Praktikum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM I PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS PADA AIR GALON DI RUANG BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN



NAMA



: SUMARNI



NIM



: K11115015



KELOMPOK



: 3 (TIGA)



DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018



LEMBAR PENGESAHAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS PADA AIR GALON DI RUANG BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN



NAMA



: SUMARNI



NIM



: K11115015



KELOMPOK



: 3 (TIGA



Makassar,



Februari 2018



Mengetahui,



Koordinator Asisten



Asisten



Reni Suhelmi, S.KM



Riri Suwahyuni Wahid, S.KM



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Tak lupa ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Praktikum Kesehatan Lingkungan beserta para asisten yang telah setia membimbing dan mengajar kami serta pihak-pihak yang terlibat hingga laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai laporan mata kuliah Praktikum Kesehatan Lingkungan dengan judul “Pemeriksaan Bakteriologis Pada Air Galon di Ruang Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ”. Besar harapan kami, laporan ini dapat digunakan mahasiswa di lingkup Kesehatan Masyarakat sebagai laporan pegangan dalam mempelajari Praktikum Kesehatan Lingkungan. Akhirnya, sesuai dengan pepatah tiada gading yang tak retak maka penulis pun minta maaf atas segala kekurangan dan tetap mengharapkan saran dan kritik dari semua yang telah membaca laporan ini. Sekali lagi kesempurnaan hanyalah milik sang Pencipta.



Makassar,



Februari 2018



Penulis



iii



DAFTAR ISI



Halaman SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................



ii iii iv 1



B. Tujuan Percobaan ........................................................................



5



C. Prinsip Percobaan ........................................................................



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Air Bersih ............................................



7



B. Tinjauan Umum tentang Air Galon ...........................................



9



C. Tinjauan Umum tentang Bakteri Coliform .................................



12



D. Tinjauan Umum tentang Media Pertumbuhan ............................



14



E. Tinjauan Umum tentang Metode Most Probable Number (MPN) 16 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN A. Alat dan Bahan ............................................................................



19



B. Waktu dan Tempat Percobaan ....................................................



19



C. Prosedur Kerja .............................................................................



20



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ........................................................................



22



B. Pembahasan .................................................................................



22



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iv



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Air merupakan peranan penting untuk kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad-jasad lain. Karena air sering dipakai untuk membuang kotoran, baik kotoran manusia, hewan, maupun untuk pembuangan sampah, maka air sering mengandung bibit penyakit menular seperti disentri, kolera, tipes dan penyakit-penyakit saluran pencernaan lainnuya (Mallongi, dkk., 2018). Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat dihantikan oleh seyawa lain. Penggunaan air yang sangat utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Noedmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa sendiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Tubuh manusia kurang lebih 70%terdiri atas air, karena air merupakan pelarut yang universal (Daud, 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (1990) air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sumber daya air bersih sangat berperan dalam kelangsungan hidup manusia. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi atau air minum, berkumur, kebutuhan rumah tangga, memasak, dan untuk mencuci alat-alat dapur. Seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu dan teknologi , terjadi juga peningkatan manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia sendiri juga dapat menyebabkan penurunan kualita air. Bila penurunan mutu air ini tidak diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air, hal ini akan berdampak terhadap kebutuhan air yang sangat banyak. Kebutuhan



1



air total tahun 2000 dan 2005 adalah sebesar 156.362 juta m3/tahun dan 356.575 juta m3/tahun. Kebutuhan air tersebut masih didominasi oleh pulau Jawa dan Sumatera karena kedua kedua pulau ini mempunyai jumlah penduduk dan industri yang cukup besar. Proyeksi kebutuhan air domestik tahun 2000 sebesar 6.114 juta m3/tahun dan tahun 2015 sebesar 8.903 juta m3/tahun (Daud, 2010). Saat ini, masalah utama yang dihadapi terkait dengan sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan rumah tangga yang semakin menurun. Krisis air bersih ini sudah terjadi dimana-mana, sebagai akibat dari degradasi lingkungan. Tingkat kebutuhan dan tingkat ketersediaan tidak lagi seimbang, hal itu menjadi dilema tersendiri tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan air bersih/air minum dapat dilakukan (Daud & Arif, 2014). Berdasarkan data Depkes Republik Indonesia Tahun 2007 mengenai Profil Kesehatan Indonesia tentang akses terhadap air bahwa sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindungi terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindungi, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindungi terdiri dari sumur tak terlindungi, mata air tak terlindungi, air sungai, dan lainnya. Statistik Kesra



BPS tahun 2005



menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,67%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindungi sebesar 17,37%. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, menyatakan bahwa proporsi Rumah Tangga (RT) yang memiliki akses terhadap sumber air minum improved di indonesia adalah sebesar 66,8 (perkotaan: 64,3%; pedesaan: 69,4%). Secara kualitas fisik, masih terdapat RT dengan kualitas air minum keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), berbau (1,4%). Proporsi RT yang mengolah air sebelum diminum di



