PPK Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANAFILAKSIS KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN



NO REVISI



HALAMAN 1



AULIA HOSPITAL PANDUAN PRAKTEK KLINIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR



dr. Herutami Kusumowardani, MPH •



Pengertian







Anamnesis







Pemeriksaan Fisik



• •



Kriteria Diagnosis Diagnosis Kerja Diagnosis Banding



• •



Pemeriksaan Penunjang Terapi







Reaksi hipersensitivitas generalisata atau sistemik yang berat, mengancam jiwa. Anamnesis terhadap etiologi dari anafilaksis : 1. Antibiotika: penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, streptomisin, dan lain-lain 2. Ekstrak alergen: rumput-rumputan atau jamur, serum (ATS, ADS, anti bisa ular) 3. Bahan yang sering digunakan untuk prosedur diagnosis : zat radioopak, bromsulftalein, benzilpenisiloil-polilisin 4. Bisa (racun): ular, semut api, lebah, kumbang 5. Darah: lengkap, produk, gamaglobulin, kriopresipitat, serum, imunoglobulin i.v. 6. Makanan: susu sapi, kerang, kacang-kacangan, telur, udang 7. Lateks 1. Reaksi lokal: urtikaria dan angioedema pada daerah kontak dengan antigen. 2. Reaksi sitemik berat: bronkospasme hebat dan edema laring disertai suara serak, stridor, dispnu berat, sianosis dan kadangkala henti nafas. Edema faring, gastrointestinal dan hipermotilitas menyebabkan disfagia, kejang perut hebat, diare dan muntah. kejang umum, hipotensi, aritmia jantung, syok dan koma. Riwayat penggunaan obat, makanan, gigitan binatang, atau transfusi Reaksi anafilaksis  Reaksi vagivagal  Serangan sinkop  Infark miokard  Reaksi insulin Laboratorium darah rutin 1. Resusitasi kardiopulmonal bila henti jantung 2. Adrenalin (epinefrin) 1/1000 0,01 ml/kgBB s.k./i.m maksimum 0,3mg, bila perlu ulangi lagi dengan interval 5 menit 3. Bila penyebabnya pemberian obat injeksi : adrenalin 1/1000 0,1 – 0,3 ml s.k. pada daerah bekas suntikan, untuk mengurangi absorpsi antigen







Edukasi







Prognosis







Kepustakaan



NAMA



4. Bila syok/kolaps vaskular atau tidak respon dengan medikasi intramuskuler: adrenalin 1/10.000 0,01 – 0,05 ml/kgBB diberikan i.v. perlahan-lahan serta dapat diulang dalam 5-10 menit. 5. Intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi 6. Tourniquet (proksimal dari tempat gigitan) bila penyebabnya sengatan/gigitan hewan berbisa atau obat yang disuntikkan pada ekstremitas. Longgarkan tourniquet tiap 10 menit selama 1 – 2 menit 7. Oksigen bila sianosis, dispnea, atau mengi, dosis : 5 – 10 L/menit melalui masker atau kateter hidung 8. Difenhidramin 1- 2 mg/kgBB (maksimal 50 mg) i.v./i.m. perlahan-lahan selama 5 – 10 menit, dilanjutkan p.o. setiap 6 jam setelah keadaan gawat teratasi 9. Cairan intravena untuk mengatasi syok pada anak dengan cairan NaCl fisiologis atau Ringer sebanyak 20cc/kgBB secepatnya sampai syok teratasi. 10. Aminofillin bila bronkospasme menetap 4-7 mg/kgBB dilarutkan dalam cairan dextrose 5% dengan jumlah paling sedikit sama diberikan selama 15-20 menit. Tergantung tingkat bronkospasme, amonifilliln dapat diteruskan melalui infuse dengan kecepatan 0,2-1,2 mg/kgBB atau 4-5 mg/kgBBiv selama 20-30 menit setiap 6 jam. Bila memungkinkan kadar aminofillin serum harus dimonitor. 11. Bila penderita masih hipotensi, dispnea, gawat : rawat di PICU Vasopresor bila tekanan darah belum terkontrol, berikan salah satu obat di bawah ini :  Metaraminol bitartrat (Aramine) 0,01 mg/kgBB (maksimal 5 mg) dosis tunggal i.v. secara perlahan sambil memonitor bunyi jantung. Bila terjadi aritmia jantung, hentikan segera. Dosis dapat diulang bila perlu.  Levaterenol bitartrat (Levophed) 1 mg (1 ml) dalam 250 ml cairan i.v., kecepatan 0,5 ml/menit  Dopamin, berikan bersama infus, kecepatan 0,3–1,2 mg/kgBB/jam 12. Kortikosteroid, diberikan setelah fase akut teratasi, memperpendek lama sakit dan mencegah rekurensi. Diberikan hidrokortison 7 – 10 mg/kgBB i.v. di;lanjutkan 5 mg/kgBB setiap 6 jam. Hentikan setelah 2 – 3 hari 13. Suportif, setelah stabil Membaca label obat dengan teliti dan mempunyai catatan mengenai jenis obat yang menimbulkan alergi. Baik bila mendapat tatalaksana secara adekuat. 0.7-20% dapat menimbulkan kematian pada syok anafilaktik. 1. Rahman O, Soepriadi M, Setiawan B. Anafilaksis. Dalam : Buku ajar alergi imunologi anak. Penyunting Akib AA, Munasir Z, Kurniati N. Ed 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007. 205-23. 2. Simon FE. World allergy organizatation. World allergy organization survey on global availability of essentials for the assessment and managementof anaphilaxis by allergy immunology specialist in health care settings. Annals of allergy,astma and immunology. 104(5).2010. Dibuat Oleh dr. Ari Diansyah, Sp.A, M.Biomed



