PPK Fracture Collum Femur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIKUM KLINIK FISIOTERAPI 1. Fracture Collum Femur Panduan Praktik Klinik Fisioterapi Fractur Collum Femur Kode ICD S72 A. Masalah Kesehatan



1) Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound) yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur jenis ini sangat rentan (Solomon, 2001) Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh dan delapan puluhan (Solomon, 2001)



2) Klasifikasi Lokasi anatomi: Subcapital(palingsering) TranscervicalBasicervical



Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana klasifikasi ini dibuat berdasarkan pergeseran yang nampak pada hasil



sinar-x sebelum reduksi.1



- Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana caput femoris miring ke arah valgus yang berhubungan dengan collum femoris



- Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran - Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial - Garden Type IV:fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan



Klasifikasi Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis horizontal2:







Tipe I : >30 derajat







Tipe II: 50 derajat







Tipe III: > 70 derajat



3) Prevalensi Berdasarkan data Depkes RI pada tahun 2011 sebanyak 45.987 orang mengalami fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang diantaranya mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9.702 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.. 4) Insidensi Insidensi fraktur ini meningkat seiring dengan usia dan merupakan fraktur paling sering pada usia lanjut terutama pada usia 70-80 tahun. Angka kejadian



fraktur collum femoris di Amerika Serikat adalah sebesar 63.3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk wanita dan 27.7 kasus per 100.000 orang per tahun untuk pria 5) Etiologi Fraktur collum femur lebih banyak terjadi pada ras kaukasian, wanita post menopause, dan penderita osteoporosis. Fraktur ini biasanya terjadi akibat trauma. Pada penderita osteoporosis kecelakaan yang ringan saja sudah bisa menyebabkan fraktur. Pada orang usia muda fraktur biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Densitas tulang rendah dapat disebabkan oleh permasalahan kesehatan lain misalnya diabetes melitus, stroke, konsumsi alkohol dan osteomalasia 6) Faktor resiko Faktor risiko terbesar pada fraktur femur proksimal (hip fracture) pada pasien dewasa tua adalah osteoporosis dan jatuh (Marks, 2009). Tetapi juga ada faktor risiko lain, seperti kelemahan otot. a. Osteoporosis Menurut WHO, osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik, dan bagian anggota tubuh yang seringkali mengalami fraktur yaitu thorak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur proksimal. Faktor penting yang menyebabkan fraktur berkaitan dengan osteoporosis yaitu interaksi antara geometri tulang dan dinamika terjatuh atau kecelakaan (trauma) serta keadaan lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat berdiri sendiri atau dapat berhubungan dengan rendahnya densitas tulang. b. Jatuh Diperkirakan bahwa sekitar 3 sampai 60 persen orang dewasa tua yang tinggal di komunitas jatuh setiap tahun. Sekitar 90% kejadian fraktur femur proksimal pada orang tua terjadi akibat jatuh yang sederhana dari posisi berdiri. Pada wanita mengalami fraktur proksimal femur lebih sering karena tingginya tingkat osteoporosis. Rata-rata, wanita yang mengalami fraktur femur proksimal berusia 77 tahun sedangkan pada pria berusia 72 tahun (Marks, 2009). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis karakteristik jatuh yang menjadi risiko terjadinya fraktur femur proksimal. Arah terjadinya jatuh merupakan determinan yang penting pada kejadian fraktur femur proksimal. Saat mengalami jatuh, risiko fraktur akan meningkat 6 kali saat jatuh ke arah samping (sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward fall) atau ke belakang (backward fall). Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi lateral pelvis meningkatkan risiko fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke sisi lainnya, selain itu jatuh berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur lebih tinggi dibanding saat berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur potensial energi meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan jaringan lunak pada regio trokhanter, kekuatan otot, kontrol neuromuskular dan kemampuan respon protektif seseorang (Johannesdottir,2012). c. Kelemahan Otot Beberapa peneliti telah menyimpulkan bahwa kelemahan otot, yang pada umumnya terkait dengan tanggapan refleks lambat secara signifikan dapat



meningkatkan kemungkinan jatuh karena gangguan tak terduga, sehingga meningkatkan



resiko



fraktur



femur



proksimal.