2



Indonesia adalah sebesar 70,1%. Dari 70,1% RT yang melakukan pengolahan air sebelum diminum, 96,5 persennya melakukan pengolahan dengan cara dimasak. Cara pengolahan lainnya adalah dengan dijemur dibawah sinar matahari atau solar disinfection (2,3%), menambahkan larutan tawas (0,2%), dan disaring saja sebesar (0,8%) (Daud & Arif, 2014). Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upayaupaya baru terus dilakukan. Standar air minum di Indonesia mengikuti standar WHO yang dalam beberapa hal disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Pada tahun 2002, Departemen Kesehatan Ri setelah menetapkan kriteria kualitas air secara mikrobiologis, melalui keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 bahwa air tidak boleh mengandung bakteri Coliform dan Escherichia coli. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dua dari 13 sampel air minum isi ulang mengandung cemaran mikroba melebihi batas yang dipersyaratkan dalam air minum, 4 sampel mengandung bakteri Staphylococcus aureus dan tidak ada satupun sampel yang diuji mengandung Escherichia coli, Salmonella, Clostridium perfringens dan Pseudomonas aeruginosa (Radji, dkk., 2013). Menurut Romondor, dkk (2014) tentang identifikasi bakteri pada depot air minum isi ulang dikota Manado, pada penelitian ini ditemukan bahwa 4 sampel terdapat bakteri gram positif, 5 sampel terdapat gram negatif dan 11 sampel terdapat campuran bakteri gram positif dan gram negatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Risky dkk tentang Analisis Kualitatif Kandungan Eschericia. coli dan Coliform Pada 3 Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado ditemukan bakteri coliform pada 3 depot air minum isi ulang tersebut tapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maksum dkk tentang Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Beberapa



3



Depot Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang, dkk (2014) tentang analisis cemaran bakteri Coliform dan identifikasi Escherichia coli pada air isi ulang dari depot di kota manado menunjukkan



bahwa Semua



sampel mengandung bakteri Coliform sehingga tidak memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/Per/IV/2010 yaitu 0 APM/100 mL sampel. Pada identifikasi Escherichia coli, sampel 1 dan sampel 9 tidak mengandung bakteri Escherichia coli. Sedangkan sampel lainnya mengandung bakteri Escherichia coli sehingga tidak memenuhi



syarat



menurut



Peraturan



Menteri



Kesehatan



No.



492/MENKES/Per/IV/2010 yaitu dalam 100 mL air minum tidak boleh terdapat kandungan bakteri Escherichia coli Berdasarkan data profil kesehatan kota Makassar tahun 2013, penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang berkualitas (layak) adalah sebesar 946.510 rumah tangga dengan presentase 70%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menegtahui gambaran penyediaan air bersih pelanggan PDAM di kota Makassar (Lagu, dkk., 2016). Penelitian Kasim dkk (2014) tentang



Faktor-Faktor



yang



Berhubungan dengan Cemaran Mikroba dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum Kota Makassar menunjukkan bahwa dari 87 sampel air baku yang digunakan depot air minum di kota Makassar, tercemar bakteri Coliform sebesar 39,8% dan 27,59% tercemar bakteri E. coli. Sedangkan pada AMIU tercemar bakteri Coliform sebesar 52,87% dan 22,29% tercemar bakteri E. coli. Air minum yang aman di konsumsi harus bebas dari cemaran mikroba, sebagaimana diketahui bahwa koliform maupun E. coli merupakan flora normal pada saluran pencernaan (usus besar) sehingga keberadaan bakteri Coliform dan E. coli merupakan indikator biologis pencemaran air oleh tinja. Standar kandungan E. coli dan total



4



bakteri koliform dalam air minum adalah 0/100 ml sampel (Kasim, dkk., 2014). Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja (Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi jika air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia. Untuk air minum misalnya, bakteri Coli harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kualitas air tersebut termasuk yang betul-betul memenuhi syarat. Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent (Sulistio, 2013). Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upayaupaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaannya, air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteribakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Etnjang, 2003 dalam Bambang, dkk., 2014) Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan pengujian terhadap air



galon di ruang bagian kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan



5



Masyarakat Unhas dengan tujuan untuk mengetahui adanya bakteri coliform dan jumlah bakteri dalam air galon. B. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui keberadaan bakteri Coliform pada sampel air galon di ruang bagian Kesehatan lingkungan FKM Unhas. 2. Untuk menghitung jumlah bakteri Coliform pada sampel air galon di ruang bagian Kesehatan lingkungan FKM Unhas. C. Prinsip Praktikum 1. Alat harus disterilkan terlebih dulu untuk menghindari kontaminasi. 2. Praktikan dilarang berbicara atau minimal mengurangi intensitas bicara selama proses pemeriksaan. 3. Lingkungan tempat kerja (meja praktikan) disterilkan dengan alcohol. 4. Alat dan bahan yang digunakan harus dekat dengan pembakar bunsen. 5. Pelaksanaan perlakuan tidak boleh jauh dari pembakar bunsen. 6. Hindari sumber-sumber yang berpotensi mengakibatkan kontaminasi. 7. Jika dalam waktu 2 × 24 jam terdapat gelembung gas dalam tabung, tes dinyatakan positif.



Sebaliknya, apabila tidak ditemukan



gelembung gas pada tabung maka tes dinyatakan negatif.



