Prinsip Dan Langkah Dalam Evidance Based Midwifery Care [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Prinsip dan Langkah dalam Evidance Based Midwifery Care



Tujuan umum dari kami mempelajari modul ini adalah untuk mengetahui tentang Prinsip dan Langkah dalam Evidance Based Midwifery Care.



Adapun Tujuan khusus dari pembelajaran ini yaitu 1. Mengetahui tentang pengertian evidance based midwifery 2. Mengetahui tentang manfaat evidance based 3. Mengetahui tentang tujuan evidance based 4. Mengetahui tentang ciri-ciri evidance based 5. Mengetahui tentang Perkembangan Keilmuan Midwifery Yang Berhubungan Dengan Evidence Based Practice



6. Mengetahui tentang Langkah-langkah evidance based midwifery



Adapun pokok-pokok materi adalah : 1. Pengertian evidance based midwifery 2. Manfaat evidance based 3. Tujuan evidance based 4. Ciri-ciri evidance based 5. Perkembangan Keilmuan Midwifery Yang Berhubungan Dengan Evidence Based Practice 6. Langkah-langkah evidance based midwifery



Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia. Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.



A. Evidence Based Midwifery (Practice)



EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform



yang paling ketat dilakukan dan melaporkan



penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Gambril (2000) mendefinisikan EBP sebagai suatu proses yang melibatkan pembelajaran atas arahan diri sendiri yang mengharuskan pekerja profesional bisa mengakses informasi sehingga memungkinkan kita bisa a) Menggunakan pengetahuan yang telah kita miliki dalam memberikan pertanyaanpertanyaan yang bisa kita jawab; b) Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan; c) Menganalisis bukti-bukti terbaik itu untuk mendapatkan validitas penelitian maupun kedayaterapannya pada pertanyaan-pertanyaan praktik yang kita ajukan; d) Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam pembuatan keputusan dan e) Mengevaluasi kualitas praktik pada klien.



B. Manfaat Evidance Based Midwifery dalam Pratik Kebidanan Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaaan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah. Intervensi harus



dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah. Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi, menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien dengan mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidence based asuhan kebidanan, yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu: standar asuhan kebidanan, standar pelayanan kebidanan, kewenangan bidan komunitas, fungsi utama bidan bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi kebidanan, ruang lingkup asuhan yang diberikan. Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan resikoresiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung jawabkan. Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.



Praktek



kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Hal ini terjadi karena llmu Kedokteran berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh, jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life pasien. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan perederan hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.



C. Tujuan Evidance Based Midwifery



Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout & Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian yang telah divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu. Adapun jenis penelitian yang harus dikuasai para praktisi dalam EBP adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif didasari pada ide bahwa suatu problem dapat diteliti dan menggunakan metodologi yang signifikan dimana masing-masing variabel menunjukan saling keterkaitan satu sama lainnya (Glicken, 2005). Untuk mengontrol variabel yang kompleks yang berhubungan dengan klien bisa jadi sangat sulit. Walaupun penelitian kualitatif terbatas pada fakta yang mana variabel penting lainnya tidak dapat dikontrol, penelitian ini di dasari pada keyakinan bahwa penemuan non empiris merupakan cara dalam memahami kefektifan treatmen. Meskipun penelitian kualitatif tidak dapat memperlihatkan hubungan sebab akibat sebagaimana penelitian kuantitatif, namun implikasi dari hubungan dan kelemahan hubungan dari variabel tersebut dapat diketahui.



D. Ciri-ciri Evidence Based



Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan klinis berbasis bukti memiliki lima ciri penting: a) Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis. b) Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang ada. c) Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi di suatu organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang digunakan. d) Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara mandiri informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam konteks praktik masing-masing. e) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama.



1. Kelebihan Evidence-Based Practice Kelebihan dari EBP dalam praktek profesional adalah: a) Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyakbanyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005). b) Dengan EBP memungkinkan praktisi (a) mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan pada diri klien, (b) mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama klien, (c) berkomunikasi dengan para profesional lain dari kerangka acuan atas panduan pengetahuan dan (d) meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan kemungkinan pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).



Selain itu menurut Straus dan Sackett (1998) EBP cukup berhasil di latar psikiatris dan medis umum dan bahwa para praktisi membaca penelitian itu secara akurat dan membuat keputusan yang benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53% pasien mengakui kalau dirinya mendapat penanganan primer yang telah dilaksanakan dengan randomized controlled trials (RCT) atau percobaan terkendali secara acak dan hasilnya sangat efektif.



2. Keterbatasan Evidence-Based Practice Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah: a) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan sejumlah bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan (Burns, 1999). b) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak cukup untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada (mungkin sangat banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak (Americal Medical Assosiation atau disingkat AMA, 1992).



E. Perkembangan Keilmuan Midwifery Yang Berhubungan Dengan Evidence Based Practice Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.



Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada: a. Keluarga Berencana Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan b. Asuhan Antenatal Terfokus Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi c. Asuhan Pascakeguguran Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian e. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya



Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice. a. Gentle Birth Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan, serta self hypnosis yang rutin dilakukan sjak awal masa kehamilan hingga menuju persalinan.



b. Water birth



Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.



c. Lotus Birth Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan.



F. Langkah dalam Evidence Based Practice



Berikut adalah proses/langkah dalam Evidence Based Practice: 1. Merumuskan pertanyaan klinis yang dapat dijawab Contoh : Clinical Question: Bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi kesejahteraan janin dalam proses persalinan?



2. Menemukan bukti terbaik a. Formulasi PICO Patient



Infant, neonatal



Intervention



Carditocography



Comparator



Intermitten auscultation



Outcome



Assessment of fetal wellbeing



b. Frase Penelusuran Search Terms Patient/Population



(Infant* OR Neonatal*)



Problem Intervention



(Cardiotocography*)



Comparator



(Intermitten auscultation*)



Outcome



(Assessment of fetal wellbeing*)



c. Frase Penelusuran Akhir (Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND (Intermitten auscultation*) AND (Assessment of fetal wellbeing*)



d. Hasil Penelusuran Jurnal Search Pharase



PUBMED



Infant



987981



(Infant*)



1048764



(Infant* OR Neonatal*)



1125994



(Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) (Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND



1019 16



(Intermitten auscultation*) (Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND



1



(Intermitten auscultation*) AND (Assessment of fetal wellbeing*)



e. Hasil Penelusuran Jurnal Contoh: Judul Artikel: Admission cardiotocography: a randomised controlled trial. Lawrence Impey, Margaret Reynolds, Kathryn MacQuillan, Simon Gates, John Murphy, Orla Sheil.



3. Menilai bukti secara kritis (mengetahui seberapa bagus bukti tersebut dan apa artinya) Contoh : Apakah hasil dari penelitian uji diagnosis ini valid? Apakah ada perbandingan dengan baku



·



Iya alat screening pemantauan janin selama



emas yang dilakukan secara independen dan proses persalinan tersebut dibanding kan oleh tersamar?



gold



standarnya



yaitu auskultasi



secara



intermitten denyut jantung janin. Apakah alat diagnosis diuji akurasinya



·



Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin



dalam spektrum pasien yang merta (seperti



rumah sakit bersalin nasional di Dublin,



terjadi dalam praktek rutin?)



irlandia.



·



Pada jurnal dijelaskan bahwa responden yang akan diteliti yaitu ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan kurang dari 42 minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, suhu tubuh ibu kurang dari 37,5o C saat masuk dan bersedia menjadi responden. Dalam penelitian ini 2 orang perawat memantau keadaan ibu secara



atif.



Pasien



yang



menggunakan



cardiotokograpi dan auskultasi intermitten dikelola dengan perbandingan 1:1, tugas itu dibuat diruang bersalin, disegel, buram dan amplop diberi urutan nomor. Awalnya pengacakan secara berurutan adalah dari komersial package 10 dan menggunakan ukuran blok tetap 100. Itu berubah setelah 2621 pasien telah direkrut dan digeneralisasikan oleh unit perinatologi dengan ukuran block acak 100250. Peserta yang direkrut oleh bidan bersedia berpartisipasi, dibuka amplop dan dialokasikan. Apakah uji yang dipakai sebagai baku emas



Tidak, pada penelitian ini jika salah satu



dilakukan dengan mengabaikan hasil dari



kondisi seperti perlambatan denyut jantung



pemeriksaan lain yang sedang diuji



janin atau takikardia pada auskultasi dan ciaran



akurasinya?



ketuban bercampur mekonium, suhu ibu >38oC, persalinan lebih dari 8 jam maka digunakan EFM.



Akankah kemungkinan sakit setelah



Iya, bila janin terdiagnosa gawat janin setelah



pemeriksaan mempengaruhi manajemen dan pemeriksaan maka mempengaruhi manajemen pertolongan anda kepada pasien? (Dapatkah dan pertolongan pada ibu bersalin. hal ini menggerakkan anda dari nilai



Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis



ambang pemeriksaan dan terapi? Apakah



kandungan dan spesialis anak untuk penanganan



pasien anda merupakan berkeinginan



lebih lanjut.



menjadi partner dalam melakukan pemeriksaan ini? Akankah konsekuensi-konsekuensi



Efek dari gawat janin tidak hanya dialami bayi



pemeriksaan menolong pasien anda?



pada saat lahir, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan bayi. Dengan melakukan deteksi



gawat janin secara rutin akan membantu pasien2 yang mengalami kelainan pada masa persalinan. 4. Mengaplikasikan Bukti Contoh: Apakah hasil yang valid dari penelitian uji diagnosis ini penting? Hitungan anda: Target penyakit: gawat janin Total postif



