PKL Iii Siti Nurjanah PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG III DAN PROYEK AKHIR PROSES PENGOLAHAN DAN PENGAWASAN PABRIK GULA DI PTPN VII - DISTRIK CINTA MANIS PALEMBANG



DISUSUN OLEH : SITI NURJANAH (14.01.018)



PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2017



ii



iii



iv



LEMBAR PERNYATAAN



Saya mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Politeknik LPP, Siti Nurjanah



(14.01.018)



Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan laporan kerja praktek yang telah kami buat dengan judul “LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG III DAN PROYEK AKHIR PROSES PENGOLAHAN DAN PENGAWASAN PABRIK GULA DI PTPN VII - DISTRIK CINTA MANIS PALEMBANG” adalah : 1. Dibuat dan disesuaikan sendiri dengan menggunakan data-data hasil pelaksanaan praktek dilokasi PKL 2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan kecuali pada bagian-bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya. Demikian pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.



Penulis



v



ABSTRAK



Praktek kerja lapang III adalah sarana pembelajaran proses pengolahan dan pengawasan pabrik gula yang mana penulis mengambil tempat di Distrik Cinta Manis. Distrik Cinta Manis terletak di Desa Ketiau Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir (± 75 km arah Selatan Kota Palembang) Provinsi Sumatera Selatan. Distrik Cinta Manis merupakan salah satu unit usaha PTPN VII yang bergerak pada perkebunan dan pengolahan tebu atau yang disebut PG. Cinta Manis dengan kapasitas giling 5500 TCD. Proses pengolahan gula di PG. Cinta Manis menggunakan cara sulfitasi dimana dalam proses pemurniannya terdapat proses defekasi dan sulfitasi. Produk yang dihasilkan oleh PG. Cinta Manis berupa Gula Kristal Putih (GKP) yang telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam proses pelaksanaanya proses pengolahan gula haruslah sesuai dengan angka-angka pengawasan yang telah disepakati bersama serta berdasarkan hasil perhitungan. Dalam hal ini, pengawasan



yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan serta pengawasan



dilapangan dan mengambil angka-angka pengawasan dari QC (Quality Control) untuk menghitung angka-angka pengawasan yang dijadikan sebagai parameter. Kata kunci: Distrik Cinta Manis, gula, sulfitasi, perhitungan.



vi



KATA PENGANTAR



Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas semester VI ini. Politeknik LPP Yogyakarta memberikan tugas kepada seluruh mahasiswa untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik gula yang telah dipilih, dalam PKL ini pabrik gula yang dipilih ialah PT PERKEBUAN NUSANTARA VII DISTRIK CINTA MANIS. Tujuan dari PKL ini adalah memahami proses pengolahan dan pengawasan pabrik gula untuk menyiapkan diri sebagai seorang chemiker. Penyusunan laporan ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak Ari Wibowo, S.T., M.Eng., Direktur Politeknik LPP Yogyakarta. 2. Ibu Kunthi Widhyasih, S.T., M. Eng., selaku dosen pembimbing. 3. Bapak Ir. H. Kusnadi, MM selaku General Manajer PTPN VII Distrik Cinta Manis. 4. Bapak Ary Askari, ST selaku Manajer Pabrik PTPN VII Distrik Cinta Manis. 5. Bapak Suandi, STP, selaku Asisten Kepala Pengolahan PTPN VII Distrik Cinta Manis dan selaku pembimbing lapangan. 6. Bapak Andian, STP, selaku Asisten Kepala Teknik PTPN VII Distrik Cinta Manis. 7. Bapak Aris Utomo, Bapak Guntama, Bapak Hamim, Bapak Surya, Bapak Leo, Bapak Didik, Bapak Kalim dan Bapak Novriandi yang telah membantu dan memberikan ilmunya dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan II. 8. Bapak Fathur Rahman Rifai, S.T, M.Eng, Ketua Progam Studi Teknik Kimia Politeknik LPP Yogyakarta. 9. Ibu Lestari Hetalesi Saputri, S.T., M.Eng., selaku Sekretaris Progam Studi Teknik Kimia Politeknik LPP Yogyakarta.



vii



10. Direksi PTPN VII Distrik Cinta Manis yang telah memberikan tempat praktikum. 11. Semua karyawan PTPN VII Distrik Cinta Manis yang telah memberikan ilmu pengetahuan. 12. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan serta doa atas kelancaran kegiatan kami. 13. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya praktek kerja lapang III ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.



Semoga Allah SWT berkenan memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) II ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini hasilnya masih jauh dari sempurna yang disebabkan masih terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi yang pembaca.



Hormat Saya,



Penulis



viii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined. SURAT KETERANGAN SELESAI PKL ............. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Tujuan .............................................................................................................. 2 C. Batasan Masalah .............................................................................................. 2 D. Metode Penyusunan Laporan ........................................................................... 3 BAB II ..................................................................................................................... 4 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ................................................................... 4 A. Sejarah PG/Kebun ............................................................................................ 4 B. Struktur Organisasi .......................................................................................... 5 C. Visi dan Misi Perusahaan................................................................................. 5 D. Lokasi dan Layout Perusahaan ........................................................................ 6 BAB III ................................................................................................................... 9 HALAMAN PABRIK ............................................................................................. 9 A. Halaman Pabrik................................................................................................ 9 B. Penimbangan Tebu ......................................................................................... 10 1. Spesifikasi Peralatan di Halaman Pabrik ................................................ 10 2. Perhitungan Kapasitas Halaman Pabrik Dan Perhitungan Jumlah Tebu Yang Masuk Pabrik Setiap Hari ............................................................. 11 3. Pengaturan Dan Pengawasan Pemasukan Tebu ...................................... 12 C. Kesulitan yang Terjadi di Halaman Pabrik dan Cara Mengatasi ................... 14 BAB IV ................................................................................................................... 1 PEMERAHAN NIRA ............................................................................................. 1 A. Alat Kerja Pendahuluan (Cane Preparation)................................................... 2 ix