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKAN



A. Tinjauan Umum tentang Air 1. Pengertian Air Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitugkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Efendi, 2003). Air adalah suatu elemen yang paling melimpah di atas bumi, yang meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 miliar kilometer kubik. Apabila dituang merata ke seluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan dengan kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada di dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kelayakan dalam keperluan rumah tangga. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya, tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (1990) air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping



7



Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah masak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Ahamda & Yustina, 2004). 2. Sumber Air Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang mutlak ada pada suatu system penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatau system peneydiaan air bersih tidak akan berfungsi. Jenis sumber air terdiri dari tiga yaitu air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Daud & Rosman, 1999): a. Air Hujan Air hujan adalah uap air yang sudah terkondensi dan jatuh ke bumi. Air hujan jatuh kebumi tidak selalu berupa zat cair tapi mungkinsebagai zat padat air hujan bersumber dari air yang ada di angkasa sebagai uap air atau dalam bentuk awan yang berasal dari evaportasi air laut, air permukaan dalam bentuk awan yang berasal dari evaporasi dalam laut, air permukaan dan es yang ada di kutub. b. Air Permukaan Sumber air permukaan dapat bersumber dari air hujan, air tanah yang mengalir keluar ke permukaan bumi melalui sungai, danau dan serta iar yang berasal dari buangan bekas aktivitas manusia. c. Air Tanah Air tanah adalah air hujan, air permukaan yang meresap kedalam tanah atau air yang membentuk lapisan tanah yang disebut aquader. Air tanah bersumber dari air yang tersimpan di dalam tanah yang berupa air tanah dangkal, air tanah dalam. 3. Sifat-Sifat Air Air mempunyai sifat istimewa, sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisik, kimia dan biologi (Soemirat, 2011)



8



a. Sifat Fisik Air didunia ini didapatkan dalam tiga wujudnya, yakni bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air, bentuk mana yang didapatkan si suatau tempat, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. b. Sifat Kimia Air yang bersih mempunyai pH 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat padat larut dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni di dapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air akan berjumlah sagat besar. c. Sifat Biologi Flora dan fauna selalu terdapat pada perairan. Benda ini hidup secara timbal balik terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkungan air, terhadap berbagai benda hidup yakni organisme yang natif dan tidak natif bagi lingkungan. Organisme natif dalam badan air biasanya merupakan organiusme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak natif berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain. B. Tinjauan Umum tentang Air Galon 1. Pengertian Air Minum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (2010) air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum adalah air yang diperlukan untuk kebutuhan hidup rumah tangga, yang meliputi air untuk masak, minum, air mandi, air cuci, dan air untuk memebersihkan rumah. Agar air minum tidak menggangu kesehatan, air minum yang di konsumsi harus memenuhi



9



kesehatan manusia, air minum yang di konsumsi harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis (Widarto, 1996). 2. Syarat-Syarat Air Minum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1990 persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter biologi dan parameter kimia yang terdapat di dalam air minum : a. Parameter Fisika Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut. Air yang baim idealnya tidak berbau, harus jernih, tidak memiliki rasa, dan tidak memiliki perbedaan suhu yang mencolok. b. Parameter Biologi Parameter biologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme petunjuk. Istilah Coliform menunjukan bakteri dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Penentuan parameter biologi di maksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum. c. Parameter Kimia Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam standar air minum indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahay dan beracun serta derajat keasaman (pH). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. 3. Pengertian dan Proses Penjernihan Air Galon Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Prinsip pengolahan air pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Proses pengolahan air pada depot AMIU terdiri atas penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi. Pertama, air akan melewati filter



10



dari bahan silica untuk menyaring partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan saringan berukuran 10 mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri. Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara langsung kepada konsumen di lokasi depot dengan cara mengisi wadah yang dibawa oleh konsumen atau disediakan Depot. Selain itu, Depot Air Minum dilarang memiliki stock produk air minum dalam wadah yang siap dijual (Sulistio, 2013). Air yang keluar dari mata air di pegunungan jernih dan bersih. Air itu terhindar dari sampah dan pencemaran lain. Air dipegunungan banyak dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Air pegunungan banyak diangkut ke kota kemudian diloah dengan menggunakan teknologi penejrnihan air, setelah diolah, air siap di konsumsi menjadi air minum. Kita mengenal berbagai jenis merk air minum yang di kemas miosalnya Aqua, Vit, Ades, dan banyak lagi. Air itu diolah di pabrik dengan menggunakan teknologi penjernihan air secara modern. Air kemudian dikemas dalam galon, botol atau gelas yang digunakan. Kita juga mengenal penjernihan air melalui model air minum isi ulang. Berbagai depot penjernihan air minum isi ulang banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan atau di kompleks perumahan penduduk. Proses penjernihan air minum ulang yaitu sebagai berikut : a. Air dari sumber air pegunungan ditampung di tangki yang memuat 5.000 liter sampai 10.000 liter b. Air kemudian di endapkan dan dialirkan ke tangki kedua melalui pipa-pipa paralon untuk mendapatkan air yang lebih jernih c. Dari tangki ke dua, air dialirkan ke tangki ketiga melalui proses yang sama. Pada tahap itu, air sudah lebih jernih



