15 0 273 KB
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF PARU TAHUN 2019
PNEUMONIA A15 Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus Pengertian (Definisi)
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit dan lain-lain). Biasanya pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dimasukkan. Secara anatomis dapat diklasifikasikan sebagai pnemonia lobaris, pneumonia segmentalis dan pneumonia lobaris yang lebih dikenal dengan bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal
dua
bentuk
pneumonia,
yaitu
pneumonia-masyarakat
(community-acquired pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospitalacquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah sakit. Pneumonia-masyarakat
(community-acquired
pneumonia)
adalah
pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan
dengan
penggunaan
ventilator
(ventilator-acquired
pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat di pusat perawatan
kesehatan
(healthcare-associated
pneumonia)
adalah
pasien yang dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau longterm care facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik rumah sakit atau klinik hemodialisa Anamnesis
demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan, kemampuan untuk makan atau minum, kemampuan berbicara, tingkat kesadaran dan adanya sianosis. 2. Tanda Vital: a. Demam merupakan manifestasi yang sering pada pasien pneumonia. Tetapi adanya demam ini tidak spesifik, dan terdapat variasi. Bisa saja penderita pneumonia tidak demam. Dilain pihak dapat juga anak dengan demam tinggi (> 39oC) tanpa gejala respirasi, tetapi 1
secara radiologis tampak gambaran bronkopneumonia. Takipnea merupakan tanda yang paling sensitif dan spesifik. Laju nafas harus dihitung dalam 60 detik penuh. 3. Derajat Distres Nafas: a. Meliputi takipnea, hipoksemia dan peningkatan work of breathing b. Saturasi oksigen harus diukur dengan peningkatan work of breathing c. kenaikan atau penurunan taktil fremitus, d. perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub b.
Laboratorium klinik: Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin, tampak leukositosis (10.000-15.000 mm3) dengan hitung jenis pergeseran ke kiri (neutrofil batang tinggi) Analisa sputum adanya jumlah leukosit bermaksa Gram sputum Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA, dimana terlihat perselubungan pada daerah yang terkena Kriteria diagnosis pneumonia dengan trias pneumonia yaitu batuk,
Kriteria Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis Banding
Terapi
demam dan sesak.
Pneumonia 1.Tuberkulosis paru 2.Bronkiektasis 3.Bronkiolitis 4.Tumor paru PEMBERIAN ANTIBIOTIK SECARA EMPIRIS PADA CAP Pasien berobat jalan Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotika pada 3 bulan terakhir
Macrolide [klaritromisin (500mg PO bid) atau azitromisisn (500mg PO sekali, kemudian 250 mg od)]
atau Doksisiklin (100mg PO bid)
Pasien dirawat, non ICU Fluorokuinolon respirasi [moksifloksasin (400 mg PO atau IV od), gemifloksasin (320mg PO od), levofloksasin (750 mg PO atau IV od) Pasien dirawat , ICU β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) plus Azitromisisn atau fluoroquinolon Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Pneumonia Tanpa Faktor Resiko Multidrug Resistant (MDR)
Seftriakson (2g IV q24h) atau
Moksifloksasin (400mg IV q24h), ciprofloksasin (400mg IV q8h), atau levofloksasin (750 mg IV q24h) atau
Ampisilin/sulbaktam (3 g IV q6h) atau Ertapenem (1 g IV q24h)
Pemberian antibiotik secara empiris pada pneumonia dengan faktor resiko multidrug resistant (MDR)
β-laktam : seftazidim (2 g IV q8h) atau sefepim (2 g IV q8-12h) atau
2
Pipersilin (4,5 g IV q6h), imipenem (500 mg IV q6h)
Obat kedua yang aktif terhadap patogen gram negatif Gentamisin ( 7 mg/kg IV q24h) atau amikasin (20 mg/kg IV q24h) atau siprofloksasin (400 mg IV q8h) atau levofloksasin (750 mg IV q24h)
Obat aktif terhadap bakteri patogen gram positif : Linezolid (600mg IV
q12h) atau Vankomisin (15 mg/kg, sampai 1 g IV, q12h) Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi Penyulit
Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom) Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial Sepsis Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis) Abses paru Efusi pleura 1. Penjelasan tentang penyakit Edukasi
2. Cara batuk yang benar
(Hospital Health Promotion)
3. Cara minum obat yang benar 4. Prognosis penyakit 5. Komplikasi penyakit 6. Memakai masker 7. Ventilasi di rumah
Indikator Medis
8. Tindakan yang akan dilakukan 1. Tidak ada demam 2. Tidak ada sesak 3. RR< 20 X/menit 4. Intake baik
Lama Perawatan
Prognosis
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad sanam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam Tingkat Evidens
III
Tingkat Rekomendasi
A
Penelaah Kritis
dr. Nila Kartika Sp.P
Konsultasi Kepustakaan
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia 2. Braunwald, E. Fauci, A.S. Kasper, D.L. Hauser, S.L. et al.Mycobacterial disease: Tuberculosis. Harrisson’s: Principle of Internal Medicine. 17th Ed.
