Proposal Anemia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.



Pendahuluan Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih



rendah dari nilai normal (Mary E. Beck, 2000:196). Anemia berarti kekurangan sel darah merah,yang dapat disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah (Guyton dan Hall, 1997:538). Di Indonesia,kejadian anemia sekitar 36% dari perkiraan populasi 3800 juta orang dan lebih banyak terjadi di negara yang sedang berkembang daripada negara industri (DeMaeyer, 1993). Anemia pada wanita masih merupakan salah satu masalah gizi utama yang membutuhkan perhatian (Departemen Kesehatan RI, 1998). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 57,1%. Penelitian Wirawan (1995) di Jakarta Timur pada siswa SLTA menunjukkan prevalensi anemia sebesar 44,4%. Sedangkan Tambunan (1995) mendapatkan dari 107 siswi SLTA di Jakarta, 24,3% mengalami anemia defisiensi besi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permaesih dkk (1990) menunjukkan bahwa persentase penderita anemia pada kelompok wanita remaja santri sebanyak 44,4%. Remaja putri lebih rawan terkena anemia dibandingkan anak-anak dan usia dewasa karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk besi. Remaja putri mengalami peningkatan kebutuhan besi karena percepatan pertumbuhan (growth spurt) dan menstruasi (Lynch, 2000). Selain itu, remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan melakukan pantangan terhadap banyak makanan (Sediaoetomo, 1992). Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012). Setiap tahun 1 juta sampai 4,4 juta anak remaja di negara berkembang mengalami anemia dan kebanyakan remaja mengalami anemia pada saat menstruasi. Anemia banyak dialami oleh remaja antara umur 15-19 tahun. Sering karena pengetahuan yang terbatas tentang menstruasi mengakibatkan terjadinya anemia (Martadisoebrata, dkk, 2005). Hasil



Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, melaporkan bahwa prevalensi anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi, yaitu 26,5% pada remaja (1519 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan menurut Surkesmas 2004 menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putra dan 30% remaja putri menderita anemia. Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2004).



Menurut DepKes (2008), dilaporkan bahwa masyarakat Indonesia terutama wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (hemeiron). Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada remaja putri masih cukup tinggi. Akibat dari anemia pada remaja antara lain dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunkan aktivitas remaja yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar serta menurunkan kebugaran remaja, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitas. Di samping itu, anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan. Menurut Yip (1998) status besi harus diperbaiki pada saat sebelum hamil yaitu sejak remaja sehingga keadaan anemia pada kehamilan akan dapat dikurangi. Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya anemia. Oleh karena itu diperlukan informasi masalah gizi pada remaja serta fakor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi ini sangat berguna sebagai dasar penetapan strategi program perbaikan kesehatan dan gizi pada kelompok remaja. Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya pada remaja putri masih cukup tinggi.



2.Rumusan Masalah Berdasarkan pendahuluan yang telah di uraikan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia khususnya pada remaja dengan upaya Deteksi Dini dan Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri. Batasan kegiatan: Kegiatan ini hanya dilakukan pada anak Remaja khususnya pada remaja putri di SMA N 1 DOLOK BATU NANGGAR SERBELAWAN. 3.Tinjauan Pustaka Peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa remaja berkaitan dengan percepatan pertumbuhan yang dialaminya, dimana zat gizi yang masuk ke dalam tubuhnya digunakan untuk peningkatan berat badan dan tinggi badan yang disertai dengan meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh (WHO, 2002). Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami menstruasi. Seorang wanita yang mengalami menstruasi yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang menstruasinya hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Utamadi, 2002). Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi tiga mekanisme utama yang menyebabkan anemia adalah: a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia (Proverawati, 2011). b. Kehilangan darah Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah darah dalam tubuh, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu



singkat ini jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya (Sadikin, 2001). c. Penurunan produksi sel dara h merah Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang atau bahan dasar produksi tidak tersedia (Proverawati, 2011). Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk kondisi anemia di kalangan perempuan yaitu : a. Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani b. Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan c. Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan perempuan dalam hal makanan d. Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis e. Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi (Hasmi, dkk, 2005). Penyebab anemia sangat penting, karena atas dasar penyebab inilah pengobatan semestinya diberikan. Pengobatan anemia yang diberikan dengan tidak atas pengetahuan yang teliti akan menjadi sangat berbahaya. Pada mereka yang cenderung melakukan otomedikasi (mengobati diri sendiri), apalagi di bawah pengaruh yang kuat dari informasi sepihak dan tidak lengkap yang diperoleh dari lingkungan (Sadikin, 2001). Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah dengan makan makanan yang sehat dan membatasi penggunaan alkohol. Semua jenis anemia sebaiknya dihindari dengan memeriksakan diri ke dokter secara teratur dan ketika masalah itu timbul. Darah para lanjut usia secara rutin diperintahkan oleh dokter untuk selalu dikontrol, bahkan jika tidak ada gejala, sehingga dapat terdeteksi adanya anemia dan meminta dokter untuk mencari penyebab yang mendasar (Proverawati, 2011). Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi. Keempat pendekatan tersebut adalah a. Pemberian tablet atau suntikan zat besi b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan c. Pengawasan penyakit infeksi d. Mortifikasi makanan pokok dengan zat besi (Arisman, 2004).



4. Tujuan Kegiatan Tujuan dalam kegiatan ini yaitu:



1.Remaja dapat memahami tentang anemia 2.Terlaksananya pemeriksaan Hb Pada remaja khususnya remaja putri 3.Terlaksananya pencegahan anemia pada remaja putri dengan cara penyuluhan. 5.Manfaat Kegiatan Untuk dapat memberikan intervensi



berupa



pendidikan, penyuluhan, dan



pemeriksaan dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas pada remaja khususnya pada remaja putri agar remaja putri dapat mengatasi anemia dengan melakukan beberapa pencegahan. 6.Khayalak/Sasaran Khalayak sasaran yang strategis dalam kegiatan ini adalah siswa remaja putri yang berada di SMA N 1 DOLOK BATU NANGGGAR SERBELAWAN dengan Jumlah peserta sebanyak 50 remaja putri. 7.Metode Pengabdian Kegiatan akan diawali dengan pemeriksaan Hb, kemudian dilanjutkan dengan pemberian konseling tentang anemia. 8.Keterkaitan Kegiatan pegabdian yang dilakukan untuk meningkatkan program pemerintah yaitu pemeriksaan Hb dan penyuluhan tentang anemia. 9.Rancangan Evaluasi Evaluasi selama 1 hari yaitu melakukan penyuluhan dan pemeriksaan anemia pada remaja putri.



DAFTAR PUSTAKA Arumsari, 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Depkes RI, 2008, Remaja Dan Anemia. UNICEF; Jakarta



Gibney, Michael J., et al. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit EGC; 2005. Lutfiah N, Indriasari R, Kesumasari C. Studi Pengetahuan Mengenai Masalah Gizi dan Status Gizi Pada Remaja Putri di FKM Unhas Tahun 2013. 2013.



Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya; Yogyakarta Puslitbangkep. Kajian Profil Penduduk Remaja. Jakarta: BKKbN2011. Sihotang SD, Febriany N. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Puteri Tentang Anemia Defisiensi Besi Di Sma Negeri 15 Medan. Jurnal Keperawatan Holistik. 2012;1(2).