1. Cane Feeding Table .................................................................................. 2 2. Cane Carrier ............................................................................................. 4 3. Tahap Pengerjaan Pendahuluan ................................................................ 6 B. Operasi Dan Pengawasan ................................................................................. 9 C. Proses Pemerahan Nira .................................................................................... 9 1. Unit Gilingan .......................................................................................... 10 D. Sanitasi Gilingan ............................................................................................ 16 E. Masalah / Problematik Di Stasiun Gilingan Dan Cara Mengatasinya ........... 17 F. Hasil Kerja Gilingan. ..................................................................................... 18 G. Sasaran Kinerja Stasiun Gilingan .................................................................. 18 H. Pengawasan Proses Gilingan ......................................................................... 19 BAB V................................................................................................................... 20 STASIUN PEMURNIAN ..................................................................................... 20 A. Pemurnian Nira .............................................................................................. 20 B. Proses Pemurnian di PG Cinta Manis ............................................................ 22 1. Penimbangan Nira Mentah ..................................................................... 23 2. Pemanas Nira .......................................................................................... 24 3. Defekasi .................................................................................................. 30 4. Sulfitasi ................................................................................................... 31 5. Bejana Pengembang (Flash Tank) .......................................................... 32 6. Proses Pengendapan ................................................................................ 32 7. Proses Penapisan ..................................................................................... 35 8. Pembuatan Susu Kapur ........................................................................... 38 9. Pembuatan Gas SO2 ................................................................................ 40 C. Sasaran Kinerja Stasiun Pemurnian ............................................................... 41 D. Pengawasan Proses Pemurnian ...................................................................... 42 BAB VI ................................................................................................................. 43 STASIUN PENGUAPAN..................................................................................... 43 A. Proses Penguapan ........................................................................................... 44 B. Operasi Penguapan ......................................................................................... 46 E. Spesifikasi dan Perhitungan Kapasitas Penguapan ........................................ 50 F. Cara Pelaksanaa dan Pengawasan Operasional Penguapan ........................... 53 G. Sasaran Kinerja Stasiun Penguapan ............................................................... 60 BAB VII ................................................................................................................ 69



x



STASIUN KRISTALISASI .................................................................................. 69 A. Sulfitasi Nira Kental ...................................................................................... 69 H. Pan Kristalisasi............................................................................................... 70 1. Spesifikasi Pan Masakan dan alat bantunya ........................................... 70 2. Rancangan Skema Masak penggunaan pan masak dan waktu masak .... 73 3. Perhitungan neraca brix stasiun kristalisasi ............................................ 78 4. Masalah yang dihadapi dan cara mengatasinya ...................................... 78 I.



Sasaran Kinerja Stasiun Kristalisasi .............................................................. 78



J.



Kristalisasi Lanjut .......................................................................................... 79 1. Data operasional...................................................................................... 80 2. Hal – hal Khusus / Problematika dan Cara Mengatasinya ...................... 80



BAB VIII............................................................................................................... 82 STASIUN PUTARAN & PENYELESAIAN ....................................................... 82 A. Pemutaran ...................................................................................................... 82 1. Spesifikasi Puteran dan data operasional ................................................ 84 2. Cara pelaksanaan dan pengawasan operasi pemutaran ........................... 88 3. Sasaran kinerja Stasiun Pemutaran ......................................................... 90 4. Hambatan dan cara mengatasi ................................................................ 90 K. Penyelesaian ................................................................................................... 91 1. Spesifikasi Alat Pengering Gula ............................................................. 92 a.



Grass Hopper .......................................................................................... 92



L. Gudang Gula .................................................................................................. 96 BAB IX ................................................................................................................. 98 PERSIAPAN AWAL DAN AKHIR GILING ...................................................... 98 A. Persiapan Awal Giling ................................................................................... 98 B. Persiapan Akhir Giling ................................................................................ 101 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 103 LAMPIRAN ........................................................................................................ 136



xi



DAFTAR TABEL Tabel 1 Spesifikasi Cane Feeding Table ................ Error! Bookmark not defined. Tabel 2 Spesifikasi Meja Tebu ................................................................................ 3 Tabel 3 Spesifikasi Cane Carrier............................................................................. 5 Tabel 4 Spesifikasi Cane Cutter .............................................................................. 7 Tabel 5 Spesifikasi Semi Hammer Shreeder ........................................................... 8 Tabel 6 Spesifikasi Rotary Cush-Cush ................................................................. 15 Tabel 7 Tabel Sasaran Kinerja Stasiun Gilingan .................................................. 18 Tabel 8 Spesifikasi Timbangan Nira ..................................................................... 23 Tabel 9 Spesifikasi Juice Heater ........................................................................... 30 Tabel 10 Spesifikasi Pompa Sulfitasi Nira Mentah .............................................. 32 Tabel 11 Spesifikasi Flash Tank ........................................................................... 32 Tabel 12 Spesifikasi Single Tray Clarifier ............................................................ 34 Tabel 13 Spesifikasi Rotary Vaccum Filter .......................................................... 36 Tabel 14 Spesifikasi Pembuat Susu Kapur ........................................................... 40 Tabel 15 Spesifikasi Pembuatan Gas SO2 ............................................................ 41 Tabel 16 Sasaran Kinerja St. Pemurnian .............................................................. 42 Tabel 17 Spesifikasi Evaporator ........................................................................... 50 Tabel 18 Sasaran Kinerja Badan Penguapan ........................................................ 52 Tabel 19 Pembagian Uap Nira .............................................................................. 53 Tabel 20 Dosis Bahan Kimia Penyekrapan ........................................................... 57 Tabel 21 Siklus Penyekrapan PG Cinta Manis ..................................................... 58 Tabel 22 Spesifikasi Kondensor ........................................................................... 58 Tabel 23 Spesifikasi Talo Dura ............................................................................. 60 Tabel 24 Sasaran Kinerja Stasiun Penguapan ....................................................... 60 Tabel 25 Pembagian Tekanan ............................................................................... 63 Tabel 26 Properties Of Dry Saturated Steam ........................................................ 64 Tabel 27TProperties Of Dry Saturated Steam ...................................................... 64 Tabel 28 Properties Of Dry Saturated Steam ........................................................ 65 Tabel 29 Properties Of Dry Saturated Steam ........................................................ 65 Tabel 30 Spesifikasi Peti Sulfitasi Nira Kental ..................................................... 69 Tabel 31 Spesifikasi Vacuum pan dan alat bantunya, bejana pengembun, alat pengeluaran air embun dan bak penampung bahan .............................................. 70 Tabel 32 Sasaran Kinerja StasiunKristalisasi ....................................................... 78 Tabel 33 Spesifikasi alat kristalisasi lanjut ........................................................... 79 Tabel 34 Tabel Suhu ............................................................................................. 80 Tabel 35 Waktu pendinginan ................................................................................ 80 Tabel 36 Spesifikasi Alat Putaran Diskontinyu .................................................... 86 Tabel 37 Spesifikasi putaran LGF ........................................................................ 87 Tabel 38 Pengendalian operasional pemberian air siraman .................................. 90 Tabel 39 Spesifikasi Grass Hopper ....................................................................... 93 Tabel 40 Spesifikasi Conveyor ............................................................................. 93 Tabel 41 Spesifikasi Dryer And Cooling .............................................................. 94 Tabel 42 Spesifikasi Alat Vibrating Screen .......................................................... 94 Tabel 43Spesifikasi Alat Sugar Bin ...................................................................... 95 xii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Lokasi dan Layout PG Cinta Manis ....................................................... 7 Gambar 2 Aliran nira, ampas dan Penyaringan Nira ............................................ 15 Gambar 3 Diagram Alir Stasiun Pemurnian ......................................................... 22 gambar 4 Bagan Proses Penguapan....................................................................... 46 Gambar 5 siklus pengoperasian HGF ................................................................... 85 Gambar 6 Skema Stasiun Penyelesaian ................................................................ 91 Gambar 7 Penyusunan Karung Gula ..................................................................... 97



