Prolaps Uteri Grade 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN ILMU OBSTETRI& GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO



Prolapsus Uteri Grade II



Disusun Oleh : Puput Indriany N 111 17 117



Pembimbing Klinik : dr. Sasono Udijanto, Sp.OG



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019



Laporan Kasus September 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Peningkatan secara gradual usia harapan hidup di negara-negara berkembang beberapa tahun terakhir, para dokter khususnya ahli Obstetri dan Ginekologi diharapkan familiar dengan penyakit-penyakit yang sering dialami oleh pasien lanjut usia. Prolapse Organ Panggul (POP) merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh banyak wanita dewasa sekarang. POP didefinisikan sebagai penurunan abnormal atau herniasi dari organ organ panggul dari tempat melekat atau posisi normalnya di dalam rongga panggul. Organ (1)organ panggul yang dapat terlibat meliputi uterus (uterine prolaps) atau ujung vagina (apical vaginal prolaps), vagina anterior (cystocele), atau vagina posterior (rectocele).(1) Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan menempati urutan kedua tersering setelah cystourethrocele. Prevalensi prolapsus organ panggul adalah 41-50% pada wanita yang berusia di atas 40 tahun dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup. Walaupun prolapsus uteri jarang menimbulkan mortalitas dan morbiditas yang berat, tetapi dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Etiologi prolapsus belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya.(2) Prolapsus uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi. Wanita dengan prolapsus uteri dapat mengalami masalah fisik dan psiko-sosial. Masalah atau gangguan fisik tersebut merupakan salah satu kontributor utama yang mempengaruhi rendahnya kesehatan reproduksi. Meskipun prolapsus uteri jarang menyebabkan mortalitas atau morbiditas berat, tetapi dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup wanita. Wanita dengan segala usia dapat mengalami prolapsus uteri, namun prolapsus lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih tua. (2)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Prolaps Uteri Prolaps ( dari kata latin \prolapsus) artinya tergelincir atau jatug dari tempat asalnya. Yang dimaksud dengan prolapses genitalis adalah penempatan yang salah organ pelvis ke dalam vagina atau melampaui organ vagina.(3) Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong (fasia). (4)



2.2 Etiologi Penyebab terjadinya prolapsus belum diketahui secara pasti. Namun, secara hipotetik disebutkan penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm. Keadaan ini akibat terjadinya kerusakan pada fasia penyangga dan inervasi syaraf otot dasar panggul. Faktor lainnya seperti kelemahan jaringan penyokong pelvis, meliputi otot, ligament, dan fasia. Adapun disebabkan akibat penyakit menahun yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdominal seperti penyakit paru – paru obstruksi kronis, dan konstipasi menahun atau obesitas, asites, tumor pelvis sehingga mempermudah terjadinya prolapses genitalial.(3) Studi epidemiologi menunjukkan bahwa persalinan pervaginam dan penuaan adalah dua faktor risiko utama untuk pengembangan prolapses. Masalah atau gangguan fisik tersebut merupakan salah satu kontributor utama yang mempengaruhi rendahnya kesehatan reproduksi. Meskipun prolapsus uteri jarang menyebabkan mortalitas atau morbiditas berat, tetapi dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup wanita. Wanita dengan segala usia dapat mengalami prolapsus uteri, namun prolapsus lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih tua. (2)



2.3 Klasifikasi Prolaps Uteri Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli ginekologi. Friedman dan little (1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi, tetapi klasifikasi dianjurkan adalah sebagai berikut : (3) a. Desensus uteri : uterus turun tetapi masih dalam vagina b. Prolaps uteri derajat I : uterus turun dengan servix uteri turun paling rendah sampai introitus vagina c. Prolaps uteri derajat II : Sebagian besar uterus keluar dari vagina d. Prolaps uteri derajat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversion uteri



2.4 Anatomi Genitalia Interna Pada Wanita 1. Uterus Uterus teretak di rongga pelvis di antara kandung kemih di anterior dan rektum posterior. Hamper seluru dinding posterior uterus ditutupi oleh serosa, yang yang erupakan peritoneum viserale. Bagian bawah peritoneum ini membentuk batas anterior cul-de-sac rektouterina atau cavum douglasi. Hanya batas bagian dinding anterior uterus yang sangat di tutup. Peritoneum daerah ini juga mengarah kedepan ke kandung kemih membentuk kavum vesikouterinum. Bagian dinding bawah uterus anterior disatukan ke dinding posterior kandung kemih oleh jaringan ikat longgar yang berbatas tegas. (5)



