Pokok2 Ajaran Ag. Hindu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA HIDNU PADA LEMBAGA KESEHATAN



OLEH DRS. M A R J U K I ,M.Pd.H KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER



KATA PENGANTAR Persemabahan yang tulus saya haturkan kepada Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai insfirator pada pikiran setiap insani, sebagai penghuni setiap makhluk, yang telah memproyeksikan alam semesta ini , dengan Kuasa dan Kridanya menyangga alam semesta , badan dan pikiran serta semua yang bergerak , sebagai pijakan bagi semua kelompok umat manusia berserta kegiatannya, sehingga makalah yang sangat singkat dan praktis ini dapat tersusun. Adapun maksud dan tujuan dengan disusunnya makalah ini, sebagai bahan ajar pada Lembaga Pendidikan Kesehatan dan sebagai pedoman praktis bagi mahasiswa di dalam belajar kesehatan ditinjau dari sudut pandang agama Hindu. Akhirnya saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan. “ Om Ano Badrah Kratawoyantu Visvatah” Semoga semua pikiran yang baik datang dari segala penjuru”.



Penyusun



AGAMA HINDU PENDAHULUAN Setiap agama mempunyai karakteristik dan sejarah perkembangannya masing-masing yang merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa penting yang di alami oleh agama bersangkutan dari masa kemasa . Demikian pula agama Hindu yang telah memiliki usia dan sejarah cukup tua, sudah tentu lebih banyak pula pengalaman atau kejadian penting yang dialami oleh agama Hindu dalam percaturannya di tenagh-tengah jaman yang bekepanjangan. Tiap-tiap babak jaman sejak weda diwahyukan sampai dengan penyebarannya ke Asia terutama ke Indonesia membawa sutu warna tersendiri yang secara lahiriah membawa perbedaan bentuk jika di bandinkan dengan di negeri asalnya yaitu India. Perbedaan ini terutama tampak dalam bentuk tatacara pelaksanaan upacara keagamaan yang dimiliki secara abadi ( Sanatana Dharma ) dan universal. Hal ini karena sangat dipengaruhi oleh adanya adat istiadat dan budaya masyarakat di mana agama Hindu berkembang. Dikatakan, bahwa salah satu karakter agama Hindu adalah tidak serta merta menghapus semua adat istiadat dan budaya suatu masyarakat di mana agama Hindu berkembang, bahkan adat istiadat dan budaya tersebut yang dianggap penting dibiarkan tumbuh dan terpelihara, kemudian agama Hindu memberikan jiwa atau nilei-nilei filsafat terhadap adat-istiadat dan budaya tersbut. POKOK-POKOK AJARAN AGAMA HINDU Untuk mengetahui dan memahami agama Hindu secara mendalam dan benar maka kita harus melihat sebuah Kerangka Dasar Agama Hindu terlebih dahulu, adapun kerangka dasar agama Hindu dimaksud adalah : adanya tiga konsep ajaran yang tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya ; 1. Tattwa 2. Sila sasana 3. Yadnya



: Keyakinan ( Falsafah) : Etika ( Pendidikan Budi Pekerti ) : Ritual agama (Cara beribadah )



Dari ketiga kerangka pokok tersebut Tattwa dan sila sasana merupakan unsur penting dan bersifat kekal dan universal, sedangkan Yadnya sebagai bentuk (pengamalan) ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya Ritual agama kadang menampakan bentuk yang berbeda-beda, karena perbedaan bentuk tata upacara agama tersebut akan sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat dan budaya masrakat sebagai penganutnya. Hal ini disebabkan karena agama Hindu menempatkan budaya dan tradisi dalam masyarakat tidak serta merta harus dihilangkan, sepanjang budaya dan Tradisi itu tidak bertetangan dengan nilai-nilai filosofi agama.



