PPD Sosial, Intelek, Bahasa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan pertolongan-Nya kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat



pada



waktunya.



Makalah



ini



membahas



tentang



perkembangan



intelek,sosial,dan bahasa. Dalam penyusunan makalah ini kami cukup mendapat tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan berbagai pihak dan usaha kami, kami dapat mengatasi hal yang cukup sulit itu. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk serta penyampaian materinya. Untuk itu penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun demi kebaikan makalah ini.



Jember,1 Oktober 2019



Penyusun



Daftar Isi



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah, tunggal, dan khas. Ia sebagai subjek yang merupakan suatu kesatuan psiko-fisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesame, dan dengan Tuhan yang menciptakannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual sesorang. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keturunan, sosial ekonomi, sosial kulturasi, kesehatan, dan latar belakang kehidupan keluarga. Pertumbuhan fisik lebih lanjut berlangsung sejak bayi lahir, dan masing-masing organ mencapai tingkat kematangan dan mampu menjalankan fungsinya denga baik. Kematangan pertumbuhan fisik yang ditandai oleh berfungsinya masing-masing organ, berpengaruh terhadap perkembangan non-fisik, seperti berpikir, bahasa, sosial, emosi, dan pengenalan tahap terhadap nilai,norma, dan moral.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud pengertian intelek? 2. Bagaimana hubungan intelek dan tingkah laku? 3. Apakah yang dimaksud perkembangan sosial? 4. Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan sosial? 5. Apakah yang dimaksud pengertian perkembangan bahasa? 6. Bagaimana upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan? 7. Apakah yang dimaksud bakat?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian intelek 2. Mengetahui hubungan intelek dan tingkah laku 3. Mengetahui pengertian perkembangan sosial 4. Mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan sosial 5. Mengetahui pengertian perkembangan bahasa 6. Mengetahui upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan 7. Mengatahui pengertian bakat.



BAB II PEMBAHASAN 1. Perkembangan Intelek



1.1 Pengertian Intelek dan Intelegensi Menurut English dan English dalam bukunya “A Compherehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalitical Terms”, istilah intellect berarti antara lain : 1. Kekuatan mental di mana manusia dapat berpikir. 2. Suatu aktivitas



rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk yang



berkenaan



dengan



berpikir



(misalnya



menghubungkan, menimbang, dan memahami). 3. Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir (Intelligence = ibtellect) Menurut kamus



Webster New



Word Dictionary of the American



Language,istilah intellect berarti : Kecakapan



untuk berpikir, mengamati atau



mengerti; Kecakapan untuk mengamati hubungan- hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Bisa disimpulkan bahwa kecakapan berbeda dari kemampuan dan perasaan. Rumusan tentang intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja(1991): 1. Intelegensi adalah suatu kumpulan kemauan seseorang yang memungkinkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan serta masalah- masalah yang muncul



2. Intelegensi adalah suatu bentuk tingkah laku yang tampil dalam kelancaran tingkah laku. 3. Intelegensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif. Wechler



(1958)



merumuskan



bahwa



intelegensi



sebagai“keseluruhan



kemampuan individu dala berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif” Rumusan-rumusan tersebut mengungkapkan makna Intelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan berti ndak. Salah satu alat intelegensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911) seorang ahli ilmu jiwa (psychology) Perancis, merintis mengembangkan tes intelegensi yang agak umum. Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut dikenal dengan sebutan “Tes Binet Simon”. Hasil tes intelegensi dinyatakan dalam angka, yang menggambarkan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan(Mental Age disingkat MA) dan umur kalender(Chronological Age disingkat CA). William Stern (1871-1938), ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman mengajukan pengukuran tingkat intelegensi dalam bentuk perbandingan dengan sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ yang berarti perbandingan kecerdasan. Apabila tes tersebut diberikan seorang anak dan ia bisa menjawab dengan benar, berarti umir kecerdasan dan sama seperti umur kalender, maka IQ yang didapat anak itu sama dengan 100. Nilai ini menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak yang normal. Pada usia remaja, IQ bisa dihitung melalu cara memberikan pertanyaan yang mencakup berbagai soal(hitungan, kata-kata, dan sebagainya. Dan berhitung berapa banyaknya pertanyaan yang bisa dijawab dengan baik dan benar lalu membandingkannya dengan sebuah daftar(berdasarkan penelitian yang dipercaya).



