17 0 234 KB
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA TEMA
TOPIK PROJEK
: KEARIFAN LOKAL
: AKU BANGGA BERPAKAIAN DAERAH
( BAJU KURUNG BASIBA + TENGKULUK DAN BAJU TELUK BALANGO )
1. INFORMASI UMUM
A.
B.
Identitas Nama Penyusun
: YUHERMITA, S.Si
Nama Institusi
: SMKN 6 PADANG
Kelas
: X (SEMUA JURUSAN)
Alokasi Waktu
: 10 JP
Sarana dan Prasarana :
Baju Kurung Basiba
Kain / Rok Panjang Kain Tengkuluk Baju Teluk Balango Kain Sarung Bugis
C.
Target Peserta Didik : Peserta didik pada kelas 10
D.
Relevasi Tema dan Topik Projek
Tema
: Kearifan Lokal
Topik projek
: Aku Bangga Berpakaian Daerah
Relevasi Tema dan Topik Projek : Dengan Bangga menggunakan pakaian daerah, Baju Kurung Basiba + Tengkuluk dan Teluk Balango di Lingkungan Sekolah.
2. KOMPONEN INTI
A. Deskripsi Singkat Projek Bangga dan melestarikan pakaian daerah Baju Kurung Basiba dan Teluk Balango
B. Dimensi dan Sub Elemen dari Profil Pelajar Pancasila Dimensi : 1. Bernalar Kritis Elemen : Peka terhadap kearifan lokal (Sumatera Barat) Sub elemen : Peserta didik mampu mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi dan gagasan Kearifan lokal Sumatera Barat Dimensi : 2. Kebhinekaan Global
Elemen : Lestarikan budaya dan indentitas budaya Minangkabau Baju Kurung Basiba dan Tengkuluk dan Baju Teluk Belango Sub Elemen Peserta didik mampu melestarikan budaya dan identitas budaya Minangkabau Baju
Kurung Basiba dan Tengkuluk dan Baju Teluk Belango yang dapat memperkaya budaya Nasional Dimensi : 3. Kreatif
Elemen : Menghasilkan karya dan tindakan yang memodifikasi Sub Elemen Peserta didik menghasilkan kreasi Baju Kurung Basiba dan Tengkuluk dan Baju
Teluk Belango
C. Target Pencapaian Diakhir Fase Setelah mengikuti kegiatan P5 ( Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), peserta
didik mampu menganalisis dinamika budaya daerah (kearifan lokal)
yang mencakup pemahaman, kepercayaan, dan praktik keseharian dalam rentang waktu yang panjang dan konteks yang luar.
D. Alur Kegiatan Projek 1. Pengenalan: Guru mata pelajaran yang berkolaborasi : mensosialisasikan materi P5 tema Kearifan lokal ( pengertian, bentuk dan fungsi kearifan lokal) memperkenalkan tema projek memperkenalkan elemen dan sub elemen projek 2. Kontekstualisasi : peserta didik menggali informasi terkait pakaian daerah melakukan survei lingkungan tentang pakaian daerah memilih pakaian daerah yang akan di jadikan projek 3. Aksi:
Peserta didik dibawah bimbingan pendidik menyusun rencana kegiatan projek
Peserta didik mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Mengerjakan projek dibawah bimbingan pendidik ( di tempat yang sudah disepakati)
Projek di kerjakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan
Membuatkan video tutorial dan mengaploadnya.
Memperagakan hasil proyek dan dilakukan penilaian
4. Refleksi:
Pendidik dan peserta didik melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil projek
5. Tindak lanjut:
Berdasarkan hasil refleksi, pendidik dan peserta didik merencanakan tindak lanjut terhadap projek yang sudah dilaksanakan
Asesmen Rubrik Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (Kearifan Lokal)
No 1.
Indikator Yang Diamati Perencanaan
Hasil Penilaian
Deskripsi
Ya
1. Peserta didik mampu memilah dan memilih pakaian daerah 2. Peserta didik mampu melahirkan ide kreatif terkait pakaian daerah 3. Peserta didik mampu membuat perencanaan pembuatan projek
2.
Pelaksanaan
1. Peserta didik manyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dengan tepat dan lengkap 2. Peserta didik dapat mengerjakan projek sesuai langkah yang sudah di rencanakan 3. Peserta didik dapat menyelesaikan projek tepat waktu 4. Peserta didik dapat melakukan peragaan produk dengan bentuk yang menarik
3.
