Profiling Peserta Didik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROFILING PESERTA DIDIK (Tugas Mata Kuliah Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya)



Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Viyanti, M.Pd. Dra. Ila Rosilawati,M.Si



Disusun oleh: Dimas Fadili Rohman (NPM 22130611516)



PRODI PPG PRAJABATAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2022



KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik peserta didik sangat diperlukan untuk kepentingankepentingan dalam perancangan pembelajaran. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih (2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman atas karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Karakteristik peserta didik yang dimaksud terdiri dari etnik, kultural, status social, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan social, perkembangan moral, serta perkembangan motorik. 1. Etnik Berdasarkan hasil obeservasi penyebaran angket untuk peserta didik kelas X di SMA YP UNILA Bandar Lampung menunjukkan keragaman etnik, yakni diantara lampung, jawa, palembang, padang, sunda, bali, dan lain sebagainya, berdasarkan hasil pengisian angket diperoleh mayoritas peserta didik bersuku lampung yaitu sebesar 36,1%. Dengan beragamnya etnik peserta didik sehingga guru harus mampu untuk tidak diskriminasi terhadap beberapa suku saja, misalnya bahasa pengantar yang digunakan oleh guru, dengan kondisi peserta didik yang multi etnik baiknya guru menggunakan bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, Bu Diah yang merupakan guru Fisika di X menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di kelas, dan selama proses pembelajaran pun tidak ada unsur SARA.



2. Kultural Peserta didik sebagai anggota masyarakat yang mempunyai budaya tertentu dan menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat sangatlah beragam, misalnya seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita temui tentunya berasal dari budaya daerah yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi adalah kelas yang multikultural. Untuk mengetahui keragaman kultural di kelas maka kami menyebar angket, adapun pertanyaannya adalah sebagai berikut: 1) Agama 2) Saya masuk rumah dengan mengucapkan salam 3) Saya suka memutar lagu daerah 4) Dirumah saya berkomunikasi dengan bahasa daerah Berikut merupakan interpretasi data jawaban peserta didik berdasarkan angket yang diberikan.



   



Berdasarkan diagram hasil interpretasi di atas, dapat dilihat bahwa peserta didik mempunyai kultural yang beragam, dilihat dari suku dan agamnya, untuk kebiasaan seperti menyampaikan salam peserta didik sudah melakukannya meski frekuensinya yang berbeda-beda ada 77,8% yang menjawab selalu, 16,7% menjawab sering dan 5,5% menjawab kadang-kadang. Sedangkan untuk bahasa daerah atau lagu daerah sebagian besar peserta didik suka memutar lagu daerah dan menggunakan bahasa daerah jika di rumah. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah seorang guru dapat menerapkan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural menurut Choirul (2016: 187) memiliki ciri-ciri sebagai beriku: 1)



Tujuannya



membentuk



“manusia



budaya”



dan



menciptakan



manusia



berbudaya



(berperadaban). 2)



Materinya mangajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).



3)



Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme).



4)



Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya. Atas dasar definisi dan ciri-ciri pendidikan multikultural tersebut di atas, maka pendidik



dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu mensikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya. Berdasarkan observasi yang kami lakukan di kelas saat pembelajaran berlangsung, Bu Diah yang merupakan guru mata pelajaran fisika sudah mulai memperlihatkan pembelajaran dengan multi kultural, misalnya setiap mengawali pembelajaran di buka dengan salam dan berdoa terlebih dahulu, serta dalam pembelajaranpun tidak ada kecenderungan untuk diskriminasi terhadap budaya tertentu.



3. Status Sosial Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada di kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung. Peserta didik di kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung berasal dari status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Hal imi terlihat dari jawaban pada angket yang kami berikan kepada peserta didik. Berikut adalah hasil interpretasi jawaban peserta didik’dari angket yang sudah kami berikan.



Dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua, di kelas terdapat peserta didik yang orang tuanya wirausahawan, pegawai negeri, swasta, pedagang, dan petani. Disamping itu ada peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi mampu, ada yang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan ada juga peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Hasil dari observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran fisika terlihat peserta didik dan guru tidak membeda-bedakan status social antar peserta didik. Pada pembelajaran dilakukan praktikum dan berkelompok, setiap kelompok terlihat kerjasama dan tidak ada yang membeda-bedakan status social mereka, dan guru pun bertindak adil terhadap semua peserta didik tanpa memandang status social dari peserta didik 4. Minat Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Hurlock (1990: 114) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Atas dasar inilah minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan minat yang dimiliki seorang peserta didik. Untuk mengetahui apakah peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi atau tidak sebenarnya dapat dilihat dari indikator minat itu sendiri. Indikator minat meliputi: perasaan senang, ketertarikan peserta didik, perhatian dalam belajar, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan fungsi mata pelajaran. Untuk mengetahui minat dari peserta didik daftar pertanyaan yang kami tuang dalam angket adalah sebagai berikut: 1. Saya membuka file, video, artikel, atau soal yang dikirimkan oleh guru dan teman di grup kelas 2. Saya memberikan pendapat saya melalui diskusi dalam pembelajaran 3. Saya berusaha bertanya kepada guru agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik 4. Setiap yang disampaikan oleh guru saya dapat memahami dengan baik 5. Saya merasa terbebani ketika mendapat tugas. Berikut merupakan diagram hasil interpretasi dari angket yang sudah kami berikan



Berdasarkan hasil interpretasi data di atas, dapat disimpulkan bahwa minat dari peserta didik kelas X adalah cukup baik. Selain melalui pengisian angket kami juga melakukan wawancara dengan guru BK Menurut hasil wawancara pada guru BK dan observasi kelas minat belajar siswa pada siswa-siswa kelas X cukup beragam dan tergantung pada jam belajar dan mata pelajaran serta bagaimana guru membawa proses belajar di kelas. Menurut Bapak Imam kecendrungan siswa kelas X terhadap pembelajaran relatif rendah, tetapi tidak semua siswa seperti itu. Pesebaran siswa di setiap kelas yang beragam akan terjadi difrensiasi pembelajaran antara siswa dengan minat belajar rendah hingga tinggi yang membuat tantangan untuk guru dapat menyiasati pembelajaran dengan pembelajaran yang menyenangkan maka peserta didik juga antusias dalam pembelajaran. Minat belajar merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran, dan perlu untuk selalu ditingkatkan. Implikasinya dalam proses pembelajaran terutama menghadapi tantangan abad 21, pendidik dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), menantang dan inovatif, menyampaikan tujuan/manfaat mempelajari suatu tema/mata pelajaran, serta menggunakan beragam media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di kelas, salah satu yang dilakukan guru untuk menumbukan minat dari peserta didik dalam beajar adalah pembelajaran fisika dilakukan dengan melakukan metode praktikum di Laboratorium dimana



peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok, peserta didik terlihat antusias dan tertarik dalam melakukan praktikum, setiap anggota kelompok terlibat dalam melakukan praktikum, dan mereka mempunyai rasa ingin tahu yang lebih pada saat mereka melakukan praktikum. 5. Gaya Belajar Gaya belajar menurut Masganti (2012: 49) didefinisikan sebagai cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. DePorter dan Hemacki dalam Masganti (2012; 49) gaya belajar adalah kombinasi dari cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Dari dua pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih/digunakan oleh peserta didik dalam menerima, mengatur, dan memproses informasi atau pesan dari komunikator/pemberi informasi. Gaya belajar peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu visual, auditif, dan kinestetik. Hal ini juga diungkapkan oleh Connell (dalam Yaumi: 2013: 125) yaitu visual learners, auditory learners, dan kinesthetic learners. Menentukan peserta didik bergaya belajar visual, auditori, atau kinestetik memang tidaklah mudah. Namun guru perlu mengetahui gaya belajar yang dimiliki peserta didiknya. Connel (dalam Yaumi 2013: 127) memberikan cara dengan menggunakan angket Gaya Belajar Anak. Dalam angket ini peserta didik diberikan tiga pertanyaan yaitu 1. Apa cara terbaik anda untuk mempersiapkan ujian 2. Saya dapat mengingat informasi yang…. 3. Ketika mengerjakan sesuatu saya selalu…. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diketahui kecenderungan gaya belajar yang dimilikinya. Berikut adalah data hasil interpretasi dari pengisian angket oleh peserta didik.



Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan gaya belajar peserta didik kelas X adalah visual. Dengan diketahuinya kecenderungan gaya belajar yang dimiliki peserta didik, maka akan berimplikasi terhadap model pembelajaran, strategi, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan. Selama proses observasi di kelas dan wawancara dengan guru BK siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandarlampung memiliki gaya belajar yang beragam yang secara garis besar gaya belajar mereka adalah cenderung visual dan kinestetik. Menurut bapak Imam kebanyakan siswa kelas X SMA 10 menyukai pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran dengan menonton film, melakukan praktikum dan melakukan aktifitas yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Peserta didik visual yaitu peserta didik yang belajarnya akan mudah dan baik jika melalui visual/penglihatan, sedangkan peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, adalah peserta didik yang melakukan aktivitas belajarnya secara fisik dengan cara bergerak, menyentuh/meraba, dan melakukan. 6. Motivasi Belajar Motivasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya oleh Wlodkowski (dalam Suciati, 1994:41) yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Motivasi kadang timbul



dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik dan kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik). Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang tinggi, sedang, atau bahkan rendah. Seseorang memiliki motivasi tinggi atau tidak dalam belajarnya dapat terlihat dari tiga hal, yaitu sebagai berikut: 1) kualitas keterlibatannya, 2) perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik, 3) upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut di atas maka kami membuat beberapa pertanyaan pada angket yang akan dijawab oleh peserta didik, pertanyaannya adalah sebagai berikut: 1) Saya berusaha hadir tepat waktu untuk mengikuti pelajaran fisika 2) Saya mengikuti pelajaran fisika dengan sungguh-sungguh sampai pelajaran selesai 3) Saya belajar fisika jika ada PR atau ulangan esok hari 4) Untuk lebih memahami materi pelajaran fisika, saya selalu belajar kembali di rumah, mengulang materi, membaca kembali dan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh 5) Saya mudah menyerah ketika mengalami kesulitan dengan belajar fisika 6) Saya senang mencari jalan keluar ketika menghadapi kesulitan belajar fisika 7) Saya menyimak penjelasan guru fisika dari awal hingga akhir pelajaran 8) Saya mengerjakan pekerjaan lain saat guru menjelaskan materi fisika Berikut merupakan diagram hasil interpretasi dari angket yang sudah kami berikan



Dari diagram interpretasi jawaban angket di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung tergolong dalam motivasi yang tingg, hal ini juga dapat dilihat dari hasil observasi di kelas, keikutsertaan peserta didik dalam mengikuti setiap rangkaian pembelajaran Seorang pendidik pada abad 21 ini perlu memahami motivasi belajar peserta didiknya dan bahkan harus selalu dapat menjadi motivator peserta didiknya, karena pada abad 21 ini banyak godaan di sekeliling peserta didik seperti game pada computer personal, dan game online, dan film-film pada pesawat televisi ataupun lewat media massa atau sosial lainnya. Upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk memotivasi peserta didik diantaranya:



menginformasikan



pentingnya/manfaat



mempelajari



suatu



topik



tertentu,



menginformasikan tujuan/kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran yang dilakukannya, memberikan humor, menggunakan media pembelajaran, dan juga memberi reward/hadiah/pujian. Berdasarakan observasi yang dilakukan di kelas, motivasi yang tertuang dalam pembelajaran tersebut adalah guru memberikan informasi tentang tujuan dari pembelajaran praktikum pada hari itu tetapi guru memberikan motivasi pembelajaran melalui kegiatab praktikum serta memberi pujian terhadap peserta didik. 7. Perkembangan Emosi Emosi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya Kartono dalam Sugihartono (2013: 20) mendefinisikan emosi sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahanperubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, dan jantung berdebar. Dengan emosi peserta



didik dapat merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut, dan sejenisnya. Emosi sangat berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Emosi juga berperan dalam membantu proses pembelajaran tersebut menyenangkan atau bermakna. Goleman, (dalam Sugihartono, 2013: 21) menyatakan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak kurang mampu “merekatkan” pelajaran dalam ingatan. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan atau tidak menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan akan berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar. Atas dasar hal ini pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana emosi yang senang/gembira dan tidak memberi rasa takut pada peserta didik.



Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi pada peserta didik kelas X SMN 10 Bandarlampung, menunjukkan suasana yang positif, hal ini dapat dilihat dalam jawaban peserta dalam angket di mana peserta didik mempunyai rasa peduli terhadap temannya, dan jika gagal dalam ulangan peserta didik akan berusaha untuk kembali belajar. Dalam observasi di kelas juga terlihat semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang pada saat itu akan dilakukan suatu praktikum tentang reaksi fisika. 8. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial menurut Hurlock, (1998: 250) adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak tersebut memahami keadaan lingkungan dan mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan sosial peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di lingkungannya. Upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan sikap sosial peserta didik menurut Masganti (2012: 124) antara lain 1) melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling menghargai pada diri peserta didik, menghargai kemampuan orang lain, dan bersabar dengan sikap orang lain, 2) Pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam pembelajaran. Siswa yang pintar bersedia membantu temannya yang belum memahami materi pelajaran. Model pembelajaran ini akan menumbuhkan sikap saling menyayangi. Menurut pendapat penulis, disamping melalui dua model pembelajaran tersebut dapat juga dilakukan melalui kegiatan penugasan kepada peserta didik untuk melakukan wawancara kepada orang tokoh masyarakat. Melalui kegiatan ini akan muncul kemampuan untuk berinteraksi dengan orang yang lebih tua.



