Peta Rupa Bumi Lereng Dan Sungai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NILAI



Tanggal Pengumpulan



(..................................)



(23-09-2021)



LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DASAR



ACARA: PETA RUPA BUMI LERENG DAN SUNGAI



Oleh: Nama



: Fitri Nur Soleha



NIM



: 3201421035



Nama Dosen



: 1. Prof. Dr. Erni Suharini, M. Si. 2. Drs. Sriyono, M. Si.



Nama Asisten : 1. Fatimah Az-Zahra 2. Nur Izzah Fitriyah



LABORATORIUM GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2021



A. JUDUL PETA RUPA BUMI LERENG DAN SUNGAI



B. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari garis kontur. 2. Mahasiswa mampu memahami perbedaan masing-masing kelas kemiringan lereng, baik oleh Went Worth maupun Van Zuidam. 3. Mahasiswa mampu mengukur dan mengklasifikasikan sudut kemiringan lereng berdasarkan informasi di dalam peta RBI. 4. Mahasiswa dapat mengetahui definisi peta RBI. 5. Mahasiswa dapat mengetahui tema-tema peta RBI. 6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengertian kontur. 7. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri dan sifat kontur. 8. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengertian lereng. 9. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi lereng. 10. Mahasiswa dapat menghitung kemiringan suatu lereng. 11. Mahasiswa dapat menggambar kontur berdasarkan wilayah yang telah ditentukan. 12. Mahasiswa dapat menganalisis klasifikasi lereng. 13. Mahasiswa dapat mengetahui profil lereng suatu daerah.



C. ALAT DAN BAHAN 1. ALAT a) Peta RBI Skala 1 : 25.000 Lembar Wonosobo b) Peta RBI Skala 1 : 50.000 Lembar Kuok c) Drawing Pen Hitam d) Drawing Pen Biru e) Drawing Pen Merah f) Pensil g) Penghapus h) Pulpen i) Penggaris j) Handphone k) Laptop 2. BAHAN a) Mika b) MilimeterBlok c) Kertas HVS



d) Kuota internet e) Daya baterai



D. DASAR TEORI 1. Pengertian Peta RBI Peta Rupabumi adalah peta yang mengambarkan semua unsur-unsur topografi yang nampak di permukaan bumi, baik unsur alam (seperti sungai, garis pantai, danau, kehutanan, gunung, semak belukar, dll) maupun unsur buatan manusia (seperti jalan, jembatan, permukiman, pelabuhan, batas-batas administratif suatu wilayah). Unsur unsur kenampakan rupa bumi dikelompokan menjadi 7 tema, yaitu: I.



Tema 1: penutup lahan, yaitu meliputi area tutupan lahan seperti hutan, sawah, permukiman, dsb.



II.



Tema 2: hidrogafi, yaitu meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai, dsb.



III.



Tema 3: hipsografi, yaitu meliputi data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur.



IV.



Tema 4: bangunan, yaitu meliputi gedung, rumah, bangunan perkantoran, dan budaya lainnya.



V.



Tema 5: transportasi dan utilitas, yaitu meliputi jaringan jalan, jaringan kereta api, kabel transmisi dan jembatan.



VI.



Tema 6: batas administrasi, yaitu meliputi batas negara, provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, dan desa.



VII.



Tema 7: toponimi, yaitu meliputi nama-nama geografi seperti nama pulau, selat, gedung, dsb.



2. Pengertian Kontur Kontur adalah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi yang berbeda pada ketinggian yang sama. Jika dua lokasi dihubungkan oleh garis kontur yang sama, maka dapat dipastikan kedua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang sama. Nama lain dari grais kontur adalah garis tranches, garis tinggi, dan garis lengkung horizontal. Menurut para ahli:  Purwaamijaya (2008) Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontinu di atas peta yang memperlihatkan titik dengan keadaan yang sama. Dapat disimpulkan bahwa kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik di lapangan yang memiliki ketinggian yang sama.  Heywood (2002) Kontur adalah sebuah garis pada peta topografi yang menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan biasanya digunakan untuk mewakili dari bentuk permukaan bumi.  Rosana Gais yang menghubungkan tempat-tempat atau titik-titik pada peta yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah plane atau bidang level.



3. Ciri-ciri dan sifat kontur  Ciri-ciri kontur I. II.



Berbentuk kurva tertutup. Tidak berpotongan



III.



Tidak bercabang



IV.



Saling berimpit



V. VI. VII. VIII.



Menjorok ke hulu apabila melewati sungai. Menjorok ke arah jalan menurun apabila melewati permukaan jalan. Tidak tergambar apabila melewati sebuah bangunan. Selalu memiliki ketinggian yang sama.