A. DASAR FALSAFAH AGAMA HINDU Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan sebagai dasar keimanan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha adalah merupakan lima keyakinan dasar agama Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni: 1. Widhi Tattwa - percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala wujud Tuhan 2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk 3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap



perbuatan 4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi) 5. Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia yaitu bersatunya atman dengan Tuhan.



1. Widhi Tattwa Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan.



2. Atma Tattwa Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa.



3. Karmaphala Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi)



4. Punarbhawa Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa). 5. Moksa Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu. B. SILA SASANA Agama Hindu mengajarkan tata susila yang pada hakekatnya bersifat universal untuk mengatur tata hubungan antara manusia dengan lingkunganya. Ajaran itu disebut Tri Kaya Parisudha yang berakar dari hakekat hidup itu sendiri. Ajaran Tri kaya Parisudha meliputi : 1. Manacika berarti setiap orang hendaknya berpikir yang baik dan benar terhadap sesama manusia maupun lingkungannya. 2. Wacika berarti setiap orang hendaknya berkata yang baik dan benar terhadap sesama manusia maupun lingkungannya. 3. Kayika berarti setiap orang hendaknya berbuat yang baik dan benar terhadap sesama manusia maupun lingkungannya. Kemudian dari konsep ajaran Tri kaya Parisudha tersebut di wujudkan dalam tindakan nyata sebagai pengamalan ajaran sila sasana meliputi : 1. Sila Sasana kepada Tuhan a. Sandhya Upasana Merupakan pelaksaan sembahyang yang dilakukan setiap hari pada waktu – waktu peralihan dari malam ke pagi hari, dari tengah hari ke sore hari dan dari sore hari ke malam hari. Bentuk persembahyangan tersebut dinamakan Puja Tri sandhya. b. Namo Smaranam Yaitu dengan mengucapkan nama-nam Tuhan secara berulang-ulang. c. Surya Pasthana Yaitu melakukan doa mohon pengampunan.



2. Sila sasana kepada sesama manusia yang disebut dengan Panca Yama Brata a. Ahimsa : Tidak menyakiti/membunuh b. Satya : Kejujuran c. Brahmacarya : Patang berhubungan Sek d. Asteya : Tidak mencuri e. Aparigraha : Tidak menerima sesuatu yang berlebihan 3. Sila sasana kepada diri sendiri yang disebut dengan Panca Niyama Brata a. Sauca : Bersih Lahir batin b. Santosa : Kepuasan c. Tapa : Puasa d. Swadyaya : Belajar e. Iswara Pranidhana : Bhakti/Berserah diri C. YADNYA / UPACARA AGAMA Yadnya adalah pengorbanan suci yang dilakukan dengan tulus iklas sebagai kewajiban tanpa mengharapkan imbalan. Yadnya sesungguhnya sebagai bentuk pelaksaan ajaran agama Hindu (ibadah) dalam kehidupan sehar-hari. Ada Lima macam jenis Yadnya, yang disebut Panca Yadnya meliputi : a. Dewa Yadnya, yaitu Pengorbanan suci yang ditujukan kepada Tuhan/Dewa. b. Fitra Yadnya, yaitu Pengorbanan suci yang ditujukan kepada para Fitara (leluhur) c. Manusia Yadnya, yaitu Pengorbanan suci yang ditujukan kepada sesama manusia d. Rsi yadnya, yaitu Pengorbanan suci yang ditujukan kepada orang-orang Suci/Guru e. Butha Yadnya yaitu Pengorbanan suci yang ditujukan kepadasemua makhluk diluar manusia baik yang nampak maupun yang tidak nampak. atau pada alam f.



D. Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Hindu Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masingmasing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama, Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang



diri atau jiwatman dengan Parama atman atau bersatunya jiwa dengan Tuhan ( dalam ajaran kejawen disebut dengan “ Manunggaling kawulo lan Gusti “) Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma.            



