Problematka Pembelajaran IPA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS TENTANG PROBLEMATIKA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SERTA SOLUSINYA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Model Pembelajaran pada semester genap dengan dosen pembimbing Anggi Citra, M.Pd. Disusun Oleh: Nita Marnita NPM. 13210617076 4/A



PRODI PGSD STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG 2015



KATA PENGANTAR Bismillahirrahamanirrahim, Dengan ucapan alhamdulillahirrabil ‘alamin penyusun curahkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Model Pembelajaran ini dengan baik dan lancar. Adapun makalah ini berjudul, “Analisis Tentang Problematika Pada Mata Pelajaran IPA di SD Serta Solusinya” dengan dosen pembimbing Anggi Citra, M.Pd. Adapun yang ingin penyusun sampaikan adalah rasa terima kasih yang mendalam, karena atas motivasi serta bantuan dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara materi maupun non-materi, diantaranya yaitu kepada kedua orang tua serta rekan-rekan yang ikut terlibat dalam dorongan dan do’a dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyampaian materi dan penulisan dalam makalah ini, karena kekurangan akan bahan materi serta kekurangan lainnya. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf atas segala kekurangan tersebut, sehingga sangat diharapkan untuk segala kritik dan saran akan penulisan makalah ini agar menjadi pembelajaran yang lebih baik untuk penulisan makalah selanjutnya. Demikian yang dapat penyusun sampaikan, sekian dan terima kasih. Sumedang,



Juni 2015



Penyusun



2



DAFTAR ISI Cover .................................................................................................................. 1 Kata Pengantar .................................................................................................... 2 Daftar Isi ............................................................................................................. 3 BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 4 A. Latar belakang ................................................................................ 4 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan ............................................................................................ 5 BAB II Pembahasan .......................................................................................... 6 A. Definisi Mata Pelajaran IPA ........................................................... 6 B. Alasan Terhadap Kesulitan dalam Pembelajaran Materi IPA .......... 7 C. Kesulitan Utama dalam Pembelajaran IPA ..................................... 8 D. Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Mengenai Kesulitan dalam Penerapan Pembelajaran Mata Pelajaran IPA ................................ 10 E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA ...................................... 16 BAB III Penutup ............................................................................................... 30 A. Kesimpulan .................................................................................. 30 B. Saran ............................................................................................ 30 Daftar Pustaka .................................................................................................. 31



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai proses pengalaman. Pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satuan lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dengan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik berkaitan dengan mata pelajaran maupun hubungan sosial. Namun disini penyusun akan lebih mengutamakan permasalahan yang ada pada mata pelajaran. Permasalahan yang sering muncul pada saat pembelajaran berlangsung, diantaranya adalah dalam mata pelajaran IPA kelas tinggi di SD. Kasus yang sering terjadi adalah saat siswa ditugaskan untuk melakukan eksperimen terkadang siswa kurang aktif dan memiliki antusias yang tergolong rendah dalam mengikuti pembelajaran yang disebabkan keterbatasan media. Selain itu materi yang disampaikan cenderung memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Lalu bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan di atas? Maka penyusun akan mengungkapkannya secara rinci pada pembahasan makalah ini. 4



B. Rumusan Masalah 1.



Apa alasan mata pelajaran IPA dikategorikan sebagai pembelajaran yang cukup sulit untuk perserta didik?



2.



Apa yang menjadi kesulitan utama dalam pembelajaran materi IPA?



3.



Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan mengenai kesulitan dalam penerapan pembelajaran mata pelajaran IPA?



C. Tujuan 1.



Untuk mengetahui alasan mata pelajaran IPA dikategorikan sebagai pembelajaran yang cukup sulit untuk peserta didik.



2.



Untuk mengetahui tentang kesulitan utama dalam pembelajaran materi IPA.



3.



Untuk mengetahui tentang solusi untuk mengatasi permasalahan mengenai kesulitan dalam penerapan pembelajaran mata pelajaran IPA.