Sementara untuk anak-anak cara menghitung IQ ialah dengan meminta anak agar melakukan pekerjaan tertentu



dan menjawab pertanyaan tertentu(misalnya



menyebut nama hari, menghitung sampai 10, dan semacamnya). Jumlah pekerjaan yang bisa dikerjakan anak kemudian dicocokkan dengan daftar agar bisa mengetahui umur mental anak(MA). 1.2 Hubungan antara Intelek dengan Tingkah Laku Bagi remaja, corak perilaku pribadi di hari depan dan tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkebangan kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan tentang diri sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri, yang sering mengarah pada penilaian dan kritik diri. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi yang akan datang nyata dalam pikirannya, perihal keadaan diri yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk di kemudian hari. Pikiran remaja seringkali dipengaruhi oleh ide dan teori yang mengakibatkan sikap kritis dan situasi kepada orang tau. Setiap pendapat orang tua dibandingan dengan teori yang diikuti. Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan san kejadian-kejadian dengan situasi yang semestinya menurut alam pikirnya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstrak akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak puas).Disamping itu kemampuan pengaruh egosentris yang tertanam pada pikirannya. 1) Cita-cita idealisme yang baik, menitikberatkan pikiran tanpa menitikberatkan memikirkan akibat yang akan terjadi dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis. 2) Kemampuan berpikir dengan pendapat dsendiri, brlum disertai dengan pendapat orang lain dalam penilaiannya. Egoisentrisme menyebabkan “kekakuan” pada remaja dalam berpikir dan bertingkah laku. Masalah yang muncul pada remaja sebagian besar berkaitan dengan



perkembangan fisik yang dirasa mencekam dirinya, karena menyangka orang lain tidak puas dengan penampilannya. Hal ini mengakibatkan seseorang akan memiliki tigkah laku yang kaku. Egoisentrisme juga membuat remaja justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri sendiri. Mereka merasa dirinya hebat sehingga berani menantap malapetaka dan dan menceburkan diri dalam aktivitas yang justru berbahaya. Pada akhirnya pengaruh egoisentrisme pada remaja sudah sedemikian kecilnya, itu artinya remaja bisa berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat orang lain. 1.3 Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja Kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa operasi formal(berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin” disamping hal yang nyata(real) (Gleitman, 1986: 475-476). Berikut ada dua sifat yang dimiliki oleh remaja dalam berpikir operasional formal. 1. Sifat Deduktif Hipotesis Seorang remaja akan menyelesaikan suatu permasalahan yang diawali dengan pemikiran teoritik. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif disamping deduktif, oleh sebab itu dari sifat analisis yang dilakukan, seseprang dapat membuat suatu strategi penyelesaian. 2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris Merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan memiiki hubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis, misal anak diberi limah buah gelas berisi cairan tertentu. Suatu perpaduan cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi lain.



Dengan berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang benar-benar ilmiah. Berpikir abstrak atau operational formal ini adalah cara berpikir yang berkaitan dengan hal yang tidak dilihat serta peristiwa yang tidak langsung dihayati. Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara hipotesis, deduktif yang sistematis. Tercapai atau tidak tercapainya cara berpikir ini tergantung juga terhadap tingkat intelegensi dan kebudayaan sekitar. 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek Pandangan pertama yang mengakui bahwa intelegensi merupakan factor bakat, dinamakan Nativisme, lain halnya dengan pandangan kedua yang menyatakan bahwa intelegensi dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang dinamakan aliran Empirisme. Menurut pendapat Andi Mapiare 1882:80), perkembangan intelek dipengaruhi oleh : 1) Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia bisa berpikir reflektif. 2) Banyaknya pengalaman serta latihan-latihan memecahkan suatu masalah yang membuat seseorang dapat berpikir secara proporsional. 3) Adanya kebebasan berpikir, menyembabkan adanya keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal. IQ adalah nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan factor-faktor individual dan situasional. Dari hasil penelitian yang bermacam-macam dapat dikemukakan bahwa intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga semula.



