Pewarnaan BTA [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ade
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan kulit. Penyakit ini diketahui dapat menyerang semua bangsa burung, mamalia, primata, termasuk manusia1. Etiologi TB paru ialah M. Tuberculosis yang berbentuk batang. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37⁰C dengan pH optimal 6,4-7. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak yang menyebabkan kuman lebih tahan asam dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan fisik2. Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna3. Bakteri umumnya memiliki warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan bakteri agar bentuk dan struktur bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati dengan mikroskop cahaya.



2. Tujuan 1. Melakukan pewarnaan Ziehl Neelsen dari preparat sputum. 2. Melakukan identifikasi bakteri tahan asam (BTA). 3. Melalukan pembacaan preparat BTA untuk pemeriksaan tuberkulosis dan interpretasi hasil sesuai dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease).



BAB II METODOLOGI



1. Alat dan Bahan a. Alat 



Sediaan Sputum pasien tuberculosis paru







Forceps







Bunsen







Korek api







Handscoon







Masker







Rak preparat







Slide dryer







Stopwatch







Mikroskop







Tisu



b. Bahan 



Carbol Fuschin 0,3%







Acid alkohol 3%







Methylene blue 0,3%







Aquades







Minyak emersi



2. Cara kerja pewarnaan BTA 1. Apusan yang telah dibuat tadi, dijepit dengan menggunakan forceps. 2. Kemudian diteteskan carbol fuchin 0,3%, dan didiamkan selama 5 menit diatan Bunsen. Jangan terlalu dekat dengan Bunsen karena akan menyebabkan apusan gosong.



3. Setelah didiamkan 5 menit dicuci dengan menggunakan aquades. 4. Diteteskan acid alkohol 3% hingga warna carbol fuchin 0,3% sebelumnya luntur. 5. Dicuci kembali apusan dengan menggunakan aquades. 6. Selanjutnya diteteskan methylene blue 0,3% selama 2 menit. 7. Dibilas kembali dengan aquades. 8. Dikeringkan apusan tersebut diatas slide dryer. 9. Setelah kering diamati apusan tersebut menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x. jangan lupa untuk meneteskan minyak emersi sebelum mengamati apusan tersebut pada pembesaran 100x.



BAB III HASIL



Hasil Pengamatan



Keterangan Bentuk sel : basil Warna sel : merah (BTA) Keterangan : ++



BAB IV PEMBAHASAN



Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang menggunakan tiga jenis cat Ziehl Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %, asam alcohol 3 % dan methylene blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum. Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut : 1. Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3 % Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam, sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut sehingga warna carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan sampai mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak rusak. 2. Penambahan larutan asam alcohol 0,3 % Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna (decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam pada suhu semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam alcohol ditunggu samapai 5 menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri yang bukan BTA akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA. 3. Pemberian zat warna Methylene Blue Terakhir dilakukan penambahan Methylene blue. Methylene Blue merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol. Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang permeabilitas dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut



menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene blue tidak dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah. Waktu yang dipelukan untuk menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pembacaan preparat pada mikroskop. 1. Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap dan melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan. 2. Menunggu selama ½ menit setelah penambahan larutan asam alkohol bertujuan agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa. 3. Menunggu selama 1 menit setelah penambahan pewarna methylene blue bertujuan agar cat ini dapat diserap sempurna pada dinding bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna antara bakteri BTA dan Non BTA. Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan dengan aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya. Fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA. Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna untuk menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna berikutnya. Perbedaan mendasar antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding selnya. Dinding sel BTA mengandung lapisan lilin (lapisan lemak) yang sangat



banyak sehingga dalam proses penyrapan warna perlu dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel tersebut sehingga pewarna dapat diserap. Namun dalam dinding sel bakteri non BTA lapisan lemaknya tidak banyak sehingga untuk melakuka penyerapan warna tidak perlu dilakukan pemanasan dan pelunturan warna pun sangat mudah dilakukan saat penambahan asam alkohol. Pada pengamatan dengan mikroskop lensa objektif pembesaran 100X terlihat sel epitel yang ukurannya besar. Pada preparat sputum juga ditemukan bakteri tahan asam berbentuk basil. Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union Against Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut :  Negatif



: Tidak dijumpai adanya BTA



 Positif



: Ditemukan 1-9 BTA/100 LP



 Positif 1



: Ditemukan 10-99 BTA/100 LP



 Positif 2



: Ditemukan 1-10 BTA/1 LP



 Positif 3



: Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP



Dari hasil tersebut dapat didiagnosa bahwa sputum tersebut 2+.



BAB V KESIMPULAN



Dari semua praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecatan BTA adalah pada saat dekolorisasi dengan asam alkohol dimana pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwarna ungu mendekati warna sel BTA. Saat pemanasan juga tidak boleh sampai mendidih karena akan menyebabkan sel bakteri lisis. 2. Faktor-faktor yang memberikan perbedaan antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding selnya. 3. Pada praktikum ini terdapat 5 BTA/1LP berbentuk basil atau streptobasil berwarna merah sehingga sampel tersebut 2+.



DAFTAR PUSTAKA



1. Sari. Penyakit Infeksius yang menular Melalui Udara pada Orangutan (Pongo pygmaeus). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2004. 2. Buntuan, Velma. Gambaran Basil Tahan Asam (BTA) PositifPada Penderita Diagnosa Klinis Tuberkulosis ParuDi Rumah Sakit Islam Sitti Maryam Manado Periode Januari 2014 s/d Juni 2014. Jurnal e-Biomedik (eBM), 2(2) : 593-596. 2014. 3. Lay, B. W. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada. 1994.



LAMPIRAN