xiii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-perubahan sebagai akibat kemajuan dan perkembangan tersebut. Menyadari sumber daya manusia adalah modal utama dalam suatu usaha, maka kualitas tenaga kerja harus dikembangkan dengan baik,sehingga perusahaan atau instansi diharapkan dapat memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja dengan cara menerima mahasiswa yang akan melaksanakan praktek kerja lapangan. Politeknik LPP sebagai salah satu perguruan tinggi di bidang perkebunan yang telah bertekad untuk menciptakan tenaga profesional yang tangguh dan mandiri membuat sebuah program Praktek Kerja Lapang kepada akademisnya dengan tujuan agar para mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan soft skill lainnya dan juga mampu membandingkan ilmu teori yang telah didapat di Politeknik LPP dengan aplikasi terapan di lapangan. Kegiatan praktek ini dapat menguntungkan mahasiswa/mahasiswi karena dapat menambah pengetahuan khususnya dalam bidang industri gula. di samping itu kegiatan praktek ini sangat berpengaruh terhadap nilai indeks prestasi mahasiswa. Dengan adanya kegiatan PKL III ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan teknologi pengelohan gula baik secara teoritis maupun praktik/teknis sehingga kelak dapat menunjang mahasiswa dalam mengabdikan diri di dunia kerja industri gula.



1



B. Tujuan Tujuan Praktek Kerja Lapangan III (PKL III) tentang “Proses Pengolahan dan Pengawasan Pabrik Gula’’ yaitu : 1.



Memahami Pengawasan proses dan operasi pengolahan pembuatan gula dari bahan baku tebu hingga menjadi kristal gula.



2.



Memahami berbagai masalah/problem dan hambatan yang terjadi di dalam proses pengolahan gula dengan menitik bertakan pada fungsi pengawasan proses beserta cara penanganannya.



3.



Menambah pengetahuan dan kompetensi kerja sesungguhnya dilapangan, melatih diri menjalankan tugas dan program pengawasan proses pabrikasi gula untuk selanjutnya diterapkan didunia kerja.



C. Batasan Masalah Untuk menghindari terjadinya perluasan materi maka penulis memberikan batasan masalah yang termasuk tujuan dari Praktek KerjaLapangan III di Distrik Cinta Manis, diantaranya : 1) Memahami proses dan operasional serta pengawasan dalam pengolahan tebu sampai menjadi kristal gula pada tiap-tiap tahapan proses. 2) Mampu menganalisa dan mengetahui berbagai masalah / problem dan hambatan yang terjadi di dalam proses operasi pengolahan gula dengan menitik beratkan pada fungsi pengawasan pabrikasi sehingga dapat melakukan penanganan dengan tepat. 3) Mampu meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan ketrampilan kerja dilapangan, melatih diri menjalankan tugas dan program pengawasan proses pabrikasi gula.



2



D. Metode Penyusunan Laporan Dalam penyusunan laporan penulis menggunakan metode penyusunan data dengan observasi, wawancara dan dari perpustakaan.Adapun pengertian dari masing – masing metode di atas adalah sebagai berikut ini : 1.



Observasi adalah metode pengambilan data dengan cara mengadakan praktek orientasi lapangan dengan melihat, membaca dan mengamati serta memahami alat pengolahan gula baik bentuk/gambar, bagian, fungsi dan cara operasionalnya.



2.



Wawancara adalah pengambilan data atau menyusun dengan cara berdiskusi dan bertanya baik itu dengan pembimbing PKL maupun dengan Chemiker jaga, mandor dan operator di lingkungan PG Cinta Manis.



3.



Studi pustaka adalah pengambilan data atas penyususnan laporan dengan mempelajari dan membaca literature yang ada sebagai acuan(referensi).



3



BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN



A. Sejarah PG/Kebun Tahun 1971 dan 1972 diadakannya survei gula oleh Indonesia Sugar Study (ISS) untuk melihat kelayakan pembangunan Pabrik Gula di luar Jawa. Survei serupa juga dilakukan pada tahun 1979 dan 1980 oleh World Bank meliputi lima lokasi termasuk di Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Pada tahun 1981 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 688/Kpts/Org/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981, didirikan Proyek Pabrik Gula Cinta Manis dan Proyek Pabrik Gula Ketapang. Kaitannya dengan hal ini, PTP XXI-XXII (Persero) yang berkantor pusat di Surabaya mendapatkan tugas untuk melaksanakan pembangunan dua pabrik gula ini.Sejak proyek ini dimulai, kegiatan pembebasan dan pembukaan lahan sudah dimulai. Pada tahun 1982 diadakan pembaruan. Studi lebih terperinci atas survei tahun 1980 bertujuan untuk mendirikan Pabrik Gula. Peletakkan batu pertama pembangunan pabrik gula ini dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1982 oleh Gubernur KDH Tk. I Provinsi Sumatera Selatan dan pembangunannya dapat diselesaikan tepat waktu dalam bulan Juni 1984. Pada tanggal 17 Juni 1984 dilaksanakan Performance Test untuk PG Cinta Manis dan PG Bungamayang dan selanjutnya mulailah dilaksanakan giling komersial. Melalui Akte Pendirian No. 1 tanggal 1 Maret 1990 kedua PG tersebut berubah status menjadi PT Perkebunan XXXI (Persero) yang berkantor pusat di Jl. Kol. H. Burlian km 9 Palembang Sumatera Selatan. Tahun 1994 PTP XXXI (Persero) bergabung dengan PTP X (Persero) menjadi PTP X-XXXI (Persero). Selanjutnya pada 11 Maret 1996 dilakukan konsolidasi antara PTP X-XXXI (Persero) dengan Ex Proyek pengembangan PTP IX (Persero) di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan, ditambah Ex. Proyek pengembangan PTP XXIII (Persero) di Bengkulu, dengan kantor pusat di Jl. Teuku Umar No.300 Bandar Lampung. 1982 – 1989



: Dibawah manajemen PTP XXI – XXII (Persero)



4



1990 – 1995



: Dibawah manajemen PTP XXXI (Persero)



1995 – 1996



: Dibawah manajemen PTP X – XXXI (Persero)



1996 – sekarang : PTPN VII Gabungan PTP XXXI (Persero) , PTP X (Persero), dan PTP XXIII (Persero) Sejak bergabung dibawah PTPN VII , Distrik Cinta Manis menjadi salah satu unit penggerak produksi komoditas gula dan perusahaan bergerak di komoditas: karet, kelapa sawit, teh dan tebu.