3
New York: McGraw Hill Companies. 2009: hal. 1006 - 1020. 3. Pedoman
Nasional
Pengendalian
Tuberkulosis.
Direktorat
Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. 4. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International Standards for TuberculosisCare (ISTC). 2ndEd. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. The Hague. 2009. 5. Zulkifli, A. Asril, B. Tuberkulosis paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009: hal. 2230 – 2239.
4
RUMAH SAKIT TEUNGKU PEUKAN ACEH BARAT DAYA PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS INFILTRAT (ICD X : K35.3) Apendicitis 1. Pengertian (Definisi)
infiltrate
adalah
proses
radangapendiks
yang
penyebarannyadapatdibatasiolehomentumusus- ususdan peritoneum disekitarnyasehinggamembentukmassa(
appendiceal
Umumnyamassaapendiksterbentukpadaharike
mass). -4
sejakperadanganmulaiapabilatidakterjadi peritonitis umum. 1. Kesadaran 2. Anamnesis
2. Tanda-tanda vital(TD,N,Sh,RR) 3. Nyeri di daerah umbilicus atauperiumbilikus 2. Anoreksia 3. malaise 4. Muntah 5. Mual 6. Demam 7. Konstipasi 8. Diare 9. Nyeri abdomen kananbawah
3. PemeriksaanFisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
1.
NyeritekanMcBurney
2.
Rovsingsign
3.
Spoas sign
4.
Blumbergsign
5.
Obturatorsign
6.
Rectaltoucher
1.
Memenuhikriteriadiagnosis
2.
Memenuhikriteriapemeriksaanfisik
Appendicitis Infiltrat
1.
Simple acutegastroenteritis
2.
Adenitis kelenjarmesentriumdaninvaginasi
3.
Urolitiasisdextra
4.
UTIdextra
5.
Atnekcitis
6.
Kistaovarium
7.
KET
8.
Kolestisisakut
5
7. PemeriksaanPenunjang
9.
Perporasiulkusduodeni
1.
Pemeriksaanlaboratorium
Darahlengkap
Masaperdarahan&pembekuan
HBSAg
Urinlengkap
Teskehamilan ( padawanitausiaproduktiftanpa
6
melihat status perkawinan
2.
PemeriksaanRadiologi
Rontgenthorax Apendicogram Fotopolosabdomen USGAbdomen CT Scan abdomen(apendiceal) 3. 8. Terapi
1.
PemeriksaanEKG Tindakanoperatif
2.
Operasidenganbius spinal ataubiusumum
3. 1.
OpenApendiktomi Penjelasandiagnosa,
9. Edukasi
diagnosa
banding
danpemeriksaanpenunjang
2.
Penjelasanrencanatindakan, lama tindakan, resikodan komplikasi
10. Prognosis 11. Tingkat Evidensi
3.
PenjelasanAlternatifTindakan
4.
