PPK Kulit Kelamin 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTEK KLINIS KULIT & KELAMIN VAGINOSIS BAKTERIAL



1. 2.



No. ICD 10 Diagnosis



A64 Vaginosis bakterial



Pengertian



5.



Pemeriksaan Fisik



Sindrom klinis akibat perubahan flora normal vagina yang ditandai adanya duh tubuh vagina berwarna putih keabuan dan berbau amis seperti bau ikan yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob lainnya seperti Bacteroides spp. dan Mobiluncus spp. Keputihan yang berbau amis seperti bau ikan, terutama setelah melakukan hubungan seksual Vagina: duh tubuh yang homogen, berwarna putih keabuan dan melekat pada dinding vagina.



6.



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



Diagnosis Banding



1.Kandidosis vulvovaginal 2.Trikomoniasis



3.



4.



7.



8. 9.



Anamnesis



Pemeriksaan Penunjang Konsultasi



10. Perawatan Rumah Sakit



Terapi / tindakan 11. (ICD 9-CM) 12. Tempat Pelayanan



13. Penyulit 14. Informed Consent



1.Preparat Gram: ditemukan clue cell 2.Tes amin (Sniff test): berbau amis seperti bau ikan 3.pH vagina > 4,5 Obstetri dan Ginekologi Rawat jalan 1.Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau 2.Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau 3.Klindamisin 300 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari Poliklinik Kulit dan Kelamin 1.Penyakit radang panggul 2.Pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, korioamnionitis, infeksi cairan amnion, infeksi nifas, kelahiran prematur dan his prematur. Tidak perlu



15. Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16. Lama Perawatan



5 – 7 hari



17. Masa Pemulihan



5 – 7 hari



18. Hasil



Sembuh



19. Patologi



Tidak perlu



1



20. Otopsi



Tidak perlu



21. Prognosis



Bonam



22. Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23. Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24. Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25.Edukasi



1.Menghilangkan faktor predisposisi seperti penggunaan bahan antiseptik vaginal atau bahan pembilas vagina (vaginal douche). 2.Pasien dengan pengobatan metronidazol agar disarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut sampai dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir dan diminum sesudah makan.



26. Kepustakaan



1.Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2.Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3.department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



2



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR 1. No. ICD 10



A60.0



2. Diagnosis



Herpes Genitalis



3. Pengertian



Penyakit infeksi pada genitalia yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala yang khas berupa vesikel atau erosi multipel di atas kulit/mukosa yang eritema dan bersifat rekuren.



4. Anamnesis



HERPES GENITALIS 2014



Bintil-bintil berair pada daerah kelamin yang mudah pecah dan menjadi luka. Sebelum muncul bintil-bintil berair dapat diawali oleh rasa terbakar atau gatal. Dapat disertai keluhan lain seperti demam dan nyeri otot.



5. Pemeriksaan Fisik



1. Infeksi primer: Gerombolan vesikel di atas kulit eritema, dapat disertai pembesaran kelenjar limfe regional yang nyeri pada perabaan. Lokasi: Pria umumnya pada prepusium, glans penis, batang penis, uretra dan daerah anal pada homoseksual, jarang pada skrotum. Wanita umumnya pada labia mayora/minora, klitoris, introitus vagina atau serviks.



2. Infeksi rekuren: Gejala lebih ringan. Lokasi umumnya sama dengan lokasi infeksi primer, biasanya tidak disertai gejala konstitusi. Lesi berupa vesikel bergerombol di atas kulit eritema tapi jumlah lesi lebih sedikit dan unilateral. Limfadenopati inguinal dapat dijumpai. 3. Infeksi asimtomatik: tidak memberikan gejala klinis, tapi ada HSV di dalam tubuhnya. 6. Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7. Diagnosis Banding



1. Ulkus mole 2. Afek primer limfogranuloma venereum 3. Herpes zoster 4. Ulkus durum



8. Pemeriksaan Penunjang



1. Pemeriksaan sitologi (Tzanck test): ditemukan sel datia berinti banyak (multinucleated giant cell) 2. Serologi: adanya antibodi spesifik (IgM atau IgG anti HSV-2 & HSV-1) 3



9.



Konsultasi



Obstetri dan Ginekologi



10. Perawatan Rumah Sakit



1. Rawat inap pada kasus herpes genitalis primer yang berat. 2. Rawat jalan pada kasus herpes genitalis primer dan rekuren.



11. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Infeksi primer: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 7 hari atau valasiklovir per oral 2x500 mg selama 7 hari. 2. Infeksi rekuren: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 5 hari atau valasiklovir 2x500 mg per oral selama 5 hari. 3. Antipiretik bila demam. 4. Topikal: kompres larutan salin, povidon iodine 1%. 5. Untuk mengurangi nyeri: analgetik seperti asam mefenamat 500 mg per oral @ 8 jam atau antalgin 500 mg per oral @ 8 jam. 6. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik seperti amoksisilin + asam klavulanat 625 mg per oral @ 8 jam, bila alergi terhadap golongan penisilin diberikan eritromisin 500 mg @ 6 jam.



12. Tempat Pelayanan



1. Ruang rawat inap untuk kasus herpes genitalis primer yang berat. 2. Poliklinik Kulit dan Kelamin untuk kasus herpes genitalis primer dan rekuren.



13. Penyulit



1. 2. 3. 4. 5.



14. Informed Consent



Tidak perlu



15. Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16. Lama Perawatan



5 – 7 hari



17. Masa Pemulihan



7 – 10 hari



18. Hasil



Sembuh, tetapi dapat terjadi rekurensi



19. Patologi



Tidak perlu



20. Otopsi



Tidak perlu



21. Prognosis



Dubius ad bonam



22. Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23. Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24. Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis



25. Edukasi



1. Abstinensia melakukan hubungan seksual sampai sembuh secara klinis. 2. Penggunaan kondom secara konsisten untuk mencegah penularan kepada pasangan seksual



26. Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.



Infeksi sekunder Konstipasi, inkontinensia dan atau retensi urin Meningitis aseptik Herpes genitalis pada kehamilan Herpes genitalis pada imunokompromais



4



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR



KANDIDOSIS VULVOVAGINAL DAN BALANITIS KANDIDA 2014



1.



No. ICD 10



B37.3 (Kandidosis vulvovaginal) B37.4 (Balanitis kandida)



2.



Diagnosis



Kandidosis vulvovaginal Balanitis kandida



3.



Pengertian



Kandidosis vulvovaginal (KVV) adalah infeksi Candida spp. khususnya Candida albicans pada vagina dan/atau vulva. Ditandai dengan keputihan menggumpal seperti susu yang tidak berbau dan disertai rasa gatal. Balanitis kandida adalah infeksi Candida spp. pada glans penis. Ditandai dengan rasa gatal atau panas di sekitar kelamin



4.



Anamnesis



1. Pada wanita: keputihan yang tidak berbau tetapi disertai rasa gatal atau panas pada kemaluan dan daerah sekitarnya. 2. Pada pria: rasa gatal atau panas di sekitar kelamin.



5.



Pemeriksaan Fisik



1. Pada wanita: Dinding vagina: eritema dan edema disertai duh tubuh berwarna putih (pseudomembran), menggumpal seperti susu basi atau gumpalan keju (cottage cheese). Vulva dan lipat paha: maserasi, pseudomembran, fisura dan lesi satelit papulopustuler. 2. Pada pria: mukosa glans penis eritema dan edema disertai pseudomembran berwarna putih di atasnya serta dapat dijumpai fisura pada prepusium.



6.



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.



7.



Diagnosis Banding



1. Wanita: trikomoniasis, vaginosis bakterial. 2. Pria: fixed drug eruption, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan.



8.



Pemeriksaan Penunjang



1. Preparat KOH 10-20 %: ditemukan blastospora dan pseudo hifa. 2. Preparat Gram dari duh tubuh vagina dan uretra: ditemukan blastopsora.



9.



Konsultasi



Obstetri dan Ginekologi



10. Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Pada kandidosis vulvovaginal tanpa kehamilan: a. Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal, atau *



b. Flukonazol 150 mg per oral dosis tunggal, atau * c. Itrakonazol 200 mg per oral dosis tunggal, atau 5



d. Nistatin 100.000 IU intravagina setiap hari selama 7 hari 2. Pada kandidosis vulvovaginal dengan kehamilan, pengobatan yang dianjurkan hanya derivat azol topikal 3. Pada pria: krim nistatin atau klotrimazol topikal yang dioleskan 2 kali sehari selama 7 hari * Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun. 12. Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13. Penyulit



1. Kandidosis vulvovaginal rekuren dan kronis 2. Ko-infeksi dengan bakterial vaginosis dan trikomoniasis 3. Kandidosis vulvovaginal dan balanitis kandida pada imunokompromais



14. Informed Consent



Tidak perlu



15. Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16. Lama Perawatan



5 - 7 hari



17. Masa Pemulihan



5 - 7 hari



18. Hasil



Sembuh



19. Patologi



Tidak perlu



20. Otopsi



Tidak perlu



21. Prognosis



Bonam



22. Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23. Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24. Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25. Edukasi



1. Pada wanita agar menghilangkan faktor predisposisi seperti penggunaan bahan antiseptik vaginal atau bahan pembilas vagina (vaginal douche). 2. Pada pria agar menjaga daerah glans penis tetap kering dan bersih, salah satu caranya dengan sirkumsisi. 3. Pada kasus yang sering mengalami kekambuhan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada pasangan seksualnya.



26. Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



6



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR



TRIKOMONIASIS 2014



1. No. ICD 10



A59



2. Diagnosis



Trikomoniasis



3. Pengertian



Penyakit infeksi pada traktus urogenitalis bagian bawah wanita maupun pria yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada wanita ditandai dengan adanya keputihan, jumlah banyak, warna kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa gatal dan perih pada kemaluan dan kulit sekitarnya. Pada pria ditandai dengan adanya rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing kadang disertai keluarnya cairan dari saluran kencing.



4. Anamnesis



1. Keluhan umumnya muncul 2 – 28 hari setelah berhubungan seksual 2. Pada wanita:







Umumnya mengeluh adanya keputihan, jumlah banyak, warna kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa gatal dan perih pada kemaluan dan kulit sekitarnya.







Keluhan lain yang mungkin terjadi: nyeri saat kencing, sering kencing, nyeri saat berhubungan seksual, perdarahan setelah berhubungan seksual dan perdarahan diantara siklus menstruasi. 3. Pada pria: Rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing kadang disertai keluarnya cairan dari saluran kencing.



5. Pemeriksaan Fisik



1. Pada wanita: Dinding vagina eritema, edema, dengan duh tubuh berwarna kuning kehijauan, berbuih dan berbau busuk. Serviks dapat ditemukan bintik-bintik perdarahan sehingga menyerupai granuloma (strawberry cervix). 2. Pada pria: orifisium uretra eksternum tampak eritema, edema disertai keluarnya duh tubuh serous, mukoid atau seropurulen.



6. Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.



7. Diagnosis Banding



1. Pada wanita: vaginosis bakterial, kandidosis vulvovaginal, servisitis gonokokal, servisitis nongonokokal. 2. Pada pria: uretritis gonokokal, uretritis non gonokokal.



8. Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan fisiologis untuk mengamati adanya Trichomonas vaginalis. pH vagina: > 5



9. Konsultasi



Obstetri dan Ginekologi 7



10. Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Pada wanita: a. Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau b. Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau 2. Pada pria: Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari



12. Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13. Penyulit



Trikomoniasis rekuren dan persisten



14. Informed Consent



Tidak perlu



15. Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16. Lama Perawatan



7 - 14 hari



17. Masa Pemulihan



7 hari



18. Hasil



Sembuh



19. Patologi



Tidak perlu



20. Otopsi



Tidak perlu



21. Prognosis



Bonam



22. Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23. Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24. Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25. Edukasi



1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual 2. Abstinensia hubungan seksual sampai pasien dan pasangan seksualnya sembuh secara klinis dan laboratorium 3. Selama pengobatan dengan metronidazol, pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut sampai dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir.



26. Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



8



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR



URETRITIS GONOKOKAL 2014



1



No. ICD 10



A54.0



2



Diagnosis



Uretritis Gonokokal



3



Pengertian



Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada uretra yang ditandai dengan keluarnya duh tubuh purulen dan nyeri saat kencing.



4



Anamnesis



Keluar nanah berwarna putih susu dari saluran kencing disertai nyeri 2-7 hari setelah berhubungan seksual.



5



Pemeriksaan Fisik



Orifisium uretra eksternum (OUE) tampak eritema, edema, ektropion disertai keluarnya duh tubuh purulen atau mukopurulen.



6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



Uretritis non gonokokal



8



Pemeriksaan Penunjang



9



Konsultasi



Mikrobiologi Klinik



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Uretritis gonokokal non komplikata: a. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal, atau



1. Pemeriksaan Gram: peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear > 5/lapang pandang serta adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler (pembesaran 1000X). 2. Biakan pada media Thayer Martin diikuti dengan tes oksidase, tes fermentasi dan uji kepekaan. 3. Tes beta laktamase untuk mengetahui strain Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).



b. Levofloksasin* 500 mg per oral dosis tunggal, atau c. Kanamisin 2 gram injeksi intramuskuler dosis tunggal, atau d. Tiamfenikol* 3,5 mg per oral dosis tunggal atau e. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal 2. Uretritis gonokokal komplikata: a. Sefiksim 400 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau b. Levofloksasin* 500 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau c. Kanamisin 2 gram intramuskular @ 24 jam selama 3 hari, atau d. Tiamfenikol* 3,5 mg per oral selama 3 hari, atau e. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun 9



12 Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13 Penyulit



Epididimitis, orkitis



14 Informed Consent



Tidak perlu



15 Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16 Lama Perawatan



5-7 hari



17 Masa Pemulihan



5-14 hari



18 Hasil



Sembuh



19 Patologi



Tidak perlu



20 Otopsi



Tidak perlu



21 Prognosis



Bonam



22 Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin hari ke-3, 7 dan 14 pasca pemberian terapi antibiotik.