Ditemukan pula bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai IQ lebih merupakan hal yang umum daripada perkecualian.



1. Peranan Pengalaman dari Sekolah terhadap Intelegensi Seseorang yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menununjukkan kemajuan yang berbeda, dalam rata-rata IQ mereka lebih besar daripada yang tidak mengalami prasekolah . Perbedaan kemajuan nilai rata-rata IQ bagi mereka yang baru satu tahun saja belajar (bersekolah pada prasekolah) adalah sebesar 5,4 skala IQ per siswa. Perubahan ini menjadi lebih tinggi jika mereka lebih lama bersekolah pada prasekolah.Siswa-siswa yag selama dua tahun atau tiga tahun belajar di prasekolah, menunjukkan perkembangan intelegensinya masing-masing sebesar 10,5 skala IQ. Bisa disimpulkan bahwa pengalaman yang diperoleh di sekolah berperan dalam peningkatan IQ anak. 2. Pengaruh Lingkungan terhadap Perkembangan Intelegensi Dalam kasus tidak terdapat hubungan genetic, tetapi hasilnya menyatakan bahwa kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar dari lingkungan yang sama. Variasi dalam stimulus merpakan komponen penting dari lingkungan dan belajar bagi perkembangan intelegensi anak. Apabila pengalaman awal masa kanakkanak banyak diidi dengan variasi dalam melihat, mendengar, dan meraba, maka perkembangan berikutnya akan ditunjang oleh kemauan yang selalu menginginkan variasi dalam melihat, mendengar, dan meraba. Kapasitas ini menjadi kunci bagi perkembangan kognitif anak. 1.5 Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek Manusia adalah makhluk yang berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga tentang intelegensinya. Menurut David Wechler (1958), Intelegensi merupakan “ Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Berdasarkan nilai IQ atau kecerdasannya manusia dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok, yaitu:



1) Dibawah 70, anak mengalami kelainan mental 2) 71-85, anak di bawah normal (bodoh) 3) 86-115, anak yang normal 4) 116-130, anak diatas normal (pandai) 5) 131-145, anak yang superior (cerdas) 6) 145 kea atas, anak genius (istimewa)



Wechler dan Bellevue (Sarlito,1991:78) menyatakan bahwa semua orang di dunia diukur intelegensinya maka akan terdapat orang-orang yang sangat cerdas yang sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat rendah tingkat berpikirnya (terbelakang), orang-orang yang superior sama banyaknya dengan orang-orang yang tergolong perbatasan (borderline). Sedangkan yang terbanyak ialah seseorang yang tergolong berinteligensi rata-rata atau normal. Menurut Piaget, intelegensi mempunyai beberapa sifat: 1) Intelegensi ialah interaksi aktif dengan lingkungan. 2) Intelegensi mencakup struktur organisasi perbuatan serta pikiran, dan



interaksi



yang



berkaitan



antara



individu



dengan



lingkungannya. 3) Perkembangan dalam struktur tersebut mengalami perubahan kualitatif 4) Penyesuaian diri lebih mudah seiring dengan bertambahnya usia karena proses keseimbangan yang semakin luas 5) Perubahan kualitatif timbul pada masa yang mengikuti suatu rangkaian tertentu. Sebagai kesimpulan, Intelegensi bersifat individual yang artinya antara satu dan lainnya tidak sama persis kualitas IQnya.