11



d. Air dari tangki ketiga kemudian dialirkan ke mesin pengolahan. Air diolah dengan menggunakan peralatan penjernihan yang dilengkapi dengan alat pembunuh bakteri dan kuman. Setelah melalui proses penjernihan, selanjutnya air dialirkan kegalon-galon melalui keran pengisian dan siap untuk dikonsumsi (Ambadar, dkk., 2006). C. Tinjauan Umum tentang Bakteri Coliform Escherichias coli adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang yang berkecimpung dalam bidang mikrobiologi, karena E. coli adalah sebuah nama yang diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Theodor Escherecish pada tahun 1907 Massini memberi nama E.coli sebagai Bacterium coli mutabile. E. coli praktis selalu ada dalam pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah E. coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara berkontak langsung(bersentuhan,



berjabat tangan dan sebagainya)



kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun dapat ditemukan di alam sekitar kita. Penyebaran secara positif dapat terjadi melalui makan atau minuman (Melliawati, 2009). Untuk persyaratan higenis kadar bakteriologi E. coli yang masih diperkenalkan bergantung pada media cairan sebagai sampel. Group Coliform ini pada umumnya aerobic dan hanya berjumlah sedikit secara fakultatif anaerob merupakan bakteri garam negatif, serta tidak membentuk spora. Bakteri ini berbentuk lonjong dan mengadakan proses fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam pada temperatur 35º C (Riady, 2016). Disamping itu bakteri golongan koli berasal dari seliuruh saluran pencemaran manusia sehingga apabila ditemukan dalam jumlah besar memberi petunjuk bahwa air telah mengalami pencemaran. Bakteri golongan



koli



paling



tahan



terhadap



lingkungan



yang



kurang



menguntungkan, sehingga apabila bakteri lain sudah mati bakteri golongan koli masih bertahan hidup. Bakteri golongan koli ialah bakteri dari genus



12



Escherichia, Citro batter, Enterobacter dan Klebsiella (Mallongi, dkk., 2018). Ada beberapa alasan mengapa organisme Coliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan patogen lainnya di saluran penceranaan manusia. Beberapa alasan tersebut antara lain (Chandra, 2006): 1. Jumlah organisme Coliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena Coliform jarang ditemukan dalam air, maka keberadaannya dalam air merupakan bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia. 2. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya terdapat 1 bakteri dalam 100 cc air) dibandingkan tipe bakteri patogen lainnya. 3. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan bakteri patogen lainnya yang berada di usus. 4. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila Coliform jenis ini ditemukan dalam sampel air maka dapat disimpulkan bahwa bakteri patogen yang lain dapat juga diketemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil. Tanda-tanda umum bakteri E. coli yaitu sebagai berikut 1. Bentuk bulat cenderung kebatang panjang 2. Bentuk batang, biasanya berukuran 0.5 x 1.3 µ 3. Terdapat sendiri-sendiri, berpasang-pasang dan rangkaan pendek 4. Biasanya tidak berbentuk kapsul 5. Bergerak menggunakan flagell 6. Tidak membentuk spora, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Sifat- sifat bakteri E. coli antara lain sebagai berikut: 1. Merupakan parasit dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas.



13



2. Pada



manusia



kadang-kadang



menyebabkan



penyakit



enteritis,pritiontis, cistitis dan sebagainya. 3. Keluarga dari spesies ini memfermentasikan laktosa dan glukosa dengan menghasilkan asam dan gas. 4. Menghasilkan asam dalam jumlah yang banyak dari glukosa tetapi achetyl, methyl tidak dihasilkan. Adapun kelemahan bakteri Coliform yaitu sebagai berikut: 1. Ia tidak sepenuhnya pathogen. Beberapa tipe E. coli tertentu, yakni yang entropogathogenik, menyebabkandisentri pada bayi. 2. Tidak semua Coliform bakteri berasalkan dari usus manusia , ia dapat juga berasal dari hewan dan bahkan ada yang bebas, karenanya ada uji lanjutan yang memeriksaahan



E. coli



yang memastikan bahwa



Coliform berasalkan dari tinja manusia. 3. Tidak sepenuhnya dapat mewakili virus, karena Coliform musnah lebih dahulu oleh klor, sedangkan virus tidak. Kista amoeba dan telur cacing juga tahan lebih lama di dalam saluran saluran air bersih disbanding dengan bakteri Coliform. 4. Akhirnya bakteri Coliform dapat berkembang biak dalam air sekalipun secara terbatas (Melliawati, 2009). D. Tinjauan Umum tentang Media Pertumbuhan Bakteri Coliform Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh



mikroorganisme



untuk



pertumbuhan.



Media



selain



untuk



menumbuhkan mikroba juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba. Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan makanannya dimana media harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan osmose yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan



14



mikroba, yaitu: sumber energi misalnya gula, sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin. Media pertumbuhan mengandung unsur makro yang dibutuhkan mikroba seperti karbon (C), Hidrogen (H), oksigen (O), Nitrogen (N), dan Phospor (P). selain itu media juga mengandung unsur mikro seperti besi (Fe), dan Magnesium (Mg). media juga dapat mengandung bahan tambahan lain seperti indikator phenol red. Sifat media pembenihan yang ideal adalah mampu memberikan pertumbuhan yang baik jika ditanami kuman, mendorong pertumbuhan cepat, murah, mudah dibuat kembali, dan mampu memperlihatkan sifat khas mikroba yang diinginkan. Medium pertumbuhan bakteri juga dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan konsistensinya. Medium pertumbuhan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Yusmaniar, dkk., 2017) : 1. Medium Cair (Liquid) Medium cair (liquid, broth) hanya mengandung nutrient yang dilarutkan dalam aquades. Contoh medium cair yaitu Nutrient Broth (NB) dan glukosa broth. 2. Medium Padat (Solid) Medium padat mengandung nutrient yang dilarutkan dalam aquades ditambah bahan pemadat (solidifying agent). Medium padat sering digunakan untuk isolasi mikroorganisme, uji aktivitas biokimiawi dan lain-lain. 3. Medium Semipadat Medium semipadat ini sama dengan semi padat tetapi konsentrasi bahan



pemadat



(agar



atau



gelatin)



lebih



sedikit



sehingga



konsentrasinya seperti jelly. Medium semipadat terutama digunakan untuk eksperimen hidrolisis gelatin. Selain itu adapula jenis medium berdasarkan penggunaannya yaitu sebagai berikut : 1. Media Isolasi