Penjelasanperkiraan lamadirawat Dubia ad bonam
II : Berdasarkan PPKFakultas III : BerdasarkanKeilmuanDokter IV : Kesepakatan diRS B : DirekomendasidariFakultas
12. Tingkat Rekomendasi
C :
DirekomendasiolehDokter
D : Direkomendasioleh RS
a. SMF IlmuBedah RSUTP 13. PenelaahKritis
14. IndikatorMedis
b. Tim Mutu / TimC.P 1.
Tidakterjadiinfeksilukaoperasi(ILO)
2.
Keluhanberkurang
3. 1.
KesesuiandenganhasilPA KapitaSelektakedokteranedisikedua,
15. Kepustakaan
MediaAesculapius
fakultaskedokteran UI1989.
2.
Buku ajar IlmuBedah,, SjamsuHidayat
7
RUMAH SAKIT TEUNGKU PEUKAN ACEH BARAT DAYA PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017
HERNIAINGUINALIS (ICD X : K40.0) Penonjolansebagiandari organ maupunjaringanmelewatipembukaan 1. Pengertian (Definisi)
abnormal
padadindingsekitarnya
seringterjadipadadinding
abdomen,
.hernia
paling
tepatnyapadadaerah
yang
aponeurosisdanfasianyatidakdilindungiolehotot. Bagiantersebutterutamapada region inguinal, femoral umbilical linea alba, danbagianbawahlineasemilunaris 1. Adanyabenjolandiselangkangan /kemaluan. 2. Anamnesis
2.
Nyeripadabenjolan
3.
Mual
4. Muntah 1. Terdengarbisingususpadabenjolandenganmenutupmulutdala 3. PemeriksaanFisik
mkeadaanberdiri (tampakbenjolanpadahernia)
2.
Periksacincin hernia denganmengikutifasikulusspermatikus sampaikeanulusinguinalisinterna
(
padakeadaan
normal
jaritidakakandapatmasuk)
3.
AdanyapenekananmassapadaujungjarisaatPenderitadisuruh mengejansedangbilamenekansisijarimakadiagnosanyaadalah
hernia inguinalismedialis. 3. Memenuhikriteriadiagnosis 4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis
4.
Memenuhikriteriapemeriksaanfisik
Hernia Inguinalis
1. Hidrokel 6. Diagnosis Banding
2. Limfadenopati inguinal 3. Lipoma 1. Pemeriksaanlaboratorium
7. PemeriksaanPenunjang
a. Darahlengkap b. Masaperdarahan&pembekuan c. HBSAg d. Urinlengkap 2.
PemeriksaanRadiologi
a. Rontgenthorax b. EKG
8
8. Terapi
1.
Tindakanbedahelektif
2.
Operasidenganbius spinal ataubiusumum
3. 9. Edukasi
Open Herniotomidengan mesh 1. Penjelasandiagnosa,
diagnosa
banding
danpemeriksaanpenunjang
9
2.
Penjelasanrencanatindakan,
lama
tindakan,
resikodankomplikasi
3.
PenjelasanAlternatifTindakan
4.
Penjelasanperkiraan lamadirawat 1. Dubia ad bonam
10. Prognosis 11. Tingkat Evidensi
II : Berdasarkan PPKFakultas III : BerdasarkanKeilmuanDokter IV : Kesepakatan diRS 12. Tingkat Rekomendasi
B : DirekomendasidariFakultas C :
DirekomendasiolehDokter
D : Direkomendasioleh RS
c. SMF IlmuBedah RSUTP 13. PenelaahKritis
14. IndikatorMedis
d. Tim Mutu / TimC.P
Tidakterjadiinfeksilukaoperasi(ILO)
Keluhanberkurang
KesesuiandenganhasilPA 1. KapitaSelektakedokteranedisikedua, 15. Kepustakaan
Media
Aesculapius
fakultaskedokteran UI1989.
2.
Buku ajar IlmuBedah, SjamsuHidayat
1 0