1.6 Usaha-Usaha Dalam Membantu Mengembangkan Intelek Remaja Dalam Proses Pembelajaran Menurut Piaget, pada umumnya sebagian besar anak di usia remaja mampu memahami konsep konsep yang bersifat abstrak dalam batas batas tertentu. Sedangkan menurut Bruner, pada usia ini siswa sudah mulai belajar menggunakan bentuk bentuk berupa symbol dengan menggunakan mtode yang lebih canggih. Dalam hal ini, guru dapat melakukan pendekatan secara discovery approach atau menggunakan pendekatan keterampilan untuk membantu peserta didiknya. Selain itu, guru juga diharapkan agar memberikan penekanan pada penguasaan konsep konsep dan abstraksi abstraksi. Dalam hal ini, kita tidak bisa menggap bahwa pemikiran seorang anak berusia remaja itu sama dengan apa yang kita pikirkan. Karena usia remaja dalam hal ini masih dalam proses penyempurnaan berpikir dan penalaran. Kita hendaknya tetap waspada terhadap bagaimana para siswa menginterpretasi ide ide yang mereka miliki di dalam suatu kelas, dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat dalam kegiatan diskusi secara baik dan memberikan tugas tugas berupa penulisan makalah. Selain itu, sebagai seorang pendidik kita juga harus memperhatikan adanya suatu kecenderungan kecenderungan yang dimiliki oleh remaja untuk melibatkan diri dalam hal yang tidak terkendali. Dalam hal ini, diperlukan adanya suatu penanganan yaitu dengan membantu siswa untuk menyadari bahwa mereka telah melupakan dan melampaui suatu pertimbangan pertimbangan tertentu. Pada usia ini, para remaja biasanya sudah mencapai efisiensi intelektual yang maksimal, namun karena minimnya pengalaman yang dimiliki maka hal ini akan membatasi pengetahuan mereka dan kecakapannya untuk bisa memanfaatkan segala sesuatu yang diketahui. karena banyak hal yang diambil dari pengalaman maka para siswa mungkin akan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami adanya



konsep konsep yang abstrak. Oleh Karena itu,pada tingkatan ini diperlukan metode diskusi dan informasi untuk menentukan sejauh mana pemahaman pengertian siswa.apabila terdapat perbedaan perbedaan interpretasi tentang konsep yang abstrak, maka sebagai seorang guru hendaknya menjelaskan konsep konsep tersebut dengan sabar,simpatik,dan dengan hati terbuka. Selain itu, sebagai seorang guru kita juga harus bisa untuk memberikan tugas tugas yang menantang imajinasi siswa dengan berbagai macam cara. Seperti misalnya, guru dapat menyajikan teka teki silang yang menarik dan menantang rasa keingintahuan siswa untuk mencoba mengerjakannya dibandingkan dengan latihan latihan yang terkesan membosankan. Selain memperhatikan kemampuan berpikir imajinasi siswa, guru juga harus bisa untuk memperhatikan kebudayaan remaja atau “teen-age-culture” dimana popularitas social remaja mendapat penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan studi akademisnya. Maka, untuk membangkitkan kembali minat remaja terhadap pendidikan intelektual maka diperlukan berbagai cara diantaranya ; membangkitkan minat dengan menggunakan berbagai alat audio visual pada siswa yang mungkin suka menonton. Selain itu juga diadakan sebuah tontonan, permainan,dan bentuk rekreasi yang mungkin bisa menarik minat siswa. Untuk itu, dikembangkanlah adanya sebuah pendekatan yang membrikan kesempatan kepada siswanya untuk memilih dan menentukan sendiri . pendekatan semacam ini kemudian dikenal dengan pendekatan keterampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri. 1.7 Perkembangan Intelegensi Dalam diri manusia tentu terdapat sebuah kemampuan yang yang dapat mempengaruhi kognitif seseorang atau yang biasa disebut dengan inteligensi. Intelegensi dalam diri manusia sangat berkaitan erat dengan bakatdan kerativitas yang dimiliki oleh seseorang. Anak yang berbakat merupakan anak yang cerdas dan memiliki intelegensi yang tinggi. Kreativitas juga telah menjadi dimensi baru untuk mengidentifikasi keberbakatan yang dimiliki oleh peserta didik.