Ditinjau Oleh dr. Emdahril, Sp.OG



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH



JABATAN TANDA TANGAN



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



Direktur



DIARE AKUT KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN



NO REVISI



HALAMAN 1



AULIA HOSPITAL PANDUAN PRAKTEK KLINIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR



dr. Herutami Kusumowardani, MPH • Pengertian • Anamnesis



• Pemeriksaan Fisik



• Pemeriksaan Penunjang



Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. • Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir dan darah dalam tinja. • Muntah: ada atau tidak, frekuensi dan volumenya • Nyeri perut, demam • Buang air kecil: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir • Rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, kejang, kembung, sesak • Jumlah cairan yang masuk selama diare • Makanan dan minuman yang diberikan selama diare • Penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak • Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital, berat badan • Tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen, dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung, mata cekung, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. • Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia) • Bising usus • Perfusi dan refilling kapiler • Penilaian derajat dehidrasi Pemeriksaan tinja. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja: Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut



• Kriteria Diagnosis • Diagnosis Kerja



 Diagnosis Banding  Terapi



Darah: darah lengkap, elektrolit serum, analisis gas darah, glukosa darah. Urine: urine lengkap Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diare akut



8. Lintas diare: (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi 9. Tanpa dehidrasi -



Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak - ASI harus tetap diberikan - Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus) - Diare ringan-sedang • Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair. • Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap dberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah 2A atau Ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl 0.9% dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala. • Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari • Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari • Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari • Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua • Dehidrasi berat 14. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer laktat atau ringer asetat 100 ml/kgBB dengan cara pemberian: - Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya - Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya - Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi - Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 15. Hipernatremia (Na > 155 mEq/L) Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak 16. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L) Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb: Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0,6 x berat badan, diberikan dalam 24 jam 17. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L) Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB IV secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit, sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. 18. Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L) Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium:







• Edukasi



Kadar K 2,5 – 3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi 3 dosis • Kadar K < 2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis: 19. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama 20. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya 21. Seng Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis: • Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari • Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari 22. Nutrisi ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang. 23. Medikamentosa • Tidak boleh diberikan obat anti diare • Antibiotik Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim. • Antiparasit Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif - Jelaskan mengenai diagnosis, tatalaksana, dan prognosis pasien - Pencegahan Diare 24. Pemberian ASI 25. Memperbaiki cara penyapihan 26. Menggunakan air bersih 27. Mencuci tangan dengan sabun/air mengalir 28. Menggunakan jamban tertutup 29. Membuang tinja bayi secara baik dan benar 30. Imunisasi campak - Pencegahan dehidrasi - Bagaimana mencampur oralit - Bagaimana memberikan oralit - Cairan rumah tangga yang lain - Meneruskan pemberian ASI - Pemberian makanan sebelum dan sesudah diare - Kapan harus kembali - Tanda dehidrasi



• Prognosis 3.Kepustakaan



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



Tergantung penyulit 3. Guandalini S, Kahn SA. Acute diarhhea. In: (Kelinman RE, Sanderson IR, Goulet O, Sherman PM, Mieli-Vergani G,Shneider B) Walker’s Pediatric Gastrointestinal Disease volume 2. Hamilton: BC Decker Inc. 2008. Pp:253-64. 4. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Juffrie M, Soenarto S, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani N. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid 1. Jakarta: IDAI, 2010. Pp:87-120. 5. Pudjiadi AH, Hegar B, Handyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis IDAI jilid 1. 2010. 6. Dit. Jen PPM, PLP Dep. Kes. RI. PMPD. Buku Ajar Diare. 1996. 7. American academy of pediatric. The management of acute gastroenteritis in young children. Pediatrics. 1996;97:1-20. 8. Duggan C, Santosham M, Glass RI. The management of acute diarrhea in children: oral rehydration, maintenance and nutritional therapy. MMWR. 1992;41:1-20. 9. Guarino A. Oral rehydration toward a real solution. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001;33:2-12. 10. Sandhu BK. Rationale for early feeding in childhood gastroenteritis. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:13-6. 11. WHO. The treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior health workers Child Health/WHO. CDR 95 (1995).



