Prinsip Pemeriksaan Hba1c (Rivai) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PEMERIKSAAN HbA1C



DI SUSUN OLEH: AKHAMAD RIVA’I (PO.62.20.1.15.111)



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI DIPLOMA DIV KEPERAWATA KELAS REGULER II TAHUN 2018



A. PRINSIP PEMERIKSAAN HbA1c Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur persentasi hemoglobin sel darah merahyang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk dankemungkinan komplikasi semakin tinggi. Pada orang yang tidak menderita diabetes, kadar HbA1c berkisar antara 4,5 sampai 6%. Jika kadarnya 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaanterpisah, maka kemungkinan orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara 6 sampai 6,5%menunjukkan keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktuyang lama biasanya memiliki kadar HbA1c lebih dari 9% sedangkan target pengobatanadalah kadar HbA1c sebesar 7% atau kurang (Githafas, 2010). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:(Harefa, 2011)



Pemeriksaan



kadar



HbA1c



memiliki



banyak



keunggulan



dibandingkan



pemeriksaanglukosa darah yaitu antara lain: 1. Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja 2. Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih lama (2-3 bulan)atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek. 3. Metode telah terstandarisasi dengan baik dan keakuratannya dapat dipercaya 4. Variabilitas biologisnya dan instabilitas preanalitiknya lebih rendah dibanding glukosa plasma puasa. 5. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat mempengaruhi nilaiHbA1c sangat jarang ditemukan dan dapat diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis dengan glukosa plasma. 6. Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman.



7. Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma puasa. 8. Memiliki keterulangan pemeriksaan yang jauh lebih baik dibanding glukosa puasa 9. Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa 10. Level HbA1c berkorelasi dengan komplikasi diabetes sehingga lebih baik dalam memprediksi komplikasi mikro dan makrokardiovaskular. (Harefa, 2011) Selain



keunggulan,



pemeriksaan



kadar



HbA1c



juga



memiliki



beberapa



keterbatasanantara lain : 1. Saat interpretasi HbA1c bermasalah, maka pemeriksaan glukosa puasa dan postprandial dianjurkan untuk tetap digunakan. 2. Meningkat seiring bertambahnya usia, akan tetapi seberapa besar perubahan dan pengaruh usia terhadap peningkatan HbA1c belum dapat dipastikan. 3. Harganya lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa 4. Etnis yang berbeda memiliki sensitivitas dan spesifisitas HbA1c yang berbeda, diduga mungkin berkaitan dengan: perbedaan genetik dalam konsentrasi hemoglobin (Hb),tingkat kecepatan glikasi (perbedaan tingkat kecepatan glukosa masuk dalam eritrosit,kecepatan penambahan atau lepasnya glukosa dari hemoglobin) dan masa hidup/dayatahan serta jumlah sel darah merah.



B. METODE PEMERIKSAAN Terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan kadar HbA1cantara lain : 1. Metode Kromatografi Pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography) Prinsip dari metode ini adalah titik isoelektrik HbA1c lebih rendah dan lebih cepat bermigrasi dibandingkan komponen Hb lainnya. Apabila menggunakan metode ini harusdikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion dan pH dari buffer (Widijantidan Ratulangi, 2011). Kelemahan dari metode ini adalah adanya interferensi variabel darihemoglobinopati, HbF dan carbamylated Hb (HbC) yang bisa memberikan hasil negatif palsu. Keuntungan metode ini adalah dapat memeriksa kromatogr am Hb varian dengan tingkat presisi yang tinggi (Harefa, 2011). 2. Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Metode