Gambar 1 : Potongan sagittal melalui genital interna



Sumber : Prawirohardjo sarwono. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2014. p.12 Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uerus adalah 7-7,5 cm, lebar ditempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.(3) Gambar 2 : Potongan sagittal melalui genital interna



Sumber : Waschke J, Paulsen F. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. 23rd ed. Vol. 2. Jakarta: EGC; 2013. p.211



2. Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita Uterus berada di intraperitoneal sehingga masing – masing memiliki duplicator yang dilapisis oleh tunika serosa.ligamen dan perlekatan berikut : a. Ligamentum Latum Uteri Ligament yang lebar sebagai lipatan peritoneal frontal. (6) b. Mesovar dan mesosalpinx Duplikator peritoneal ovarium dan tuba uterine, dihubungkan dengan ligamentum latum.(6) c.



Ligamentum kardinale (Ligamen transversum Servicis) Jaringan ikat yang menghubungkan Cervix dan dinding pelvis lateral.(6)



d. Ligamentum rectouterinum ( ligamentum sacrouterinum Jaringan ikat yang menempel pada cervix di dorsal. (6) e.



Ligamentum Teres Uteri Ligament bundar yang berjalan dari taut uterotubal melalui canalis inguinalis menuju labia majora.(6)



f.



Ligamentum ovarii proprium Ligaamen ovarium yang menghubungkan ovarium dan uterus. (6)



2.5 Faktor Resiko Prolaps Uteri 1. Multiparitas Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor risiko untuk prolaps uteri. Disfungsi dasar panggul akan lebih banyak dijumpai pada perempuan yang telah pernah melahirkan apabila dibanding dengan nulipara. Persalinan vaginal menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada kejadian disfungsi dasar panggul perempuan. Lebih dari 46% perempuan dengan riwayat persalinan vaginal mengalami disfungsi dasar panggul. Peningkatan jumlah paritas meningkatkan risiko disfungsi dasar panggul, terutama prolaps organ panggul. Paritas juga menjadi faktor risiko yang



sangat penting pada perempuan usia muda (20–34 tahun). Keluhan disfungsi dasar panggul dapat terjadi langsung di masa pascapersalinan maupun setelah beberapa tahun kemudian. Pada riwayat persalinan spontan kejadian ini mencapai 58%, sementara persalinan abdominal sedikit lebih rendah 43%. (7) 2. Faktor Klinis Beberapa faktor risiko klinis sudah diketahui,



antara lain usia,



pascamenopause, , trauma pada persalinan, dan keadaan klinis yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal menahun.(8) 3. Faktor Lainnya Beberapa faktor lain diduga berpengaruh, yaitu genetik, merokok, defisiensi estrogen, dan juga penyakit kelainan kolagen. Insidensi dan prevalensi POP di suatu daerah atau komunitas ras tertentu dapat berbeda, hal tersebut disebabkan perbedaan interaksi dinamis berbagai faktor risiko disertai pengaruh perbedaan ras. Selama ini laporan penelitian hanya menunjukkan pengaruh faktor risiko terhadap insidensi POP secara umum, tetapi hubungan antara gabungan komponen faktor risiko dan komponen anatomis POP (ukuran hiatus genitalis, panjang total vagina, ukuran perineal body) yang belum jelas diketahui.(8)



2.6 Manifestasi Klinis Adapun manifestasi klinis yang sering didapatkan pada kasus prolapses uteri antara lain : a.



Merasakan sesuatu yang terhenti



b.



Rasa sakit yang menyerang bagian panggul



c.



Beberapa tonjolaan pada bagian vulva



d.



Kesulitan atau ketidaknyamanan pada buang air kecil atau buang air besar.(9)



2.8 Diagnosis Diagnosis dibuat atas dasar anamnesis tentang gejalah – gejalah dan umumnya mudah di tegakkan.. Friedman dan Little (1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut: a. Penderita dalam posisi jongok dan disuruh untuk mengedan b.



Kemudian dengan telunjuk jari menentukan apakah posisi portio uteri dalam posisi normal atau sudah ssampai introitus vagina atau seluruh serviks dan keluar dari vagina.



c.



Selajutnya dalam posisi berbaring, kemudian panjang serviks di ukur.



d.



