Produksi Ternak Kambing Dan Domba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kuliah Minggu ke 13 - 14 POKOK BAHASAN



: PRODUKTIVITAS TERNAK POTONG DAN KERJA



SUB POKOK BAHASAN



:PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING DAN DOMBA



Tujuan Instruksional Umum : Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang produktivitas ternak kambing dan domba sebagai ternak pedaging dan penghasil wool Tujuan Instruksional Khusus :  Memberi pemahaman tentang beberapa koefisien teknis ternak kambing dan domba, baik sebagai penghasil daging maupun wool  Memberikan pemahaman tentang tolok ukur produktivitas ternak kambing dan domba. Diskripsi Singkat Sub Pokok Bahasan Pokok bahasan ini menguraikan beberapa fungsi ternak kambing dan domba, tolok ukur tingkat produksi dan reproduksi (produktivitas), faktor-faktor yang mempengaruhinya serta koefisien tehnis usaha ternak kambing dan domba. URAIAN MATERI: Pendahuluan Kambing dan domba merupakan ternak potong yang cukup berarti sumbangannya dalam menunjang tingkat ketersediaan daging nasional serta dalam menunjang perekonomian masyarakat di pedesaan. Kambing dan domba merupakan ternak ruminansia kecil yang secara fisik maupun fisiologis berbeda, tetapi koefisien tehnis usaha kedua jenis ternak tersebut hampir sama. Ternak kambing dan domba merupakan ternak yang cukup digemari oleh masyarakat di pedesaan, ini disebabkan karena disamping performan produksi dan reproduksinya cukup baik juga tidak membutuhkan biaya yang besar untuk memulai usaha. Usaha ternak kambing dan domba di Indonesia masih merupakan usaha sampingan dan bersifat tradisional. Diperkirakan jumlah petani pemilik ternak kambing dan domba di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 84% dari perkiraan jumlah keluarga tani yang menguasai areal tanah. Pemilikan ternak tersebut hampir merata diseluruh Indonesia. ada beberapa jenis kambing yang dipelihara peternak di Indonesia yaitu kambig Kacang, kambing Jamnapari atau kambing Ettawa, kambing Peranakan Ettawa (PE), kambing Gembrong dan kambing Boer. Jenis domba yang dipelihara di negeri ini ialah domba Priangan di Jawa Barat, domba Ekor Gemuk (DEG) mulai dari Jawa Tengah sampai kawasan Timur Indonesia dan domba Ekor Tipis terdapat di Jawa Barat dan Sumatra. Kambing dan domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat luas penyebarannya. Ternak ini tersebar luas di Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara, terutama di daerah-daerah panas, kering dan bergunung-gunung, selain itu juga tersebar luas di Eropa, Amerika Utara dan daerah dingin lainnya. Hampir 80% populasi kambing dan domba di Indonesia terdapat di pulau Jawa. Peternak di Jawa sangat menyukai ternak ini, karena sifatnya yang menguntungkan, antara lain modal yang diperlukan untuk