23 Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24 Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25 Edukasi



1. Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan laboratorium. 2. Pengobatan pada pasangan seksual.



26 Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



10



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR



URETRITIS NON GONOKOKAL 2014



1.



No. ICD 10



A56.0



2.



Diagnosis



Uretritis Non Gonokokal



3.



Pengertian



Infeksi traktus urogenital pada pria yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum tetapi tidak dapat ditemukan dengan pemeriksaan laboratorium sederhana. Ditandai adanya rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing disertai keluarnya cairan bening yang umumnya keluar pada pagi hari (morning drops).



4.



Anamnesis



Terdapat keluhan rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing disertai keluarnya cairan bening yang umumnya keluar pada pagi hari (morning drops). Keluhan tersebut muncul 1 – 5 minggu setelah berhubungan seksual.



5.



Pemeriksaan Fisik



Orifisium uretra eksternum mengalami peradangan ringan atau tampak normal. Dijumpai pula adanya duh tubuh yang serous atau mukoid dalam jumlah yang sedikit.



6.



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7.



Diagnosis Banding



Uretritis gonokokal



8.



Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan Gram dari apusan duh tubuh uretra: a. Ditemukan peningkatan leukosit polimorfonuklear > 5/lapang pandang (pembesaran 1000X). b. Tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler. Sedimen urin ditemukan > 15 leukosit polimorfonuklear/lapang pandang (pembesaran 400X).



9.



Konsultasi



Tidak perlu



10. Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Doksisiklin* 100 mg @ 12 jam per oral selama 7 hari, atau 2. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau 3. Eritromisin 500 mg @ 6 jam per oral selama 7 hari, atau 4. Tetrasiklin* 500 mg @ 6 jam per oral selama 7 hari *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun.



12. Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13. Penyulit



Epididimitis, proktitis dan Reiter’ s syndrome 11



14. Informed Consent



Tidak perlu



15. Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16. Lama Perawatan



7 – 14 hari



17. Masa Pemulihan



7 – 14 hari



18. Hasil



Sembuh



19. Patologi



Tidak perlu



20. Otopsi



Tidak perlu



21. Prognosis



Bonam



22. Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23. Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24. Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25. Edukasi



1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual. 2. Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan laboratorium. 3. Pasien dengan pengobatan azitromisin dan eritromisin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada saat lambung kosong.



26. Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



12



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR



SERVISITIS NON GONOKOKAL 2014



1



No. ICD 10



A56.0



2



Diagnosis



Servisitis Non Gonokokal



3



Pengertian



Infeksi traktus genital pada wanita, terutama pada serviks, yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum tetapi tidak dapat ditemukan dengan pemeriksaan laboratorium sederhana. Ditandai dengan adanya keputihan warna kekuningan.



4



Anamnesis



Gejala sering tidak khas, tanpa gejala atau sangat ringan. Pada kasus yang bergejala umumnya mengeluh adanya keputihan warna kekuningan. Keluhan umumnya muncul 1 – 5 minggu setelah hubungan seksual yang dicurigai.



5



Pemeriksaan Fisik



Terdapat duh tubuh serviks yang serous, mukoid atau mukopurulen. Pada serviks dapat dijumpai gambaran eritema, edema, ektopi, erosi serviks dan folikel-folikel kecil (microfollicles) yang mudah berdarah.



6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



Servisitis gonokokal, trikomoniasis



8



Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan Gram dari apusan duh tubuh serviks: 1. Ditemukan > 30 leukosit polimorfonuklear/lapang pandang dengan pembesaran 1000X. 2. Tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler.



9



Konsultasi



Tidak perlu



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Doksisiklin* 100 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau 2. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau 3. Tetrasiklin* 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari, atau 4. Eritromisin 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun.



12



Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13



Penyulit



Bartolinitis, Fitz-Hugh-Curtis Syndrome (endometritis, salpingitis dan perihepatitis).