Penelitian



terkait



menunjukkan rendahnya tingkat kekuatan otot juga dapat meningkatkan risiko mengalami fraktur femur proksimal karena berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap kepadatan tulang dan shock otot dalam menyerap kapasitas. Tidak mengherankan, peningkatan risiko jatuh dan mengalami fraktur femur proksimal telah secara khusus dicatat dalam hubungan dengan gangguan otot di pergelangan kaki, pinggul dan lutut, kekuatan tubuh rendah pada umumnya dan disfungsi ekstremitas bawah (Marks, 2009). 7) Patofisiologi Secara umum, patofisiologi fraktur leher femur dibedakan berdasarkan usia, antara populasi muda dan populasi lanjut usia. Pada populasi muda, fraktur dapat dihubungkan dengan individu yang aktif, dengan aktivitas fisik berat baru atau perubahan pada aktivitas contohnya pada pelari atau atlit marathon. Pada populasi lanjut usia, fraktur lebih sering terjadi, sering kali terpengaruh oleh osteoporosis dan memberi prognosis yang sangat buruk.   Patofisiologi Fraktur Leher Femur pada Populasi Lanjut Usia Fraktur leher femur pada pasien lanjut usia terjadi karena mekanisme berikut: 1. Pasien jatuh dan secara langsung mengenai bagian lateral panggul. 2. Mekanisme berputar (twist): kaki pasien kokoh di tanah tetapi badan berputar. 3. Otot lelah (muscle fatigue): ketidakseimbangan otot menyebabkan gangguan pada fisiologi normal otot dan tulang dalam menahan beban, serta mengganggu kemampuan otot dalam menyerap beban, sehingga beban akan dialihkan ke collum femur Patofisiologi Fraktur Leher Femur pada Populasi Muda  Berbeda dengan populasi lanjut usia, trauma yang menyebabkan fraktur leher femur pada populasi muda bersifat high impact dengan penyebab umum seperti kecelakaan sepeda motor atau jatuh dari ketinggian. Trauma juga dapat disebabkan oleh peningkatan intensitas dan kuantitas aktivitas fisik atau aktivitas baru pada pasien aktif. Jika panggul pada posisi abduksi saat kejadian, fraktur leher femur yang terjadi. Bila panggul pada posisi adduksi, akan ditemukan fraktur-dislokasi. Pertimbangan Anatomis terhadap Penyembuhan Collum Femur dan Risiko Nonunion Vaskularisasi di bagian panggul terdiri dari 3 bagian utama:



1. cincin arteri ekstrakapsular di dasar leher femur  2. cabang-cabang servikal dari cincin arteri di permukaan leher femur  3. arteri ligamentum teres.  Gangguan pada vaskularisasi ini dapat menyebabkan komplikasi dan kondisi klinis yang berbahaya seperti osteonekrosis dan nonunion. Hal penting untuk diketahui adalah bahwa collum femur terdiri dari periosteum yang tipis, cancellous bone yang sedikit, dan memiliki vaskularisasi yang buruk yang akan terpengaruh oleh fraktur . Terlebih lagi, fraktur pada collum femur sering kali intrakapsular yang berarti cairan synovial dapat menghambat



proses



penyembuhan.



faktor angiogenic-inhibiting yang



Cairan



berperan



synovial dalam



memiliki



menghambat



penyembuhan fraktur. Demikian cairan synovial, bersama dengan vaskularisasi yang buruk, periosteum yang tipis dan cancellous bone yang sedikit membuat penyembuhan pada collum femur sulit dan sering ditemukan nonunion 8) Patomekanik Fracture Collum Femur Terjadinya nyeri gerak pada lower ekstermitas mengakibatkan adanya kelemahan otot – otot lower ekstermitas serta menimbulkan kekakuan pada sensi ekstermitas bawah sehingga pasien fracture collum femur sulit untuk melakukan aktivitas sehari – hari B. Pemeriksaan Fisioterapi



1) History Taking Melakukan penelusuran melalui keluhan utama berupa nyeri pada daerah paha, terjadi perbedaan panjang tungkai. Adanya nyeri gerak ketika menggerakan hip kearah adduksi dan internal rotasi. 2) Test Singkat 



Krepitasi







Inspeksi panjang tungkai







Test Gerak Adduksi dan internal rotasi .



3) Red Flag



4) Evidance Based Practice



 C. Pemeriksaan Penunjang



1) Rontgen Dapat mendefinisikan Fr.Collum Femur 2) MRI Dapat mendefinisikan Fr.Collum Femur .