Dibuat Oleh dr. Ari Diansyah, Sp.A, M.Biomed



Ditinjau Oleh dr. Emdahril, Sp.OG



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



INFEKSI VIRUS DENGUE ANAK NO. DOKUMEN



HALAMAN 1



AULIA HOSPITAL



PANDUAN PRAKTEK KLINIS



NO REVISI



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



dr. Herutami Kusumowardani, MPH •



Pengertian



suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, Den3 dan DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albocpitus







Anamnesis



1. Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak, tinggi, selama 2-7 hari 2. Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah 3. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut



4. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut 5. Perdarahan paling sering dijumpai perdarahan kulit dan mimisan •



Pemeriksaan Fisik



1. Peningkatan suhu. 2. Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena ataupun hematuria 3. Dapat terjadi hepatomegali. 4. Perbedaan antara DD dan DBD peningkatan



permeabilitas



kapiler



adalah pada DBD terjadi sehingga



menyebabkan



perembesan plasma, hipovolemia dan syok 5. Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam 6. Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. •



Kriteria Diagnosis



Kriteria Klinis: -



Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung



-



terus-menerus selama 2-7 hari Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan



atau melena - Pembesaran hati - Syok Kriteria Laboratorium : - Trombositopenia ( 100.000/µl atau kurang) - Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umur dan jenis kelamin Diagnosis Demam



Berdarah Dengue ditegakkan



berdasarkan



klinis dan laboratorium (WHO tahun 1997). Dua kriteria klinis •



Diagnosis kerja







Diagnosis Banding







Pemeriksaan Penunjang



pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Demam Dengue Demam Berdarah Grade I,II,III,IV 1. Morbili dan ITP yang disertai demam : pada hari-hari pertama 2. Sepsis :pada DBD yang disertai syok Laboratorium -



Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hematokrit,



trombosit,



peningktan



limfosit



hitung jenis, plasma



biru



(peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD) Pemeriksaan Radiologis -



Pemeriksaan foto dada : dilakukan atas indikasi (1) dalam keadaan



klinis ragu-ragu, (2) pemantauan klinis, sebagai pedoman -



pemberian cairan USG : efusi pleura, ascites, kelainan dinding vesica felea dan vesica urinaria







Terapi



Terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi : DBD tanpa syok (derajat I dan II) Medikamentosa -



Antipiretik Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati Antibiotik diberikan pada DBD ensefalopati



Suportif -



Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan



-



permeabilitas kapiler dan perdarahan Cairan intravena diperlukan apabila (1)



anak terus menerus



muntah, tidak mau minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya syok (2) nilai Ht cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala DBD disertai Syok ( Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV) Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan RL 1020ml/kgBB secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap berikan RL 20ml/kgBB ditambah koloid 20-30ml/kgBB/jam, maksimal 1500ml/hari Pemberian cairan 10 ml/kgBB/jam tetap diberikan 1-4 jam paska syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7ml/kgBB, selnjutnya 5ml/kgBB, dan 3ml/kgBb apabila tanda vital dan diuresis baik Jumlah urin 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi







Edukasi



membaik Oksigen 2-4L/menit pada DBD syok Koreksi asidosis dan elektrolit pada DBD Pada fase demam pasien dianjurkan tirah baring. Selama masih demam, obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit sirop, dan susu, selain air putih



per oral, jus buah,



Pada orangtua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa sepertimimisan, perdarahan gusi, disertai berkeringat dan kulit dingin, tidak buang air kecil selama 4-6 jam , hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit • • • 1.



Prognosis Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Kepustakaan



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



Bonam, Ad fungsionam: dubia ad bonam IV C 1. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana demam dengue/ demam berdarah dengue pada anak. Dalam : Hadinegoro SRH, Satari HI, penyunting. Demam berdarah dengue. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2002,h. 80-132 WHO. Dengue Hemorrhagic Fever: Diagnosis, Prevention and Control. Geneva, 1997. 2. Halstead SB. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. Dalam: Behrman, R.E; Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004 h.1092–3. 3. Nimmanitya, S. Dengue and dengue haemorrhagic fever. Dalam: Cook GC, Zumla A, penyunting. Manson’s tropical diseases. Edisi ke-21. Edinburgh: W.B. Saunders; 2003 h.765 – 72. 4. Powell KR. Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004. h. 839-40. 5. WHO. Dengue, guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. New edition 2009. WHO and spesial program for Research and Training in Tropical Disease. France: WHO;2009



Dibuat Oleh Dr.Ari Diansyah,SpA, M.Biomed



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril, Sp.OG



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



DEMAM TIFOID ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN AULIA HOSPITAL



PANDUAN PRAKTEK KLINIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



NO REVISI



HALAMAN 1



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



dr. Herutami Kusumowardani, MPH •



Pengertian



Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik yang secara klasik disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), namun dapat pula disebabkan oleh S. paratyphi A, S. paratyphii B (Schottmuelleri), dan S. paratyphi C (Hirscheldii).







Anamnesis



1. Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. 2. anak sering menggigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri



perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung 3. pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus •



Pemeriksaan Fisik







Kriteria Diagnosis



• •



Diagnosis kerja Diagnosis Banding







Pemeriksaan Penunjang



gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai yang berat dengan komplikasi. kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak memiliki lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali. kadang kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru. Anamnesis Panas >7 hari, batuk, malaise letargi, anoreksia, BB menurun Nyeri otot/ kepala / perut Mencret atau obstipasi, muntah, nyeri perut, kembung Kesadran menurun dapat timbul kejang. Icterus, epistaksis Pemeriksaan fisis Kesadran menurun (delirium sampai stupor) Hepatomegaly, splenomegaly Ronkhi Ruam macula pada kulit dada bagian bawah/perut (rose spot)menghilang dalam 2-3 hari Laboratorium Anemia Leukopenia Limfositosis relative Trombositopenia Serologi widal Tubex test Biakan Salmonella Demam Tifoid Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influensa, gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler seperti tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu dipikirkan. Pada demam tifoid yang berat sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit Hodgkin dapat sebagai diagnosis banding Darah tepi perifer - Anemia : pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus - Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul - Limfositosis relatif - Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat Pemeriksaan serologi - Serologi widal : kenaikan titer S Typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens Pemeriksaan radiologik