14



Informed Consent



Tidak perlu



15



Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin 13



16 Lama Perawatan



7 - 14 hari



17 Masa Pemulihan



7 hari



18 Hasil



Sembuh



19 Patologi



Tidak perlu



20 Otopsi



Tidak perlu



21 Prognosis



Bonam



22 Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23 Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24 Indikator Medis



Sembuh secara klinis dan laboratorium



25 Edukasi



1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual. 2. Abstinensia melakukan hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan laboratorium. 3. Eritromisin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada saat lambung kosong.



26 Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



14



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN SIFILIS 2014



RSUP SANGLAH DENPASAR 1



No. ICD 10



A51.0



2



Diagnosis



Sifilis



3



Pengertian



Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Merupakan penyakit kronis, bersifat sistemik dan dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Sifilis mempunyai tiga stadium yaitu sifilis primer, sekunder dan tersier. Ada masa laten (laten dini < 1 tahun dan laten lanjut > 1 tahun) tanpa manifestasi klinis tetapi dapat ditularkan kepada orang lain.



4



Anamnesis



a. Pada sifilis primer keluhan berupa luka pada kelamin yang tidak nyeri. b. Pada sifilis sekunder keluhan dapat berupa kerontokan rambut dan/atau bercak kemerahan pada badan, telapak tangan atau telapak kaki tanpa disertai rasa gatal. c. Pada sifilis tersier keluhan berupa pusing, kaku kuduk, penurunan kesadaran, kelumpuhan,kejang dan nyeri dada.



5



Pemeriksaan Fisik



a. Sifilis Primer: terdapat ulkus atau erosi bentuk bulat atau bulat lonjong, tepi landai, bersih, kulit sekitarnya tidak meradang, relatif tidak nyeri (indolen) dan teraba keras (indurasi). Lokasi pada sulkus koronarius (laki-laki) dan labia minora dan mayora (wanita). Kelenjar limfe regional membesar, soliter dan tidak nyeri. b. Sifilis sekunder: muncul 6-8 minggu sesudah infeksi, lebih banyak sebagai kelainan kulit berupa makula, papul atau papuloskuamosa berwarna merah tembaga, kadang-kadang terdapat pustul. Lesi terutama terdapat pada badan, telapak tangan, telapak kaki, dan tidak terasa gatal. Disamping itu terdapat pula kondiloma lata, lesi pada mukosa mulut atau genital (mucous patches) dan alopesia. Terdapat limfadenopati generalisata. c. Sifilis tersier: muncul 1-20 tahun sesudah infeksi, melibatkan kulit, tulang, sistem saraf pusat dan organ dalam terutama jantung dan pembuluh darah besar. Kelainan yang dapat dijumpai berupa lesi noduloulseratif destruktif yang disebut gumma, osteomielitis, osteitis, kekakuan dan nyeri gerak dengan disertai berbagai tanda akan terjadinya meningitis, kejang, penurunan kesadaran, penyakit arteri koroner maupun regurgitasi aorta.



6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



1. Sifilis primer: herpes genitalis, ulkus mole, ulkus piogenik, afek primer limfogranuloma venereum, skabies. 15



2. Sifilis sekunder: erupsi obat, morbili, pityriasis rosea, psoriasis vulgaris, kondiloma akuminata, alopesia areata. 3. Sifilis tersier: jamur sistemik, tuberkulosis kutis, keganasan. 8



Pemeriksaan Penunjang



1. Mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) dengan spesimen berasal dari ulkus, lesi kulit dan/atau aspirasi kelenjar: ditemukan gerakan Treponema pallidum. 2. Pemeriksaan untuk menentukan antibodi non spesifik: tes VDRL (Venereal Disease Research Laboratory), tes RPR (Rapid Plasma Reagin). 3. Pemeriksaan antibodi spesifik: tes TPHA (Treponema Pallidum Haemaglutination Assay).



9



Konsultasi



1. Bagian Pediatri untuk kasus sifilis kongenital 2. Bagian Neurologi untuk kasus neurosifilis



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini) 1. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler dosis tunggal, atau 2. Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler @ 24 jam selama 10 hari 3. Bila alergi penisilin diberikan: a. Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg per oral @ 6 jam selama 30 hari, atau b. Doksisiklin* 100 mg per oral @ 12 jam selama 30 hari, atau c. Eritromisin stearat 500 mg per oral @ 6 jam selama 30 hari 2. Sifilis lanjut (sifilis laten lanjut, kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna), kecuali neurosifilis 1. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler 1x/minggu selama 3 minggu berturut-turut atau 2. Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler 24 jam selama 21 hari berturut-turut 3. Bila alergi penisilin diberikan: a. Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg @ 6 jam selama lebih dari 30 hari, atau b. Doksisiklin* 100 mg @ 12 jam selama lebih dari 30 hari, atau c. Eritromisin stearat 500 mg @ 6 jam selama lebih dari 30 hari 3. Pengobatan neurosifilis: 1. Aqueous benzylpenisilin 12 – 24 juta unit intravena, diberikan sebanyak 2 – 4 juta unit @ 4 jam dalam sehari selama 14 hari atau 2. Prokain benzilpenisilin 1,2 juta unit intramuskuler + probenesid 500 mg per oral @ 6 jam selama 10 – 14 hari. 4. Sifilis kongenital: Setiap bayi sebelum diberi pengobatan harus diperiksa cairan sumsum tulang belakang (CSTB) untuk memperoleh pengobatan dasar o Bayi yang menderita sifilis kongenital dini dengan kelainan CSTB: 1. Penisilin G kristalin 50.000 unit/kgBB intramuskuler atau intravena @ 12 jam selama 10 hari, atau 16