Panjang serviks dari biasanya dinamakan elongasi koli.(3)



2.9 Penatalaksanaan Prolaps Uteri 1) Pengobatan medis a. Latihan Otot dasar panggul tujuan untuk menguatkan otot – otot dasar panggul b. Stimulasi otot – otot dengan alat listrik. Kontraksi otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya dipasang dalam pesarium yang dimasukan dalam vagina c. Pengobatan dengan pesarium. Pengobatan ini hanya bersifat paliatif, artinya menahan uterus di tempat selama alat pesarium ini dipakai. Pesarium dapat dipakai bertahun – tahun asal tetap selalu dilakukan follow up. Bila penempatan cincin pesarium tidak benar atau ukuran yang terlalu besar makan akan menimbulkan perlukaan pada dinding vagina dan dapat menyebabkan perdarahan.(3) 2) Pengobatan operatif a. Sistokel Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafia anterior. Setelah diadakan sayatan dan dinding vagina depan dilepaskan dari kandung



kencing dan urethta, kandung kencing didorong ke atas, dan fasia puboservikalis sebelah kiri dan sebelah kanan dijahit digaris tengah. (3) b. Rektokel dan Endoktel Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafia anterior. Rektokel yang berat sering menjadi satu entrokel. Tindakan operatif sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis urolonekologi.(3) c. Operasi Manchester d. Prolapsus genitalis. (3)



2.10 Komplikasi Prolaps Uteri a. Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri Ini terjadi pada prosidensia uteri, dimana keseluruhan uterus di luar introitus vagina b. Decubitus Dapat terjadi karena uterus yang keluar bergeseran dengann paha dan pakaian. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan sehingga perlu dibedakan dengan penyakit keganasan, khususnya bila penerita sudah berusia lanjut. c. Hipertrofi serviks uterai dan elongasio koli Komplikasi ini dapat didiagnosis dengan penyakit keganasan periksa lihat dan periksa raba. d. Hidroureter dan hidronefrosis Gangguan miksi dan stress incontinence menyebabkan penyempitan ureter e. Hemoroid Sering terjadi sebagai komplikasi prolapse. Pada kasus ini perlu dilakukan tindakan operatif. (3)



2.11. Prognosis Sebagian besar wanita yang mempunyai prolaps derajat awal biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat awal. Dengan mengetahui faktor risiko tersebut dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan disfungsi dasar panggul di kemudian hari. (7)



BAB III LAPORAN KASUS



A. IDENTITAS Nama



: Ny. N.K.



Umur



: 82 tahun



Pekerjaan



: IRT



Agama



: Islam



Pendidikan



: SD



Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2019 Rumah Sakit



: RS. Madani



B. ANAMNESIS Keluhan Utama : Benjolan pada vagina Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poli Kebidanan RS Madani dengan keluhan adanya penonjolan dalam vaginanya yang dialami sejak lama. Awalnya hanya benjolan kecil yang keluar dari mulut vagina dan semakin ama membesar beberapa bulan terakhir. Benjolan tersebut keluar saat pasien sedang berjalan atau sedang buang air besar. Pasien sebelumnya memiliki riwayat pemasangan cincin di bagian bagina. Pasien juga mengeluh adanya nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung bawah dan nyeri pinggang. Pasien juga kadang mengalami susah BAB.



Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya



Riwayat Obstetri : a. P12A0 b. Hidup 9 orang



C. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan tanda vital Keadaan Umum



: Sakit sedang



Kesadaran



: kompos mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)



Tekanan darah



: 120/90 mmHg



Pernapasan



: 22 kali/menit



Nadi



: 88 kali/menit, reguler



Suhu



: 36,6 °C



Pemeriksaan fisik umum Kepala dan leher a. Kepala



: normochepal



b. Mata



: konjungtiva didapatkan anemis , sklera tidak ikterus



c. Mulut



: mukosa bibir tidak kering



d. Leher



: idak ada pembesaran KGB



Thorax a.



Inspeksi



: Pergerakan toraks simetris bilateral



b.



Palpasi



: vocal fremitus kanan sama dengan kiri



c.



Perkusi



: sonor pada kedua lapangan paru



d.



Auskultasi



:bunyi pernapasan vesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing



Jantung a.



Inspeksi



: iktus kordis tidak tampak



b.