-







Terapi



Foto thoraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna Pada perforasi usus tampak: distribusi udara tak merata airfluid level bayangan radiolusen didaerah hepar udara bebas pada abdomen



Antibiotik - kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari - Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral atau intravena selama 10 hari - Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari oral selama 10 hari - Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, intravena atau intramuscular selama 10 hari - Cefiksim 10 mg/kgBB/hari., oral dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari - kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran; Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 3 dosis sehingga kesadaran membaik Bedah Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus Suportif - Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah - Tirah baring - Isolasi memadai - Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi







Edukasi



Demam tifoid berat harus dirawat di rumah sakit - Cairan dan kalori  Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung  Pada ensefalopati, jumlah kebbutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah  Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskuler dan jaringan  Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik  Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2  Pelihara keadaan nutrisi  Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit - Antipiretik, diberikan bila demam > 39oC, kecuali pada pasien dengan riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal - Diet  Makanan tidak berserat dan mudah dicerna  Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup



-



Transfusi darah: kadang kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus



Pemantauan Terapi -



-







Prognosis



• •



Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Kepustakaan



Tergantung pada ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1 %. Di negara berkembang, angka mortalitas > 10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.



1. 2.



3.



4. 5. 6.



NAMA



Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila pada hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka harus segera kembali dievaluasi adakah komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S.typi terhadap antibiotik atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis. Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan , dan tidak dijumpai komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah.



IV C Bannister BA, Begg NT, Gillespie SH. Pyrexia of unknown origin. Oxford: Blackwell Science;1996. h. 414-27. Lorin MI, Feigin RD. Fever of unknown origin. Dalam Feigin RD, Cherry JD, penyunting. Textbook of pediatric infectious disease. Edisi ke-3. Philadelphia:Saunders;1992. h. 1012-22. Lorin MI. Fever:pathogenesis and treatment . Dalam: Feigin RD, Cherry JD, penyunting. Textbook of pediatric infectious disease. Edisi ke-3. Philadelphia:Saunders;1992. h. 148-52. Miller ML, Szer L, Yogev R, Bernstein B. Fever of unknown origin. Pediatr Clin North Am. 1995;999-1015. Radhi AS, Carroll JE. Fever in pediatric practice. Edisi ke-1. London: Blackwell Scientific Publications: 1994,h. 15-236. Shapiro ED. Fever without localizing signs. Dalam: Long SS,, Pickering LLK, Prober CG, penyunting. Principles and practice of pediatric infectious disease. Edisi ke-2. Philadelphia,, PA: Elsevier Science;2003,h. 110-4.



Dibuat Oleh Dr. Ari Diansyah, SpA, M.Biomed



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril, Sp.OG



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani,



JABATAN TANDA TANGAN



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



MPH Direktur



KEJANG DEMAM KSM : ILMU KESEHATAN ANAK



NO. DOKUMEN



NO REVISI



HALAMAN 4



AULIA HOSPITAL TANGGAL PANDUAN PRAKTEK KLINIS Pengertian



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



TERBIT/ REVISI dr. Herutami Kusumowardani, MPH Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal) di atas 380C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi usia kurang dari 1 bulan



Anamnesis



tidak termasuk dalam kejang demam. • Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang •



Suhu



sebelum/saat



kejang,



frekuensi



dalam



24



jam,



interval,kesadaran anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat •



Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam



keluarga •



Menyingkirkan penyebab kejang lain , seperti diare, muntah, asupan



kurang, Pemeriksaan Fisik



sesak



(kemungkinan



gangguan



elektrolit,



hipoksemia,



hipoglikemia). • Suhu tubuh : apakah terdapat demam di atas 380C saat kejang •



Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran sebelum maupun



sesudah kejang •



Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, brudzinski I dan II,



kernique dan laseque •



Pemeriksaan nervus kranialis







Tanda peningkatan tekanan intra kranial (UUB membonjol, papil



edema) •



Tanda infeksi di luar SSP (ISPA, OMA, ISK dll) Pemeriksaan neurologis lain : tonus, motorik, refleks fisiologis,



Kriteria Diagnosis



refleks patologis. • Kenaikan suhu tubuh (suhu rektal) di atas 380C •



Kejang







Tidak disertai penuruan kesadaran







Tidak didapatkan infeksi susunan saraf pusat







Tidak didapatkan penyebab kejang lain seperti gangguan metabolik,



kejang tanpa demam sebelumnya •



Kejang demam sederhana (kejang umum, kejang kurang dari 15



menit dan kejang tidak berulang dalam 24 jam) • Diagnosis kerja Diagnosis Banding



Kejang demam kompleks ((Kejang fokal atau kejang lebih dari 15



menit atau kejang berulang dalam 24 jam) Kejang demam • Infeksi SSP •



Pemeriksaan Penunjang • Terapi



Kejang karena sebab lain seperti metabolik Pemeriksaan darah perifer, gula darah, elektrolit, urinalisis dan



biakan tergantung penyakit penyerta. • Pengobatan kejang seusai algoritme status epileptikus •