B. Struktur Organisasi Adapun mengenai susunan dari struktur organisasi Pabrik Gula Cinta Manis dapat dilihat pada lampiran.



C. Visi dan Misi Perusahaan Seperti perusahaan lainnya PTPN VII Distrik Cinta Manis juga memilik visi, misi, dan juga tujuan. Berikut visi, misi, dan tujuan PG CINTA MANIS :



Visi Visi PT Perkebunan Nusantara VII adalah menjadi perusahaan agribisnis berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh, tumbuh serta berkarakter global. 



Tangguh Memiliki daya saing yang prima, melalui peningkatan produktivitas, mutu, skala ekonomi usaha dan dukungan industri hilir.







Karakter Global Mempunyai karakteristik perusahaan berkelas dunia dengan proses bisnis dan kinerja yang prima serta menghasilkan produk yang berstandar internasional.



Misi 1.



Menjalankan usaha agrobisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa sawit, teh & tebu.



2.



Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang mengarah ke integrasi vertikal.



5



3.



Menggunakan teknologi budidaya & proses yang efisien & akrab lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk pasar domestik maupun internasional.



4.



Memperhatikan kepentingan shareholders & stakeholders, khususnya, pekerja, mitra petani, pemasok, & mitra usaha untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuh kembangkan perusahaan.



Tujuan Perusahaan: Sesuai akte pendirian perusahaan, tujuan perusahaan yang akan dicapai selama lima tahun kedepan adalah : 1.



Melaksanakan



pembangunan



dan



pengembangan



agribisnis



sektor



perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan tumbuh berkesinambungan dalam skala usaha yang ekonomis. 2.



Menjadi perusahaan yang berkemampulabaan (profitable), makmur (wealthy) dan berkelanjutan (sustainable), sehingga dapat berperan lebih jauh dalam akselerasi pembangunan regional dan nasional.



D. Lokasi dan Layout Perusahaan Secara administratif Distrik Cinta Manis terletak di Desa Ketiau Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir ( ± 75 km arah Selatan Kota Palembang) Provinsi Sumatera Selatan. Adapun batas-batas areal Distrik Cinta Manis yaitu: -



Utara



: Desa Burai & Sejaro Sakti



-



Selatan



: Jln. Raya Tg. Raja – Muara Kuang Desa Betung & Desa Lubuk Keliat



-



Timur



: Meranjat, Beti, Tebing Gerinting & Tg. Dayang



-



Barat



: Sentul, Tg. Lalang, Lubuk Bandung & Rengas



6



Gambar 1 Lokasi dan Layout PG Cinta Manis Letak Geografi dan Area Proyek Topogafi Ketinggian



: 10 – 20 meter di Atas Permukaan Laut



Topografi



: Bervariasi dari rata, landai sedang dan berbukit



Letak geografis



: 104°-110° BT dan 3°–15° LS



Jenis Tanah



: Podzolik Merah Kuning (PMK)



Tekstur Tanah



: Lempung Berlapis



pH



: 4,2-4,6



Ketebalan Top Soil



: 5 – 15 cm



Kedalaman Air Tanah : 40 – 50 cm Curah Hujan



: ±2500 mm per tahun



Hari Hujan



: ± 200 Hari per tahun



Kelembaban Udara



: 81 %



Luas Areal Total



: 21.358 Ha



7



Macam Produk PG. Cinta Manis memproduksi beberapa produk, yaitu : 1.



Gula



: merupakan produksi utama dari PG Cinta Manis.



2.



Tetes



: merupakan bahan dasar untuk membuat Monosodium Glutamat



(MSG) dan alkohol, di PG Cinta Manis ini hanya memproduksi saja, tidak mengelolah. 3.



Blotong



: dapat digunakan kembali menjadi pupuk.



4.



Ampas



: digunakan sebagai bahan bakar pada boiler.



8



BAB III HALAMAN PABRIK A. Halaman Pabrik Halaman pabrik (emplasemen) berfungsi untuk menampungan bahan baku tebu sebelum digiling. Halaman pabrik juga berfungsi sebagai tempat untuk mengatur truck tebu yang masuk agar sesuai dengan Sistem FIFO (First In First Out) yang menjadi sasaran dari PG sekaligus dapat menunjang kelancaran proses di pabrik gula. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh halaman pabrik antara lain : 1.



Luas halaman pabrik harus mampu menampung tebu sesuai kapasitas gilingpabrik dan mampu menjadi tempat pengaturan tebu sebelum digiling.



2.



Halaman pabrik harus rindang agar tebu yang berada pada halaman pabrik tidak terkontak langsung dengan sinar matahari, yang berisiko terjadinya penguapan air pada batang tebu dan memicu proses hidrolisa sucrosa pada batang tebu.



3.



Dilengkapi dengan alat penimbang tebu guna mengetahui berat tebu yang akan digiling. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tebu dari lahan ke



halaman pabrik (emplasemen) menggunakan truk dan NCT (Net Cane Traveller). Tebu yang di gunakan di PG. Cinta Manis merupakan tebu hijau yang berasal dari Tebu Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat (TR). Akan tetapi, PG. Cinta Manis juga menerima tebu non hijau Tebu yang masuk sebelum di bongkar pada cane preparation dilakukan analisa trash controll terlebih dahulu. Untuk tebu yang diangkut dengan truk maka akan dibongkar dengan menggunakan truck tippler sesuai dengan berat muatan, sedangkan tebu yang diangkut menggunakan NCT (Net Cane Traveller) atau container dibongkar menggunakan hillo/cane lifter. Trash yang banyak dapat menyebabkan : 1.



Turunnya rendemen.



2.



Proses lebih sulit karena tambahan kotoran yang terlarut.



3.



Kadar koloid nira bertambah dan viskositas naik.



9



B. Penimbangan Tebu Proses penimbangan tebu merupakan proses paling awal sebelum tebu digiling dengan tujuan untuk mengetahui berat tebu yang akan digiling di Pabrik Gula. Penimbangan tebu bagi proses pengolahan gula sangatlah penting dilakukan karena berat tebu yang diketahui dari hasil penimbangan berguna untuk mengetahui jumlah tebu yang digiling selama 24 jam dan menunjukkan kapasitas giling Pabrik Gula tersebut, selain itu proses penimbangan tebu juga berguna dalam



penghitungan



angka–angka



pengawasan



proses



pabrikasi



gula.