Palpasi



: iktus kordis teraba di ICS V midline clavicula sinistra



c.



Perkusi



: batas jantung dalam batas normal



d.



Auskultasi



: bunyi jantung I dan II murni reguler



Abdomen a.



Inspeksi



: tampak datar



b.



Auskultasi



: peristaltik kesan normal



c.



Perkusi



: bunyi ketuk timpani



d.



Palpasi



: nyeri tekan seluruh kuadran bawah



Genitalia : Inspeksi : Tampak uterus membumbung keluar dengan ukuran sebesar 8 cm X 7 cm.



D. RESUME Pasien datang ke poli Kebidanan RS Madani dengan keluhan adanya penonjolan dalam vaginanya yang dialami sejak lama. Awalnya hanya benjolan kecil yang keluar dari mulut vagina dan semakin ama membesar beberapa bulan terakhir. Benjolan tersebut keluar saat pasien sedang berjalan atau sedang buang air besar. Pasien sebelumnya memiliki riwayat pemasangan cincin di bagian bagina. Pasien mengeluh adanya nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung bawah dan nyeri pinggang. Pasien juga kadang mengalami susah BAB. Tanda vital didapatkan Tekanan Darah 120/90 mmHg, nadi 88x/menit respirasi 22x/ menit, suhu 36,6OC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Konjungtiva Anemi dan pada palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan seluruh kuadran bawah. Pada pemeriksaan genitalia tampak uterus membumbung keluar dengan ukuran sebesar 8 cm X 7 cm.



E. DIAGNOSIS KERJA Prolapsus Uteri Grade II F. PENATALAKSANAAN Pemasangan cincin pesarium G. FOLLOW UP Laporan pemasangan cincin pesarium H. PROGNOSIS Dubia ad Bonam



BAB IV PEMBAHASAN



Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 82 tahun dengan keluhan ada penonjolan di bagian dalam vaginanya yang dialami sejak lama lama yang awalnya hanya benjulan kecil yang keluar dari mulut vagina dan semakin lama semakin membesar saat beberapa bulan terkhir, gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama, atau saat buang besar dan pulih saat berbaring, keluhan lainnya pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung bawah dan nyeri pinggang, kadang juga pasien mengalami susah BAB. Berdasarkan hasil anamnesis, keluhan yang diutarakan pasien yang sesuai dengan literatur adalah Prolaps uteri. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong (fasia).(4) Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual, dalam hal ini pasien mengeluhkan ada benjolan yang keluar dari organ genitalia externanya, membaik saat berbaring dan bertambah berat saat berjalan lama dan nyeri pada bagian perut bagian bawah dan pinggang serta gangguan dalam berkemih yang sesuai dengan literatur, di mana merasakan sesuatu yang terhenti, rasa sakit yang menyerang bagian panggul, beberapa tonjolaan pada bagian vulva, dan kesulitan atau ketidaknyamanan pada buang air kecil atau buang air besar.(9) Selanjutnya ditemukan pada pemeriksaan genetalia eksterna tampak uterus keluar dengan perkiraan ukuran 8 cm X 7 cm, dalam klasifikasi prolapsus uteri berdasarkan Friedman dan little System termasuk dalam stadium atau grade II yaitu organ telah keluar secara maksimal.(3) Etiologi kelainan ini diakibatkan oleh kelemahan jaringan penyokong pelvis, meliputi otot, ligament, dan fasia. Pada dewasa, kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma obstetrical dan laserasi selama persalinan. Proses persalinan per vaginam