5



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Mata Pelajaran IPA IPA secara epistomologi berasal dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Pengetahuan merupakan interprestasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia. Pengetahuan bersifat perspektif, konvensional, tentative, dan evolusioner ada di dalam pikiran manusia bukan di buku teks. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang tejadi di alam. Pengajaran IPA: 1. Dikenal ke tidak dikenal. 2. Dekat ke jauh. 3. Sederhana ke rumit. 4. Konkret ke abstrak. 5. Benda nyata ke representasi. 6. Konsep yang ada ke konsep yang baru. 7. Prinsip ilmiah ke penerapan. 8. Pertanyaan ke jawaban. 9. Contoh ke umum. Pelajaran IPA di SD memuat materi tentang pengetahuan-pengetahuan alam yang dekat dengan kehidupan siswa SD. Siswa diharapkan dapat mengenal dan mengetahui pengetahuan-pengetahuan alam tersebut dalam kehidupan sehariharinya. IPA adalah pelajaran yang penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat. Menurut Srini M. Iskandar (1997:16)



6



beberapa alasan pentingnya mata pelajaran IPA yaitu, IPA berguna bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari, bagian kehidupan bangsa, melatih anak berpikir kritis, dan mempunyai nilai-nilai pendidikan yang mempunyai potensi dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan.



B. Alasan Terhadap Kesulitan dalam Pembelajaran Materi IPA Bahwa dalam pembelajaran IPA yang telah berlangsung kurang berjalan dengan baik. Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran IPA merupakan suatu kendala yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Masalah-masalah tersebut cenderung menyebabkan hasil belajar IPA yang dicapai rendah atau masih di bawah KKM. Adapun yang menjadi pokok utama alasan terhadap kesulitan dalam pembelajaran materi IPA tersebut, diantaranya adalah: 1.



Dalam mata pelajaran IPA, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran berlangsung.



2.



Siswa memiliki antusias yang tergolong rendah dalam mengikuti pelajaran yang disebabkan keterbatasan media.



3.



Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang di dominasi dengan hafalan.



4.



Siswa cenderung hanya belajar satu arah, di mana proses pembelajaran lebih dominan oleh guru, kegiatan eksperimen sederhana jarang dilakukan.



7



C. Kesulitan Utama dalam Pembelajaran IPA Karakteristik IPA (Ilmu Eksak) menjadi sebuah dasar untuk menentukan sebuah pandangan yang baik bagi IPA khususnya anak IPA tetapi ini sudah menjawab IPA merupakan sebuah studi yang hanya mampu dilakukan sebagian orang dengan kata lain mempunyai stratifikasi khusus. Bagaimanakah anak yang tak mampu mempelajari IPA mengimbangi sebuah kehidupan yang akan mereka hadapi yaitu globalisasi yang menuntut bertahan pada pembelajaran holistik? Sesungguhnya mereka tidak pernah beruntung ke dunia ini. Hancurnya paradigma kuno tentang IPA menjadi tema khususnya pembelajaran IPA di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD). Sebagai arena pembentuk dan pemberi watak usia dini anak sudah tidak suka pembelajaran IPA. Oleh Choiri mengatakan bahwa banyak permasalahan pembelajaran IPA yang diangkat ke media tanpa adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan tetap bertahan bahkan jatuh pada lobang yang sama, lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita inginkan? Selain itu pemberian materipun harus diperhatikan, hal ini untuk menghindari kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini. Selain itu pembelajaran bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.