D. Penetapan



1) Nyeri pada bagian lower ekstermitas (b28015)



Diagnosa



2) Keterbatasan berdiri secara stabil ( e4104),



Fisioterapi



3) Thightness pada otot (b7800),



sesuai ICF



4) Gangguan berjalan (b770) 5) Keterbatasan gerak (b710)



E. Prognosis : 1) Potensi /kemapuan 



Jangka pendek : Duduk, Berdiri







Jangka panjang : Berjalan



2) Partisipasi Pasien dapat kembali beraktivitas sehari – hari dengan normal F. Intervensi 1) Body Structure and function impairment target 



Aktivasi otot-otot Extremitas Atas dan Bawah







Fasilitasi berjalan







Strengthening Otot Lower Ekstermitas







Adaptasi berdiri



2) Activity limitation and participatipation restriction  Latihan dari duduk ke tiduran  Latihan dari duduk ke berdiri  Latihan berdiri stabil  Latihan berdiri dan berjalan menggunakan alat bantu jalan 3) Contextual factor target 



Menggunakan alat bantu jalan seperti walker atau crutch







Memberi edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien.



G. Reevaluasi 1) Resume penghentian



Program fisioterapi dihentikan jika target berjalandengan bantuan alat bantu atau tidak sudah mendekati normal , atau bisa juga jika tidak mencapai kemajuan sehingga perlu dirujuk 2) Referral/merujuk Dirujuk ke yang lebih berkompeten dalam meningkatkan kemampuan pasien 3) Perubahan 



Hasil post treatment setelah 12 minggu intervensi, berjalan selama 6 menit (6 meniutes walking)







Latihan duduk ke berdiri dengan frekuensi yang lambat dapat meningkatkan 6 Minute Walk Distance



4) Objective evaluation dan outcome measure 



Mobilitas fungsional dinilai menggunakan Timed Up and Go Test







Kekuatan otot tungkai bawah menggunakan dinamometer, selective voluntary motor control menggunakan SCALE, 6 minute walk distance



H. Edukasi Kesehatan Fisioterapi



1. Keluarga disarankan untuk mengetahui bagaimana cara – cara yang baik dan benar pada saat



lansia duduk, berdiri dan berjalan. Ini bertujuan untuk



mencegah timbulnya kecacatan sekunder dan membuat lansia merasa nyaman saat ia dirawat dirumah dalam kondisi apapun. 2. Untuk kegiatan yang lainnya seperti buang air besar, mandi, makan – minum dan bermain. Tidur lansia harus diperhatikan dengan sebaik mungkin untuk I.



Dokument asi



bertujuan supaya tidak terjadi hal – hal yang merugikan terhadap lansia. 1) Goal Treatment Berdiri 2) Aktivitas 3) Keterbatasan dalam berjalan ( d4500) 4) Keterbatasan dalam berdiri dengan stabil ( e4104) 5) Partisipasi



Kelemahan pada saat melakukan aktivitas sehari-hari ( d230) 6)



Impairment a. Nyeri pada bagian lower ekstermitas (b28015) b. Keterbatasan berdiri secara stabil ( e4104),



7) Resume Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound) yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur jenis ini sangat rentan Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh dan delapan puluhan. Pasien dengan Fracture Collum Femur, ia akan mengalami kesulitan didalam berdiri dan berjalan sehingga kesulitan untuk berpindah tempat. Fisioterapis dalam hal ini dapat melakukan beberapa intervensi dengan adanya Evidance Based yang terkait dengan berupa latihan sit to stand ( latihan duduk ke berdiri), latihan kekuatan fungsional. Setelah dilakukannya intervensi, pasien mengalami perubahan yang dimana dengan tujuan jangka pendeknya pasien dapat berdiri serta tujuan jangka panjang pasien dapat berjalan dengan alat bantu ataupun tidak. J. Kepustaka an



Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of Orthopaedic and Fractures, 8th Ed. Arnold, 2001. Hal: 847-52. 2. Egol, K dkk. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 3rd Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2002. Hal: 319-28. 3. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier Saunders, 2010. Hal: 251-7. 4. Rex, C. Examination of Patient withBone and Joint Injuries; Clinical Assessment and Examination in Orthopedics, 2nd Ed. Jaypee Brothers



Medical, 2012. Hal: 17-21. 5. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition. Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6. 6. Skinner, H. Femoral Neck Fractures. Current Essentials Orthopedics.McGraw-Hill, 2008. Hal: 37. 7. Frassica, F dkk. Femoral Neck Fractures. 5-Minute Orthopaedic Consult, 2nd Ed.Lippincott Williams & Wilkins, 2007.Hal: 127.