5 0 1 MB
PROGRAM KERJA TIM STUNTING DAN WASTING
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Program Kerja Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting RSPG Cisarua ini telah disusun dan disesuaikan dengan Pedoman Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting. Bila diperlukan akan dilakukan revisi sesuai ketentuan yang berlaku. Dibuat dan disetujui untuk dilaksanakan sepenuhnya.
Bogor, Juni 2022
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Program Kerja Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting ini dapat tersusun. Dalam rangka meningkatkan pengelolaan program perbaikan gizi di tingkat fasilitas kesehatan (Rumah Sakit), perlu dilakukan berbagai upaya yang dapat membantu terlaksananya program gizi dan pelayanan gizi secara optimal. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menyusun Program Kerja Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting dengan harapan akan menjadi acuan dalam melaksanakan langkah-langkah kegiatan dalam rangka menurunkan prevalensi stunting dan wasting di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam Program Kerja Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting Bogor,
Juni 2022
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ..................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................
i ii iii iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1.2 Tujuan...................................................................................................... 1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 1.3 Dasar Hukum …………………………………………………………….. 1.4 Sasaran...................................................................................................... 1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................ 1.5 Batasan Operasional ................................................................................. II. GAMBARAN UMUM PENANGGULANGAN ..................................... 2.1 Pengertian ................................................................................................ 2.2 Penyebab.................................................................................................. 2.3 Dampak ................................................................................................... 2.4 Intervensi ................................................................................................ 2.5 Pembentukan Tim …………………………………………………………. 2.6 Alur Pelayanan ……………………………………………………………. III. RENCANA KERJA TIM ....................................................................... IV. IDENTIFIKASI DAN MITIGASI RISIKO ........................................... V. PENUTUP ............................................................................................... DAFTAR PUSAKA .................................................................................
1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 7 7 10 10 11 12 14 15
iv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan utama yang saat ini dihadapi sector kesehatan di Indonesia adalah kekurangan gizi anak kronis. Meskipun banyak perkembangan dan kemajuan kesehatan yang telah dilakukan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, namun masalah stunting dan wasting tetap signifikan. Sejumlah 30,8% anak Indonesia mengalami stunting (Riskesdas, 2018) dari target RPJMN 2019 28% masih belum memenuhi target. Sejumlah 17,7% anak Indonesia mengalami wasting (Riskesdas, 2018) dari target RPJMN 2019 17% masih belum memenuhi target. Stunting dan Wasting yang terjadi selama masa anakanak sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis, risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dan jangka hidup yang lebih pendek. Menurut Schmidt (2014) mengatakan bahwa, stunting merupakan dampak dari kurang gizi yang terjadi dalam periode waktu yang lama yang pada akhirnya menyebabkan penghambatan pertumbuhan linear. Etiologi menurut WHO (2014) stunting dapat disebabkan oleh 4 masalah utama yaitu factor keluarga dan rumah tangga, pemberian makanan tambahan yang tidak adekuat, pemberian ASI serta penyakit infeksi. Keempat masalah utama tersebut disebabkan oleh factor social dan komunitas, seperti politik dan ekonomi, kesehatan dan pelayanan esehatan, pendidikan, kultur social, system pangan dan agrikultur, serta air, sanitasi, juga lingkungan. Rumah sakit adalah lembaga pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat,bidan, ahli gizi dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Stunting dan Wasting adalah salah satu program prioritas nasional yang dijalankan Rumah Sakit, dimana program pencegahan stunting ini terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
2
Rumah Sakit, di perlukan pelayanan yang bermutu , sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Program perbaikan gizi untuk balita stunting dan wasting bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi serta konsumsi pangan, yang berdampak pada perbaikan keadaan atau status gizi, terutama status gizi kurang dan status gizi buruk serta mempertahankan keadaan status gizi baik, sehingga dapat menurunkan angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah (di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak balita dan wanita. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menanggulangi masalah Gizi Stunting Dan Wasting di Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo 1.2.2 Tujuan Khusus a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta pasien, keluarga dan seluruh anggota untuk mewujudkan perilaku gizi yang baik dan benar. b. Meningkatkan merencanakan,
pengetahuan
dan
melaksanakan,
kemampuan membina,
tim
dalam
memantau
dan
mengevaluasi Upaya Perbaikan Gizi Pasien. c. Terwujudnya rangkaian kegiatan Pencatatan dan pelaporan Gizi .
1.3 Dasar Hukum a. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting. b. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting c. Peraturan Presiden No 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 20202024 d. Peraturan Presiden No 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraris & Tata Ruang e. Peraturan Presiden No 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
3
f. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit h. SE Menteri PPN No 4 Tahun 2021 i.