15



Media yang mengandung unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba. 2. Media Diperkaya Media diperkaya merupakan media yang mengandung bahan dasar untuk pertumbuhan mikroba dan zat-zat tertentu yang ditambahkan seperti serum, kuning telur, dan lain-lain. E. Tinjauan Umum tentang Metode Most Probable Number (MPN) Metode MPN adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik. Jumlah tabung yang positif dari pengujian perkiraan, penegasan dan pengujian lengkap pada pengujian bakteri Coliform prosedur tabung ganda merupakan suatu kombinasi dan dinyatakan dengan istilah MPN atau Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT). Uji jumlah bakteri golongan Coliform prosedur tabung ganda dilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu: pengujian perkiraan, pengujian penegasan dan pengujian lengkap. Hasil dari pengujian tersebut kemudian dapat dilihat pada penentuan MPN atau JPT. Suatu tabel yang menunjukkan jumlah bakteri yang paling mendekati jumlah sesungguhnya dalam setiap 100 ml contoh air. Khususnya untuk analisa jumlah kuman dilakukan dengan menaburkan sejumlah air yang mengandung kuman ke dalam media (Mallongi, dkk., 2018). MPN



Coliform



adalah



suatu



metode



penentuan



angka



mikroorganisme dengan metode Angka Paling Mungkin yang digunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah koloni Coliform di dalam air, susu dan makanan lainnya. Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri Coliform. Metode MPN menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana prinsipnya adalah menghitung jumlah tabung yang positif yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Tabung pada



16



pengujian MPN dinyatakan positif apabila timbul kekeruhan dan atau terbentuknya gas di dalam tabung Durham (Yusmaniar, dkk., 2017). Metode MPN umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri Coliform yang merupakan kontaminan. Pengujian jumlah bakteri golongan Coliform dilakukan dalam beberapa tingkatan menurut Mallongi dkk (2018) yaitu sebagai berikut: 1. Pengujian Perkiraan Pengujian perkiraan merupakan uji pendahuluan untuk menduga apakah dalam air terdapat bakteri golongan Coliform. Pengujian perkiraan dikatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian. Tetapi yang pengujian ini belum tentu mengandung bakteri golongan Coliform sebab banyak bakteri lain yang juga bisa meragikan laktosa dengan menghasilkan gas (pengujian semu). 2. Pengujian Penegasan Pengujian penegasan dilakukan dengan cara meneruskan pengujian perkiraan yang positif dari pengujian perkiraan kedalam media BGLB. Jika dalam medium cair ini terbentuk gas berarti pengujian dinyatakan positif. 3. Pengujian Pelengkap Pengujian pelengkap bertujuan untuk meyakinkan hasil pengujian penegasan. Pengawasan kualitas air cukup dilakukan analisa pengujian penegasan, akan tetapi untuk studi khusus boleh dilanjutkan sampai pengujian lengka. Hasil analisis dengan metode MPN dilakukan dengan cara mencocokkan tabel MPN tergantung dengan kombinasi tabung positif (yang mengandung bakteri Coliform) dan negatif (yang tidak mengandung bakteri Coliform) yang dihasilkan di uji penegasan. Angka MPN tersebut mempunyai arti statistik dengan derajat kepercayaan 95 %. Jumlah tabung positif dari pengujian perkiraan, penegasan dan pengujian lengkap (prosedur tabung ganda) merupakan



17



suatu kombinasi dan dinyatakan dengan istilah MPN atau Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) (Mallongi, dkk., 2018). Secara sistematis menghitung MPN atau JPT dapat ditulis sebagai berikut: JPT 10 ml = JPT x 100 Volume contoh yang terbesar diuji



Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai JPT sebagai berikut: Jumlah bakteri JPT/100 ml =



𝐴 × 100 √𝐵 ×𝐶



Keterangan: A= Jumlah tabung positif B= Volume (ml) sampel dalam tabung negatif C= Volume (ml) sampel dalam semua tabung



18



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN



A. Alat dan Bahan 1. Alat a. Autoclave



1 unit



b. Botol sampel



1 buah



c. Bulb



1 buah



d. Inkubator



1 unit



e. Korek api



1 buah



f. Ose (wire loop)



1 buah



g. Pembakar bunsen



1 buah



h. Pipet ukur



1 buah



i. Rak tabung



1 buah



j. Tabung durham



12 buah



k. Tabung reaksi



12 buah



2. Bahan a. Alcohol Swab



1 bungkus



b. Alkohol



secukupnya



c. Brilliant Lactose Bile Broth



secukupnya



d. Hand sanitizer



secukupnya



e. Hand scoon



secukupnya



f. Kaldu laktosa encer



10 ml/tabung



g. Kaldu laktosa pekat



6 ml/tabung



h. Kapas



secukupnya



i. Kertas label



secukupnya



j. Sampel air galon



secukupnya



k. Tisu



secukupnya



B. Waktu dan Tempat Percobaan 1. Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel a. Waktu : Senin 12 Februari 2018 pukul 11.59 WITA



19



b. Tempat : Ruang bagian kesehatan lingkungan fakultas kesehatan masyarakat Unhas. 2. Waktu dan Tempat Pemeriksaan Sampel a. Waktu : Senin 12 Februari 2018 pukul 15.00 WI b. Tempat



:



Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas



Kesehatan Masyarakat Unhas C. Prosedur Kerja 1. Pengambilan sampel a. Tangan di sterilkan dengan menggunakan hand sanitezer b. Air terlebih dahulu dikeluarkan dari mulut keran selama beberapa detik c. Mulut keran difiksasi menggunakan alcohol swab d.