Hasil
1. Produk (hasil karya ) yang berasal
dari
pakaian yang baju kurung basiba dan teluk belango yang dipakai peserta didik 2. Video berisi proses pengerjaan projek sampai menghasilkan produk (karya) yang berguna yang telah diupload (link)
Tidak
Baju kurung basiba dan Tengkuluk dan Baju Teluk Belango
Link yang bisa diakses: https://www.kampretnews.com/kearifan-lokal-minangkabau/ https://www.anekabudaya.xyz/2021/04/contoh-kearifan-lokal-suku-minangkabau.html https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsumbar/baju.. https://asiaturpadang.wordpress.com/2016/07/15/... www.teen.co.id/read/4086/baju-kurung-basiba
Bahan bacaan Baju Kurung Basiba: Cerminan Jati Diri Perempuan Minangkabau
Pakaian adalah salah satu hasil kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat dimana saja berada. Pakaian dikenakan sesuai dengan kondisi lingkungan dan juga nilai adat, norma dan agama yang memang dipatuhi oleh tiap kelompok masyarakat. Pakaian tidak hanya tidak hanya sebagai penutup tubuh saja melainkan sebagai lambang status seseorang dalam masyarakat dan merupakan perwujudan “rasa malu”, sehingga berusaha menutup segala bagian tubuh. Bagi masyarakat Minangkabau yang memiliki falsafah hidup Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah, maka pakaian harus menutup aurat. Namun sebelum masuk ajaran Islam di Minangkabau maka pakaian yang dikenakan oleh perempuan Minangkabau terlihat seperti pakaian Jawa dan Bali yang dikenal dengan sebutan kemben. Seperti yang diungkapkan
oleh
Fatimah
(2018)
bahwa
kemudian
bentuk
pakaian
perempuan
Minangkabau mengalami perubahan semenjak masa Paderi 1803 (Pembaruan Islam I) akibat adanya akulturasi dengan bangsa India, Timur Tengah, Cina dan Melayu. Bentukbentuk pakaian pada masa itu berbentuk jubah, kerudung dan cadar. Barulah pada fase kedua, dikenal sebagai masa Pembaharuan Islam Awal abad ke-20 yang ditandai dengan kepulangan tokoh Islam antara lain Syech Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Syekh Ibrahim Musa. Para tokoh ini kemudian mengembangkan paham pembaharuan yang berbeda dengan Wahabi abad ke-19. Pada awal abad ke-20 pakaian Islam Wahabi berubah menjadi pakaian baju kurung dengan penutup kepala. Model abad ke 20, hampir sama bentuknya dengan pakaian perempuan Minangkabau yang berkembang sekitar tahun 1682. Masih
menurut
Fatimah
(2018)
dikatakan
bahwa
munculnya baju
kurung
basiba dipopulerkan Perguruan Rahmah, tidak lagi mengikuti model Paderi abad ke-19. Bedanya dengan kedatangan Islam pertama yang dipengaruhi oleh pakaian dari Cina yang biasanya dibuat pendek kini diperpanjang sampai kebawah panggul.
Sebagai masyarakat yang memegang falsafah Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah, maka baju kurung basiba salah satu bentuk perwujudannya. Hal ini dikarenakan baju
ini
menutup
aurat
dan
longgar.
Pakaian
ini
dikenakan
lengkap
dengan tingkuluak dan kain jao. Tidak semata-mata longgar melainkan memiliki makna yang sangat terkait dengan kebudayaan Minangkabau. Adapun makna pada bagian-bagian dari kekhasan baju kurung basiba, seperti yang diungkapkan
Fatimah
(2018)
yakni
:1)
Bagian
siba. Siba
batanti
baliak
balah,
disisiak makau ka amasan. Secara fisik siba menyambung dua kubu dan belakang. Menggambarkan kemampuan perempuan Minangkabau untuk menyambung dua kubu yang bertolak
belakang. Perempuan
minangkabau
harus
mampu
menjadi
mediator,
penengah, fasilitator, penyambung lidah dua kaum yang bertolak belakang.2) Bagian kikiek. disebut juga daun budi merupakan pelindung ketiak agar tidak terlihat (berbeda dengan baju you can see). Kikiek mencerminkan bagaimana seorang perempuan Minangkabau memiliki fungsi menutupi malu. Mamakai raso jo pareso, manaruah malu jo sopan. Yang juga bermakna adat mamakai, dipakai siang jo malam yang berarti dimanapun berada perempuan
Minangkabau
tetap
berpedoman
pada adat
basandi
syara’,
syara’ basandi kitabullah.3) Baju berbentuk kurung, yakni baju yang longgar berbentuk kurungan yakni kain pandindiang miang, Ameh pandindiang malu.Artinya pakaian bagi orang minang adalah sebagai pelindung tubuh. Pakaian juga sebagai penutup malu. Perempuan Minangkabau menutup malu dengan memakai pakaian yang bersifat mengurung
tidak
menampakkan
lekuk
tubuh.4).
