAN KE-8 APLIKASI TEORI KONSUMEN DALAM DUNIA BISNIS DENGAN PENDEKATAN NILAI GUNA/UTILITY



A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan teori konsumen dalam dunia bisnis dengan pendekatan Nilai Guna (Utility)



B. URAIAN MATERI 1.



PENGERTIAN TEORI NILAI GUNA / UTILITY Dalam teori ekonomi kepuasan / kenikmatan yang didapatkan oleh seseorang melalui



konsumsi barang-barang disebut dengan nilai guna / utility. Apabila kepuasan itu semakin tinggi, maka semakin tinggilah nilai gunanya / utilitinya. Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian, yaitu nilai guna total & nilai guna marginal. Nilai guna total adalah nilai dari seluruh kepuasan yang didapatkan akibat dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Sementara nilai guna marjinal yaitu penambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat pertambahan / pengurangan penggunaan 1 unit barang tertentu. Kajian awal dari teori nilai guna atau yang dikenal sebagai Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun atau hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit jika orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negative, yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Apakah makna dari hipotesis tersebut? Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaannya setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Contohnya, apabila seseorang yang berbuka puasa / baru selesai berolahraga memperoleh segelas air, maka ia memperoleh sejumlah



kepuasan daripadanya, & jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas air lagi. Nilai hukum penggunaan batas dapat dipahami dengan lebih jelas jika dijelaskan dalam contoh berikut : Tabel 8.1 Nilai Guna Total & Nilai Guna Marjinal dalam Angka



Pada contoh di atas juga diketahui bahwa hipotesis di atas adalah bahwa nilai konsumsi tambahan akan berkurang jika konsumsi terus meningkat. 2.



PENGGUNAAN MAKSIMUM Salah satu contoh penting dalam teori ekonomi adalah bahwa setiap orang akan berusaha



untuk memaksimalkan kepuasan yang dapat dinikmati. Dengan kata lain, setiap orang akan berusaha memaksimalkan nilai penggunaan barang yang dikonsumsinya. Jika yang menurutnya hanya 1 item, tidak sulit untuk menentukan di level berapa nilai perolehan dan kenikmatan item itu akan mencapai level maksimalnya. Level tercapai saat nilai total yang digunakan mencapai maksimum. Namun apabila barang yang digunakan berbeda jenisnya maka akan semakin sulit untuk menentukan jenis konsumsi barang tersebut yang akan menciptakan nilai pakai yang maksimal.



Gambar 8.1 Grafik Nilai Guna Total dan Marjinal



3.



Cara Untuk Memaksimumkan Nilai Guna Misalkan (i) harga quantity A tiga kali dari harga quantity B, dan (ii) nilai guna marjinal



kedua barang tersebut adalah sama besarnya. Berdasarkan kepada pemisalan ini, quantity mana yang akan memberi tambahan kepuasan (tambahan nilai guna) yang lebih besar ? Maka jawabannya adalah quantity B. Karena satu unit quantity B memberikan kepuasan (nilai guna) yang sama besar dengan quantity A, serta untuk memperolehnya diperlukan biaya sepertiga lebih murah dibanding quantity A. Ketika anda membeli tiga quantity B, nilai guna yang diperoleh adalah tiga kali daripada nilai guna tambahan yang diperoleh dari mengkonsumsikan quantity A, sedangkan jumlah uang yang dibayar adalah sama besarnya. 4.



Aturan untuk memaksimalkan nilai Persyaratan Penggunaan Kondisi apa yang harus dipenuhi dalam situasi di mana harga barang berbeda berbeda agar



barang konsumsi memberikan nilai maksimal untuk digunakan? Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa setiap rupee yang dibelanjakan untuk pembelian unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan ambang batas yang sama. Untuk membuktikannya, perhatikan contoh



berikut. Misalkan seseorang membeli dan mengkonsumsi lebih dari dua jenis barang: makanan dan pakaian, dan harganya masing-masing Rp 5.000 dan Rp 50.000. Asumsikan bahwa batas penggunaan 1 item makanan tambahan akan menjadi lima, tetapi untuk 1 item pakaian tambahan - 50. Misalkan orang tersebut memiliki uang tunai Rp 50.000, barang apa yang akan dia belanjakan? Untuk uang ini seseorang dapat membeli 10 item makanan tambahan, sehingga total batas pemakaian yang diperoleh adalah 10 x 5 = 50. Jika uang tersebut digunakan untuk membeli pakaian, yang didapatnya hanya 1 item dan batas pemakaian untuk item pakaian tambahan sebesar 50. Mudah dilihat bahwa seseorang tidak perlu berusaha menentukan barang mana yang akan ditambahkan untuk konsumsi. Mana pun yang dipilih, ambang penggunaan yang sama akan diberikan. Berdasarkan contoh di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut: 1.