Banyak ahli yang sepakat bahwa bahwa intelegensi berhubungan dengan prestasi. Oleh karena itu, variasi dalam pencapaian prestasi dapat diramaikan dengan berbagai variasi yang terdapat dalam intelegensi. Intelegensi itu sendiri merupakan factor total artinya berbagai macaam upaya jiwa sangat erat bersangkutan di dalamnya baik itu berupa ingatan,fantasi,perasaan,perhatian,minat dan sebagainya yang akan berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi seseorang dari tingkah laku atau perbuatan yang tampak. Dalam kemampuan intelegensi, factor pendidikan juga sangat berperan penting di dalamnya selain adanya kemampuan yang dibawa sejak lahir. 1.8 Teori Struktur Urgensi Teori struktur intelegensi terdiri dari : 1. Teori uni factor : Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori yang berkaitan dengan intelegensi yang kemudian disebut dengan uni factor theory. Menurut teori ini, intelegensi merupakan sebuah kapasitas atau kemampuan umum. Sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap cara kerja intelegensi yang bersifat umum. Reaksi seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan dengan lingkungan nya dan dapat memecahkan suatu masalah juga bersifat umum. Adanya kapasitas umum muncul karena diakibatkan oleh pertumbuhan fisiologis ataupun sebagai akibat belajar. 2. Teori Two factor : Seorang ahli matematika bernama Charles Spearman, mengemukakan sebuah teori tentang intelegensi yang kemudian dikenal dengan teori Two kinds of factors theory. Menurut spearman, teori intelegensi dikembangkan berdasarkan pada suatu factor mental umum yang diberi kode G serta factor factor spesifik yang kemudian diberi kode S menentukan tindakan tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. Orang yang mempunyai intelegensi G memiliki kapasitas yang luas untuk



mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Luasnya factor g ditentukan pada gagasan, bahwa fungsi otak tergantung kepada ada dan tidaknya struktur atau koneksi yang tepat bagi situasi atau masalah tertentu yang khusus. Sedangkan untuk factor S, mencerminkan kerja khusus dari otak, bukan karena struktur khusus otak factor S lebih bergantung kepada organisasi neurologis yang berhubungan dengan kemampuan kemampuan khusus. 3. Teori multi factor : Teori multi factor ini dikembangkan oleh E.L Thorndike yangberhubungan dengan konsep general ability atau factor G. menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan hubungan inilah yang nantinya akan mengarahkan pada tingkah laku individu. Manusia diperkirakan memiliki 13 milyar urat syaraf sehingga memungkinkan adanya suatu hubungan neural yang banyak sekali. Jadi intelegensi menurut teori ini, adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam sistem syaraf. 4. Teori Primary mental ability : Dikembangkan oleh L.I. Thurstone yang mejelaskan tentang intelegensi secara abstrak. Menurut teori ini intelegensi merupakan suatu penjelasan independen yang menjadikan fungsi fungsi pikiran yang berbeda atau berdiri sendiri. Para ahli lain menyoroti teori ini sebagai teori yang mengandung kelemahan karena menganggap adanya pemisahan fungsi atau kemampuan pada mental individu. 5. Teori Sampling : Untuk menyempurnakan tentang teori intelegensi, Godfrey R Thomson mengemukakan sebuah teori yang kemudian disebut dengan teori sampling. Dalam hal ini, dunia berisikan dengan berbagai bidang pengalaman yang terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya.masing masing bidang hanya dikuasai sebagian saja. Hal ini mencerminkan adanya kemampuan mental manusia. Intelegensi



berupa berbagai kemampuan yang overlapping.intelegensi beroperasi dengan terbatas pada setiap sample dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata. 2. Perkembangan Sosial