Antipiretik yaitu parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali



sehari atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari •



Diazepam oral 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, diberikan setiap 8



jam jika suhu tubuh >380C. •



Pengobatan jangka panjang fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 2



dosis atau asam valproat (dosis 15-40 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis). Diberikan pada kejang lama >15 menit atau kelainan neurologis yang nyata Edukasi



sebelum/sesudah kejang, kejang fokal. Kejang demam tidak berbahaya, tidak menyebabkan kematian Faktor risiko berulang jika terdapat riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah pada saat kejang, cepatnya kejang setelah demam. Faktor risiko terjadi epilepsi yaitu kelainan neurologis atau pekembangan jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Indikasi rawat yaitu :



Prognosis



Kejang demam kompleks Hiperpireksia Usia dibawah 6 bulan Kejang demam pertama kali Terdapat kelainan neurologis. Ad vitam : bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : bonam



Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Indikator Medis 2. Kepustakaan



I/II/III/IV A/B/C Kejang demam tidak berbahaya, sebagian besar menghilang pada usia 5-6 tahun. Perawatan sampai anak tidak demam tinggi. Konsensus penatalaksanaan kejang demam UKK Neurologi IDAI 2006 ILAE. Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia. 1993; 34: 592-8. AAP. The neuro diagnostic evaluation of the child with simple febrile seizures. Pediatr 1996; 97: 769-95. Wong V, dkk. Clinical guidelines on management of febrile convulsion. HK J pediatr; 7: 143-51. Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med 1995; 149: 6325. Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile convulsions: Pros and cons. Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl. 135): 1-24 AAP. Practice parameter. Longterm treatment of the child with simple febrile seizure. Pediatr 1999. 103: 1307-9. Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000; 41: 2-9



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



Dibuat Oleh Dr. Ari Diansyah,SpA, M.Biomed



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril, Sp.OG



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK ILMU KESEHATAN ANAK



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



NO. DOKUMEN



NO REVISI



HALAMAN 6



AULIA HOSPITAL TANGGAL PANDUAN



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



TERBIT/ REVISI



PRAKTEK KLINIS Pengertian



dr. Herutami Kusumowardani, MPH Status konvulsivus adalah kejang yang terjadi selama lebih dari 30 menit atau kejang yang berulang selama total lebih dari 30 menit dan diantara



Anamnesis



periode kejang anak tidak sadar. Kejang selama lebih dari 30 menit atau kejang yang terjadi secara berulang selama total waktu lebih dari 30 menit dan diantara periode kejang anak



Pemeriksaan Fisik



tidak sadar. Kejang dapat berupa kejang umum atau fokal Kesadaran menurun sampai koma Defisit neurologis Gejala peningkatan tekanan intrakranial



Kriteria Diagnosis



Kejang



Dapat disertai penurunan kesadaran Diagnosis kerja Epilepsi Diagnosis Banding Epilepsi Pemeriksaan Penunjang Darah perifer lengkap Gula darah Elektrolit Analisis gas darah Terapi



MRI (bila ada indikasi) Pastikan jalan napas, berikan oksigen tambahan, atau bantuan pernapasan bila perlu. Berikan diazepam 0,2-0,5 mg/kg/kali IV. Pemberian diazepam ini dapat diulang 1 kali lagi dengan interval 5-10 menit bila kejang masih berlangsung. Pencarian akses vena Bila kejang belum berhenti, berikan fenitoin intravena 15-20 mg/kg (encerkan 10 mg fenitoin dengan 1 ml NaCl 0,9%), diberikan drip perlahan



dengan kecepatan 50 mg/menit. Bila kejang berhenti, berikan rumatan fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, diberikan 12 jam setelah pemberian dosis loading. Bila kejang belum berhenti, berikan fenobarbital 10-20mg/kg IV bolus perlahan. Bila kejang teratasi, berikan fenobarbital 5-7mg/kg/hari dalam 2 dosis, diberikan 12 jam kemudian. Bila kejang masih belum teratasi, rawat pasien di ruang rawat intensif, berikan midazolam 0,2mg/kg IV bolus, dilanjutkan infus drip kontinyu 0,02-0,4 mg/kgBB/jam Periksa gula darah sewaktu, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa (sesuai indikasi) Bila didapatkan tanda-tanda tekanan intrakranial meningkat, berikan tatalaksana peningkatan tekanan intrakranial dengan manitol 0,5-1 gram/kg/kali sampai 3x/hari (jangan lupa diencerkan 1:1 dengan NaCl0,9%, kecuali apabila pasien memiliki akses vena dalam) atau furosemid 1 mg/kg/kali Edukasi



Cari etiologi yang mendasari status konvulsivus Status konvulsivus merupakan gejala penyerta dari suatu penyakit.



Prognosis



Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Penelaah Kritis Indikator Medis 3. Kepustakaan



Ad vitam



Prognosis tergantung etiologi yang mendasari : dubia ad bonam



Ad sanationam



: dubia ad malam



Ad fungsionam



: dubia ad bonams I/II/III/IV A/B/C



Perbaikan pada pasien dengan status konvulsivus tergantung pada etiologi yang mendasari. Konsensus penatalaksanaan kejang demam UKK Neurologi IDAI 2006. ILAE. Comission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34:5928. AAP. The neuro diagnostic evaluation of the child with simple febrile seizures. Pediatr 1996; 97:769-95. Wong V, dkk. Clinical guidelines on management of febrile convulsion. HK J pediatr;7:143-51. Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med 1995; 149:632-5.



Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile convulsions: Pros and cos. Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl. 135):1-24. AAP. Practice parameter.Longterm treatment of the child with simple febrile aseizures. Pediatr 1999;103:1307-9. Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome.Epilepsia 2000; 41:29.



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



Dibuat Oleh Dr. Ari Diansyah,SpA, M.Biomed



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril, Sp.OG



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



PNEUMONIA NEONATAL KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN



NO REVISI



HALAMAN 1



RSUD SOLOK SELATAN



PANDUAN PRAKTEK KLINIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA dr. Herutami Kusumowardani, MPH



• PENGERTIAN



Infeksi paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa dan jamur pada neonatus.



• ANAMNESIS



6. Faktor antenatal : - ibu mengalami demam sebelum atau selama persalinan - riwayat sekresi vagina yang berlebihan pada ibu - Pemeriksaan digital obstetrik yang sering dilakukan



7. Faktor neonatal : - Kelahiran prematur - Tindakan invasif 8. Faktor lingkungan : 9. Kontak dengan penderita yang mengalami infeksi • PEMERIKSAAN • FISIK



• PEMERIKSAAN PENUNJANG







KRITERIA DIAGNOSIS



Gejala klinis tidak spesifik, seperti berbagai tingkat distres pernafasan (apnea, takipneu, napas cuping hidung, merintih atau grunting, sianosis, retraksi dinding dada), batuk, hipo atau hipertemi (instabilitas suhu), malas menyusu, distensi abdomen, letargi, dapat ditemukan ronkhi basah halus nyaring pada auskultasi paru. Early onset pneumonia gejala klinis muncul pada usia 3-7 hari (biasanya dalam 48 jam), late onset pneumonia usia 4-28 hari. a. Laboratorium : - darah : gambaran darah tepi (tingkat evidens III rekomendasi E) dan kultur darah (tingkat evidens II rekomendasi B) , analisis gas darah untuk distress nafas sedang sampai berat (tingkat evidens II rekomendasi A) b. Foto toraks: gambaran radiologis bervariasi seperti infiltrat retikulogranular-nodular, kolaps bronkiolus, dengan atau tanpa kompensasi hiperaerasi pada area yang bebas infiltrat. Gambaran efusi pleura dengan atau tanpa pneumatocele pada kasus dengan komplikasi (tingkat evidens II rekomendasi A) 1. Gejala klinis :  Riwayat infeksi ibu peripartum  Gejala sistemik pada neonates: letargi, tanda-tanda gawat napas, ronki basah halus nyaring pada auskultasi paru 2. Laboratorium : Pada pewarnaan gram atau kultur cairan trakea dapat ditemukan kuman 3. Foto toraks : pada kasus yang berat tampak infiltrat yang homogen dan difus dan pada kasus- kasus tertentu gambaran foto toraks seperti HMD yaitu tampak gambaran retikulogranular dan difus.



• DIAGNOSIS



Pneumonia neonatal



• DIAGNOSIS BANDING



Aspirasi meKonium Penyakit membran hialin (HMD) Transient tachypneu of the newborn (TTN) Pulmonary hemorrhage, pulmonary edema, Primary pulmonary lymphangiectasis atau pulmonarylymphangiomatosis, Gagal jantung kongestif



• TERAPI







Suportif : pertahankan suhu bayi sekitar 37 C, oksigenasi yang adekuat, PaO2 antara 50-80 mmHg, stabilisasi hemodinamik dan metabolik (tingkat evidens II rekomendasi A) • Jika diduga infeksi bakteri, berikan antibiotik : terapi awal adalah Ampisilin + Aminoglikosida. (tingkat evidens II rekomendasi A) • Jika infeksi didapat di rumah sakit, antibiotik yang diberikan adalah sefalosporin generasi III dan selanjutnya tergantung hasil pemeriksaan



• EDUKASI • PROGNOSIS 4. KEPUSTAKAAN



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



laboratorium. (tingkat evidens II rekomendasi E) • Rekomendasi pemberian antibiotik selama 10-21 hari (tingkat evidens II rekomendasi A) • Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi • Rencana perawatan • Tergantung etiologi  Barnett ED, Klein JO. Bacterial infections of the respiratory tract. In: Remington JS, Klein JO (eds). Infectious diseases of the fetus and newborn infant. Philadelphia: WB Saunders, 5th edition 2001: 10061018.  Pedoman terapi penyakit pada bayi baru lahir, FKUP/RSHS Bandung  Buku Ajar Neonatologi Edisi I. IDAI 2008  Dear PRF, FIFE A. Pneumonia. In: Greenough A, Milner AD.(eds). Neonatal respiratory disorders 2003; London: Arnold: 21: 278-310.  Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.2005; 90: 2011-219  Swischuk LE. Imaging of the newborn, infant and young child. 3rd edition. Baltimore: William and Wilkins, 1989: 59-65  Booth GR, Al-Hosni M, Ali A et al. The utility of tracheal aspirate cultures in the immediate neonatal period. J Perinatal 2009; 29(7): 493496  WHO. Recommendations for management of common childhood conditions: Newborn conditions, dysentery, pneumonia, oxygen use and delivery, common causes of fever, severe acute malnutrition and  supportive care. Geneva : World Health Organization:2012  Sweet DG, Carnielli V, Greisen G, Hallman M, et al. European Consensus Guidelines on the Management of Neonatal Respiratory Distress Syndrome in Preterm Infants – 2013 Update. Neonatology 2013;103:353–68 Dibuat Oleh Dr. Ari Diansyah, Sp.A, M.Biomed Dokter Spesialis Anak