Penimbangan tebu juga menjadi salah satu dasar perhitungan bagi hasil antara Pabrik Gula dan petani tebu rakyat (selain faktor rendemen tebu), serta untuk mengetahui produktivitas suatu kebun tebu (per hektar). Penimbangan tebu harus dilakukan secara cepat, tepat dan teliti. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya antrean penimbangan tebu yang panjang dimana hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas dan mutu tebu serta berpengaruh pada kerusakan sukrosa pada batang tebu akibat adanya proses hidrolisis. 1.



Spesifikasi Peralatan di Halaman Pabrik a) Spesifikasi Jembatan Timbang Truk Tebu Bruto Digunakan untuk menimbang truk yang berisi tebu. Spesifikasi : Jumlah



: 1 buah



Kapasitas



: 60 Ton



Daya baca / Kelas



: 10 m / III



Ketelitian (kg)



: 10 (dua digit)



Aksesoris



: Weigher Indikator AD 4321, seperangkat alat komputer lengkap dengan printer yang terhubung pada jaringan LAN



10



b) Jembatan Timbang Truk Tebu Tarra Digunakan untuk menimbang truk kosong (setelah pembongkaran muatan tebu). Spesifikasi : Jumlah



: 1 buah



Kapasitas



: 60 Ton



Daya baca / Kelas



: 10 m / III



Ketelitian (kg)



: 10 (dua digit)



Aksesoris



: Weigher Indikator AD 4321, seperangkat alat komputer lengkap dengan printer



yang



terhubung pada jaringan LAN



2.



Perhitungan Kapasitas Halaman Pabrik Dan Perhitungan Jumlah Tebu Yang Masuk Pabrik Setiap Hari a) Kapasitas halaman pabrik Persediaan tebu di halaman pabrik adalah sebesar 122,5% –125% dari kapasitas giling (J. Sartono, 1988). Kapasitas halaman pabrik: =



125  5500 TCD = 6.875 TCD 100



b) Tebu yang masuk pabrik per hari Perhitungan tebu yang digiling setiap hari dimaksudkan sebagai perbandingan dengan hasil yang diperoleh. Contoh perhitungan tebu yang digiling hari ini: (Perhitungan 25 Juli 2016) 1. Sisa tebu kemarin



= 382



11



ton



3.



2. Tebu masuk hari ini



= 5.515



ton



3. Tebu tersedia hari ini



= 5.897



ton



4. Tebu digiling hari ini



= 5.044



ton



5. Sisa tebu hari ini



= 853



ton



Pengaturan Dan Pengawasan Pemasukan Tebu Untuk memudahkan dalam penimbangan, maka tebu yang masuk ke halaman



pabrik harus diatur dengan baik. Pengaturan tebu giling didasarkan pada sistem FIFO (First In First Out) yaitu tebu yang datang lebih awal harus ditimbang lebih dulu dan digiling lebih dahulu. Jangka waktu tebu di emplasemen maksimal 24 jam, hal ini bertujuan untuk menekan kehilangan dan kerusakan sukrosa yang terkandung dalam tebu akibat proses hidrolisis sukrosa. 1.



Syarat halaman pabrik Sebagai salah satu komponen utama di pabrik gula, halaman pabrik harus memenuhi persyaratan – persyaratan antara lain: a. Cukup luas dan mampu menampung tebu sesuai dengan kapasitas giling pabrik ditambah dengan faktor keamanan. b. Cukup rindang agar selama tebu berada di halaman pabrik tidak terkena langsung sinar matahari, yang dapat mengakibatkan inversi sukrosa. c. Dilengkapi dengan alat penimbang tebu, untuk mengetahui berat tebu yang akan digiling. d. Terdapat pos seleksi kualitas agar tebu yang masuk pabrik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pabrik.



2.



Hal – hal yang dapat menurunkan kadar gula yang terkandung dalam batang tebu selama penampungan di halaman pabrik. a. Gula sebenarnya berada pada batang tanaman tebu. Produksi gula pada batang tebu belangsung selama tanaman masih hidup (tumbuh). Batang tebu bila sesudah ditebang akan menghentikan kehidupan tebu secara keseluruhan, meskipun demikian sel pada ruas masih hidup, terbukti bila dibiarkan maka mata/tunas pada ruas akan tumbuh dan mengalami masa vegetatif, untuk mempertahankan hidupnya diperlukan energi dan oleh



12



karenanya tanaman tebu akan membongkar simpanan tenaga yang di dalam sel batang sehingga kandungan gulanya berkurang. b. Tebu yang terlalu lama di halaman pabrik dapat memungkinkan bagi mikroorganisme untuk masuk ke dalam batang melalui luka potongan. Mikroorganisme ini akan merusak gula (memakan gula untuk hidupnya), disamping merusak gula, zat renik ini akan menimbulkan keburukan lain yaitu menghasilkan sejenis zat baru yang merupakan tambahan kotoran dalam nira yang menyebabkan bertambah sulitnya proses pemurnian nira di pabrik gula. Kesulitan terasa sekali karena zat baru yang terbentuk merupakan senyawa dextran yang dapat meningkatkan viscositas, memberikan zat warna pada nira dan meningkatkan kekeruhan nira. Akibatnya kehilangan dalam blotong dan tetes akan meningkat, sementara itu proses pengendapan, penapisan, penguapan, kistalisasi dan pemutaran menjadi lebih sulit sehingga menyebabkan kapasitas pabrik secara keseluruhan menurun. 3.



Cara menekan kehilangan gula dalam halaman pabrik a. Tebu selama berada di halaman pabrik diusahakan agar tidak langsung terkena sinar matahari untuk mencegah terjadinya proses hidrolisa dan penguapan. Sehubungan dengan hal tersebut maka halaman pabrik yang berfungsi sebagai penampungan tebu sebaiknya ditanami pohon-pohon yang cukup rindang dan teduh sehingga menghalangi kontak langsung antara tebu dengan sinar matahari. b. Waktu tinggal tebu di halaman pabrik diusahakan seminimal mungkin untuk menjaga kesegaran tebu saat digiling. Pengawasan kualitas tebu sangat penting karena mengingat biaya produksi



yang sangat besar ditanggung pihak pabrik. Mengolah tebu dengan kadar sukrosa rendah akan membuat beban pabrik meningkat tetapi hanya sedikit meningkatkan produksi.



13



C. Kesulitan yang Terjadi di Halaman Pabrik dan Cara Mengatasi Kurangnya naungan pepohonan untuk parkir truk sehingga tebu akan berkontak langsung dengan sinar matahari yang dapat meningkatkan resiko hidrolisis sukrosa dalam batang tebu.Cara menanganinya adalah dengan memberikan naungan pada bagian emplasemen sebagai tempat menunggunya tebu di antrean tebu.