o



2. Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB intramuskuler @ 24 jam selama 10 hari Bayi dengan CSTB normal:



o



a. Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB intramuskuler @ 24 jam selama 10 hari, atau b. Penisilin G Benzatin 50.000 unit/kg BB intramuskuler dosis tunggal Antibiotik selain penisilin tidak dianjurkan



o Terhadap sifilis kongenital > 2 tahun, dosis tidak lebih dari sifilis lanjut yang didapat. o Setelah masa neonatus, untuk yang alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin dengan dosis tidak lebih dari sifilis didapat (Dosis anak: tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari, eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari, doksisiklin 2-4 mg/kgBB/hari) *Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun. 12 Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13 Penyulit



Sifilis pada penderita imunokompromais



14 Informed Consent



Perlu



15 Tenaga Standar



Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin



16 Lama Perawatan



Sifilis dini: 1 hari, sifilis lanjut: 3 minggu



17 Masa Pemulihan



Sifilis dini: 1 tahun, sifilis lanjut: 2 tahun



18 Hasil



Sembuh



19 Patologi



Tidak perlu



20 Otopsi



Tidak perlu



21 Prognosis



Bonam



22 Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin untuk evaluasi klinis dan serologis sesudah 3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dan ketiga dilakukan sesudah 6 bulan dan 12 bulan. Untuk sifilis lanjut dievaluasi sampai 24 bulan.



23 Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24 Indikator Medis



Perbaikan secara klinis dan laboratorium (serologis)



25 Edukasi



1. Menerangkan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebab dan perjalanan penyakit. 2. Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya. 3. Kemungkinan tertular HIV. 4. Pemeriksaan terhadap pasangan seksualnya.



26 Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 17



2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



18



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN ULKUS MOLE 2014



1



RSUP SANGLAH DENPASAR No. ICD 10



A57



2



Diagnosis



Ulkus Mole



3



Pengertian



Infeksi genitalia yang disebabkan oleh Haemophilus Ducreyi ditandai adanya ulkus multipel, tertutup jaringan nekrotik dan terasa nyeri.



4



Anamnesis



Muncul beberapa luka yang nyeri pada kelamin, kurang lebih 1- 4 minggu setelah kontak seksual disertai pembengkakan pada kelenjar di lipat paha.



5



Pemeriksaan Fisik



Ulkus multipel, nyeri, lunak pada perabaan, bentuk seperti cawan, dinding bergaung, dengan tepi yang tidak teratur. Dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah dan di tutup jaringan nekrotik purulen berwarna kuning keabuan. eritema.



Ulkus biasanya meluas ke perifer dan kulit disekitar ulkus tampak



Lokasi ulkus pada pria umumnya adalah prepusium, sulkus koronarius, frenulum, atau batang penis. Pada wanita sering pada labia, klitoris, vestibulum. Dapat terjadi autoinokulasi sehingga dapat timbul pada pubis, paha dan abdomen. 6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



1. 2. 3. 4.



8



Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan Gram dari apusan dasar lesi



9



Konsultasi



Mikrobiologi Klinik



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. Siprofloksasin 500mg @ 12 jam selama 3 hari, atau 2. Eritromisin base 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari, atau 3. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau 4. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal 5. Tidak diperlukan penanganan khusus terhadap lesi. Lesi ulseratif dijaga tetap bersih, bila perlu dapat diberikan kompres dengan larutan NaCl 0,9%



Ulkus banal Herpes genitalis Limfogranuloma venerium Ulkus durum



6. Untuk kelenjar getah bening yang berfluktuasi dapat dilakukan aspirasi melalui kulit yang sehat. Tidak dianjurkan melakukan insisi, drainase maupun eksisi dari kelenjar karena akan memperlambat penyembuhan. 19



12 Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13 Penyulit



1. 2. 3. 4. 5. 6.