SE Kemenkes No.HK.03.03/V/0595/2016
j.
SE Menteri PPN tentang Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2020
1.4 Sasaran Sasaran Upaya Perbaikan Gizi adalah Kelompok yang berkaitan dengan stunting dan wasting, antara lain pasien : a. Bayi dan Balita. b. Wanita Usia Subur (WUS) c. Semua anak dan dewasa yang mempunyai masalah gizi
1.5 Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pelayanan Program Gizi di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo,
1.6 Batasan Operasional Pelayanan Program Gizi meliputi : a. Edukasi Gizi b. Rawat Jalan c. Rawat Inap
4
BAB II GAMBARAN UMUM PENANGGULANGAN STUNTING DAN WASTING 1.1 Pengertian Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya. Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018 menemukan 30,8% mengalami stunting. Walaupun prevalensi stunting menurun dari angka 37,2% pada tahun 2013, namun angka stunting tetap tinggi dan masih ada 2 (dua) provinsi dengan prevalensi di atas 40% (Gambar 1.1.)
5
Wasting adalah suatu kondisi dimana balita menderita gangguan gizi dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi badan per berat badan (Hasyim, 2017). Wasting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak sesuai dengan TB atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standart Deviasi) (Afriyani, 2016). Anak kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan (Rochmawati, 2016)
1.2 Penyebab Penyebab Stunting Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child Undernutrition” , “The Underlying Drivers of Malnutrition” , dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia” penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi (Gambar 1.2.). Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan. Penelitian Dubois, et.al pada tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor keturunan hanya sedikit (4-7% pada wanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang saat lahir. Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat besar (74-87% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR), dan/atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), Inisasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
6
ASI) secara tepat. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi layak serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit menular pada anak. Kehidupan anak sejak dalam kandungan ibu hingga berusia dua tahun (1.000 HPK) merupakan masa-masa kritis dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Faktor lingkungan yang baik, terutama di awal-awal kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi genetik (keturunan) yang dimiliki anak sehingga anak dapat mencapai tinggi badan optimalnya. Faktor lingkungan yang mendukung ditentukan oleh berbagai aspek atau sektor. Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: a. Komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan b. Keterlibatan pemerintah dan lintas sector c. Kapasitas untuk melaksanakan. Gambar 1.2. menunjukkan bahwa penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung.
7
1.3 Dampak Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun.Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke (Gambar 1.3.).
1.4 Intervensi Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas
8
untuk melaksanakan. Penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung. Kerangka konseptual Intervensi penurunan stunting terintegrasi (Gambar 1.4.).
Kerangka konseptual intervensi penurunan stunting terintegrasi di atas merupakan panduan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menurunkan kejadian stunting. Pemerintah kabupaten/kota diberikan kesempatan untuk berinovasi untuk menambahkan kegiatan intervensi efektif lainnya berdasarkan pengalaman dan praktik baik yang telah dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota dengan fokus pada penurunan stunting. Target indikator utama dalam intervensi penurunan stunting terintegrasi adalah: 1. Prevalensi stunting pada anak baduta dan balita 2. Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita 4. Prevalensi wasting (kurus) anak balita 5. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif 6. Prevalensi anemia pada ibu hamil dan remaja putri 7. Prevalensi kecacingan pada anak balita 8. Prevalensi diare pada anak baduta dan balita
9
Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini diberikan oleh rumah sakit dan dijelaskan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Penurunan Stunting dan Wasting Kelompok Sasaran
Intervensi Prioritas
Intervensi Pendukung
Intervensi Prioritas Sesuai Kondisi tertentu
Kelompok Sasaran 1000 HPK Suplemen tablet tambah darah
Suplemen Kalsium
Perlindungai dari malaria
Pemeriksaan Kehamilan
Pencegahan HIV
Ibu Hamil
Promosi dan konseling menyusui Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang di Ibu Menyusui dan rawat inap anak 0-23 bulan Tata laksana gizi buruk Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus yang di rawat inap Kelompok Sasaran Usia Lainnya Remaja putri dan Wanita Subur
Suplemen tablet tambah darah
Anak 24-59 bulan
Tata laksana gizi buruk Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus yang di rawat inap
Suplemen kapsul vitamin A
Imunisasi
Suplemen zinc untuk pengobatan diare
10
1.5 Pembentukan Tim Untuk melakukan Percepatan Penurunan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo ini, dibentuk tim yang terdiri dari tenaga medis yang ahli dibidangnya, yaitu : Ketua
: dr.Nina Herlina, Sp.A
Sekretaris
: Helty Damayanti, A.Md
Anggota
: 1. dr.Miptah Farid Thariqulhaq 2. Sulis Peristiwa Asmawatingsih, A.Md.Far 3. Ns.Cica Parida, S.Kep 4. Ns.Cucu Malihah, S.Kep 5. Lia Marlia, AMK 6. Irma Lestari, S.Gz 7. Riza Arsyta, A.Md.Gz 8. Abdul Rozak, S.H
8.2 Alur Pelayanan Pasien anak yang datang dengan atau tanpa rujukan dilakukan pengukuran antropometri seperti BB dan TB/PB oleh perawat dan jika hasil menunjukkan adanya masalah gizi maka akan di rujuk untuk dilakukan vaidasi oleh nutrisionis. Nutrisionis melaporkan kepada Dokter Spesialis Anak untuk penegakan diagnosa dan pemberian suplementasi seperti Vitamin A dan lain-lain sesuai dengan diagnosanya. Serta dilakukan edukasi dan konsultasi serta pendampingan oleh Nutrisionis selama perawatan. Untuk pasien Ibu Hamil yang datang melakukan pemeriksaan akan diberikan Tablet Tambah Darah, Suplementasi Kalsium dan Asam Folat, sedangkan bayi baru lahir diberikan vitamin A tablet biru dengan kandungan 10.000 IU pada hari pertama, kedua dan ke-14. Adapun indikator pelaporan yaitu : 1. Ibu hamil yang melakukan ANC 2. Bayi Baru Lahir yang mendapatkan Vitamin A 3. Pasien Bayi dan Anak yang mempunyai masalah gizi
11
BAB III RENCANA KERJA TIM NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PROGRAM KERJA
JAN
Pemberian Tablet Tambah Darah Kepada Ibu Hamil Pemberian Kapsul Vitamin A untuk Bayi (6-11 Bulan) Pemberian Kapsul Vitamin A untuk Balita (12-59 Bulan) Pelaporan dan Pencatatan bagi Petugas Review 1000 HPK Asuhan Gizi Rawat Jalan Asuhan Gizi Rawat Inap Monitoring Evaluasi Penyelenggaraan Makanan Tata laksana stunting dan wasting Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus yang di rawat inap Pemberian makanan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) Suplemen Kalsium Pemeriksaan Kehamilan Imunisasi Suplemen zinc untuk pengobatan diare Keterangan : Semua Kegiatan Dilakukan Saat Pelayanan
.
FEB
MAR
APR
WAKTU PELAKSANAAN MEI JUN JUL AGT SEP
OKT
NOV
DES
KETERANGAN
12
BAB IV IDENTIFIKASI DAN MITIGASI RESIKO
Pemilik Risiko
: Tim Prognas Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting
Periode
: Tahun 2022 IDENTIFIKASI RISIKO
ANALISIS RISIKO, KECUKUPAN PENGENDALIAN YANG ADA DAN RENCANA KEGIATAN PENGENDALIAN Pengendalian Yang Ada
No
1 1
Kegiatan
2 Penyuluhan Pencegahan Stunting Sejak Dini
Tujuan Kegiatan
Kode Risiko
3 Meningkatkan pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat akan pentingnya Pencegahan Stunting
4 01/RISK/SW
Pernyataan Risiko
5 Minat Masyarakat terhadap Penyuluhan Kurang
Sebab
UC/C
Dampak Uraian
6 (a) Masyarakat menganggap tidak penting masalah stunting (b) Masyarakat tidak bisa mengaplikasikan hasil dari penyuluhan
7
UC
8 Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mencegah stunting sehingga prevalensi stunting masih tinggi
Desain
P
D
TR
PR
Efektifitas
A
T
TE
KE
E
11
12
13
Rencana Pengendalian Uraian
Pemilik Risiko
PJ TL
Jadwal
9
10
14
15
16
17
18
19
21
22
Konsisten melakukan Penyuluhan dan mengajak masyarakat turut serta dalam upaya pencegahan stunting
v
v
2,0
3,0
6,00
Sedang
Menggunakan media penyuluhan yang menarik, memberikan materi yang sesuai sehingga dapat dimengerti,
1 bulan 1 x
20
Tim
Tim
2
Promosi dan Konseling Menyusui
Agar Bayi mendapatkan ASI Ekslusif dan berkualitas
02/RISK/SW
Bayi tidak mendapatkan ASI Ekslusif