107



memeliharanya relatif kecil, cepat berkembang biak, jumlah anak dalam setiap kelahiran sering lebih dari satu ekor dan selang antara kelahiran pendek. Dewasa ini pengembangan kambing dan domba sudah cukup populer di pedesaan. Kambing dan domba sangat efisien mengubah bahan pakan bermutu rendah menjadi daging. Selain itu, kemmampuan ternak kamding dan domba mencerna bahan pakan yang secara normal tidak bisa digunakan ternak ruminansia lain, merupakan salah satu keunggulannya. Kegunaan Ternak Kambing Dan Domba 1. Sebagai Ternak Potong Ternak kambing dan domba mempunyai potensi yang cukup besar sebagai ternak penghasil bahan makanan khususnya daging. Tingkat kesukaan konsumen terhadap daging kambing dan domba berbeda, dimana daging kambing lebih disukai dari daging domba. Hal ini disebabkan; daging kambing lebih empuk, perlemakan lebih rendah, seratnya lebih halus dan mempunyai cita rasa dan aroma khusus. Di Malaysia daging kambing mempunyai harga yang lebih tinggi dari daging lainnya. Klasifikasi daging kambing umumnya di dasarkan pada umur kronologis saat ternak dipotong. Ada tiga katagori daging kambing di daerah tropis yaitu : 1. Daging anak kambing (kid) yaitu daging yang diperoleh dari pemotongan kambing pada umur 8 sampai dengan 12 minggu dengan bobot hidup 6 – 8 kg, ini merupakan produk spesial yang umum dikonsumsi masyarakat Amerika Latin dan India Timur. 2. Daging kambing muda (young Goat) yaitu daging kambing yang dipotong pada umur 1 – 2 tahun dengan kisaran bobot badan 12,9 – 24,7 kg untuk yang jantan dan 11,2 – 19,7 kg bagi betina, katagori ini merupakan produk yang lazim. 3. Daging kambing tua (old goat), daging kambing yang dipotong pada umur lebih dari 2 tahun. Katagori ini merupakan daging dari ternak kambing afkiran dari usaha pembibitan atau kambing perah. Daging kambing ada yang disebut “cabrito” dan “chevon” tergantung pada umur saat kambing dipotong. Cabrito (kambing yang masih kecil) berasal dari anak kambing yang dipotong setelah menerima kolustrum beberapa hari pada permulaan hidupnya. Ddaging ini terutama digunakan untuk daging panggang . Chevon berasal dari kambing dipotong pada saat disapih atau lebih tua lagi. Daging chevon ini dikelompokkan berdasarkan umurnya. Produksi daging kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot hidup, breed. Bobot hidup beberapa bangsa kambing dapat dilihat pada tabl berikut:



Tabel. 24. Bobot hidup beberapa bangsa (breed) Kambing Potong Umur 12 bln.



108



Breed



Daerah



Barbari



India



Jamnapari



India



Kacang



Malaysia



Mubende



Afrika



Anglo-nubian



Venezuela



Cariollo Blak Bengal



India



Gurun-sudan



Sudan



India



Kelamin Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina



Bobot hidup (kg) 14,9 13,0 18,4 16,5 24,7 19,7 24,6 18,2 24,6 18,2 17,2 13,5 13,0 11,2 21,4 19,4



Refrensi Singh Singh Davendra Sacker Castillo Chenost Guha Wilson



Davendra and Burns, 1983. 2. Sebagai Ternak Mohair Beberapa breed kambing dan domba ada yang spesifik dipelihara untuk tujuan mendapatkan bulu (hasil utama). Kambing Anggora adalah kambing dual porpus, sebagai ternak potong dan ternak penghasil bulu. Sebagian besar (85%) produksi mohair di dunia berasal dari Amerika Serikat dan Turki. Di Amerika Serikat 90% populasi kambing adalah Anggora. Mohair tumbuh 15 hingga 30 cm dan kambing dapat dipangkas bulunya dua kali setahun. Rata-rata produksi mohair sebanyak 3 kg tiap ekor kambing dalam satu kali pencukuran. Bulu domba merupakan bahan industri tektil yang cukup baik. Bulu domba merupakan isolator yang sangat baik/ unggul dalam melindungi badan dari sinar matahari. Bulu domba akan mengabsorbsi uap air sampai lebih 18% dari bobotnya tanpa terasa lembab, ini merupakan hal yang penting dalam melindungi domba pada cuaca dingin dan lembab. Breed domba yang terkenal sebagai penghasil bulu adalah Merino dan Lingkoln masing-masing menghasilkan woll sebanyak 9 – 12 kg dan 6 – 7 kg setiap pemotongan. 3. Sebagai Ternak Penghasil Kulit. Walaupun sampai saat ini belum ditemukan breed kambing dan domba yang khusus sebagai penghasil kulit, namun demikian kambing dan domba dapat menghasilkan kulit yang cukup berkualitas sebagai bahan baku industri seperti sepatu, tas dan lainnya. Ternak kambing dan domba dapat menghasilkan bulu sekitr 5 – 10 % dari bobot badan. 4. Sebagai Obyek Wisata Di Indonesia ada satu breed domba yang cukup populer sebagai ternak tipe Funci (kesenangan), karena domba ini dapat beratraksi dengan baik untuk menghibur penontonnya. Domba garut dipakai sebagai atraksi adu domba yang sangat menarik bagi wisatawan domestik maupun manca negara (luar negeri). 5. Sebagai Tabungan Kambing dan domba merupakan ternak ruminansia kecil yang cukup membantu para tani ternak di pedesaan. Ternak kambing dianggap sebagai tabungan yang setiap saat bisa dijadikan uang. Ternak kambing dan domba merupakan “bank hidup” bagi para peternak di pedesaan. 6. Sebagai sumber pupuk kandang