Untuk mengetahui perkembangan social peserta didik, maka kami membuat pertanyaan dalam angket yang akan dibagikan kepada peserta didik, adapun berdasarkan angket yang telah diisi oleh peserta didik diperoleh interpretasi data sebagai berikut:



Berdasarkan hasil interpretasi di atas makan dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial peserta didik di kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung sudah berkembang dengan baik dilihat dari jawaban peserta didik, di mana mereka mau bekerja sama dengan teman, berani menyampaikan pendapat, menghargai pendapat teman, serta berani untuk presentasi di depan kelas. Hal ini juga terlihat pada saat kami melakukan observasi di kelas, pada saat peserta didik melakukan praktikum di laboratorium, peserta didik terlihat berdiskusi dengan teman sekelompoknya, dan mereka juga tidak segan untuk menyampaikan pendapat dan bertanya kepada guru. Salah satu upaya yang



dilakukan guru dalam pembelajaran tersebut adalah dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melihat kerjasama antar peserta didik dan pembelajarannya dilaksanakan dengan metode praktikum. 9. Perkembangan Moral Dalam kehidupan bermasyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekolah pasti mengenal moralitas, bahkan moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk menilai suatu tindakan atau perilaku karena moralitas memiliki kriteria nilai (value) yang berimplikasi pada takaran kualitatif, seperti: baik-buruk, benar-salah, pantastidak pantas, wajar-tidak wajar, layak-tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam diri peserta didik dapat tingkat yang paling rendah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya. Kohlberg (dalam Suyanto, 2006: 135), Sunardi dan Imam Sujadi (2016: 7-8) perkembangan moral anak/peserta didik dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu 1) preconventional, 2) Conventional, 3) postconventional. Tahap Conventional, (10 – 17 th) yang meliputi aspek good boy orientation, orientasi perbuatan yang baik adalah yang menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain. Anak patuh pada karakter tertentu yang dianggap alami, menjadi anak baik, saling berhubungan dan peduli terhadap orang lain atau orang menilai baik-buruk berdasarkan persetujuan orang lain. Aspek authority and social order maintenance orientation; orientasi anak pada aturan dan hukum. Hukum dan perintah penguasa adalah mutlak dan final, penekanan pada kewajiban dan tugas terkait dengan perannya yang diterima di masyarakat atau orang memilai baikburuk berdasarkan ketertiban sosial. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa pada tahap conventional peserta didik memiliki perasaan rasa bersalah bila berbeda derbeda dengan orang lain. Untuk mengetahui perkembangan moral peserta didik, maka kami membuat pertanyaan dalam angket yang akan dibagikan kepada peserta didik, adapun berdasarkan angket yang telah diisi oleh peserta didik diperoleh interpretasi data sebagai berikut:



Berdasarkan hasil interpretasi data di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral peserta didik di kelas X sudah berkembang sesuai harapan, hanya saja perlu bimbingan terhadap beberapa peserta didik. Selain menyebarkan angket, kami juga melakukan wawancara dengan guru BK, adapun hasil dari wawancara tersebut menunjukan kebanyakan siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandarlampung memiliki pesebaran siswa yang beragam karakternya. Sehingga diperlukan perlakuan yang berbeda dengan faktor pengendali yang di lakukan oleh guru. Kemudian pada saat observasi pembelajaran di kelas terlihat peserta didik peduli dan aktif dalam pembelajaran praktikum siswa saling bertukar informasi antara satu dan lainnya, meskipun ada beberapa siswa yang kurang peduli pada proses pembelajaran. Tetapi guru sudah memberikan kontrol dengan cara menegur siswa yang bersangkutan. 10. Perkembangan Motorik Salah satu faktor penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan yang perlu dikenali dan dipahami pendidik adalah faktor perkembangan motorik peserta didiknya. Perkembangan motorik menurut Hurlock diartikan perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkordinasi. Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, kearah



penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik. Perkembangan motorik menurut Santrock (2011: 242) dikelompokkkan menjadi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Untuk mengetahui perkembangan motorik peserta didik, maka kami membuat pertanyaan dalam angket yang akan dibagikan kepada peserta didik, adapun berdasarkan angket yang telah diisi oleh peserta didik diperoleh interpretasi data sebagai berikut:



Berdasarkan data interpretasi di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik peserta didik di kelas X sudah berkembang sesua dengan harapan, meskipun ada beberapa siswa yang masih perlu ditingkatkan keteampilan praktikumnya. Pada saat observasi proses pembelajaran guru sudah menfasilatiasi perkembangan motorik siswa yang sudah terbentuk dengan dibuktikan melalui pembelajaran pada saat praktikum siswa melakukan kegiatan praktikum misal menuangkan larutan ketabung reaksi, menjepit tabung reaksi memperhatikan proses reaksi fisika yang terjadi, saling menjekaskan antar siswa dengan tutor sebaya dan mengkomunikasikan hasil praktikum ke depan kelas. 11. Kemampuan/Pengetahuan Awal Kemampuan awal atau entry behavior menurut Ali (1984: 54) merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh peserta didik sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru. Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Jika kemampuan awal peserta didik telah diketahui oleh pendidik, maka pendidik tersebut akan dapat menetapkan dari mana pembelajarannya akan dimulai. Kemampuan awal peserta didik bersifat individual, artinya berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya, sehingga untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual. Cara untuk mengetahui kemampuan



awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik tes yaitu pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara. Kemampuan menjawab tes awal dapat dijadikan dasar untuk menetapkan materi pembelajaran. Di samping hal tersebut di atas untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui analisis instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus menentukan hierarkhi kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih rendah itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior). . Untuk mengetahui kemampuan/pengetahuan awal peserta didik, maka kami membuat pertanyaan dalam angket untuk mengetahui tingkat pengetahuan literasi dan numerasi peserta didik. Berikut adalah daftar pertanyaan beserta interpretasi dari jawaban peserta didik yang terdapat dalam angket. 1.



Pada pertanyaan ini jawaban yang tepat adalah A, yaitu warna biru. Bersadarkan jawaban peserta didik di atas, ternyata terdapat 75% peserta didik yang menjawab benar, sisanya 25% peserta didik yang jawabannya belum tepat.



2.



Pada pertanyaan ini jawaban yang tepat adalah E, yaitu lilin itu dapat menenrangi dalam kegelapan. Bersadarkan jawaban peserta didik di atas, ternyata terdapat 66,7% peserta didik yang menjawab benar, sisanya 32,3% peserta didik yang jawabannya belum tepat.



3.



Pada pertanyaan ini jawaban yang tepat adalah A, yaitu Bagus sudah menghabiskan bagiannya. Bersadarkan jawaban peserta didik di atas, ternyata terdapat 44,4% peserta didik yang menjawab benar, sisanya 55,6% peserta didik yang jawabannya belum tepat. 4.



Pada pertanyaan ini jawaban yang tepat adalah B. Bersadarkan jawaban peserta didik di atas, ternyata terdapat 72,4% peserta didik yang menjawab benar, sisanya 27,6% peserta didik yang jawabannya belum tepat. Berdasarkan jawaban dari peserta didik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, kemampuan atau pengetahuan awal peserta didik kelas X sudah baik. Pada saat observasi proses pembelajaran guru belum melakukan test kemampuan awal dengan melakukan test pretest, akan tetapi guru melakukan analisis instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus menentukan hierarkhi kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih rendah itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior) dan juga guru memberikan pertanyaan pemantik dan ada beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan tersebut 12. Perkembangan Kognitif Tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi. Menurut Piaget perkembangan intelektual anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada taraf pra operasional konkrit sedangkan peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan pada tahap operasional formal. Tahaptahap perkembangan intelektual peserta didik menurut Piaget dalam Masganti (2012: 83) secara lengkap dapat disajikan sebagai berikut: 0,0 - 2,0 Tahun



Tahap Sensorimotorik



2,0 – 7,0 Tahun



Tahap Preoperasional



7,0 – 11,0 Tahun



Tahap Operasional kongkret



11,0 – 15,0 Tahun



Tahap Operasional formal



Berdasarkan teori perkembangan dari Piaget tersebut, selanjutnya dapat diketahui tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual. Ruseffendi dalam Dwi Siswoyo, dkk. (2013: 101) menyebutkan sebagai berikut:



1) Bahwa perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya setiap manusia akan mengalami urutan tersebut dan dengan urutan yang sama; 2) Bahwa tahap-tahap perkembangan didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokkan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual. 3) Bahwa



gerak



melalui



melalui



tahap-tahap



tersebut



dilengkapi



oleh



keseimbangan



(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi). Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X perkembangan kognitif peserta didik terlihat sudah berkembang, hal ini dapat terlihat pada akhir praktikum peserta didik dapat menarik kesimpulan tentang ciri-ciri reaksi fisika dan perwakilan kelompok sudah berani untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusi mereka.