Tali pengikat botol sampel dilepas dan tutup botol sampel di buka



e. Mulut botol sampel difiksasi sebelum sampel di isi menggunakan api f. Botol sampel di isi air sampel hingga 2/3 botol g. Botol yang berisi sampel difiksasi kembali dan segera ditutup, kemudian di bungkus menggunakan kertas kopi dan diikat kembali h. Botol sampel di beri label. 2. Uji Perkiraan (Presumptive Test) a. Tangan dan tempat kerja disterilkan dengan menggunakan alcohol b. Tabung media lactose disiapkan sebanyak 7 tabung reaksi dengan perbandingan 5 : 6 ml (lactose broth jenis pekat), 1 : 10 ml (lactose broth jenis encer), 1 : 10 ml (lactose broth jenis encer). c. Pipet steril dan mulut tabung media lactose difiksasi setiap hendak memindahkan sampel. d. Sampel dipindahkan ke dalam tabung media dengan jumlah sesuai dengan perbandingan dengan menggunakan pipet steril.



20



e. Tabung media lactose yang telah dicampur dengan sampel dihomogenkan. f. Kemudian tabung dalam



rak dimasukkan ke dalam inkubator



selama 2 × 24 jam pada suhu 35ºC. 3. Uji Penegasan a. Tangan disterilkan terlebih dahulu menggunakan hand sanitizer. b. Meja kerja disterilkan dengan alcohol. c. Sampel dikeluarkan dari incubator selama 2 × 24 jam. d. Sampel yang ada pada tabung durham diamati, tabung yang tidak megandung



gelembung



gas



dipisahkan.



Tabung



yang



mengandung gelembung gas diambil untuk uji penegasan. e. Disiapkan tabung yang berisi BGLB. f. Pembakar bunsen dinyalakan selama memindahkan sampel, ose dan tabung BGLB tidak boleh jauh dari pembakar bunsen. g. Ose disiapkan. h. Ose dan tabung BGLB difiksasi, jika ose terlalu panas didinginkan



sebelum



dicelupkan



ke



dalam



tabung.



Ose



dicelupkan dalam tabung sampel sebanyak 3× lalu dicelupkan ke dalam tabung yang berisi BGLB. i. Tabung yang berisi BGLB dan telah ditambahkan sampel positif menggunakan ose dihomogenkan. j. Rak tabung dimasukkan ke inkubator dengan suhu 35ºC selama 2 × 24 jam. k. Setelah 2 × 24 jam, tabung dikeluarkan dari inkubator & diamati, tabung durham yang memiliki gelembung dinyatakan positif dilanjutkan untuk perhitungan bakteri.



21



BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai bakteriologis pada sampel air galon di ruang jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis pada Air Galon di Ruang Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Nama Tabung



Uji perkiraan



Tabung 10 ml: I + II + III + IV V Tabung 1 ml: I + Tabung 0,1 ml: I + Sumber : Data Primer, 2018



Uji penegasan + -



Keterangan : + (Positif Mengandung Coliform) - (Negatif Mengandung Coliform) B. Pembahasan Pada percobaan ini kelompok tiga mengambil sampel air galon di ruang jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas. Pada pengambilan sampel air untuk pemeriksaan bakteriologis, semua alat yang digunakan harus steril. Botol sampel air juga harus bersih dan steril. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit di dalam autoclave. Teknik pengambilan sampel air tersebut dilakukan dengan membersihkan bibir kran air galon dengan menggunakan alcohol swab agar kran bersih dari setiap kotoran atau debu. Selanjutnya, kran dibuka hingga air mengalir secara



22



perlahan selama beberapa detik lalu ditutup kembali. Botol sampel tersebut kemudian difiksasi selama beberapa saat menggunakan api. Tujuan dilakukannya difiksasi pada alat serta kran air adalah untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri yang berada pada kran maupun alat yang digunakan sehingga pada saat percobaan dilakukan bakteri yang ada merupakan betul-betul bakteri yang berasal dari sampel air tersebut. Botol sampel diisi denga air sampel hingga 2/3 bagian. Pengisian botol sampel tidak boleh sampai penuh supaya masih terdapat ruang udara di dalam botol sampel tujuannya adalah untuk memudahkan menghomogenkan sampel sebelum diperiksa. Setelah botol sampel diisi, maka dilakukan kembali difiksasi terhadap mulut dan tutup botol sampel lalu ditutup dan dibungkus dengan kertas coklat dan diikat dengan tali. Hal ini dilakukan supaya cahaya tidak masuk ke dalam botol sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada siang hari sebelum dilakukannya percobaan untuk menguji kandungan bakteri Coliform pada sampel air galon. Tujuan pengambilan dilakukan pada siang hari adalah karena batas maksimal pengambilan sampel air adalah 24 jam sebelum dilakukannya percobaan pada sore hari, maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilakukan pengambilan sampel pada hari yang sama dengan dilakukannya percobaan. Percobaan ini tahap awal yang dilakukan adalah uji perkiraan, bertujuan untuk memperkirakan apakah di dalam air sampel terdapat bakteri golongan Coliform atau tidak. Perlu diketahu bahwa pada saat pemeriksaan, kaldu Lactose yang digunakan terdapat gelembang kecil namun hal ini kemungkinan tidak mengindikasikan adanya bakteri. Bakteri golongan Coli mempunyai kemampuan meragikan lactose pada temperatur 35oC selama waktu 2 × 24 jam. Penggunaan Lactose Broth (LB) sebagai media pada pengujian ini bertujuan menumbuhkan bakteri pada setiap tabung reaksi. Media LB yang digunakan bervariasi berdasarkan tingkat pengeceran yaitu 6 ml/tabung LB pekat dan 10 ml/tabung LB encer. Sebelum memasukkan air sampel ke dalam tabung, tabung reaksi dan pipet difiksasi terlebih dahulu agar tetap steril dan tidak berada jauh dari