109



Faeces kambing merupakan bahan pupuk kandang yang cukup baik untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Kambing dan domba dapat menghasilkan faeces 5% dari bobot badan setiap hari. Beda Kambing Dan Domba Diantara macam-macam jenis kambing yang berhasil dikembangkan menjadi binatang ternak adalah kambing jinak capra aegagrus hircus dan domba jinak ovis ammon aries. Kedua hewan ternak itu mempunyai perbedaan sifat biologis sebagai berikut: Domba suka menggerombol pada semua aktifitasnya, sifat ini memberi keuntungan bagi peternak terutama kemudahan dalam menguasai ternaknya, tetapi sifat ini mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap padang gembala. Karena pada lokasi rumput yang disenangi domba, disitulah tempat bergerombolnya domba merumput sehingga pada lokasi tersebut sering kali padang gembalanya menjadi gundul. Tabel 25. Beda sifat biologis antara Kambing dan Domba Sifat Biologis Dewasa Tubuh Umur Sapih Siklus Birahi Lama Birahi Birahi Pertama (umur)) Kawin Pertama (umur) Lama bunting Jumlah anak/ kelahiran Kebiasaan merumput Sifat bergerombol Adaptasi



Kambing 18 bulan 4 bulan 14 – 21 hari 24 jam 10 – 12 bulan 10 – 12 bulan 5 bulan 1 – 3 ekor Sepanjang hari Kurang 0 – 1000 m dpl



Domba 20 bulan 6 bulan 17 hari 30 jam 8 – 10 bulan 18 bulan 147 hari 1 – 4 ekor Pagi dan sore hari Besar Dataran rendah– pegunungan



Indikator Produktivitas Kambing Dan Domba Ukuran Efisiensi Produksi Produktivitas ternak kambing dan domba dapat dicerminkan dari kemampuan ternak tersebut mengubah bahan pakan menjadi produk, terutama yang terkait dengan produk yang bisa di konsumsi yaitu daging. Untuk mengetahui kemampuan produksi ini, biasanya di ukur melalui nilai pertumbuhan yang dicapai baik pertumbuhan pre-natal maupun pertumbuhan post-natal. Tingkat pertumbuhan pre-natal dapat di ukur melalui bobot ketika ternak lahir (bobot lahir), ternak dengan bobot lahir yang lebih tinggi menunjukkan tingkat pertumbuhan pra-lahir yang lebih tinggi. Pertumbuhan post-natal dapat dilihat dari pencapaian bobot sampai umur tertentu (bobot dewasa dan bobot potong). Pertambahan bobot badn harian (daily gain) juga merupakan tolok ukur utama dalam menentukan kapasitas pertumbuhan pada ternak potong. Angka pertumbuhan yang tinggi tidak akan banyak manfaatnya kalau tidak dibarengi dengan efisiensi pakan yang tinggi dalam proses produksi ternak. Disamping itu proporsi bagian yang dapat dimakan (komposisi tubuh) parameter efisiensi produksi ternak potong. Bobot Lahir 110