14



BAB IV PEMERAHAN NIRA



Stasiun pemerahan nira bertujuan untuk mengambil nira dari batang tebu semaksimal mungkin dan menekan sedikit mungkin kehilangan gula yang terikut dalam ampas. Pengambilan nira dilakukan dengan cara memerah tebu menggunakan alat gilingan. Tebu yang telah tiba di stasiun pemerah nira terlebih dahulu melalui alat kerja pendahuluan. Stasiun pemerahan adalah stasiun yang berfungsi untuk mengambil nira yang terkandung di dalam tebu sebanyak–banyaknya dengan cara digiling dengan menggunakan rol–rol gilingan sehingga diperoleh ekstraksi maksimal dengan menekan kehilangan gula seminimal mungkin. Berdasarkan anatomi batang tebu, nira yang mengandung sukrosa terdapat didalam sel-sel batang tebu yang dilindungi oleh kulit tebu dan buku (ruas) yang keras sehingga terlindung dengan baik. Untuk dapat mengambil niranya (berarti juga sukrosanya) maka sel –sel batang tebu harus dipecah atau dibuka. Untuk membuka sel–sel tebu tersebut dilakukan proses kerja pendahuluan (cane preparation) berupa proses pencacahan dan penghancuran batang tebu dengan tujuan membuka sel – sel tebu agar mudah diperah dan menghasilkan nira maskimal dalam proses penggilingan. Agar kehilangan gula terikut dalam ampas seminimal mungkin, maka pemerahan yang dilakukan oleh rol – rol gilingan harus dapat berlangsung dengan baik. Dalam pelaksanaan pemerahan nira agar berlangsung secara efektif serta kehilangan gula dalam ampas dapat ditekan, maka pada ampas (intermediet) diberi air pengencer (imbibisi) berupa nira dan air panas dengan suhu 80oC–90oC. Kehilangan gula di Stasiun Pemerahan Nira selain dalam ampas, dapat juga disebabkan karena terjadi inversi sukrosa akibat pH yang rendah serta aktifitas mikrobia Leuconostoc Mesenteroides. Di PG Cinta Manis telah dilakukan upaya untuk mengurangi dan mematikan bakteri tersebut dengan cara : a)



Memberikan susu kapur 2°–3°Be di nira gilingan I.



b) Pembersihan ampas dibawah rol–rol gilingan secara rutin.



1



c)



Penyemprotan dengan steam tiap 1 atau 2 jam sekali pada gilingan maupun pada talang – talang nira.



d) Penambahan bahan kimia tertentu seperti Buckom 881 dan PRER untuk mematikan bakteri, mikroba dan jasad renik yang mampu merusak sukrosa. Untuk menghasilkan proses pemerahan yang maskimal maka perlu dilakukan proses kerja pendahuluan pada tebu, pengaturan bukaan kerja unit gilingan dengan memberikan tekanan hidrolik yang tepat, dilakukan penambahan imbibisi nira dan air, serta menjaga sanitasi stasiun pemerahan agar terhindar dari kehilangan gula karena inversi sukrosa.



A. Alat Kerja Pendahuluan (Cane Preparation) Proses persiapan dan kerja pendahuluan (cane preparation) merupakan salah satu bagian dari proses di Stasiun pemerahan yang bertujuan untuk menyiapkan tebu sebelum diperah dengan cara membuka sel–sel tebu agar nira dapat dengan mudah keluar dari batang tebu saat proses penggilingan. Proses persiapan dan kerja pendahuluan memiliki sasaran nilai Preparation Index (PI), sasaran Preparation Index di PG Cinta Manis sebesar 85%. Cane preparation dilakukan oleh alat persiapan (pengangkut tebu) dan kerja pendahuluan. Fungsi dari alat kerja pendahuluan tebu diantaranya yaitu : 1.



Memotong batang tebu menjadi bagian yang lebih kecil.



2.



Menyayat/mengiris/menumbuk batang tebu hingga seluruh bagian sel tebuterbuka.



3.



Memecahkan sel batang yang lebih keras (buku tebu).



1.



Cane Feeding Table Cane feeding table berfungsi untuk menampung dan membongkar tebu dari



truck yang dipindahkan oleh Cane Crane dengan tujuan mengatur tebu agar dihasilkan umpan tebu yang sebaik mungkin bagi Cane Carrier.



2



Tabel 1Spesifikasi Cane Feeding Table Uraian



Existing



Jumlah



Keterangan



(Unit) Cane feeding table 1



37 KW



1



Kap 6000 TCD



Cane feeding table 2



37 KW



1



Kap 6000 TCD



Perhitungan kapasitas meja tebu:



Menurut E. Hugot ( Hugot 1986, hal 18) menyatakan bahwa untuk menghitung kapasitas meja tebu degan rumus: S=6A



˂=˃



Dimana : S = Luas meja tebu (ft2) ; (1m2=10,7639 ft2) A = Kapasitas giling tiap jam (ton)



Tabel 1 Spesifikasi Meja Tebu Buatan



Japan



Jumlah



2 unit



Lebar dan Panjang



6,5 m × 16 m



Sudut Kemiringan



16o



Kecepatan



2,5 m/mnt



3



Perhitungan Kapasitas Meja Tebu : Luas (2 unit) = 2 x (6,5 m x 16m) = 208m2 = 208 x 10,7639 = 2238,8912 ft2 A



= = 373,1485 ton/jam = 8955,5647 ton/hari



2.



Cane Carrier Cane Carrier merupakan alat pengangkut tebu yang digunakan untuk



membawa umpan tebu dari Cane Table menuju ke alat kerja pendahuluan dan unit gilingan I. Cane Carrier tersusun dari plat-plat besi yang dirangkai pada rantai dan digerakkan oleh variable speed motor yang diredusir dengan gearbox dan diteruskan melalui roda gigi penggerak. Ada dua jenis Cane Carrier, yaitu Cane Carrier I (datar) berfungsi membawa tebu yang dijatuhkan dari meja tebu menuju alat kerja pendahuluan (Cane Cutter dan Unigrator). Cane Carrier II (miring) yang berfungsi mengangkut hasil cacahan tebu sesudah mengalami proses kerja pendahuluan untuk diumpankan ke unit pemerah gilingan I. Perhitungan kapasitas Cane Carrier menurut E. Hugot (Hugot 1986, hal 22) adalah:



4



Untuk mengatur ketebalan tebu maka dibutuhkan kapasitas yang sesuai untuk cane carrier. Kapasitas cane carrier dapat dihitung menggunakan rumus : A = 60 u L h d



Dimana : A = Kapasitas (TCH ) u = Kecepatan rantai (m / menit) L = Lebar carrier (m) h = Tinggi lapisan tebu (m) d = Bulk density (kg / m3) = 175 kg / m3



Tabel 2 Spesifikasi Cane Carrier Buatan



Japan



Jumlah



2 unit



Lebar (L)



1980 mm



Tinggi (h)



1–2m



Kecepatan



7 – 10 m/mnt



Bulk Density (d)



0,175



Panjang



2020 mm



Jumlah steel slate



250



Penggerak



Motor



Perhitungan Kapasitas Cane Carrier A



= 60 x 8m/menit x 1,98m x 2m x 175kg/m3 = 332640 kg/menit



5



3.