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril,Sp.OG Ketua Komite Medik



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



SYOK PADA BAYI BARU LAHIR NO. DOKUMEN



KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO REVISI HALAMAN 1



RSUD SOLOK SELATAN



PANDUAN PRAKTEK KLINIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



dr. Herutami Kusumowardani, MPH •



PENGERTIAN



Gejala klinis yang kompleks disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulas yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adekuat







ANAMNESIS



• • • • • • •







PEMERIKSAAN FISIK



• • • • • • •







PEMERIKSAAN PENUNJANG







KRITERIA DIAGNOSIS



Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam denga kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini Riwayat persalinan dengan tindakan, penolong persalina lingkungan persalinan yang kurang higienis Riwayat perdarahan maternal Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah Riwayat perdarahan fetal/neonatal Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat Riwayat keadaan bayi letargis, mengantuk atau aktivitas kuran iritabel/rewel, perut kembung, tidak sadar, kejang



Keadaan umum letargi , pucat (akibat adanya perdarahan akut) Capillary refill memanjang, nadi lemah, cutis marmorata (motled skin ekstremitas dingin Apnea, respirasi effort, atau sianosis Anuria atau oliguria (10 mkg/kg/men meningkatkan TD dan denyut jantung - dobutamin: sampai dengan 20 mkg/kg/menit - adrenalin: 0,05-0,1 mkg/kg/menit • Koreksi penyulit :  asidosis metabolik  hipoksia  hipoglikemia  hipokalsemia dan ketidakseimbangan elektrolit jika ada • Nutrisi : tetap NPO (Nothing per oral) sampai fungsi pencernaa pulih, nutrisi parenteral total



Penatalaksanaan spesifik (tingkat evidens II rekomendasi A) • syok hipovolemik - penggantian darah: darah segar 10-20 mlkg atau PRC 5-10 ml/k selama 30 menit - koreksi penyebab perdarahan bila mungkin • syok septik • memulai terapi antibiotik empirik • menggunakan volume expander dan agen inotropik sesuai denga kebutuhan



• •



EDUKASI



• PROGNOSIS 5. KEPUSTAKAAN



NAMA JABATAN TANDA TANGAN



syok kardiogenik mengobati penyebab yang mendasari kelainan • Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi • Rencana perawatan dan prognosis Tergantung penyebab 6. Buku Ajar Neonatologi edisi I 7. Engle WD, LeFlore JL. Hypotension in the neonate. NeoReview 2002;3:157-63. 8. Gomella TL, Cuninngham MD, Eyal FG, Zenk KE. Hypotension an shock. Dalam: Gomella TL, penyunting. Neonatology. Edisi ke-7. Ne York: Lange Medical Books/Mc Graw-Hill. Health Profession Division: 2013 9. Wyckoff MH, Perlman JM, Laptook AR. Use of volume expansio during delivery room resuscitation in near-term and term infant Pediatrics. 2005;115:950-5. 10.Kourembanas S. Shock. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Star AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Lippinco Philadelpia: Williams & Wilkins; 2008. h. 176-80. 11. Boluyt N, Bollen CW, Bos AP, Kok JH, Offringa M. Flu resuscitation in neonatal and pediatric hypovolemic shock: a Dutc Pediatric Society . Evidence-based clinical practice guideline. Intensiv Care Med 2006; 32 :995-1003 12. Brierley J, Carcillo JA, Choong K, et al. Clinical practic parameters for hemodynamic support of pediatric and neonatal sept shock: 2007 update from the American College of Critical Ca Medicine. Crit Care Med 2009; 37:666–88



Dibuat Oleh Dr. Ari Diansyah, SpA, M.Biomed Dokter Spesialis Anak



Ditinjau Oleh Dr. Emdahril, Sp.OG Ketua Komite Medik



Disahkan Oleh dr. Herutami Kusumowardani, MPH Direktur



PENYAKIT MEMBRAN HIALIN (PMH) KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN



NO. TERBIT / REVISI



HALAMAN 1



RSUD SOLOK SELATAN



PANDUAN PRAKTEK KLINIS • PENGERTIAN • ANAMNESIS



TANGGAL TERBIT/ REVISI



DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA



dr. Herutami Kusumowardani, MPH Gawat nafas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa jam setelah lahir. Kesukaran bernafas yang menetap atau menjadi progresif 48-96 jam pertama kehidupan. Faktor risiko meliputi: usia kehamilan yang preterm, ibu diabetes mellitus, kehamilan kembar, seksio cesar, partus presipitatus setelah perdarahan antepartum, asfiksia pada masa perinatal dan adanya riwayat sebelumnya ibu yang melahirkan bayi dengan PMH.



• PEMERIKSAAN FISIK



• • • • •



Tanda-tanda vital : takipneu (frekuensi nafas >60 kali/menit). Pernafasan cuping hidung. Merintih. Tarikan dinding dada. Sianosis.