14 Informed Consent



Tidak perlu



15 Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16 Lama Perawatan



7 - 14 hari



17 Masa Pemulihan



7 hari



18 Hasil



Sembuh



19 Patologi



Tidak perlu



20 Otopsi



Tidak perlu



21 Prognosis



Bonam



22 Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap minggu sampai terlihat perbaikan nyata



23 Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24 Indikator Medis



Kesembuhan secara klinis dan laboratorium



25 Edukasi



Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan laboratorium.



26 Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



Limfadenopati inguinal suppuratif (bubo) Giant ulcer/giant chancroid Phimosis atau autoamputasi akibat fibrosis Fisura dan atau striktura uretra Fistel rektovagina Penderita imunokompromais



20



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN LIMFOGRANULOMA VENEREUM 2014



1



RSUP SANGLAH DENPASAR No.ICD 10



099.1



2



Diagnosis



Limfogranuloma Venereum (LGV)



3



Pengertian



Penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis ditandai dengan benjolan di lipat paha, limfadenitis dan perilimfadenitis inguinal yang sering menjadi supuratif dan disertai rasa nyeri.



4



Anamnesis



5



Pemeriksaan Fisik



Riwayat kontak seksual ± 1-3 minggu sebelum timbul benjolan pada lipat paha. Dapat disertai gejala umum berupa panas badan, lemas, sakit kepala dan nyeri sendi. Bentuk dini: Afek primer dapat berupa erosi, papul, vesikel atau ulkus. Afek primer ini pada umumnya tidak khas dan tidak diketahui oleh penderita. Sindrom inguinal:



 



6



Kriteria Diagnosis



7



Diagnosis Banding



8



Pemeriksaan Penunjang



Pada pria terdapat limfadenitis dan perilimfadenitis inguinal, iliaka dan femoral (etage bubonen) Pada wanita biasanya terdapat pada vagina dan serviks (kelenjar gerota)



Bentuk lanjut: Sindrom genito-rektal pada wanita bila efek primer terletak di 2/3 bagian atas belakang vagina, porsio dan serviks, timbul limfadenitis dan perilimfadenitis iliaka, hipogastrika dan pararektal (kelenjarkenjar getah bening gerota). Setelah beberpa bulan dan bahkan bertahun-tahun dapat terjadi: proktitis ulserosa, striktura rekti, ulserasi kecil disertai fistel anorektal dan perineal, jaringan parut, retraksi dan elefantiasis (estiomene) Sindroma uretra: terutama terjadi pada pria, lesi berupa infiltrat dan tidak begitu nyeri pada uretra pars posterior yang dapat menimbulkan striktura uretra. Anamnesis dan pemeriksaan fisik 1.Ulkus mole dengan limfadenitis regional 2.Limfadenitis piogenik 3.Skrofuloderma 4.Limfoma maligna Tidak ada 21



9



Konsultasi



Tidak perlu



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi/tindakan (ICD 9



1. Doksisiklin 100 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari 2. Pilihan pengobatan lain: a. Eritromisin 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari, atau b. Tetrasiklin* 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari 3. Tindakan: aspirasi bubo yang berfluktuasi melalui kulit sehat di dekatnya dengan menggunakan jarum yang cukup besar. *Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun. Poliklinik Kulit dan Kelamin



–CM)



12



Tempat Pelayanan



13



Penyulit



14



Informed Consent



Pada pria: elefantiasis penis dan skrotum Pada wanita: elefantiasis vulva, fistula rekto-vaginal dan striktura rekti (estiomen) Tidak perlu



15



Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16



Lama Perawatan



14 hari



17



Masa Pemulihan



2-4 minggu



18



Hasil



Pembengkakan kelenjar menghilang



19



Patologi



Tidak perlu



20



Otopsi



Tidak perlu



21



Prognosis



Dubius ad bonam



22



Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23



Tingkat Eviden &



Ia dan A



Rekomendasi 24



Indikator Medis



Sembuh secara klinis



25



Edukasi



1. Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya dan risiko tertular HIV. 2. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual.



26



Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



22



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN KONDILOMA AKUMINATA 2014



RSUP SANGLAH DENPASAR 1



No. ICD 10



A63.0



2



Diagnosis



Kondiloma Akuiminata



3



Pengertian



Kutil anogenital yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma virus (HPV). Kutil berupa papul atau nodul epidermis dengan permukaan verukosa yang dapat mengenai perineum, genitalia, lipat paha dan anus.



4



Anamnesis



Muncul kutil pada daerah kelamin dan atau bokong tanpa disertai rasa nyeri maupun gatal.