Tahap Pengerjaan Pendahuluan Proses kerja pendahuluan berfungsi mengubah bentuk fisik tebumenjadi



cacahan tebu halus dengan cara dipotong, dicacah dan ditumbuk sehingga siap untuk diperah oleh Unit Gilingan. Alat kerja pendahuluan terdiri dari Cane Cutter dan SHS (Semi Hammer Shredder) dengan sasaran nilai PI 85 %.



a.



Cane Cutter (Cane Knife) Cane Cutter (Cane Knife) atau alat yang lebih dikenal dengan Pisau tebu merupakan alat bantu untuk memotong dan mencacah batang-batang tebu. Perhitungan kapasitas Cane Cutter menurut Hugot 1986, hal 43 adalah : Kebutuhan Power Cane Cutter I = 17 HP/tfh Kebutuhan Power Cane



= 18 HP/tfh



Kadar sabut



= 14,16%



6



Tabel 3 Spesifikasi Cane Cutter Ukuran



1980



Panjang poros rotor



3090 mm



Diameter poros



Ø 300 mm



Speed



600 rpm



Jumlah pisau



CCI = 64 buah / CCII = 72 buah



Kapasitas dasar



7000 TCD



Radius Pisau (R)



29,5 inc



Jarak Pisau ke Slate (r)



0,25 inc



Pitch Pisau (p)



1,6 inc



Tebal Umpan Tebu (h)



1,3 inc



Putaran Rotor (n)



600 rpm



Power Terpasang (P)



1000 rpm



Kadar Sabut (f)



14,16%



Kapasitas Cane Cutter



7



b.



SHS (Semi Hammer Shredder) Tebu yang telah dipotong dan dicacah oleh Cane Knife selanjutnya masuk ke SHS untuk dihancurkan agar seluruh sel tebu terbuka dan nira yang terkandung didalam tebu dapat dikeluarkan dengan mudah pada proses penggilingan. Tabel 4 Spesifikasi Semi Hammer Shredder Uraian



Existing



Unit



Keterangan



Semi Hammer Schreeder



Turbine 598 KW



1 unit



4000 TCD



Perhitungan Power Semi Hammer Shreedeer Kebutuhan power pada SHS = 15 HP/tfh



8



B. Operasi Dan Pengawasan Alat kerja persiapan dan pendahuluan menjadi kunci utama dalam mengatur ajeg tidaknya giling, dimana dengan pengaturan dan suplai bahanbaku tebu yang baik akan menunjang terpenuhinya kapastias giling. Dengan adanya alat kerja persiapan dan pendahuluan bertujuan memudahkan proses pemerahan di Stasiun Gilingan dan menekan adanya gula yang terikut bersama ampas karena sel–sel tebu sebagian besar telah terbuka. Untuk mencapai angka sasaran SOP dilakukan upaya antara lain : 1) Memberi umpan tebu yang ajeg dan merata sesuai kebutuhan agar pressing gilingan dapat maksimal. 2) Menjaga tekanan hidroulik gilingan I – V secara konstan. 3) Memberikan air imbibisi dengan suhu 80–90 oC yang merata di gilingan v. 4) Memberikan sanitasi pada gilingan dengan penyemprotan steam tiap jamnya.



C. Proses Pemerahan Nira Pemerahan nira dilakukan dengan menggunakan alat gilingan. Gilingan bertujuan untuk memerah sebanyak-banyaknya nira dari sabut tebu dan menekan kehilangan gula yang terikut dalam ampas. Tebu yang telah melalui proses persiapan dan kerja pendahuluan selanjutnya akan diperah niranya untuk diambil niranya. Pemerahan cacahan tebu dilakukan dengan alat pemerah yang biasa disebut dengan Unit gilingan. PG Cinta Manis menggunakan 5 (lima) unit gilingan yang masing – masing unit gilingan tersusun dari tiga buah rol silinder utama yang terletak dalam rumah silinder dan sebuah rol pengumpan (feeding roll). Rol utama gilingan terdiri dari rol atas (top roll), rol depan/muka, dan rol belakang. Dimana dua rol bawah (rol muka dan rol belakang) dipasang dengan bukaan kerja tetap, sedangkan top roll dapat berayun naik turun pada bukaan kerjanya dengan bantuan tekanan hydrolis. Fungsi rol atas yang dapat bergerak naik turun yaitu agar rol atas dapat menyesuaikan bukaan kerja gilingan dengan



9



umpan cacahan tebu yang disuplai oleh Feeding roll. Dengan demikian bila ada fluktuasi umpan cacahan tebu yang masuk ke unit gilingan akan tetap mendapatkan tekanan hidrolis sehingga nira dapat terperah keluar dan terpisah dari sabut penahannya. Untuk meningkatkan hasil ekstraksi dan luas bidang perahan maka gilingan dibuat beralur. Alur–alur pada rol gillingan juga dimaksudkan untuk membantu kelancaran ampas masuk ke mulut gilingan sehingga proses penggilingan



tidak



mengalami



slip.



Faktor–Faktor



yang mempengaruhi



keberhasilan proses pemerahan nira di Stasiun Gilingan : 1) Kualitas tebu (MBS, kadar sabut). 2) Kapasitas giling / Feeding tebu. 3) Setelan gilingan (kecepatan roll, Tekanan Hidrolik, Tekanan Steam, Steam Chest, Ukuran roll, bukaan kerja gilingan, jumlah roll gilingan, dll). 4) Pengaliran nira yang lancar sesudah terperas. 5) Pemberian Air Imbibisi (debit, suhu, metode pemberian imbibisi air). 6) Sanitasi gilingan (steam blazer, penggunaan bahan kimia pembunuh mikroba, cane milling Aid, sanitasi mekanis/manual dsb). 1.