8



Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak adanya media pembelajaran yang memadai untuk menjelaskan suatu konsep diluar praktikum dan observasi. Hal ini akan mempersulit anak dalam memahami konsep sehingga tak jarang anak memahami diluar konsep yang sebetulnya jadi guru harus kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil monitoring kelas pada saat pembelajaran IPA, banyak sekali masalah yang muncul yang dialami oleh guru, diantaranya : 1) Guru tidak siap mengajar, dalam arti terkadang guru belum memahami konsep materi yang diajarkan. 2) Kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam memunculkan minat belajar anak. 3) Kurang optimal dalam penerapan metode pembelajran yang ada. 4) Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan 5) Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa dan sering bersifat verbalistik. Kegiatan membenahi motivasi dan prestasi merupakan kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan itu perlu dirancang sebaik mungkin guna mengkoordinasikan murid-murid untuk “siap” belajar, menerima pelajaran dengan bertanya dan menggali ilmu pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan yang bisa memberikan motivasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan, misalnya metode ceramah (bercerita), peragaan, demonstrasi, dan sosiodrama dengan bermain peran, serta metode tanya jawab.



9



Pada kegiatan memberikan motivasi, guru hendaknya memberikan pertanyaan awal yang mengarahkan pada materi yang akan dibahas, sehingga muncul berbagai opini anak tentang bebagai macam pelajaran. Hal ini penting sekali bagi murid untuk menghilangkan pola pembelajaran DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal). Pola pembelajaran DDCH punya kelemahan, yaitu : a) Kurangnya interaksi guru sehingga murid dapat menurunkan motivasi anak belajar. b) Murid apatis karena tidak ada keaktifan terlihat dalam proses pembelajaran. c) Murid kesulitan memahami konsep materi pelajaran. d) Munculnya trauma murid kepada guru yang mengajar e) Materi pelajaran yang diserap murid masuk dalam ingatan jangka pendek alias STM (short time memory). f)



Prestasi pembelajaran IPA SD cenderung menurun.



D. Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Mengenai Kesulitan dalam Penerapan Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Untuk



mengurangi



bebagai



permasalahan



diatas,



guru



dapat



mengembangkan pendekatan pembelajaran “PAKEMI” dan inovatif, pembelajaran aktif, kreatif, enak, menyenangkan. Pendekatan pembelajaran PAKEMI paling tidak dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu: 1) Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antar keduanya. 10



2) Guru dan murid dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran. 3) Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran. 4) Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas. Akhirnya pembelajaran yang dilaksanakan jika ingin mencapai “Sukses” sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu: guru, murid, tujuan yang akan dicapai, penggunaan media pembelajaran, metode diterapkan dan sistem evaluasi, pengetahuan yang tepat yang dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya pada satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan siswa ini menjadi semacam penjaring tentang hal-hal yang harus dipelajari, selain itu pengetahuan yang telah dimiliki juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru dikonstruksi. Proses belajar siswa sesungguhnya mirip dengan apa yang dilakukan para Ilmuan IPA, yaitu melalui pengamatan dan percobaan. Penelitian IPA adalah penelitian empiris, siswa sekolah dasar juga belajar IPA melalui investigasi yang melakukan sendiri. Jika pengalaman itu tidak memadai maka pemahamannya juga tidak lengkap. Investigasi merupakan cara normal bagi siswa yang belajar. Abstrak



mata



pelajaran



di



Sekolah



Dasar



merupakan



program



menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan menilai ilmiah kepada siswa. Dengan pelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang alam. Dilihat dari sisi atau cakupan materi IPA termasuk mata pelajaran yang relatif sarat dengan materi. Secara keseluruhan materi mata perlajaran IPA di SD mencakup (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya



11



yaitu manusia, hewan dan tumbuhan serta interaksinya, (2) materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi ; udara, air, tanah dan batuan, (3) listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tatasurya, bumi dan benda-benda langit lainnya, (4) kesehatan makanan, penyakitdan pencegahannya, dan (5) sumber daya alam, pemeliharaan dan kegunaan, pemeliharaan dan pelestarian. Pembelajaran IPA di sekolah dasar mempunyai misi mengembangkan proses berpikir untuk memperoleh konsep. Solusi akan kesulitan pembelajaran IPA dengan suatu model pembelajaran IPA SD secara terpadu yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran secara menyeluruh dan melibatkan adanya proses sehingga anak dapat memperoleh konsep secara bermakna. Model pembelajaran IPA secara terpadu disini disajikan dengan metode eksperimen, dengan tujuan agar dapat memajukan antara materi dengan proses atau memadukan antara teori dengan praktek, baik yang terjadi dalam lingkungan alam maupun yang diterapkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksudkan adalah pembelajaran IPA baik yang secara terpadu maupun pembelajaran IPA secara biasa. Sedangkan dimaksud dengan variabel terikat adalah hasil belajar anak setelah mengikuti pembelajaran yang mencakup penguasaan konsep, pengembangan sikap ilmiah dan pengembangan persepsi terhadap keterampilan proses. Menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata yang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektifitas pembelajaran IPA secara terpadu tersebut, terhadap hasil belajar siswa tentang IPA.