Lengan
Lapang.
Mengandung
pepatah tagak baapuang jo aturan, baukua jangko jo jangka. Artinya segala tindak tanduk perempuan Minangkabau harus sesuai dengan aturan, pandai membawa diri dalam kondisi apapun, menjaga sopan santun. Adapun bentuk lengannya dibiarkan lepas sampai pergelangan tangan agar memudahkan perempuan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari 5).Leher tanpa krah Lihianyo lapeh tak bakatuak, babalah sainggo dado.Leher berfungsi untuk menempatkan aksesoris. Bagi permpuan Minangkabau, memakai aksesoris dalam menghadiri acara-acara tertentu akan mencerminkan bagaimana kondisi keluarga dan kaumnya. Baju kurung basiba dikenal sebagai pakaian adat perempuan Minangkabau. Secara definisi baju kurung basiba menurut Imelda (2016) adalah pakaian adat khas perempuan Minangkabau yang bentuknya longgar dan panjang sampai ke lutut. Mempunyai siba, kikik pada ketiak dan lengannya panjang sampai pergelangan tangan, leher tanpa kerah dan bagian depan sedkit dibelah sebatas dada.
Adapun pepatah minang terkait pakaian ini yakni : “babaju kuruang gadamg langan, paapuih miang dalam kampuang, pangipeh angek nak nyo dingin, Siba batanti baliak balah, basisiak makau ka amasan, Gadang basalo jo nan ketek, Tando rang gadang bapangiriang, Tagak baapuang jo aturan, Baukua jangko jo jangkau, Duduak baagak bainggoan, lihianyo lapeh tak bakatuak, babalah sainggo dado, Rang gadang pahamnyo lapang, rang cadiak paham salero”. Fenomena saat ini Namun yang terjadi pada saat ini adalah banyak perempuan Minangkabau yang tak lagi mengetahui apa itu baju kurung basiba. Besarnya pengaruh model pakaian yang sangat mudah didapatkan dari kemajuan teknologi menyebabkan mereka lebih merasa bangga menggunakan model pakaian di luar daerahnya. Bahkan meski telah tahu bahwa itu menampakkan aurat mereka tetap saja mengenakannya dengan rasa bangga. Kenyataan ini tidak bisa dibiarkan karena akan sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat Minangkabau. Terlebih perempuan Minangkabau adalah limpapeh rumah nan gadang. Limpapeh adalah tiang tengah sebuah bangunan, pusat segala kekuatan tiangtiang lainnya. Jadi maknanya bahwa perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Jika tiang itu rusak tergerus oleh kuatnya arus modernisasi zaman, maka hancurlah masyarakat Minangkabau dengan segala adat yang dimilikinya. Padahal nilai-nilaia adat, nilai agama dan norma tercermin dari baju kurung basiba tersebut. Saat ini baju kurung basiba yang merupakan identitas perempuan Minangkabau sudah kurang bermakna. Baju kurung basiba sudah dianggap sebagai pakaian kuno, yang dipakai oleh nenek moyang pada masa dahulu. Mereka tidak lagi memahami apa makna dari pakaian tersebut. Baju kurung basiba saat ini hanya dipakai oleh para bundo kanduang. Bahkan meski dipakai pun oleh para bundo kanduang tetap saja mereka sebagian besar belum memahami apa makna dari bagian-bagian khas pakaian tersebut. Sehingga banyak kita lihat mereka memakai baju kurung basiba hanya sebatas nama saja. Pakaian yang dipakai terlihat melekat ketat ke badan sehingga menampakkan lekuk tubuh si pemakai. Padahal seyogyanya baju kurung basiba tersebut longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuh si pemakainya, karena sesungguhnya wanita itu adalah aurat. Saat ini hal biasa kita melihat pakaian tradisional perempuan Minangkabau yang tidak lagi sesuai dengan falsafah yang dianut. Bahkan banyak para desainer yang terlalu berkreasi sehingga melanggar nilai-nilai kesopanan yang dimiliki masyarakat Minangkabau dengan
mengatasnamakan seni. Hendaknya hal itu diberi penjelasan pada berbagai forum diskusi dengan melibatkan berbagai lini agar nilai-nilai tradisi yang terdapat dalam pakaian tersebut tidak luntur. Adanya penjelasan bagaimana pakaian perempuan Minangkabau bisa di kreasi tanpa menghilangkan nilai-nilai di dalamnya. Akhirnya, kedepannya kita dapat melestarikan baju kuruang basiba dalam kehidupan ini https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsumbar/baju.. https://asiaturpadang.wordpress.com/2016/07/15/... www.teen.co.id/read/4086/baju-kurung-basiba