Presus Folikulitis Superfisialis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRESENTASI KASUS



FOLIKULITIS SUPERFISIALIS



Tutor: dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp. KK.



Kelompok F.2 Agista Khoirul Mahendra



G1A010067



Atep Lupia Pahlevi



G1A010069



M. Riski Kurniardi



G1A010071



Sarah Shafira Aulia R.



G1A010072



KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2013



BAB I PENDAHULUAN



Folikulitis secara umum diartikan sebagai peradangan pada folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Jenis penyakit ini digolongkan sebagai pyoderma. Folikulitis itu sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu superfisial dan dalam atau deep. Superfisial dimaksudkan hanya pada sampai epidermis rambut sedangkan profunda atau deep meliputi seluruh bagian dari folikel rambut atau sampai bagian subkutan (Djuanda, 2007). Folikulitis superfisial merupakan salah satu jenis peradangan folikel rambut yang terjadi pada infudibulum atau muara folikel rambut, berbentuk kecil dan berkubah, biasanya pada kulit kepala anak dan area cukur. Folikulitis superfisial dikenal juga dengan nama impetigo Bockhart. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan pustul kecil yang dikelilingi eritema (Djuanda, 2007) Folikulitis superfisial adalah jenis pyoderma dan digolongkan dalam infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Hasil peradangan muara folikel rambut menimbulkan pus atau infiltrat. Penyakit ini dapat sembuh sendiri namun dapat menimbulkan skar dan rambut rontok permanen. Perjalanan penyakit ini dapat sampai folikulitis dalam bahkan sampai abses dan selulitis (Sumaryo, 2003).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus aureus. Peradangan terjadi di folikel rambut. Faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan higiene buruk. Folikulitis superfisialis adalah radang folikel rambut dengan pustul berdinding tipis pada orifisium folikel yang terbatas pada epidermis (Emmy et al., 2004)



B. Etiologi dan Predisposisi Pada kasus folikulitis superfisial disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Beberapa penyebab dalam folikutlitis superfisial antara lain bakteri gram negatif contohnya Klebsiela, E. coli, Pseudomonas, dan Streptococcus dan penyebab lainnya seperti golongan jamur dan virus didiagnosa dengan penyakit berbeda (Siregar, 2004). Penyebab peradangan rambut dapat berakibat dari gesekan saat mencukur atau memakai baju, keringat berlebih, kondisi kulit mengalami inflamasi berupa dermatitis maupun akne, dan kulit yang mengalami trauma seperti setelah operasi atau abrasi. Orang-orang yang rentan dengan infeksi seperti diabetes mellitus, leukemia dan HIV, obesitas, dan pengobatan antibiotik dan kortikosteroid dalam jangka lama dapat menjadi faktor resiko terjadinya folikulitis superfisial (Siregar, 2004). Orang dengan diabetes mellitus memiliki fungsi imunitas selular yang abnormal serta keadaan hiperglikemi yang dapat mempercepat kolonisasi beberapa jenis patogen. Pada kondisi sistem kekebalan tubuh yang menurun seperti HIV, leukemia, dan pengobatan kortikosteroid invasi bakteri juga akan lebih mudah dan perjalanan penyakit akan semakin berlanjut (Siregar, 2004; Sumaryo, 2003).



C. Epidemiologi Penyakit ini merupakan penyakit yang sering terjadi dan dapat sembuh sendiri sehingga keluhan penderita jarang ke dokter kecuali keluhan berulang dan sudah menjadi folikulitis yang dalam. Penyakit ini jarang menimbulkan komplikasi yang lebih besar. Semua ras dan umur dapat terkena sedangkan jenis kelamin pria lebih sering terkena. Wanita kebanyakan menderita folikulitis yang disebabkan oleh jamur (Sumaryo, 2003).