Pengukuran bobot lahir dilakukan dengan cara menimbang ternak pada saat lahir sampai dengan batas waktu tertentu. Data bobot lahir ini diperoleh malalui penimbangan ternak sejak partus sampai umur 12 jam, tetapi ada juga yang mengukurnya sampai umur tiga hari. Bobot lahir mempunyai hubungan yang positif terhadap laju pertumbuhan harian, ukuran dewasa dan daya hidup anak kambing dan domba. Ternak dengan bobot lahir yang lebih tinggi akan mencapai bobot sapih yang lebih tinggi pada umur yang sama. Tabel 26. Bobot Lahir Bangsa-Bangsa Kambing Tropis Bangsa Anglo-nubian Beetal Cariollo Damascus Jamnapari Maxoto Kacang Alpin Beetal Vs Alpina



Bobot Lahir (kg) Jantan Betina Tunggal Kembar Tunggal Kembar 3,3 2,9 2,9 2,7 3,2 2,8 3,0 2,8 2,6 2.3 2,4 2,0 3,7 3,5 3,3 3,1 4,9 4,4 4,2 3,9 2,5 2,1 2,3 2,0 1,3 1,0 1,1 1,0 3,7 3,3 3,6 3,0 3,5 3,3 3,2 3,0



Keragaman bobot lahir dipengaruhi oleh breed, kelamin anak, umur dan bobot induk, nutrisi dll. Kambing Ettawa memiliki bobot lahir yang lebih tinggi dibanding kambing Kacang pada umur induk dan tipe kelahiran yang sama. Anak jantan memiliki bobot lahir yang lebih tinggi dibanding anak betina. Kualitas dan kuantitas pakan yang diterima oleh induk yang sedang bunting, terutama pada waktu 1/3 akhir kebuntingan sangat menentukan bobot lahir ternak kambing dan domba. Oleh karena itu untuk memperbaiki bobot lahir dianjurkan untuk melakukan “flusing” pada induk bunting ketika umur kandungan memasuki 1/3 akhir kebuntingan. Bobot Sapih Setelah anak lahir, pertumbuhan hingga saat disapih sebagian besar merupakan pencerminan dari produksi induk dan kemampuan anak untuk tumbuh yang diwariskan dari tetuanya. Anak kambing dan domba yang menyusu pada induk dengan produksi susu yang tinggi dan mendapat manajemen kesehatan yang lebih baik dapat dijamin bahwa bobot sapihnya akan lebih tinggi dibanding dengan anak kambing yang menyusu pada induk yang mempunyai produksi susu yang rendah dan sering terkena penyakit. Bobot lahir merupakan parameter yang sering digunakan sebagai kriteria dalam seleksi ternak bibit dan bakalan. Anak kambing dan domba dengan bobot sapih yang lebih tinggi biasanya dikelompokkan bersama-sama untuk diseleksi, yang terbaik digunakan sebagai bibit peremajaan. Perlulah dicatat, bahwa bobot untuk dapat digunakan dalam pembandingan harus disesuaikan atau dibebaskan dari perbedaan jenis kelamin dan variasi umur. Penyapihan ternak kambing dan domba sangat tergantung pada tingkat produksi susu induknya. Semakin lama masa laktasi induk maka semakin lama pula induk menyapih anaknya. Umumnya penyapihan anak kambing dan domba dilakukan pada umur 100 hari. 111