Unit Gilingan Pabrik Gula Cinta Manis menggunakan 5 unit gilingan. Setiap unit



gilingan terdiri dari 3 roll gilingan (rol depan, roll atas dan roll belakang), feeding roll dan alat tekanan gilingan (hydroulics). Satu unit gilingan berfungsi melakukan pemerahan yang berkelanjutan sehingga tebu yang masuk akan mengalami dua kali pemerahan. Pemerahan pertama terjadi saat tebu masuk dan terperah oleh rol atas dengan rol depan, pemerahan kedua terjadi saat tebu akan keluar dari unit giingan yaitu terperah oleh rol atas dengan rol belakang. Kapasitas gilingan adalah jumlah tebu yang mampu digiling tiap satuan waktu. Kapasitas giling dipengaruhi oleh : a) Hasil kerja pendahuluan b) Dimensi dan kecepatan roll c) Jumlah roll d) Kadar sabut tebu



10



Perhitungan Kapasitas Gilingan menurut E. Hugot (Hugot 1986, hal 191) :



Rumus Kapasitas Gilingan



Dimana = A : Kapasitas Gilingan (TCD) c : Koefisien faktor preparation ( 1,1 – 1,3 ) n : Putaran roll (rpm) D : Diameter roll (m) L : Panjang roll (m) N : Jumlah roll gilingan ft : Kadar sabut (%)



Data unit gilingan PG Cinta Manis n = 5,6 rpm D = 0,980 m L = 1,980 m N = 15 buah ft = 14,16 %



Perhitungan Kapasitas Giling



11



Kapasitas giling dihitung dari tebu yang dapat dikerjakan selama 24 jam. Sebagai dasar perhitungan digunakan kecepatan giling setiap jam, yaitu jumlah tebu yang tergiling setiap jam, tidak termasuk jam berhenti, baik disebabkan gangguan di stasiun gilingan maupun di pabrik tengah ataupun sebab–sebab lain. Karena perhitungan kapasitas giling berdasarkan pada kecepatan giling tiap–tiap jam, sedangkan pabrik bekerja selama 24 jam, perhitungan kapasitas giling menjadi 2 macam yaitu kapasitas giling tanpa jam berhenti dan kapasitas giling termasuk jam berhenti. Oleh karena itu ditambahkanlah air yang berfungsi sebagai pengencer sekaligus pelarut nira yang ada dalam ampas. Sistem imbibisi mengandalkan adanya daya potensial imbibisi yang dimiliki oleh ampas (mampu menyerap 10× lipat jumlah air), dengan adanya hal ini memungkinkan bagi air untuk masuk dan terserap ampas yang selanjutnya akan mengalami proses difusi dimana zat yang memiliki konsentrasi tinggi akan berpindah ke bagian zat yang memiliki konsentrasi lebih rendah, setelah terjadi proses difusi antara nira dan air imbibisi maka ampas akan kembali diperah sehingga nira yang telah berdifusi dan terikat dengan air imbibisi akan ikut keluar terperah. Diharapkan dengan adanya sistem imbibisi maka pengambilan nira yang masih terdapat pada ampas dapat berjalan dengan maksimal dan menekan adanya gula yang terikut ampas. Berdasarkan bahan yang digunakan, sistem imbibisi ada dua macam yaitu : a) Imbibisi nira : Penambahan imbibisi nira yang memiliki konsentrasi lebih rendah ke ampas (intermediet), sehingga nira dengan konsentrasi lebih tinggi yang terkandung dalam ampas akan berdifusi dengan imbibisi nira (konsentrasi rendah) dan ikut keluar bila ampas diperah kembali. Contohnya



12



yaitu penggunaan nira gilingan III untuk imbibisi ampas gilingan I, nira gilingan IV untuk imbibisi ampas gilingan II dan lainnya. b) Imbibisi Air : Penambahan imbibisi air yang memiliki konsentrasi lebih rendah kepada ampas (intermediet), nira dengan konsentrasi lebih tinggi yang terkandung dalam ampas akan berdifusi dan berikatan dengan air sehingga akan ikut keluar bila ampas diperah kembali. Air yang digunakan untuk imbibisi air biasanya memiliki suhu sekitar ±70oC yang bertujuan untuk memaksimalkan proses difusi pada ampas tebu sehingga gula dalam ampas akan larut dan keluar dengan mudah saat diperah. Contohnya yaitu penambahan air untuk imbibisi ampas gilingan III dan ampas gilingan IV.



Jumlah pemberian imbibisi air dapat diukur dengan menggunakan Flow meter imbibisi. Pemberian imbibisi air dilakukan dengan menyemprotkan air kondensat melalui pipa berlubang yang dipasang melintang diatas Intermediate Carrier. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan sistem imbibisi: a) Jumlah air imbibisi Pemberian imbibisi haruslah dapat mengenai seluruh bagian sabut agar gula dapat terambil semaksimal mungkin. Secara teoritis semakin banyak imbibisi yang diberikan maka ekstraksi pemerahan juga akan semakin baik. Umumnya imbibisi sabut ≥ 200 % (NM% >100 %) dengan harapan pengambilan gula dalam sabut dapat ditingkatkan. Dalam menentukan jumlah imbibisi perlu perhatikan hal – hal berikut ini diantaranya : 1. Kadar air ampas gilingan akhir. Jumlah penambahan air pada ampas akan mempengaruhi kadar Zat Kering ampas (ZK ampas standar = 50%), bila jumlah penambahan air imbibisi terlalu banyak maka kadar zat kering ampas akan semakin menurun sehingga mengakibatkan turunnya pula nilai kalor ampas yang akan digunakan sebagai bahan bakar boiler. 2. Beban evaporasi air pada Stasiun Pengupan.



13



Jumlah penambahan air imbibisi juga berpengaruh terhadap kandungan air yang ada pada nira mentah, kadar air yang terlalu tinggi pada nira mentah akan menjadi beban Stasiun penguapan dalam evaporasi air. Sehingga dalam menghitung jumlah air imbibisi juga harus dipertimbangkan beban dan kemampuan Stasiun Penguapan dalam menguapkan air yang ada pada nira. b) Kualitas dan suhu air imbibisi Kemurnian air imbibisi merupakan syarat mutlak, karena dengan kualitas air yang jelek dapat meningkatkan kotoran terlarut dalam nira. Suhu imbibisi juga berperan dalam proses pelarutan nira, penentuan suhu imbibisi yang tepat mampu menekan kehilangan gula yang terikut ampas. Secara teoritis suhu air imbibisi sangat berpengaruh terhadap ekstraksi gilingan, semakin tinggi suhu air imbibisi maka ekstraksi nira yang ada pada ampas semakin baik, hal ini dikarenakan sukrosa yang larut semakin banyak dan kecepatan reaksi proses imbibisi juga semakin meningkat. Berikut ini alasan penggunaan imbibisi air panas diantaranya : 1. Penggunaan imbibisi dengan suhu tinggi mampu merusak dinding sel tebu dan meningkatkan kecepatan potensial imbibisi sehingga menghasilkan derajad campuran air dengan nira yang tinggi. 2. Reaksi pencampuran antara air imbibisi dengan ampas terjadi dengan waktu yang relatif cepat. 3. Menaikkan ekstraksi, pada suhu tinggi sukrosa mudah larut dalam air sehingga akan lebih mudah dipisahkan dari ampasnya saat proses pemerahan. 4. Memiliki efek sanitasi karena dapat membunuh mikroorganisme yang terikut pada ampas tebu. Namun dengan suhu air imbibisi yang lebih tinggi 2 ) dan atau zat kering ampas rendah (