D. Patogenesis dan pafisiologi Infeksi melalui kulit



Inflamasi dalam folikel rambut



Kolonisasi bakteri



Mengeluarkan enzim koagulase



Produksi protrombin



Pembentukan abses



Hambat proses vaskularisasi, akumulasi sel inflamasi >>



Nekrosis sel



Supurasi fokal/abses



Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat retakan sawar kulit (serta tempat luka). Kemudian mikroorganisme tersebut menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut. Penyebab dari folikulitis superfisial adalah Stap. Aureus. Secara umum etiologi penyebab S. aureus patogenesis yang terjadi pada penyakit jenis pyoderma itu sama. Namun ada faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit ini seperti jenis kuman patogen, letak anatominya, dan faktor pejamu (Kowalak, 2011). Kolonisasi dari S. aureus bisa melalui transien dan terpapar dalam waktu yang lama.S. aureus menghasilkan banyak komponen selular dan extraselular dalam perjalan penyakitnya. Beberapa komponen dari penyakit ini belum diketahui,



kecuali



beberapa



variasi



eksotoksin



dihasilkan



dan



melalui



ekstraselular. Hasil dari koagulase, leukosidin, alpha toksin, dan lain sebagainya , yang ditemukan di kulit sama seperti S. aureus telah di isolasi dari selulitis stap as. Ada beberapa faktor pejamu seperti imunosupresan, pengobatan glukokortikoid, dan atopi memainkan peran dalam patogenesis dari infeksi S. Aureus (Kowalak, 2011). Jaringan yang terbuka akibat cedera atau trauma seperti luka operasi, luka bakar, dermatitis, adanya benda asing merupakan faktor besar dalam patogenesis infeksi S. aureus. Koagulase berperan penting dalam pembentukan abses dengan memproduksi protrombin dan membentuk thrombin sekitar jaringan folikel rambut. Terbentuknya koagulasi fibrin disekitar lesi mengahambat proses peredaran darah sekitar dan mengakumulasi sel-sel inflamasi. Akibatnya sel-sel sekitar menjadi nekrotik dan terbentuknya supurasi fokal atau abses (Kowalak, 2011).



E. Penegakan Diagnosis 1.



Anamnesa Dalam anamnesis, ada beberapa hal yang penting untuk ditanyakan pada kasus-kasus folikulitis superfisialis, diantaranya sebagai berikut (Djuanda, 2007):



a.



Riwayat trauma pada bagian kulit yang terkena lesi. Riwayat mencukur atau mencabut rambut di area janggut, ketiak, atau betis (waxing) dapat memfasilitasi terjadinya infeksi pada folikel rambut.



b.



Riwayat inflamasi pada bagian kulit tersebut baik dermatitis maupun akne vulgaris.



c.



Riwayat oklusi terhadap area berambut yang dapat memfasilitasi pertumbuhan mikroba misalnya penggunaan pakaian yang ketat, pakaian berbahan plastik, plaster adhesi, posisi (posisi duduk menyebabkan penekanan pada daerah pantat, posisi berbaring menyebabkan penekanan pada punggung), oklusi yang alamiah berupa lipatan pada daerah intertriginosa (axila, inframammary, anogenital).



d.



Riwayat penggunaan preparat glukokortikoid topikal dan antibiotik sistemik yang dapat menyebabkan bakteri-bakteri gram negatif serta yang bersifat imunosupresif.



2.



Pemeriksaan Fisik a.



Pada bagian tengah papul atau pustul terdapat folikel rambut. Ruptur dari pustul akan menyebabkan erosi superfisial atau krusta.



b.



Biasanya hanya sebagian kecil dari regio folikel yang terinfeksi.



c.



Infeksi superfisisal sembuh tanpa jaringan skar, tetapi pada pasien berkulit lebih gelap dapat timbul post inflamasi hipo atau hiperpigmentasi.



d.



Infeksi lebih dalam dapat menyebabkan abses atau furunkel (Goldstein, 2000).



3.



Pemeriksaan Penunjang a.



Identifikasi



organisme



dengan



melakukan



pewarnaan



Gram,



menggunakan sampel eksudat yang diambil dari pustul. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan apakah infeksi disebabkan oleh bakteri S. Aureus atau bukan. b.



Kultur jamur atau kultur bakteri.



c.



Biopsi kulit, namun jarang dilakukan.



d.



Pemeriksaan histopatologi akan didapatkan neutrofil pada stadium dini, serta limfosit dan makrofag pada stadium lanjut yang terletak di daerah atas folikel rambut (Dunphy, et al., 2011; Schalock et al., 2011; Sacchidanand et al., 2013).



Gambar 2.1. Folikulitis Superfisialis (Sacchidanand et al., 2013).



F. Penatalaksanaan 1.



Medikamentosa: a.



Topikal, dapat diberikan (Djuanda, 2007); i.



Kemicetin salep 2 %



ii.



Eritromisin topikal (ointment 2%) (25g)



iii.



Klindamisin topikal:gel /lotion/topikal solution 1%, topical foam 2% (anak