5



Pemeriksaan Fisik



Papul dapat soliter atau multipel dengan permukaan yang verukosa atau seperti jengger ayam. Predileksi umumnya di daerah anogenital.



6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



1. Kondiloma lata 2. Karsinoma sel skuamosa



8



Pemeriksaan Penunjang



1. Test acetowhite menggunakan asam asetat 3-5 % 2. Histopatologi 3. Polimerase Chain Reaction (PCR)



9



Konsultasi



1. Patologi Anatomi 2. Bedah Onkologi 3. Obstetri dan Ginekologi



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



1. 2. 3. 4. 5.



12



Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13



Penyulit



1. Erosi, phimosis, striktur uretra pasca tindakan 2. Karsinoma sel skuamosa



14



Informed Consent



Perlu



15



Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16



Lama Perawatan



1-3 bulan



17



Masa Pemulihan



2-3 minggu



Bedah listrik Tutul dengan tinctura podofilin 10-25 % Tutul trichlor acetic acid (TCA) 80 -90% Bedah beku (N2O liquid) Pengangkatan lesi dengan cara pembedahan



23



18



Hasil



Membaik, tapi kemungkinan untuk muncul lesi baru tetap ada



19



Patologi



Perlu dilakukan



20



Otopsi



Tidak perlu



21



Prognosis



Dubius ad bonam



22



Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin



23



Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24



Indikator Medis



Sembuh secara klinis



25



Edukasi



Penyakit, pilihan pengobatan, kemungkinan menularkan kepada pasangan seksualnya, penyulit dan prognosisnya.



26



Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



24



PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN SERVISITIS GONOKOKAL 2014



RSUP SANGLAH DENPASAR 1



No. ICD 10



A54.0



2



Diagnosis



Servisitis Gonokokal



3



Pengertian



Infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae pada wanita yang ditandai dengan keluarnya duh tubuh vagina purulen dari serviks.



4



Anamnesis



Keputihan yang disertai nyeri kencing, perdarahan diantara periode menstruasi, perdarahan menstruasi yang terlalu banyak. Keluhan umumnya muncul 2-10 hari setelah hubungan seksual.



5



Pemeriksaan Fisik



Tampak duh tubuh serviks yang purulen atau mukopurulen, disertai eritema dan edema pada orifisium uretra eksternum (OUE). Duh tubuh purulen juga dapat dijumpai pada uretra, kelenjar periuretra dan duktus kelenjar Bartolin



6



Kriteria Diagnosis



Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang



7



Diagnosis Banding



Servisitis non gonokokal



8



Pemeriksaan Penunjang



1. Pemeriksaan pulasan Gram dari apusan duh tubuh serviks: peningkatan jumlah leukosit PMN > 30/lapang pandang serta adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler. 2. Biakan media Thayer Martin diikuti dengan tes oksidase, tes fermentasi dan uji kepekaan. 3. Tes beta laktamase untuk mengetahui strain Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).



9



Konsultasi



1. Mikrobiologi klinik 2. Obstetri dan Ginekologi



10



Perawatan Rumah Sakit



Rawat jalan



11



Terapi / tindakan (ICD 9-CM)



a. Servisitis gonokokal non komplikata: 1. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal , atau 2. Levofloksasin* 500 mg per oral dosis tunggal, atau 3. Kanamisin 2 gram intramuskuler dosis tunggal, atau 4. Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal, atau 5. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal b. Servisitis gonokokal komplikata: 1. Sefiksim 400 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau 2. Levofloksasin* 500 mg @ 24 jam selama 5 hari, atau 25



3. Kanamisin 2 gram intramuskuler @ 24 jam selama 3 hari, atau 4. Seftriakson 250 mg intramuskuler @ 24 jam selama 3 hari *Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12 tahun. 12 Tempat Pelayanan



Poliklinik Kulit dan Kelamin



13 Penyulit



Bartolinitis, penyakit radang panggul (PRP/PID)



14 Informed Consent



Tidak perlu



15 Tenaga Standar



Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin



16 Lama Perawatan



7 - 14 hari



17 Masa Pemulihan



7 hari



18 Hasil



Sembuh



19 Patologi



Tidak perlu



20 Otopsi



Tidak perlu



21 Prognosis



Bonam



22 Tindak Lanjut



Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari ke-3, 7 dan 14 pasca pemberian terapi antibiotik.



23 Tingkat Evidens & Rekomendasi



Ia dan A



24 Indikator Medis



Sembuh secara klinis dan laboratorium.



25 Edukasi



Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan laboratorium.



26 Kepustakaan



1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008. 2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia (KSIMSI) tahun 2011. 3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.



26