 Sifat kontur I.



Garis kontur saling melingkari satu sama lain dan garis kontur tidak akan saling berpotongan, tapi bisa saling berimpit pada daerah curam.



II.



Garis kontur menutup pada dirinya sendiri.



III.



Gais kontur lebih dapat di daerah curam daripada di daerah landai.



IV.



Garis kontur tidak mungkin bercabang.



V.



Garis kontur pada daerah datar akan mempunyai kontur yang jarang.



VI.



Garis kontur pada daerah terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat.



VII.



Garis kontur tidak akan masuk bangunan atau rumah, tetapi akan mengikuti bangunan tersebut.



VIII.



Garis kontur yang melewati atau memotong sungai akan membentuk huruf v arah pangkalnya, arah naik.



IX.



Garis kontur yang melewati atau memotong jalan yang turun akan membentuk huruf u menghadap ke arah naiknya jalan.



X.



Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang bernilai lebih tinggi.



XI. XII.



Garis kontur selalu bersifat horizontal. Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di permukaan tanah.



4. Pengertian Lereng Lereng adalah suatu permukaan yang menghubungkan permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Lereng dibagi menjadi tiga macam, yaitu lereng alam (terbentuk akibat kegiatan alam sepertti erosi), lereng yang dibuat oleh manusia (terbentuk akibat kegiatan penggalian atau pembuatan jalan), lereng timbunan tanah (seperti utugan untuk jalan raya atau bendungan tanah). Lereng juga dapat diartikan sebagai kenampakan permukaan alam yang disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan dua jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (slope).



5. Klasifikasi Lereng  Menurut Went Worth Kelas lereng



Kemiringan (%)



Klasifikasi



Kelas I



40



Sangat curam



 Menurut Van Zuidam Klasifikasi



Persen (%)



Derajat (°)



Beda tinggi (m)



Warna



Datar



0-2



0-2



55



>1000



Ungu



Sangat terjal



>140



E. LANGKAH KERJA 1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum 2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan materi dari asisten praktikum 3. Mahasiswa mengamati dan mengidentifikasi tahap-tahap pembuatan garis kontur dan perhitungan kemiringan lereng. 4. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum 5. Mahasiswa mencari sumber yang akan dijadikan referensi dalam mengerjakan laporan praktikum. 6. Mahasiswa menyebutkan dan mengidentifikasi pengertian peta RBI. 7. Mahasiswa menyebutkan dan mengidentifikasi 7 tema peta RBI. 8. Mahasiswa mengidentifikasi kontur 9. Mahasiswa mengidentifikasi lereng 10. Mahasiswa menentukan wilayah untuk diidentifikasi kemiringan lerengnya. 11. Mahasiswa menggambar kontur wilayah yang sudah dipilih 12. Mahasiswa menggambar grafik pada kertas milimeter block 13. Mahasiswa menghitung kemiringan lereng pada wilayah tersebut 14. Mahasiswa menganalisis hasil perhitungan dari penghitungan pada lereng 15. Mahasiswa menyusun laporan praktikum sesuai format 16. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum dengan tepat waktu.



F. PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan a. Informasi Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar Wonosobo dan Peta RBI skala 1 : 50.000 lembar Kuok (Terlampir) b. Tabel perbedaan kenampakan pada Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar Wonosobo dan Peta RBI skala 1 : 50.000 lembar Kuok (Terlampir) c. Gambar kontur daerah Wonosobo pada Peta RBI skala 1: 25.000 (Terlampir) d. Profil lereng daerah Wonosobo pada Peta RBI skala 1: 25.000 (Terlampir) Ketentuan: Mahasiswa dengan NIM ganjil menggunakan Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar Wonosobo Mahasiswa dengan NIM genap menggunakan Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar Kaliurang