23



pembakar bunsen. Setelah air sampel dimasukkan ke dalam tabung, air sampel dan larutan lactose dihomogenkan agar sampel air dan larutan lactose tercampur dengan baik. Setelah tabung reaksi dihomogenkan, tabung kembali dimasukkan ke dalam rak tabung dan diberi label agar tidak tertukar. Setelah semua tabung tercampur oleh air sampel dan larutan lactose, rak tabung dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 35ºC selama 2 × 24 jam. Pemilihan suhu pada derajat 35ºC karena pada suhu tersebut merupakan suhu yang optimal untuk bakteri meragikan lactose sehingga dapat memunculkan gelembung (Mallongi, dkk., 2018). Pada praktikum ini kelompok tiga melakukan pemeriksaan bakteri Coliform pada air galon yang terkategorikan air yang sudah diolah sehingga pada uji perkiraan disiapkan tabung-tabung media lactose sebanyak 7 tabung reaksi dengan perbandingan 5 : 1 : 1 yaitu 5 tabung reaksi yang berisi 10 ml sampel air dengan 6 ml lactose pekat, 1 tabung reaksi yang berisi 1 ml sampel air dengan 10 ml lactose encer dan 1 tabung reaksi yang berisi 0,1 ml sampel air dengan 10 ml lactose encer. Setelah didiamkan selam 2 x 24 jam di inkubator, sampel tersebut diamati. Berdasarkan hasil uji perkiraan maka didapatkan sampel yang positif mengandung bakteri yaitu 5 dari 7 sampel yakni 3 tabung 10 ml, 1 tabung 1 ml, dan 1 tabung 0,1 ml. Sampel yang positif mengandung bakteri di tandai dengan adanya gelembung yang terdapat dalam tabung. Terbentuknya gas pada tabung durham merupakan hasil fermentasi laktosa serta dihasilkan asam laktat. Akan tetapi, fermentasi laktosa tidak selalu menunjukkan adanya bakteri Coliform karena laktosa bisa juga difermentasikan oleh mikroba lain misalnya bakteri asam laktat. . Diperkirakan sampel positif tersebut terkontaminasi oleh bakteri dari luar dikarenakan pada saat melalukan percobaan pembakaran bunsen bermasalah. Oleh karena itu, pengujian mikroba tidak hanya sampai pada pengujian perkiraan namun harus dilanjutkan dengan pengujian penegasan. Pada uji penegasan, disiapkan tabung yang berisi media BGLB dimana fungsinya digunakan pada saat sampel yang diperkirakan mengandung



24



bakteri Coliform untuk dilanjutkan ke uji penegasan. Tabung diberi label dengan jumlah yang sama dengan tabung yang dinyatakan positif. Ose dan tabung yang berisi media BGLB difiksasi terlebih dahulu. Kemudian ose dicelupkan sebanyak tiga kali ke dalam air sampel positif dan ose dicelupkan lagi ke dalam tabung yang berisi media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Pencampuran sampel dan pengencer (Lactose dan BGLB) harus benar-benar steril. Begitupun saat menggunakan ose, harus senantiasa difiksasi sebelum digunakan. Namun setelah ose difiksasi, didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat sampai tidak terlalu panas untuk mencegah matinya bakteri yang akan diambil dari botol sampel. Tabung lalu dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 35ºC selama 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 × 24 jam terdapat gelembung gas pada tabung durham maka percobaan pada tabung dianggap positif dan apabila tidak ada gelembung gas maka percobaan dianggap negatif. Pada uji penegasan dari 5 sampel yang telah dinyatakan positif masing-masing kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi BGLB. Setelah di masukkan kembali selama 2×24 jam dalam inkubator didapatkan hasil 1 dari 5 sampel mengeluarkan gelembung, 1 sampel tersebut yaitu pada tabung 10 ml, yang posotif mengadung bakteri Coliform sedangkan 4 tabung sebelumnya yang dinyatakan positif pada uji perkiraan kemungkinan bakteri lain bukan jenis Coliform karena ada bakteri lain yang bisa meragikan laktosa. Untuk



perhitungan



bakteri



Coliform



dapat



dilihat



dengan



menggunakan metode Most Propability Number (MPN), dari tabel MPN dapat diketahui jika perbandingan 1 : 0 : 0 : maka jumlah bateri Coliform yang terkandung didalamnya adalah 2,2 MPN/100 ml air. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kandungan bakteri Coliform dalam air minum adalah 0 koloni/100ml air. Hal ini menunjukkan bahwa sampel air galon yang ada di ruang jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas tidak memenuhi syarat.