Seseorang harus memaksimalkan nilai pakai quantity yang digunakan jika rasio marjinal penggunaan quantity tersebut sama dengan rasio harga barang tersebut. Keadaan seperti itu terwujud dalam contoh diatas. Perbandinganharga makanan dan pakaian adalah : 5000 : 50000 atau 1 : 10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna marjinal makanan & pakaian, yaitu : 5 : 50 atau 1 : 10.



2.



Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan yaitu sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan. Dalam contoh di atas nilai guna marjinal per rupiah dari tambahan makanan adalah : nilai guna marjinal / harga = 5 / 5000 = 1 / 1000. Dan nilai guna marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah : nilai guna marjinal / harga = 50 / 50000 = 1 / 1000. Kedua hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama. Syarat pemaksimuman nilai



guna seperti yang dinyatakan dalam (1) dan (2) biasanya dinyatakan secara rumus aljabar, yaitu sebagai berikut : =



=



Dalam persamaan di atas MU adalah nilai guna marjinal dan PA, PB dan PC berturut-turut adalah harga barang A, barang B dan barang C.



5.



Faktor Yang Penyebab Teori Nilai Guna Mengalami Perubahan Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan suatu produk berubah ketika harga produk



berubah, antara lain :  Efek Penggantian Ketidakseimbangan harga suatu barang dapat mengubah nilai guna marjinal per rupiah dalam barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Jika harga terjadi peningkatan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misalnya harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula. Apabila harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan di antara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Ini artinya sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku : < Dalam keadaan seperti di atas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. Keadaan di atas menunjukkan bahwa kalau harga naik, permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut akan menjadi semakin sedikit. Dengan cara yang sama sekarang tidaklah susah untuk menunjukkan bahwa penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah.  Efek Pendapatan Apabila perolehan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga mengakibatkan perolehan riil akan cenderung semakin sedikit. Dengan kata lain kemampuan pendapatan



yang diterima untuk membeli barang menjadi kurang dari sebelumnya. Kemudian, kenaikan harga memaksa konsumen untuk mengurangi jumlah berbagai barang yang mereka beli, termasuk yang harganya naik. Penurunan harga suatu barang menyebabkan peningkatan pendapatan riil, yang akan mendorong konsumen untuk meningkatkan jumlah barang yang mereka beli. Perubahan harga dari harga ke pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, semakin memperburuk efek substitusi, menciptakan penyempitan kurva permintaan dari kiri atas ke atas. di pojok kanan bawah. Berikut ini penjelasan tentang bagaimana teori utilitas dapat digunakan untuk menyusun kurva permintaan. 6.



Membuat Kurva Permintaan Misalkan seorang konsumen hanya membeli dua jenis barang, yaitu makanan (m) dan



pakaian (k). Jika mengkonsumsi 10 jenis makanan maka konsumen mencapai keseimbangan konsumen yaitu: MUm / Pm = MUk / Pk Saat saldo ini tercapai, Pm (harga makanan) adalah Rp 10.000,00. Dalam contoh ini kita akan memperhatikan perubahan jumlah permintaan pangan, jadi Anda tidak perlu mengetahui jumlah pakaian yang dibeli dan harga pakaian. Misalkan harga sandang tidak berubah, tapi harga pangan sudah turun dari Rp. 10.000,00 sampai dengan Rp 5.000,00 MUm / P1m > MUm / Pm atau MUm / 5000 > MUk / Pk Dimana P1m adalah harga makanan baru yaitu Rp 5000,00. Situasi di atas memaksa konsumen untuk meningkatkan konsumsi makanannya, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit. Dengan jumlah dan harga pangan baru ini, keseimbangan konsumen akan pulih. Asumsikan harga makanan naik menjadi Rp15.000,00 dan harga sandang tidak berubah: MUm / 15000 < MUm / 10000 Kemudian perubahan tersebut disebabkan oleh: MUm / P1m