E.Toleransi umat Hindu Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran, yang mana di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti "Hanya ada satu kebenaran tetapi orang bijaksana menyebut-Nya dengan banyak nama." — Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46) Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci mereka sebagai berikut: samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah ye bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham (Bhagawadgita, IX:29) Arti: Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk. Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pula Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah (Bhagawadgita, 4:11)



Arti: Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna) Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalām śraddhām tām eva vidadhāmy aham (Bhagawadgita, 7:21) Arti: Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap Meskipun ada yang menganggap Dewa-Dewi merupakan Tuhan tersendiri, namun umat Hindu memandangnya sebagai cara pemujaan yang salah. Dalam kitab suci mereka, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitāḥ te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam (Bhagawadgita, IX:23) Arti: Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna) Pemeluk agama Hindu juga mengenal arti Ahimsa dan "Satya Jayate Anertam". Mereka diharapkan tidak suka (tidak boleh) membunuh secara biadab tapi untuk kehidupan pembunuhan dilakukan kepada binatang berbisa (nyamuk) untuk makanan sesuai swadarmanya, dan diminta jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan perbuatan.



F. Kerukunan dan perdamaian menurut ajaran Hindu TAT TVAM ASI ” yang bermakna: ” Itu adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku, dan seterusnya… ” bahwa setiap manusia adalah saudara dari manusia lainnya dan teman dari insan ciptaan-Nya. Sesanti ‘ Tat Tvam Asi ‘ ini menjadi landasan etik dan moral bagi umat Hindu di dalam menjalani hidupnya sehingga ia dapat melaksanakan kewajibannya di dunia ini dengan harmonis. Tat tvam asi mengajarkan agar



kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekalikali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakkan kita juga untuk diri kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan: “Brahma Atma Aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan) dan Atman sama. Dalalm upaya membina terwujudnya kerukunan hidup beragama yang berlandaskan prinsip ajaran Tat Tvam Asi. Oleh karena itu tiada alasan untuk menjelek-jelekkan atau menyakiti orang lain. Maka dari itu berbuat baiklah kepada orang lain atau agama lain bahkan kepada semua makhluk hidup lainnya di muka bumi ini, tanpa terkecuali. Ajaran Tat Tvam Asi mengajak setiap orang penganut agama untuk turut merasakan apa yang sedang di rasakan orang lain. Tat Tvam Asi merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar “Asah, asih, asuh” diantara sesama hidup. Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada Brahmana Budiman yang rendah hati, maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina papa sekalipun walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu, perbuatan seperti orang sadhu hendaknya sebagai balasanmu. Janganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan jahat sebab orang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakikatnya akan Berpedoman pada filsafat ” Tat Tvam Asi ” maka umat Hindu sebagai bagian dari warga Bangsa Indonesia wajib mengamalkan ajaran agamanya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Umat Hindu harus mengabdi bagi kepentingan bangsa dan negara, serta demi keluhuran harkat dan martabat umat manusia di dunia ini. Apa saja yang menjadi masalah bangsa kita adalah masalah yang harus dihadapi bersama oleh umat Hindu, dengan bekerja sama bahu membahu dalam suasana kerukunan sejati dengan sesama umat beragama dan sesama warga negara Indonesia lainnya. Umat Hindu tidak boleh melepaskan keterkaitan dirinya, baik secara pribadi maupun kelompok sebagai warga negara Kesatuan Republik Indonesia, karena agama Hindu mengajarkan kewajiban moral pengabdian terhadap Negara yang disebut ” Dharma Negara ” dan kewajiban moral mengamalkan ajaran agamanya disebut ” Dharma Agama “. Sehubungan dengan itu, maka filsafat ” Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma Negara ” yang mewujud ke dalam pengamalan ajaran Tri Hita Karana adalah merupakan konsep pemikiran Hindu yang menjadi dasar etik dan moral dalam menjalankan kewajiban hidup baik sebagai manusia pribadi, sebagai warga negara maupun sebagai umat beragama yang ” dharmika ” yaitu umat yang sadar akan hak dan kewajibannya.