• PEMERIKSAAN



• Rontgen foto toraks : gambaran khas berupa gambaran retikogranular yang seragam dan air bronchograms. Dapat diulang setelah pemberian surfaktan dan pemasangan ventilator untuk menilai pengembangan paru. • Analisis Gas Darah. • Pemeriksaan hematokrit atau hemoglobin. • Kadar gula darah. • Pemeriksaan penanda infeksi : sel darah lengkap, trombosit, kultur darah, kultur cairan amnion dan urin. • Kadar elektrolit dan kadar kalsium. • Echocardiografi (diduga ada kelainan jantung)



• KRITERIA DIAGNOSIS



Bayi kurang bulan (skor Dubowitz atau new Ballard) Takipneu( > 60x/menit ), nafas cuping hidung, retraksi, sianosis yang



menetap atau progresif setelah 48 atau 72 jam pertama kehidupan. • DIAGNOSIS KERJA • DIAGNOSIS BANDING • TERAPI



Hipotensi, hipotermi, edema perifer, edema paru, ronki Penyakit Membran Hialin Hiperplasia Thymus Transient Tachypneu of newborn • Oksigen : CPAP (Continous Positive Airway Pressure) atau ventilator konvensional atau modus HFO(sesuai indikasi) (tingkat evidens I rekomendasi B) • Surfaktan (tingkat evidens I rekomendasi A) • Cairan dan nutrisi : nutrisi parenteral parsial/total sesuai kebutuhan • Antibiotik lini I (sesuai pola kuman setempat) : Ampicillin sulbactam 50 mg/kgBB/kali dan Gentamicin 5 mg/kgBB • Pemasangan akses sentral, seperti kateter umbilikal, percutaneus insertion catether central (PICC) dan central long line serta CVP bila diperlukan. (tingkat evidens II rekomendasi A)



• EDUKASI



 



• PROGNOSIS



Tergantung dari usia prematuritas Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia Ad fungsionam : dubia



• KEPUSTAKAAN







Penjelasan tentang perjalananan penyakit, komplikasi, dan prognosis. Rencana perawatan



Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology: Management, Procedures, On-call Problems, Diseases and drugs. Edisi ke-7. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; • Lacaze-Masmonteil T. Surfactan replacement therapy. Dalam: Donn MS, Sinha SK, penyunting. Neonatal Respiratory Care. Philadelphia: Mosby Elshevier; 2006. h. 396-401. • Hennes HM, Lee MB, Rimm AA, Shapiro DL.Surfactant Replacement Therapy in Respiratory Distress Syndrome.Meta-analysis of Clinical Trials of SingleDose Surfactant Extracts. Am J Dis Child. 1991;145(1):102-104 • Bhuta T, Henderson-Smart DJ. Elective High-frequency Oscillatory Ventilation Versus Conventional Ventilation in Preterm Infants With Pulmonary Dysfunction: Systematic Review and Meta-analyses. Pediatrics; 100(5): 1-7.



• Courtney SE, Durand DJ, Asselin JM, Hudak ML, Aschner JL, Shoemaker CT. High-Frequency Oscillatory Ventilation Versus Conventional Mechanical Ventilation For Very-Low-Birth-Weight Infants. N Engl J Med.2002; 347(9): 643-8.



NAMA



JABATAN TANDA TANGAN



Dibuat Oleh



Ditinjau Oleh



Disahkan Oleh



Dr. Ari Diansyah, Sp.A, M.Biomed



Dr. Emdahril, Sp.OG



dr. Herutami Kusumowardani, MPH



Dokter Spesialis Anak



Ketua Komite Medik



Direktur



BERAT BADAN LAHIR RENDAH KSM : ILMU KESEHATAN ANAK NO. DOKUMEN



NO. TERBIT / REVISI



HALAMAN 1



RSUD SOLOK SELATAN DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA PANDUAN PRAKTEK KLINIS •



PENGERTIAN







ANAMNESIS







PEMERIKSAAN FISIK







PEMERIKSAAN PENUNJANG



• KRITERIA DIAGNOSIS • DIAGNOSIS KERJA



TANGGAL TERBIT/ REVISI



dr. Herutami Kusumowardani, MPH Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu, riwayat persalinan sebelumnya, paritas, jarak dengan kehamilan sebelumnya, kenaikan berat badan selama hamil, aktivitas, penyakit dan obat-obat yang diminum selama hamil  Tanda-tanda vital  Berat badan lahir ditimbang dalam 1 jam setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir  Skor Dubowitz atau new Ballard untuk menilai tanda prematuritas atau tanda cukup bulan (KMK)  Gula darah sewaktu  Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) dan kimia darah sesuai kebutuhan dan kondisi bayi.  Retinopaty of prematurity pada umur 4 minggu atau selambatlambatnya masa gestasi ≤ 34 minggu dan/atau berat lahir < 1600 gram, bila berat lahir 1600 sampai ≤ 2100 gram yang membutuhkan suplemen oksigen.  Pemeriksaan telinga jika berat lahir < 1500 gram atau apgar ≤ 4 menit 1 atau ≤ 6 pada menit 5, ventilasi mekanik > 4 hari, dimulai usia 3 bulan dan dikoreksi sebelum usia 6 bulan.  Osteopenia of prematurity jika berat lahir