12



Dari hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa dengan pembelajaran IPA secara terpadu dapat: (1) Mencapai penguasaan konsep pada siswa lebih baik daripada



siswa



yang



mengikuti



pembelajaran



IPA



secara



biasa,



(2)



Mengembangkan sikap alamiah pada siswa lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa, dan (3) mengembangkan persepsi terhadap keterampilan, proses pada siswa lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa. Setelah selesai dengan kegiatan awal guru dapat melanjutkan dengan kegiatan inti yang meliputi berbagai kegiatan yaitu pembelajaran kelompok kerja, pengajaran tugas dalam kelompok, penjelasan, tanya jawab, pemaparan hasil kerja kelompok dan kesimpulan. Sedangkan kegiatan penutup pelajaran dapat dijadikan kegiatan pemantapan yaitu mengulas kembali semua materi yang telah diserap murid. Selanjutnya ada tanya jawab tentang aplikasi materi pelajaran yang sudah dibahas dengan penerapan yang terjadi di sekitar murid. Kegiatan akhir penutup adalah post test pemberian evaluasi akhir pelajaran untuk mengetahui daya serap murid terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran



dengan



pendekatan



lingkungan



memerlukan



jenis



pembelajaran yang sesuai. Salah satu jenis pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang terpencar dalam pembelajaran kooperatif metode pendidikan kelompok. Penyelidikan Kelompok Sebagai Salah Satu Ragam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada



13



metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Menurut Ibrahim dkk. (2000) pembelajaran kooperatif didirika



oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang



bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk



bekerjasama



pada



suatu



tugas



bersama,



dan



mereka



harus



mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yakni Penyelidikan Kelompok (Investigasi Kelompok). Penyelidikan kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Model ini diperkenalkan pertama kali oleh Thelan kemudian dikembangkan oleh Shalan dan kawan-kawan. Model ini lebih menekankan pada siswa, di mana siswa terlibat secara langsung dalam perencanaan, baik topik maupun jalannya penyelidikan mereka (Ibrahim dkk. 2000) Menurut Irawan dkk., (1994) model belajar penyelidikan kelompok mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah pebelajar mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial. Di dalam model ini terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”, dan dinamika belajar atau “the dinamic of the learning group”. Penelitian adalah proses dimana siswa dirangsang dengan cara menghadapkannya pada masalah. Di dalam proses ini siswa memasuki situasi



14



di mana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri bisa berasal dari siswa atau diberikan oleh guru dan harus berorietasi ke lapangan, misalnya siswa diminta mengumpulkan data tentang penduduk, penyakit, dan lain-lain, maka siswa harus bekerjasama dalam kelompok dan dalam bekerja dituntut kemandirian. Model pembelajaran penyelidikan kelompok memiliki 6 tahapan. Menurut Sharan dkk. (1984) dalam Ibrahim dkk. (2000) keenam tahapan tersebut sebagai berikut : a) Pemilihan Topik Siswa memilih subtopik khusus dalam masalah umum yang telah ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. b) Perencanaan



kooperatif Siswa



dan



guru



merencanakan



prosedur



pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. c) Implementasi. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber bejalar yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. d) Analisis dan Sintesis. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi



15



e) tersebut ringkas disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. f) Presentasi hasil final. Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif yang luas dalam topik itu, presentasi dikoordinasi oleh guru. g) Evaluasi. Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. Keenam tahapan atau fase tersebut menjadi fase-fase dalam pembelajaran dalam penyelidikan kelompok.