menyebabkan peregangan pada dasar pelvis, dan hal ini merupakan penyebab paling signifikan dari prolaps uteri. Selain itu, seiring proses penuaan, terdapat penurunan kadar estrogen sehingga jaringan pelvis kehilangan elastisitas dan kekuatannya.(3) Penyebab prolaps uteri dapat diperberat dengan faktor resiko seperti multiparitas, usia, penyakit jaringan ikat, ras dan peningkatan tekanan intra abdomen, jika dihubungkan dengan kasus pada pasien ini yang memiliki riwayat obstetri melahirkan anak 12 kali secara pervaginam dan usia yang memasuki 82 tahun.(7,8) Pilihan terapi yang dilakukan pada pasien ini yaitu melakukan pemasangan cincin pesarium. Tujuan pemasangan cincin pesarium adalah untuk menopang dinding vagina dan membantu mengkoreksi posisi uterus yang bergeser. Pada pasien ini dilakukan pemasangan cincin pesarium untuk mengurangi gejala yang ada dan pasien ini belum siap untuk dilakukan operasi. Pesarium dapat dipakai bertahun– tahun asal tetap selalu dilakukan kontrol secara rutin ke dokter tetap diperlukan. Bila penematan cincin pesarium tidak benar atau ukuran yang terlalu besar makan akan menimbulkan perlukaan pada dinding vagina dan dapat menyebabkan perdarahan. (3) Adapun cara pemasangan cincin pesarium yaitu:(10) 1. Diskusikan mengenai penggunaan pesarium dengan pasien 2. Lakukan pemeriksaan vagina untuk menentukan derajat prolaps dan estimasi ukuran pesarium 3. Lubrikasi ujung pesarium dan introitus vagina 4. Memasukkan pesarium secara perlahan dengan cara menjauhi uretra 5.



Memeriksa ekspulsi pesarium dengan meminta pasien untuk mengedan atau batuk



6. Apabila tidak terjadi ekspulsi, selipkan jari di antara pesarium dan dinding vagina untuk memastikan pemasangan tidak terlalu ketat 7. Apabila ukuran pesarium cukup, berikan instruksi pada pasien untuk mengedan seperti pada saat BAB



8. Minta pasien untuk berjalan selama beberapa menit 9. Apabila tidak ada keluhan, minta pasien datang untuk kontrol 2 minggu kemudian 10. Apabila pasien mampu untuk mengurus dirinya sendiri berikan instruksi yang jelas dan minta pasien untuk kembali bila mengalami rasa nyeri, kesulitan berkemih, atau kesulitan BAB. 11. Periksa kembali setalah 1 bulan apakah terpasang dengan baik 12. Apabila pasien tidak mampu mengurus dirinya sendiri, minta pasien untuk kontrol 3-6 bulan. 13. Kemudian periksa setiap tahun Gambar 3 : Jenis Jenis Pesarium



Sumber : Junizaf, Santoso BI. Panduan Penatalaksanaan Organ Panggul. Perhimpun Uroginekologi - POGI. 2013;p. 7



Prognosis pada pasien ini baik, akan tetapi pasien tetap harus melakukan kontrol secara rutin. Pada wanita yang mempunyai prolaps derajat awal biasanya



timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat awal.(7)



DAFTAR PUSTAKA



1. Pratiwi KYM, Putra IGM. Prolaps Organ Panggul. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2013;p.2 2. hardianti BC, Pramono BA. Fator Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Prolapsus Uteri di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Media Medika Muda. Semarang. Oktober 2015;4(4):p.498-500. 3. Seojoenoes A, Junizaf. Kelainan Letak Alat-Alat Genital. Dalam. Prawirohardjo sarwono. Ilmu Kandungan. edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2014. p.12,350-4 4. Anggareni A, Darto. Prolaps Uteri Grade IV, Sistokel Grade IV dan Rektokel Grade III dengan Giant Vesicolithiasis dan Prolaps Rekti. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2012; .p.54-56. 5. Anatomi Ibu. Dalam. Cunningham, Leveno, Hauth B, Rouse, Spong. Obstetri Williams. 23rd ed. Vol. 1. Jakarta: EGC; 2017. p`23 6. Panggul dan Rongga Retroperitoneal. Dalam. Waschke J, Paulsen F. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. 23rd ed. Vol. 2. Jakarta: EGC; 2013. p.206,211 7. Pangastuti N, Sari DCR, Santoso BI, Agustiningsih D, Emilia O. Artikel Penelitian. Gambaran Faktor Risiko Prolaps Organ Panggul Pasca Persalinan Vaginal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Kedokteran Bandung. 2018;50(2): p.103. 8. Purwara BH. Armawan E, Sasotya RMS. Achmad ED. Faktor Risiko Penderita Prolapsus Organ Panggul terhadap Hiatus Genitalis, Panjang Total Vagina, dan Perineal Body. Majalah Kedokteran Bandung. Maret 2014;46(1):p.58. 9.



Prolapsus Organ Panggul. Dalam. Masriroh S. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Yogyakarta: Imperium; 2013. p.215



10. Junizaf, Santoso BI. Panduan Penatalaksanaan Organ Panggul. Perhimpun Uroginekologi - POGI. 2013;p. 7