2.1 Perngertian Perkembangan Hubungan Sosial Dari beberapa teori yang ada, telah mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh manusia dimulai sejak lahir hingga sampai pada masa dewasa yang harus melewati beberapa tahapan dan jenjang yang cukup panjang. Kehidupan anak anak yang sudah mulai mengenal lingkungan nya merupakan bentuk interaksi awal / dasar yang dialami oleh manusia.pada fase ini, factor intelektual dan emosional mengambil peranan yang cukup penting dimana proses ini dapat menempatkan anak anak sebagai seorang insan yang sudah aktif untuk melakukan soialisasi. Dalam



kehidupannya,



manusia



akan



mengalami



pertumbuhan



dan



perkembangan di suatu lingkungan. Lingkungan itu sendiri dapat dibedakan menjadi lingkungan lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan fisik manusia merupakan lingkungan yang terdiri dari lapisan tanah, air, udara,tanaman dan hewan yang ada di sekitar kita. Sedangkan lingkungan social adalah lingkungan yang mampu memberikan banyak pengaruh terhadap kehidupan manusia , terutama kehidupan sosio-psikologis. Manusia sebagai makhluk social tentu akan selalu bersosialisasi dengan manusia yang lain karena pada dasarnya bersosialisai merupakan sebuah proses untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, dan bagaimana seharusnya agar seseorang bisa menmpatkan dirinya untuk hidup



bersama dengan manusia yang lain. Menurut piaget, manusia



mengalami interaksi social pertama kali dimulai ketika masih bayi dengan melakukan interaksi yang sangat sederhana dan terbatas misalnya dengan ibunya. Perilaku social anak tersebut hampir keseluruhan berpusat pada dirinya sendiri. Sedangkan



menginjak tahun kedua, anak sudah mulai belajar kosakata seperti “tidak” dan sudah mulai belajar menolak sesuatu seperti “tidak mau ini”. Dalam hal ini, rupanya anak telah bereaksi dengan lingkungan nya secara aktif dan sudah bisa untuk membedakan dirinya dengan orang lain,perilaku emosionalnya pun juga semakin berkembang dan lebih berperan dalam dirinya. Pada umur umur berikutnya, dimana anak sudah mulai bersekolah maka mereka akan belajar untuk mengembangkan interaksi social dengan belajar menerima pandangan orang lain, sudah meahami akan tanggung jawab yang diberikan. Sedangkan menginjak masa remaja, interaksi dan pengenalan atau pergaulan yang dilakukan dengan teman sebaya terutama lawan jenis menjadi semakin penting. Hingga pada akhirnya pergaulan dengan sesama manusia menjadi kebutuhan yang sangat penting. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan social merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan social dimulai dengan tingkatan yang sederhana dan berakhir dengan didadasari oleh kebutuhan yang sederhana. Sehingga hubungan social juga mempunyai arti bahwa hubungan antarmanusia terjadi sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. 2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja Remaja merupakan suatu tingkat perkembangan yang dialami oleh seorang anak dimana pada tahap ini, anak telah mencapai jenjang mendekati dewasa. Karena mendekati jenjang dewasa, maka kebutuhan nya pun juga semakin kompleks, interaksi sosialnya pun juga sudah mulai luas. Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan nya, maka remaja sudah mulai untuk memperhatikan dan mengenal adanya suatu norma pergaulan yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam lingkungan keluarganya. Remaja juga sudah mulai memahami adanya norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok dewasa, kelompok anak anak, dan kelompok orang tua. Adanya pergaulan dengan remaja yang lawan jenis