Variasi bobot sapih juga ditentukan oleh breed kambing dan domba , bobot sapih kambing Kacang 10 kg, kambing PE 15 kg sedangkan domba Ekor Gemuk 32 kg dan domba Ekor Tipis 10 kg. Bobot Dewasa Potensi produksi ternak potong (kambing dan domba) dapat dilihat dari pencapaian bobot dewasa ternak tersebut. Kambing dan domba dengan bobot dewasa yang lebih tinggi mempunyai nilai produksi yang lebih baik. Bobot dewasa merupakan salah satu tolok ukur riil yang bisa digunakan untuk memprediksi hasil akhir (daging) yang dihasilkan oleh ternak tersebut. Keragaman bobot lahir pada ternak kambing dan domba dipengaruhi oleh: bangsa, pakan musim kelahiran, tipe kelahiran, jenis kelamin dll. Tabel 27. Bobot Badan, Ukuran Tubuh dan Pertambahan Bobot Badan Kambing dan Domba BB PBB (kg) TP (cm) PB (cm) LD (cm) ♂ - ♀ ♂ - ♀ ♂ - ♀ ♂ - ♀ ♂ - ♀ Kambing Kacang 25 – 20 0,04 – 0,10 50 – 40 51 – 42 70 – 55 Kambing PE 30 – 25 0,07 – 0,12 55 – 45 51 – 50 70 – 60 Domba Garut 30 – 25 0,15 – 0,25 55 – 45 55 – 48 74 – 59 Domba Ekor Gemuk 25 – 20 0,10 – 0,15 50 – 40 51 – 42 70 – 55 Domba Ekor Tipis 20 – 15 0,07 – 0,12 55 – 45 56 – 50 70 – 60 Sumber : Dirjen Peternakan, 1985 Keterangan BB = Bobot Badan; PBB = Pertambahan Bobot Badan ; TP = Tinggi Pundak; PB = Panjang Badan ; LD = Lingkar Dada Bangsa



Proporsi Karkas Dan Daging Performen produksi ternak kambing dan domba dapat dinilai dari kemampuan ternak tersebut dalam menghasilkan karkas dan daging baik secara kualitas maupun kuantitas. Makin tinggi bobot atau proporsi karkas dan daging yang dihasilkan oleh seekor ternak, semakin tinggi pula nilai ternak tersebut sebagai ternak potong. Besarnya proporsi karkas dan daging yang dihasilkan sangat tergantung pada potensi genetik dan dukungan faktor lingkungan yang diterima ternak semasa hidupnya. Bagaimanapun baiknya potensi genetik kalau tidak ditunjang lingkungan yang memadai, maka potensi itu tidak akan muncul secara sempurna. Produksi karkas kambing jantan pada umur kronologis yang sama lebih tinggi dari kambing betina. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensi tumbuh yangberakibat terhadap perbedaan bobot hidup dan berikutnya akan mempengaruhi bobot karkas yang dihasilkannya.



Tabel 28. Persentase Karkas Beberapa Bangsa Kambing dan Domba Bangsa Anglo-nubian Anggora Beetal Jamnapari Kacang Saanen Vs Ethiopia



Bobot Hidup (kg) 21,1 33,2 24,0 25,5 22,8 112



Karkas (%) 51,4 52,6 51,1 55,8 47,4 46,0



Domba Ekor Gemuk



25,0



51,5



Tabel 29. Estimasi Total Edible Beberapa Breed Kambing Breed Kacang (betina) Kacang (jantan) Boer Iindigenous (jantan) Indigenous (betina) Sumber : Davendra and Burn (1982)