ini



memiliki



prinsip



yang



sama



dengan



Ion



Exchange



Chromatography, bias diotomatisasi serta memiliki akurasi dan presisi yang baik



sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi untuk pemeriksaan kadar HbA1c (Widijantidan Ratulangi, 2011). 3. Metode Agar Gel Elektroforesis Metode ini memiliki hasil yang berkorelasi dengan baik dengan HPLC tetapi presisinyakurang dibandingkan HPLC. HbF memberikan hasil positif palsu tetapi kekuatan ion, pH,suhu, HbS dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini (Widijanti dan Ratulangi,2011). 4. Metode Immunoassay (EIA) Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi dengan glukosa danantara asam amino-4 dengan 10 N-terminal rantai β. Kelemahan dari metode ini adalahdipengaruhi oleh gangguan hemoglobinopati dengan asam amino lengkap pada sisi yang berikatan dan beberapa gangguan yang berasal dari HbF (Harefa, 2011) sehingga metodeini hanya mampu mengukur HbA1c dan tidak dapat mengukur HbA1c yang labil maupunHbA1A dan HbA1B (Widijanti dan Ratulangi, 2011). Keuntungan dari metode ini adalah tidak dipengaruhi oleh HbE dan HbD maupun carbamylated Hb, relatif lebih mudahdiimplementasikan pada berbagai format yang berbeda dan memiliki presisi yang baik (Harefa, 2011). 5. Metode Affinity Chromatography Prinsip dari metode ini adalah glukosa yang terikat pada asam maminofenilboronat.Kelemahan dari metode ini adalah bukan hanya mengukur glikasi valin pada N-terminalrantai β tetapi juha glikasi rantai β pada bagian lain dan glikasi rantai α sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi daripada dengan metode HPLC (Harefa,2011). Keuntungan metode ini adalah non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dariHbA1c tidak mengganggu penetuan hemoglobin glikasi, tidak dipengaruhi suhu, presisi baik, HbF, HbS dan HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini (Widijanti dan Ratulangi, 2011). 6. Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri Metode ini memerlukan waktu inkubasi yang lama yaitu sekitar 2 jam tetapikeuntungannya lebih spesifik karena tidak dipengaruhi oleh -glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya adalah waktu lama, sampel besar dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi yaitu mmol/L (Widijanti dan Ratulangi, 2011).7. Metode Spektrofotometri Prinsip dari metode ini adalah penghilangan fraksi labil dari hemoglobin dengan cara haemolysate kemudian



ditambahkan agen penukar ion kationik kemudian dibaca dengan instrument spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm (Fortress, 2000). C. CARA KERJA Glikosilasi adalah apabila hemoglobin bercampur dengan larutan dengan kadar glukosa sangat tinggi serta rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara irreversibel. Glikosilasi dapat terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau hemoglobin A1c. Pada kasus hiperglikemia yang berkepanjangan, dapat meningkatkan kadar hemoglobin A1c hingga 18-20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin dalam hal mengangkut oksigen, akan tetapi kadar hemoglobin A1c yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah jumlah kadar normoglikemik menjadi stabil maka kadar hemoglobin A1c kembali normal dalam waktu sekitar 3 minggu. Karena HbA1c terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 3 – 4 bulan, maka HbA1c dapat mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 100 – 120 hri sebelumnya. Hal ini lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan informasi yang lebih jelas tentang keadaan penderita dan seberapa efektif terapi diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c > 8% mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali sehingga menyebabkan penderita berisiko tinggi dapat mengalami berbagai macam komplikasi jangka panjang seperti nefropati, neuropati, retinopati, dan/atau kardiopati.



Eritrosit yang tua karena berada dalam sirkulasi lebih lama dari pada sel-sel eritrosit yang masih muda memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan hasil palsu kadar HbA1c bisa disebabkan oleh penurunan dari jumlah eritrosit total. Pada



penderita dengan gejala hemolisis episodik atau kronis, darah dapat mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga jumlah kadar HbA1c dapat dijumpai dalam kadar yang sangat rendah. Adanya Glikohemoglobin total dalam darah merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian terhadap penyakit diabetes pada penderita yang mengalami anemia ataupun kehilangan darah.



DAFTAR PUSTAKA Hardy, Robert A. Retina dan Tumor Intraokular. Dalam buku: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Alih bahasa:



Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika, 2000: p.197-219



Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1998.p.224-7



Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006: p.1857-9,1889-93



World Health Organization. Magnitude and Causes of Visual Impairment. Available from: URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/. Accessed August 2, 2007



National Eye Institute. Diabetic Retinopathy. Available from: URL: http://www.nei.nih.gov/health/diabetic/retinopathy.asp. Accessed August 6, 2007