E. Rencana Pelaksanan Pembelajaran IPA Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA, yang terkait dengan solusi untuk mengatasi kesulitan dalam permasalahan pelajaran IPA di Sekolah dasar ini adalah sebagai berikut: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah



: ..................................



Mata Pelajaran



: IPA



Kelas/Semester



: VI/Satu



16



Standar Kompetansi



: 5. Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda.



Kompetensi Dasar



: 5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda. 5.2 Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas.



Indikator Pembelajaran



: 1) Siswa dapat membedakan arti konduktor dan isolator. 2) Siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan isolator panas 3) Siswa dapat menggolongkan benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas. : 2 × 35 menit



Waktu I.



Tujuan Pembelajaran 



Siswa dapat membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda.







Siswa dapat menjelaskan alasan pemilihan benda berdasarkan kemampuan menghantarkan panas.



17



II.



Materi Ajar atau Bahan Ajar 



Kamu tentu pernah memasak air di dalam panci. Air yang akan kamu minum harus dimasak terlebih dahulu. Panci untuk memasak biasanya terbuat dari alumunium. Alumunium banyak digunakan karena dapat menghantarkan panas dengan baik.







Benda apa saja yang dapat menghantarkan panas dengan baik? Bagaimana sifat dari benda-benda itu? Temukan jawabannya dalam bab ini.



A. Kemampuan Menghantarkan Panas pada Benda Panas disebut juga kalor. Panas atau kalor merupakan satu bentuk energi. Dikenal dengan istilah energi panas. Temperatur atau suhu adalah



18



ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Temperatur atau suhu disebut juga derajat panas. Alat pengukur suhu adalah termometer. Panas atau kalor dapat merambat atau berpindah. Perpindahan kalor terjadi dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Benda yang mampu menghantarkan panas disebut konduktor. Benda yang tidak mampu menghantarkan panas disebut isolator. Contoh benda yang bersifat konduktor, antara lain berbagai jenis logam dan teflon. Contoh benda yang bersifat isolator, antara lain plastik, kain, kertas, dan gabus. 1) Jenis-jenis Benda yang dapat Menghantarkan Panas Setrika baju terbuat dari logam karena sifatnya mampu menghantarkan panas dengan cepat. Logam seperti besi dan baja, merupakan konduktor yang baik. 2) Jenis-jenis Benda yang Tidak Menghantarkan Panas Bahan-bahan di bawah ini merupakan jenis bahan yang sulit menghantarkan panas. Bahan-bahan tersebut termasuk isolator. Bahanbahan isolator yang dipanaskan pada suhu tinggi akan terbakar. Semua jenis benda nonlogam tidak mampu menghantarkan panas dengan baik. Kertas, kayu, kain, dan plastik merupakan bahan isolator. Setrika baju terbuat dari logam karena sifatnya mampu menghantarkan panas dengan cepat. Logam seperti besi dan baja, merupakan konduktor yang baik.



19



REFLEKSI Benda-benda di sekitarmu memiliki suhu, hantaran, dan kegunaan yang sangat bermanfaat. Setelah mempelajari bab ini, kamu dapat mengetahui bahwa benda-benda di sekitarmu mempunyai kegunaan yang dapat kamu gunakan untuk mempermudah pekerjaanmu. III.



Metode Pembelajaran A.



Pendekatan : Student Centered Approach (Pendekatan Berorientasi Siswa).



IV.



B.



Metode



: Inkuiri, Diskusi, Eksperimen, Tanya jawab.



C.



Model



: Kooperatif dengan “Penyelidikan Kelompok”.



Kegiatan Pembelajaran  Kegiatan Awal



:



Apersepsi dan Motivasi :



 Tanya jawab tentang materi pelajaran yang akan dipelajari dengan mengaitkan materi pembelajaran yang sebelumnya.