Lokasi Malaysia Malaysia Boswana Malawi Boswana



Total Edible (%) 61,6 71,5 70,0 81,5 71,5



Ukuran Efisiensi Reproduksi Kesuburan Kesuburan merupakan kemampuan dari pejantan atau kambing betina untuk menghasilkan sperma atau sel telur yang mampu membentuk zygote dan menghasilkan keturunan yang daya tahan hidupya tinggi. Keuntungan dari kambing dan domba betina tergantung dari angka reproduksi yang merupakan cerminan dari kesuburannya. Ada beberapa caran menentukan fertilitas ternak kambing dan domba. 1. Service Per Conception. Adalah jumlah servis/ perkawinan sampai menghasilkan kebuntingan. Angka servis per konsepsi dapat dijadikan sebagai petunjuk tingkat kesuburan induk atau pejantan. Makin tinggi angka service per conception maka makin rendah tingkat kesuburan kawanan ternak. Kambing mempunyai angka service per conception berkisar antara 1,2 – 1,7 hal ini sangat memuaskan. Jika rata-rata perkawinan tiap kebuntingan adalah 1,7 atau lebih, maka dianggap fertilitas induk-induk kambing dan domba dari peternakan itu adalah rendah. Angka cervice per conception yang diperoleh masing-masing bangsa kambing Boer 1,5 ; Saanen 1,8 ; Anggora 1,55 dan Anglo-nubian 1,50. 2. Tingkat Kelahiran (Kid/ Lab Crop) Paling banyak peternak yang menghitung fertilitas kambingnya dalam bentuk Kid crop. Kid/ Lam crop merupakan jumlah anak yang dilahirkan pertahun. Angka kid crop dihitung dengan cara: jumlah ternak yang melahirkan pertahun dibagi dengan jumlah induk dewasa yang ada pada kawasan ternak tersebut dikalikan 100%. Kid crop 100 – 125% adalah fertilitas yang dianggap memuaskan. 3. Jangka Beranak ( Kid/ Lam Interval) Jangka beranak merupakan periode antara dua kelahiran berurutan dan terdiri dari periode perkawinan dan kebuntingan. Makin pendek kid interval makin baik dan pada umumnya berkisar antara 7 – 9 bulan. Tabel 30. Umur Beranak I dan Kid Interval Bangsa Anglo-nubian Anggora Beetal Kacang Maradi Jamnapari



Umur beranak I (minggu) 101 103 75 62 62 76



113



Kid Interval (hari) 349 361 308 240 332 299



4. Service Period (Days Open) Service period merupakan waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan sampai dengan melahirkan kembali. Angka service period ini sangat menentukan jangka beranak kambing dan domba. Makin pendek periode ini makin baik. Lamanya service period ini pada ternak kambing dan domba berkisar antara 20 – 90 hari. 5. Non Return Rate Yang dimaksud disini ialah kambing / domba betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan tidak bunting, dinamakan juga kawin ulang. Perhitungan non return rate ini dinyatakan dalam persen atau angka dari jumlah betina yang minta kawin kembali dibagi dengan jumlah betina yang dikawinkan pada perkawinan pertama dikalikan 100% 6. Jumlah Anak Sekelahiran ( Litter Size) Kambing dan domba merupakan ternak multipara yaitu ternak yang bisa melepaskan sel telur dalam jumlah banyak pada waktu estrus atau ternak yang bisa menghasilkan anak lebih dari satu setiap kelahiran. Flushing sebelum perkawinan dapat memperbesar kejadian anak kembar. Tabel 31. Jumlah Anak Sekelahiran Beberapa Bangsa Kambing Bangsa Barbari Boer Criollo Kacang Pashima Mmakoto Anggora Beetal Jamnapari Saanen Anglo-nubian



Rataan Jumlah anak Sekelahiran (Ekor) 1,8 1,5 2,0 1,6 1,0 1,4 1,2 1,7 1,5 1,9 2,3



Koefisien Tehnis Usaha Produksi Kambing Dan Domba Sistem pengukuran memerlukan patokan-patokan tertentu. Untuk menghitung suatu besaran yang bersifat linier, luas bidang, besaran volume atau jumlah berat diperlukan angka standar yang memenuhi kaidah-kaidah yang sudah ditentukan, itulah yang disebut “koefisien tehnis”. Koefisien tehnis bisa berbentuk persentase, ukuran linier, ukuran berat, ukuran volume, ukuran luas, ukuran waktu dan rasio antar sumberdaya (gain feed ratio). Koefisien Tehnis Usaha Pembibitan Kambing / domba        