Negative



Positif



a b



a+b=



Negatif



c d



c+d=



Cardiotocography



Total



a + c = 46 b + d = 104



a+b+c+d= 4298



Sensitivitas (SN) = a/(a+c) = Spesifisitas (SP) = d/(b+d) = Positive Predictive Value(Nilai ramal positif) = a/(a+b) = Negative Predictive Value(Nilai ramal negatif) = d/(c+d) = Pre test Probability(Kemungkinan sakit sebelum diperiksa (prevalensi) = (a+c)/(a+b+c+d) = RR= 0,90;95% CI, 0,75-1,08 ARR=1-RR 1-0,90= 0,1 (10%;95 CI, 0,75-1,08) NNT= 1/ARR=1/0,1=10 Apakah anda dapat menerapkan bukti ilmiah yang valid dan penting dari penelitian uji diagnosis dalam merawat pasien anda? Apakah alat diagnosis ini tersedia, dapat



Alat diagnosis ini sudah banyak digunakan di



diadakan, tepat, teliti di tempat anda



pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit



bekerja?



karena mudah dan murah.



Dapatkah anda membuat estimasi



Sebelum dilakukan pemeriksaan kita bisa



kemungkinnan sakit sebelum dilakukan



membuat estimasi kemungkinan gawat janin



pemeriksaan (dari data-data praktek sehari- Dengan cara sederhana, pemantauan dilakukan hari, dari pengalaman pribadii, dari laporan melalui analisa keluhan ibu (anamnesis), atau dari spekulasi klinis)?



pemantauan gerak harian janin dengan kartu gerak janin, pengukuran tinggi fundus uteri dalam sentimeter, pemantauan denyut jantung



janin (DJJ) dan analisa penyakit pada ibu.



5. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan langkah-langkah 1-4 dan mencari cara untuk meningkatkan mereka berdua untuk waktu berikutnya. a. PICO Contoh : PICO percobaan cardiotokograpi cocok dengan pertanyaan klinis kita yaitu bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi kesejahteraan janin dalam proses persalinan. b. Validitas Internal 1) Rekrutmen Contoh : Pada percobaan cardiotokograpi, subjek direkrut dari awal secara sukarela. Kriteria inklusi/eksklusi menunjukkan bahwa perekrutan subjek mewakili populasi yang jelas (ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan kurang dari 42 minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, suhu tubuh ibu kurang dari 37,5o C saat masuk dan bersedia menjadi responden). Ini termasuk penelitian yang besar karena jumlah responden sebanyak 8580 wanita( Admission CTG= 4298, Usual care=4282). Jumlah subjek cukup menyediakan sampel yang mewakili. 2) Alokasi Penempatan kelompok secara acak tetapi metode yang dipakai (amplop tertutup) bukan metode paling efektif untuk menghilangkan bias penempatan. subjek tahu di mana kelompoknya berada. Contoh : Baik karena bias penempatan ((ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan kurang dari 42 minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, suhu tubuh ibu kurang dari 37,5o C saat masuk dan bersedia menjadi responden). Terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada peningkatan operasi SC antara 2 kelompok. 3) Maintenance Sekali subjek ditempatkan ke kelompok, maka semua subjek diatur secara sama, outcome yang relevan diukur menggunakan metodelogi yang sama untuk kedua kelompok tersebut, akan tetapi banyak yang hilang pada saat follow upI. 4) Measurement 



Blinding / penyamaran – bidan yang melakukan pemeriksaan dengan menggunakan gold standar mengetahui keadaan pasien sebelumnya.







Objectivity /objektivitas – pengukuran outcome tergantung interprestasi dari alat cardiotocography dan auskultasi intermitten







Overall / keseluruhan (Validitas internal) : percobaan dilakukan dengan baik



c. Overall/keseluruhan (Validitas internal) Percobaan dilaksanakan dengan baik tapi memiliki kelemahan metodologi yang bisa berdampak pada outcomes. d. Hasil Contoh : Hasil menunjukkan perbedaan besar antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, tidak signifikan secara statistik (karena CI melewati angka 1 ARR = 1 – RR 1 - 0,90 = 0,1 (10%;95 CI, 0,75-1,08) NNT= 1/ARR=1/0,1=10 e. Kesimpulan Contoh : Hasil penelitian menunjukkan cardiotocography memiliki dua peran potensial. Pertama, mungkin bertindak sebagai stress test untuk janin yang mungkin menjadi hipoksia dalam proses persalinan. Kedua, mungkin mendeteksi dan pelayanan yang cepat dari beberapa janin yang sudah kronis hypoxic. Sementara itu angka NNT cukup besar (10), sekarang



tinggal



seberapa



penting



keputusan



klinis



sehubungan



dengan



konsekuensinya. f. Level Evidance Based Diagnostic Accuracy Contoh : Judul Admission cardiotocography:



Metode randomised controlled trial



Level II B



Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan resikoresiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung jawabkan. Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout & Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian yang telah divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu. Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Contohnya : Gentle Birth, Water Birth, dan Lotus Birth



Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..



Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.



Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta. Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. www.google.com http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanandalam.html#ixzz3YZGM2flV http://ekarianamidwifery.blogspot.co.id/2015/04/langkah-dalam-evidence-based-practice.html diakses pada tanggal 22 September 2019 pukul 21.15 WIB