 Mengajukan pertanyaan tentang memasak air di dalam panci. Air yang akan minum harus dimasak terlebih dahulu. Panci untuk memasak biasanya terbuat dari alumunium. 



Kegiatan Inti



:



 Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, siswa :



20



 Diajukan pertanyaan, “Benda apa saja yang dapat menghantarkan panas dengan baik? Bagaimana sifat dari benda-benda itu?”



 Untuk menjawab pertanyaan di atas siswa melakukan kegiatan eksperimen dengan pembagian kelompok yang terdiri 5-6 orang per kelompok.  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, siswa :  Setelah siswa melakukan eksperimen, siswa dapat menjawab soal-soal yang ada dalam Lembar Kerja siswa yang telah disediakan.  Kemudian siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas sesuai uratan kelompok.  Sebagai apresiasi, siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat dan kegiatan



eksperimennya



benar.



Siswa



dengan



kelompoknya



mendapatkan tanda bintang sebagai apresiasi yang diberikan guru dan siswa lainnya.  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, siswa :  Melakukan tanya jawab tentang meteri isolator dan konduktor dengan sifat-sifatnya.  Siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari dengan melakukan post test. 



Penutup



:



Dalam kegiatan penutup, siswa :



21



 Mengumpulkan hasil post test untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi pembelajaran.  Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.  Siswa dan guru bersama-sama berdoa. V.



Alat dan Media Pembelajaran  Laptop  Infocus  Papan tulis  Buku  Lembar kerja Siswa  Alat dan Bahan Eksperimen (Lilin batangan, Potongan besi atau paku besar, Kertas yang dilipat, Kain serbet, Penjepit dari kayu, Penjepit dari plastik, Penjepit dari logam).



VI. Evaluasi  Jenis Tes



: Lisan, Tertulis.



 Bentuk Instrumen



: Lembar Penilaian Produk



 Kunci Jawaban



: Post Test



VII. Penilaian: Indikator Pencapaian



Teknik



Bentuk



Kompetensi



Penilaian



Instrumen



Instrumen/ Soal



o Membuat daftar nama alat-alat dapur dan



Tugas



Laporan



o Buatkan daftar nama alat-alat



Individu



22



alat-alat rumah tangga



dapur dan alat-



yang bersifat



Tugas



Uraian



alat rumah tangga



konduktor atau



Kelompok



Objektif



yang bersifat konduktor atau



isolator.



isolator.



o Membedakan bahanbahan yang bersifat konduktor atau isolator



o Bedakan bahan-



melalui pengamatan.



bahan yang bersifat konduktor atau isolator melalui pengamatan.



FORMAT KRITERIA PENILAIAN  PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.



Aspek Konsep



Kriteria



Skor



* semua benar



4



* sebagian besar benar



3



* sebagian kecil benar



2



* semua salah



1



23



 PERFORMANSI No. 1.



2.



3.



Aspek Pengetahuan



Praktek



Sikap



Kriteria



Skor



* Pengetahuan



4



* kadang-kadang Pengetahuan



2



* tidak Pengetahuan



1



* aktif Praktek



4



* kadang-kadang aktif



2



* tidak aktif



1



* Sikap



4



* kadang-kadang Sikap



2



* tidak Sikap



1



 LEMBAR PENILAIAN Nama



Performan



Siswa



Pengetahuan Praktek Sikap



No



Jumlah Produk



1. 2. 3. 4. 5.



24



Nilai Skor



6. 7. 8. 9. CATATAN :



 Nilai = (Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.  Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial. Sumedang, ............... 2015 Mengetahui Kepala Sekolah



Guru Mapel IPA



..................................



..................................



NIP :



NIP :



25



Pratikum Tujuan : Mengetahui kemampuan benda dalam menghantarkan panas. Alat dan bahan: 1.



Lilin batangan



2.



Potongan besi atau paku besar



3.



Kertas yang dilipat



4.