Siklus birahi : 17 hari Lama birahi : 30 jam Lama kebuntingan : 5 bulan Masa menyusu : 2 – 3 bulan Masa kering kandang : 0,5 bulan Umur afkir : 6 – 7 tahun Masa produktif induk : 1,5 – 5 tahun Kelahiran kembar terjadi pada kelahiran ke : 3 keatas 114







Panen anak



: 100 – 125%



Koefisien Tehnis Usaha Penggemukan Kambing/ Domba    



Gain per hari Bobot jual Umur bakalan Masa penggemukan



: 0,10 – 0,25 kg : 15 – 45 kg : 5 – 12 bulan : 3 – 5 bulan



Rangkuman Singkat Kambing dan domba merupakan ternak ruminansia kecil yang secara fisik Maupun fisiologis berbeda, tetapi koefisien tehnis usaha kedua jenis ternak tersebut hampir sama. Kambing dan domba merupakan ternak yang multi fungsi antara lain sebagai ternak penghasil daging, penghasil woll, penghasil kulit, pupuk kandang, sebagai obyek wisata dll. Pertambahan bobot badan harian (daily gain) merupakan tolok ukur utama dalam menentukan kapasitas pertumbuhan pada ternak potong. Indikator produksi pada kambing dan domba dapat dinilai dari : bobot lahir, bobot sapih, bobot potong dan proporsi yang dapat dimakan (karkas dan daging). Sedangkan indikator reproduksi meliputi: service per conception, kid/ lam crop, jangka beranak, service period, non return rate dan jumlah anak sekelahiran. Kesuburan merupakan kemampuan dari pejantan atau ternak betina untuk menghasilkan sperma atau sel telur yang mampu membentuk zygote dan memhasilkan keturunan yang daya tahan hidupnya tinggi. Keuntungan dari kambing dan domba betina tergantung dari angka reproduksi yang merupakan cerminan dari kesuburannya. Latihan 1. Uraikan secara singkat fungsi kambing dan domba di Indonesia. 2. Domba adalah ternak ruminansia kecil yang penyebaran di Nusa Tenggara Barat sangat terbatas! Mengapa demikian ?. Jelaskan!. 3. Mengapa pengembangan kambing dan domba secara komersial sampai saat ini masih sulit untuk dilaksanakan ?. 4. Definisikan istilah-istilah berikut : Cabrito, Chevon, Mutton, Service period, Service per conception, Kid/Lam crop, Flushing, Kid/ Lam interval, Growth rate dan Koefisien tehnis. 5. Mengapa bulu pada domba dipandang sebagai alat yang dapat melindungi ternak domba terhadap pengaruh negatif lingkungan (suhu panas dan dingin). 6. Sebut dan jelaskan beberapa cara/ karakteristik merumput pada ternak kambing dan domba. 7. Uraikan perbedaan sifat-sifat biologis antara ternak kambing dan domba!. 8. Sebut dan jelaskan beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan usaha ternak kambing dan domba. 9. Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan bobot lahir dan meningkatkan kejadian anak kembar pada ternak kambing dan domba. Bahan Bacaan Anonim,1985. Usaha Peternakan, Perencanaan, Analisa dan Pengelolaan. Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. Jakarta. Blakely J., and D.H. Bade,. 1985. The Science of Animal Husbandry. Prentice-Hall, Inc. A Division of Simon & Schuster. Englewood cliffs, New Jersey. USA. 115



Devendra, C. And M. Burn,. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropic. Logman. New York Manika, W.T., I.M. Mastika, A. Jajanegara, S. Gardiner, T.R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Indonesia. Kata-Kata Sulit ( Glossary) - Cabrito - Kid/Lam crop



- Chevon - Kid/ Lam interval



- Edible portion -Service period - Service per conception



116



117