2. Perhitungan (terlampir) 3. Analisis Perbedaan kenampakan yang terlihat dari peta skala 1:25.000 dan 1:50.000 yang saya dapatkan, yaitu yang pertama merujuk pada garis pantai, pada peta skala 1:25.000 digambarkan dengan gelombang air yang cukup jelas dan berwarna biru laut, sedangkan garis pantai pada peta skala 1:50.000 digambarkan dengan garis yang berbentuk seperti gelombang yang sekilas mirip dengan tanda baca “~” , bedanya di simbol ini tergambar dengan warna biru dan lebih tebal lagi. Perbedaan yang kedua pada kenampakan empang, pada peta skala 1:25.000 digambarkan dengan persegi panjang berwarna biry dan di dalamnya terdapat garis puts-putus berwarna biru, sedangkan pada peta skala 1:50.000 empang digambarkan dengan beberpa bidang datar yang berwarna biru saling berdekatan. Perbedaan kenampakan yang ketiga adalah terumbu karang, pada peta skala 1:25.000 terumbu karang digambarkan dengan 4 titikyang bersusun dan berda di tengah kotak biru yag mengambarkan bahwa ia berada di tengah pantai, sedangkan pada peta skala 1:50.000 terumbu karang digambarkan juga dengan 4 titik yang bersusun tetapi tidak dengan kotak biru. Dan masih banyak lagi kenampakan yang tampak pada Peta RBI skala 1:25.000 dan Peta RBI skala 1:50.000. Setelah saya amati dan saya analisis secara keseluruhan, perbedaan kenampakan pada kedua peta tersebut terletak dalam simpel atau tidaknya penggambaran simbolnya, menurut saya bentuk gambar kenampakan simbol pada peta 1:25.000 lebih mudah dan lebih simpel untuk dimengerti nagi para pembaca peta daripada kenampakan simbol pada peta 1:50.000 karena pada peta skala 1:50.000 lebih rapat dan jaraknya sangat dekat, jadi perlu ketelitian dalam membaca simbol ini. Berdasarkan perhitungan yang telah saya buat di kertas milimeter block menggunakan rumus dan analisis klasifikasi lereng menurut Van Zuidam hasil akhir pada arctan menunjukkan bahwa wilayah Wonosobo memiliki tan ɚ sebesar 16,69° sehingga lereng tersebut tergolong dalam kategori curam dan berwarna merah muda, sedangkan hasil akhir arctan pada tan ß menunjukkan angka sebesar 4,7° sehingga lereng ini masuk ke dalam klasifikasi lereng yang landai dapat ditandai dengan warna kuning. Analisis perhitungan menggunakan cara menurut Went Worth menghasilkan angka tan ɚ 4,7% dan tan ß 1,3% dari kedua hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa lereng ini termasuk ke dalam lereng yang datar. Went Worth telah mengklasifikasikan lereng menjadi 5 kelas, yaitu datar, landai agak curam, curam, sangat curam. Dengan menggunakan pendekatan rumus “Went Worth”, yaitu pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan pada peta kemiringan lereng dengan membuat grid atau jaring-jaring dengan berukuran 1 cm, kemudian masing-masing bujur sangkar sibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah kontur dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, maka dapat ditentukan kemiringan atau sudut suatu lereng.



Van zuidam mengklasifikasikan lereng manjadi 7 kelas, yaitu datar, agak landai, landai, agak curam, curam, terjal, dan sangat terjal.klasifikasi lereng yang dikemukakan oleh Van Zuidam dipersiapkan untuk analisis dan klasifikasi medan dengan menggunakan interpretasi foto udara. Pendekatan yang digunakan dengan analisis dan klasifikasi medan adalah bentang lahan (landscape approach) dan bentuk lahan sebagai kerangka dasarnya. Klasifikasi lereng yang paling sering digunakan adalah klasifikasi lereng menurut Van Zuidam.



Kabupaten Wonosobo berada pada rentang 250-2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500-1.000 dpl sebesar 50% dari seluruh area, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi pasial yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di tenagh pantai jalur utara dan selatan. Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak pada 7°.11’.20” sampai 7°.36’.24” garis Lintang Selatan (LS), serta 109°.04’.32” sampai 110°.04’.32” garis Bujur Timur (BT) yang terdiri dari 15 (Lima belas) kecamatan, 236 (dua ratus tiga puluh enam) desa dan 28 (dua puluh delapan) kelurahan. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan



ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan air laut. Beberapa jenis tanah yang ada di Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tanah yang labil sehingga sering terjadi tanah longsor.



Penghitungan dengan rumus Van Zuidam pada daerah Wonosobo telah dijelaskan bahwa pada lereng ( α ) ini tergolong ke dalam lereng yang curam karena mayoritas wilayah Kabupaten Wonosobo ini berlokasi di dataran tinggi karena dikelilingi oleh beberapa gunung , yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dan wilayah Kabupaten Wonosobo tepat berada di bawah kaki Gunung Sindoro. Selain itu, wilayah Kabupaten Wonosobo ini merupakan bagian dari jalur Pegunungan Serayu Selatan di bagian utara. Penggunaan lahan di Kabupaten Wonosobo ini sebagian besar adalah persawahan dan perkebunan karena Kabupaten Wonosobo terletak di lereng gunung, maka tanahnya subur dan cocok untuk dimanfaatkan oleh para petani untuk bercocok tanah dan membudidayakan sayuran di sana. Namun, karena lereng di Kabupaten Wonosobo ini relatif curam ], maka potensi akan terjadinya tanah longsor di ebberapa kecamatannya sangat tinggi. Penyebab dari tingginya poteni tanah longsor di Kabupateh Wonosobo ini adalah karena penggunaan lahan seperti persawahan berupa tanaman pertanian semusim yang perakarannya rapuh, sehingga apabila terjadi hujan di wilayah ini maka lapisan tanah bagian atas mudah tererosi dan bergerak yang berkibat tanah longsor.