merupakan yang paling penting dan cukup sulit, karena disamping harus memperhatikan norma pergaulan antar sesama remaja,maka remaja pun juga harus memikirkan adanya kebutuhan di masa depan dalam menetukan pilihan memilih teman hidup. Adanya kehidupan social pada remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Erik Erickson (dalam lefton ,1982:281) menyatakan bahwa anak sudah mulai mengalami krisis identitas. Pada hal ini, konsep diri seorang anak tidak hanya dibentuk dari bagaimana seorang anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, melainkan juga bagaimana orang lain mempercayai keberadaan dirinya. Pergaulan remaja sering diwujudkan kedalam bentuk kelompok , baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam menentukan pilihan kelompok yang akan di ikutinya, didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti moralnya, social ekonominya, adanya minat dan kesamaan bakat,serta adanya sebuah kemampuan. Masalah yang sulit dihadapi oleh remaja pada umumnya berkaitan dengan penyesuaian diri. Di dalam kelompok besar, akan terjadi sebuah persaingan yang berat dan masing masing individu akan bersaing untuk menampilkan sesuatu yang dianggap menonjol. Oleh sebab itu, sering terjadi perpecahan kelompok yang disebabkan adanya perbedaan kepentingan pribadi setiap orang yang menonjol. Namun selain adanya perpecahan, ternyata hal ini juga bisa memberikan nilai positif terhadap suatu kelompok karena setiap anggota tentunya akan belajar untuk beorganisasi, memilih pemimpin dan mematuhi aturan kelompok. Penyesuaian diri di dalam kelompok kecil tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Hal ini karena di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Saling mengerti kekurangan masing masing dan upaya untuk menahan sikap agar tidak menonjolkan diri terhadap pasangan nya sehingga sangat diperlukan adanya tindakan intelektual yang dapat menyeimbangkan pengendalian emosional.



2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial. Perkembangan sosial manusia, pasti dipengaruhi oleh beberapa akor diantaranya: 1. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membrikan pengaruh terhadap perkembangan sosial terhadap beberapa aspek. Didalam keluarga berlaku normanorma kehidupan keluarga dan pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam meempatkan diri terhadap lingkungan yag lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Dari pihak anak itu sendiri perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. 2. Kematangan Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan emosional dan intelektual. 3. Status sosial ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu “dia itu anak siapa ya”. 4. Pendidikan Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakt dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa



(nasional) dan norma kehidupan antar bangsa guna untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 5. Kapasitas mental: Emosi dan Inteligensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan bebahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dn pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan anak. 2.4 Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, dan dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sring tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak sejalan dengan konsep dirinya Pikiran remaja sering dipenguhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja 1. Cita-cita dan idealism yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tannpa memikirkan akibatnya. 2. Kemampuan berpikir dengan pndapat sendiri, belum disertai pndapat orang lain dalam penilaiannya.



Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecil, sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain. 2.5 Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Sosial Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh stiap orang baik secara individual maupun kelompok. Menurut teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson maka didalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dn latar belakang kehidupan budayanya maka bekembang kelompok kelompok sosial yang beranekaragam. 2.6 Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasisinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Remaja dalam mencari jati diri memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia belum memahami benar tentang norma norma sosial yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang tidak serasi, karena ia sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi kelompok atau masyarakat. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsangan kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima khalayak.



3. Perkembangan Bahasa 3.1 Pengertian Perkembangan Bahasa Bahasa mempunyai fungsi alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-anak) dimulai denga meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dn berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda tanda dan isyarat. 3.2 Karakteristik perkembangan bahasa remaja Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan, lingkunga remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah.



Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengaetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan system budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh lingkungan yang beebeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara orang yang satu dengan yang lain. Masyarakt terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, akan menggunakan istilah-istilah lebih efektif dn umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik. 3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor itu adalah : 1. Umur Anak Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbhasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.