Kesadaran dan pengetahuan masyarakat kurang dan menganggap bahwa ada susu formula sebagai ganti ASI
UC
Kebutuhan Gizi Bayi kurang terpenuhi dan dapat mengakibatkan wasting dan stunting dalam jangka panjang
Melakukan Konseling kepada ibu menyusui
v
v
2,0
2,0
4,00
Rendah
Memberikan edukasi dan konseling kepada ibu hamil juga agar dapat mempersiapkan masa menyusui dengan sebaiknya
Setiap ada ibu hamil trimester 3 yang melakukan pemeriksaan
Tim
Tim
3
Pemberian Vitamin A untuk bayi dan balita
Memenuhi kebutuhan gizi mikro bayi dan balita
03/RISK/SW
Bayi dan Balita tidak mendapatkan suplemen vitamin A
Keterbatasan vitamin A yang ada di RS
UC
Kebutuhan Gizi Bayi kurang terpenuhi dan dapat mengakibatkan wasting dan stunting dalam jangka panjang
Meminta stok vitamin A kepada Faskes 1 terdekat
v
v
3,0
3,0
9,00
Sedang
Menjalin kerjasama dengan dinas kesehatan serta faskes terdekat mengenai ketersediaan vitamin A di RS
Setiap Februari dan Agustus, serta bayi baru lahir dan balita dengan kasus tertentu
Tim
Tim
13 4
Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
Mencegah kelahiran BBLR dan mengurangi pendarahan yang mengakibatkan Angka Kematian Ibu meningkat
04/RISK/SW
Ibu Hamil tidak mengkonsumsi Tablet Tambah Darah secara rutin
Ibu Hamil Lupa mengkonsumsinya
UC
Meningkatkan angka kelahiran BBLR
Setiap Ibu Hamil yang melakukan pemeriksaan diberikan Tablet Tambah Darah
v
v
3,0
4,0
12,00
Tinggi
Membuat kartu monitoring untuk mengkonsumsi Tablet Tambah Darah agar ibu Hamil tidak lupa
Setiap hari
Tim
Tim
5
Imunisasi untuk Balita
Memberikan
06/RISK/SW
Balita tidak mendapatkan imunisasi lengkap
(a) Pengetahuan kurang tentang manfaat imunisasi (b) Adanya kepercayan tentang imunisasi itu haram
UC
Daya tahan tubuh balita terhadap penyakit menjadi kurang
Menyediakan imunisasi di poliklinik anak
v
v
1,0
3,0
3,00
Rendah
Penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi serta imunisasi aman dan halal
1 bulan 1 x
Tim
Tim
6
Review 1000 HPK
Memantau tumbuh kembang anak
06/RISK/SW
Tidak terpantaunya tumbuh kembang anak
(a) masyarakat lurang memahami tentang pemantauan tumbuh kembang anak
UC
Anak yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak sesuai tidak mendapatkan terapi
Anak yang berobat ke poli anak di lihat pertumbuhan dan perkembangannya
v
v
2,0
2,0
4,00
Rendah
Adanya klinik tumbuh kembang anak secara khusus
1 minggu 2 kali
Tim
Tim
7
Tatalaksana Stunting dan Wasting
Mengurangi prevalensi stunting dan wasting
07/RISK/SW
Anak yang stunting dan wasting tidak tertangani dengan baik
(a) belum adanya pedoman yang jelas tentang tata laksana wasting dan stunting (b) kurangnya keterampilan petugas untuk menangani wasting dan stunting
UC
masih yingginya angka stunting dan wasting
Pasien yang mengalami masalah gizi diberikan asuhan gizi
v
v
4,0
3,0
12,00
Tinggi
Membuat pedoman tatalaksana wasting dan stunting di RS serta diadakan pelatihan dan keterampilan petugas mengenai tatalaksana stunting dan wasting
Agustus
Tim
Tim
14
BAB V PENUTUP Demikian gambaran rencana program kerja ini kami susun dengan harapan akan menjadi acuan dalam melaksanakan langkah-langkah kegiatan dalam rangka menurunkan prevalensi stunting dan wasting di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua. Beberapa kegiatan akan menyesuaikan dengan kondidi dilapangan. Dengan disertai bantuan dari pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung semoga di tahun 2022 pencapaian target dari tim dapat tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia WHO. Stunting in a Nutshell. http://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_video/en/ World Bank (2014). Better Growth through Improved Sanitation and Hygiene Practices UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF: New York. International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI: Washington DC. Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting: Jakarta Ricardo dalam Bhutta, 2013 Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group ( www.GlobalNutritionSeries.org ) Program gizi darurat mencakup kesiapan dan respon bencana, surveilans, dan intervensi sesuai kebutuhan sasaran Levinson, J dan Balarajan, Y., 2013. Addressing Malnutrition Multisectorally: What Have We Learned from Recent International Experience. UNICEF Nutrition Working Paper; World Bank/Kemenkes RI, 2017. Operationalizing a Multisectoral Approach for the Reduction of Stunting in Indonesia
16