Kain serbet



5.



Penjepit dari kayu



6.



Penjepit dari plastik



7.



Penjepit dari logam



Cara kerja: 1.



Buatlah kelompok kerja, masing-masing kelompok 5 anak.



2.



Nyalakan lilin batangan, kemudian panaskan besi di atas lilin yang menyala menggunakan bahan-bahan berikut secara bergantian sebagai pegangan:



3.



a.



Lipatan kertas



b.



Kain serbet



c.



Kenjepit dari kayu



d.



Penjepit dari plastik



e.



Penjepit dari logam



Panaskan besi selama kurang lebih 3 menit untuk masing-masing pegangan.



26



4.



Salin dan lengkapilah tabel di bawah ini. Kemudian jawablah Pertanyaanpertanyaan di bawah tabel. Kerjakan di buku latihanmu. Kemampuan Menghantarkan Panas No.



Jenis Benda



Ket. Cepat



1.



Besi



2.



Kertas



3.



Kain



4.



Kayu



5.



Plastik



6.



Logam



Lambat



Pertanyaan: 1.



Bagaimana kemampuan benda-benda di atas dalam menghantarkan panas? Jawab: ……………………………………………………………………….



2.



Benda apakah yang paling cepat menghantarkan panas? Jawab: ……………………………………………………………………….



3.



Benda apakah yang paling lambat menghantarkan panas? Jawab: ……………………………………………………………………….



4.



Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil? Jawab: ……………………………………………………………………….



27



Post Test I. Isilah dengan jawaban singkat. 1. Temperatur atau panas disebut juga …. 2. Perpindahan kalor terjadi dari benda … ke benda …. 3. Besi, tembaga, alumunium merupakan bahan yang bersifat …. 4. Plastik, kertas, gabus merupakan bahan yang bersifat …. 5. Teflon digunakan untuk membuat panci, karena sifatnya …. Jawablah. 1. Tuliskan 2 bahan yang termasuk konduktor. (Bobot nilai 20) 2. Tuliskan 4 bahan yang termasuk isolator. (Bobot nilai 40) 3. Tuliskan bahan pembuat setrika listrik dan berikan pen-jelasannya. (Bobot nilai 40)



Kunci Jawaban Post Test : Bagian I 1.



kalor



2.



yang lebih panas ke benda yang lebih dingin



3.



konduktor



4.



isolator



5.



sebagai konduktor yang baik



28



Bagian II 1.



Besi, alumunium.



2.



Kain, kertas, gabus, dan plastik.



3.



- Besi sebagai alas setrika karena besi menghantar panas secara bertahap, besi juga bersifat berat sehingga lebih mudah menghaluskan pakaian. - Kayu atau plastik sebagai pegangan, karena sifatnya sebagai isolator (penahan panas).



29



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tidak akan menjadi



permasalahan



lagi,



jika



guru



mampu



melaksanakan



kegiatan



pembelajaran yang menyenangkan dengan konsep pembelajaran yang ada. Salah satu pemilihan model pembelajaran adalah faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, seperti model pembelajaran kooperatif dengan penyelidikan kelompok. Model tersebut bisa dijadikan sebagai model pembelajaran saat kegiatan eksperimen sederhana. Sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar IPA. Namun hal ini tetap saja tidak dijadikan acuan utama dalam keberhasilan, keberhasilan belajar tetap bergantung pada setiap individu dari pendidik yang profesional dan dari peserta didiknya sendiri. B. Saran Adapun saran yang bisa penyusun sampaikan, diantaranya untuk Mahasiswa PGSD STKIP Sebelas April Sumedang khususnya. Makalah ini dapat dijadikan acuan bahan pembelajaran mata kuliah Model Pembelajaran. Dan untuk masyarakat pada umumnya, dapat menjadi makalah ini sebagai bahan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran di Sekolah Dasar.



30



DAFTAR PUSTAKA



Sulistyiowati, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD Kelas 6. Jakarta: Swadaya Murni. Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bandung: Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.



31