2. Kondisi Lingkungan Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain. 3. Kecerdasan Anak Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tandatanda, memerlukan kemampuan motoric yang baik. Kemampuan motoric sesorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketpatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja piker atau kecerdasan seseorang anak. 4. Status Sosial Ekonomi Keluarga Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal in akan lebih tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berperngaruh pula terhadap perkembangan bahasa. 5. Kondisi Fisik Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu,tuli,gagap, atau organ



suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa. 3.4 Pengaruh Kemampuan Berbahasa terhadap Kemampuan Berpikir Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya, kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik,logis,dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak, ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa. Dari hasil pengamatan para psikolog, bisa disimpulkan bahwa anak yang terbiasa hidup dicaci maki dan diumpat, kelak kalau sudah besar sulit bekerja sama dengan orang lain dan sulit baginya untuk menghargai prestasi orang lain. Orang yang kemampuan berpikirnya rendah akan kesulitan dalam menyusun kata-kata logis dan sistematis. Hal itu disebabkan karena tidak ada korelasi kerja yang seimbang antara kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa.



3.5 Perbedaan individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa Menurut Chomsky (Woolflok, dkk., 1984: 70) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, dalam mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat, dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda. Berpikir dan berbahasa memiliki korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir. Bahasa berkembang dipengaruhi faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian, remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda jugaakan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya. 3.6 Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh muridmurid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.



Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakkan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masingmasing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah. 4. Bakat Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat memiliki keterkaitan dengan prestasi, dengan sesorang memiliki bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu,asal diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman,dan dorongan agar bakat tersebut dapat terwujud. Jika sesorang memiliki bakat tapi tidak pernah dikembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Faktor yang mewujudkan bakat ini yaitu anak itu sendiri dan lingkungan anak. Karena kondisi setiap inividu dan lingkungannya tidak sama, maka terjadi perbedaan bakat setiap orang secara individual. Pemupukan bakat dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan dan motivasi yang tepat serta penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dari pembahasan ini, diharapkan kita dapat mengambil garis besar tentang perkembangan intelek,sosial,dan bahasa. Intelek adalah kecakapan mental, yang menggambarkan kemampuan berpikir. Banayak definisi tentang inteligensi namun makna inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan berpikir berpengaruh terhadap tingkah laku. Seseorang yang berkemampuan berpikir tinggi akan cekatan dan cepat dalam bertindak,terutama dalam menghadapi permasalahan. Hal ini akan berakibat pada pembentukan sikap mandiri. Sebaliknya seseorang yang berkemampuan berpikir kurang akan lebih bersikap bergantung.perkembangan intelek dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari lingkungan maupun pengalaman belajar. Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Perkembangan ini berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seeperti egois dan keras. Sedangkan bahasa merupakan pemegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat selain sebagai alat berkomunikasi. Bakat merupakan hal penting dan harus dikembangkan pada anak. Jika bakat selalu dikembangkan,dapat menunjang peningkatan prestasi,sangat percuma apabila bakat tersebut tidak dikembangkan. Sebagai orang tua ataupun guru harus memposisikan bakat anak sebagai hal yang harus disyukuri dan senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan anak untuk menunjang bakatnya. 3.2 Saran Mengingat bahwa perkembangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan pendidikan, kami selaku penyusun yang merupakan calon



guru memiliki saran bahwa kita harus mengembangkan aspek sosial,bahasa,dan intelek karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan. Hal yang dapat dilakukan yaitu melakukan pendekatan terhadap peserta didik, senantiasa melakukan pendekatan dan senantiasa mengamati pekembangan tersebut. Apabila terdapat hambatan pada perkembangan ketiga hal tersebut, kita dapat menyusun treatment yang dapat dilakukan oleh kita sebagai guru. Treatment tersebut harus disesuaikan dengan peserta didik yang membutuhkan. Karena kewajiban kita sebagai guru adalah mengetahui perkembangan peserta didiknya. Dalam hal pengembangan bakat, pendidik atau guru harusdapat menrima bakat peserta didiknya dengan apa adanya. Selain iu juga harus mengusahakan suasana dimana anak merasa aman untuk mengembangkan potensinya.