G. KESIMPULAN 1. Peta rupabumi adalah peta yang menggambarkan kenampakan alam, baik kenampakan alami maupun kenampakan buatan manusia. Peta rupabumi juga memiliki 7 unsur tema. 2. Kontur adalah garis yang menghubungkan ttitk-titik suatu tempat pada sebuah lereng dengan ketinggian yang sama 3. Kontur memiliki beberapa ciri dan karakteristik, contohnya bersifat tertutup, tidak bercabang, tidak berpotongan, saling erimpit, dan sebagainya. 4. Lereng adalah kenampakan alam yang muncuk akibat dari perbedaan tinggi suatu tempat 5. Klasifikasi lereng menurut Van Zuidam terbagi menjadi 7 kelas, sedangkan klasifikasi lereng menurut Went Worth terbagi menjadi 5 kelas. 6. Kemiringan lereng pada suatu daerah dapat menyebabkan bencana alam, seperti tanah longsor. 7. Terdapat perbedaan kenampakan pada dua peta yang skalanya berbeda, yaitu peta skala 1:25.000 dan peta skala 1:50.000. 8. Kenampakan pada peta skala 1:25.000 lebih jelas dan mudah dibaca daripada kenampakan pada peta skala 1:50.000 9. Daerah Kabupaten Wonsobo termasuk ke dalam klasifikasi lereng yang curam karena topografinya. 10. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Wonosobo digunakan untul pertanian atau persawahan. 11. Mata pencaharian masyarakat di wilayah Kabupaten Wonsobo adalah petani. 12. Kabupaten Wonsobo dikelilingi oleh para pegunungan seperti Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, sehingga mata airnya cukup banyak dan melimpah.



DAFTAR PUSTAKA Cahyadi, Harry. Jabbari, Iqbal. Tri, Edi. Ismawan. (2016). GEOMORPHOLOGY CHARACTERISTIC OF CIANGSANA AND SURROUNDING AREAS, CIKEMBAR SUB-DISTRICT, SUKABUMI REGENCY, WEST JAVA. https://repository.ugm.ac.id/273462/1/4.%20DOB02%20Geomorphology%20Characteristic%20Of%20Ciangsana%20And%20Surrounding %20Areas%2C%20Cikembar%20SubDistrict%2C%20Sukabumi%20Regency%2C%20West%20JavaCahyadi%2C%20H.%2C%20et%20al.pdf Hakim, Iqbal. (2019). ”Garis Kontur: Pengertian, Peraturan, serta Cara Membuat dan Membacanya” https://insanpelajar.com/garis-kontur/ (Diakses pada 22 September 2021, pukul 21.30 WIB). Juhadi. (2009). FUNGSI DAN APLIKASI TANAH, 55811-ID. Kasjuaji, Kidhot. (2018). “Garis Kontur: Karaktristik, Macam-macam, dan Contoh Soal” https://ilmugeografi.com/kartografi/garis-kontur (Diakses pada 22 September 2021, pukul 23.31 WIB). Nugraha, S. Budi, Akhsin, Wahid, Bernadi, Andi I. (2015) “ PEMANFAATAN TEKNOLOGI SIG UNTUK PEMETAAN TINGKAT ANCAMAN LONGSOR DI KECAMATAN KEJAJAR, WONOSOBO” (Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegografian) 8035-17773-1-SM Olilingo, Fachrudin Zain. (2017). Potensi Investasi di Provinsi Gorontalo. Sleman: Deepublish Pranata, Surya. (2017). “KONTUR” https://docplayer.info/31835756-Kontur.html (Diakses pada 22 September 2021, pukul 23.21 WIB). Sutikno, Haryono, Eko, Dibyosaputro, Suprapto. (2020). GEOMORFOLOGI DASAR. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Virginia, Urangan.(2015). ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) 8177-16151-1-SM.



Lampiran 1



Lampiran 2



Lampiran 3



Lampiran 4