25



Adanya bakteri Coliform pada air galon kemungkinan disebabkan karena pada saat pengolahan penjernihan air alat atau yang digunakan terkontaminasi. Hal ini didukung oleh penelitian Romondor, dkk (2014) tentang identifikasi bakteri pada depot air minum isi ulang dikota Manado, pada penelitian ini ditemukan bahwa 4 sampel terdapat bakteri gram positif, 5 sampel terdapat gram negatif dan 11 sampel terdapat campuran bakteri gram positif dan gram negatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Risky dkk tentang Analisis Kualitatif Kandungan Eschericia. coli dan Coliform Pada 3 Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado ditemukan bakteri coliform pada 3 depot air minum isi ulang tersebut tapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maksum dkk tentang Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Penyakit yang paling umum yang berhubungan dengan air serta berbahaya dalam skala global mencakup penyakit yang ditularkan akibat kontaminasi air oleh fases manusia atau urine. Penularan penyakit ini dapat terjadi apabila organisme patogen seperti Coliform mencapai jalan masuk ke dalam air yang kemudian dikonsumsi oleh orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Penyakit yang masuk kategori ini yaitu Cholera, Infectious hepatitis, Leptospirosis, Tularemia, Typhoid dan sebagainya (Daud & Arif, 2014). Adapun hal-hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut yaitu menjaga hygiene pribadi dan lebih teliti dalam memilih dan mengonsumsi air minum isi ulang.



26



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil percobaan pada sampel air galon diruang jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas dinyatakan positif mengandung bakteri Coliform. 2. Jumlah bakteri golongan Coliform pada sampel air galon diruang jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas adalah 2,2 MPN/ 100 ml.. B. Saran 1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan



pengawasan terhadap



depot-depat air minum isi ulang. 2. Kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih dan mengonsumsi air minum isi ulang. 3. Kepada asisten agar selalu memberikan arahan dan membimbing selama proses praktikum maupun pada saat pembuatan laporan, serta memeriksa kesiapan alat sebelum praktikum berlangsung.



27



DAFTAR PUSTAKA



Alhamda, Syukra., Sriyani Yustina., 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jogjakarta Ambadar, Jocki., Abidin, Miranti., Isa, Yanti., 2006. Mengelola Usaha Dengan Tepat. Jakarta Yayasan Bina Aksa Mandiri. Bambang, A G., Fatimawali., Kojong, Novel,S., 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3. [Online].http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/5450/495 7. [Diakses pada tanggal 12 Februari 2018]. Chandra, Budiman., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: ECG. [Online] https://books.google.co.id/books?isbn=9794487961 [Diakses pada tanggal 12 Februari 2018]. Daud, Anwar. 2011. Analisis Kualitas Lingkungan. Makassar. Daud, Anwar dan Arif Atul. 2014. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Minum. Yogyakarta. Smart Writing. Anwar, Daud dan Rosman, 1999. Penyediaan air bersih. Makassar.



Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Effendi, Hefni., 2003. Telaah Kualitas Air. Jogjakarta. Kanisiu Kasim, Khikhi P., Setiana, Onni., Endah, Nur., 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cemaran Mikroba dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 13 No. 2. [Online]https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/10023/7986. [Diakses pada tanggal 15 februari 2018]. Lagu, Abdul M H R., Amansyah, Munawir., Mubarak Fahkrul., 2016. Gambaran Penyediaan Air Bersih PDAM Kota Makassar. Bagian Kesehatan Lingkungan FKIK UIN Alauddin Makassar. [online] http://webcache. :journal.uinalauddin.ac.id/index.php/AlSihah/article/download/2657/2508. [Diakses pada tanggal 15 februari 2018. Mallongi, A dkk., 2017. Panduan Praktikum Mata Kuliah Praktikum Kesehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar. Melliawati, Ruth., 2009. Eschericias Coli Dalam Kehidupan Manusia. Biotrends Vol 4 No 1.



26



Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air. Radji, M., Oktavia, H.., Herman, S., 2013. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Didaerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian FMIPA UI Vol 5 No 2. [Online] http://www.psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3424. [Diakses pada tanggal 12 Februari 2018]. Riady, Alexander LS., 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jogjakarta. Cv Andi Offset. Rumondor, Perisai P., Porotu’o, John., Waworuntu, Olivia., 2014. Identifikasi Bakteri Pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Manado. Jurnal e-Biomedik - UNSRAT Volume 2 No 2. [Online] https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/5518. [Diakses pada tanggal 13 Februari 2018] Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sulistio, Dwi., 2013. Uji Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Dan Salmonella Thypi Pada Air Minum Isi Ulang Di Kelurahan Antang Kota Makassar Skripsi.[Online]http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/biogenesis/article/view/936/ 903.[Diakses pada tanggal 15 februari 2018] Yusmaniar., Wardiyah., Nida, Khairun., 2017. Mikrobiologi dan parasitologi. Kemenkes RI. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. [Online] http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/DAFTAR-ISIDAN-MIKROBIOLOGI-PARASITOLOGI.pdf. [Diakses pada tanggal 13 Februari 2018].



27