Proposal Penyuluhan Anemia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDIDIKAN KESEHATAN ANEMIA Proposal Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Dosen Pembimbing : Endrian Mulyadi JW, S.Kep., Ners., M.Kep



Disusun oleh : Kelompok 12 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Anisa Rahmah Syiami Dini Apriliyani Denden Pratama Iqbal Maulana Melifia Alfiani Lismy Nurhamzah



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN II B STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS Jalan K.H. Ahmad Dahlan NO. 20 TLP. 0265-773052 2020/2021



PROPOSAL PENYULUHAN ANEMIA A. Judul Penyuluhan Anemia B. Analisis Situasi Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab, 2009). Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 1945 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013). C. Tinjauan Pustaka a) Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22). Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal (Emma, 1999). Jadi kesimpulannya anemia adalah rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dari nilai normal. b) Penyebab Anemia Secara garis besar penyebab terjadinya anemia gizi dikelompokkan dalam sebab langsung, tidak langsung dan sebab mendasar sebagai berikut: 1.Sebab langsung a.Ketidak cukupan makanan Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang makan sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang



dimakan biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan makanan yang dimakan mengandung zat penghambat penyerapan besi. Inhibitor (penghambat) utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam. Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacangkacangan. Enhancer (mepercepat penyerapan) Fe antara lain asam askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan asam laktat kurang mampu meningkatkan penyerapan Fe (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi. Hal ini terutama dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi makanan kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya terdiri dari nasi dan kacang-kacangan. Tetapi apabila di dalam menu terdapat pula bahan - bahan makanan yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam, ikan, dan vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan akan zat besi dapat terpenuhi. b. Infeksi penyakit Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia. Infeksi itu umumnya adalah kecacingan dan malaria. Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia. Beberapa fakta menunjukkan bahwa parasitemia yang persisten atau rekuren mengakibatkan anemia defisiensi besi, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Pada malaria fase akut terjadi penurunan absorpsi besi, kadar heptoglobin yang rendah, sebagai akibat dari hemolisis intravaskuler, akan menurunkan pembentukan kompleks haptoglobin hemoglobin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh hepar, berakibat penurunan availabilitas besi. 2.Sebab tidak langsung Beberapa penyebab tidak langsung anemia diantaranya adalah: kualitas dan kuantitas diet makanan tidak adekuat, sanitasi lingkungan dan makanan yang buruk, layanan kesehatan yang buruk dan perdarahan akibat menstruasi, kelahiran, malaria, parasit : cacing tambang dan schistosomiasis, serta trauma. Diet yang tidak berkualitas dan ketersediaan biologis besinya rendah merupakan faktor penting yang berperan dalam anemia defisiensi besi. Pola menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat, seperti nasi dan umbi-umbian, atau kacang-kacangan, tergolong menu rendah (penyerapan zat besi 5%). Pola menu ini sangat jarang atau sedikit sekali mengandung daging, ikan, dan sumber vitamin C. Terdapat lebih banyak bahan makanan yang mengandung zat penghambat zat absorpsi besi, seperti fitat, serat, tannin, dan fostat dalam meni makanan ini (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Adanya



kepercayaan yang merugikan seperti permasalahan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang masih sering dijumpai yaitu banyaknya yang berpantang terhadap makanan selama masa nifas, misalnya makan daging, telur, ikan, kacang-kacangan dll, yang beranggapan bahwa dengan makan makanan tersebut dapat menghambat proses penyembuhan luka setelah melahirkan juga dapat menimbulkan anemia. Layanan kesehatan yang buruk dan hygiene sanitasi yang kurang akan mempermudah terjadinya penyakit infeksi. Infeksi mengganggu masukan makanan, penyerapan, penyimpanan serta penggunaan berbagai zat gizi, termasuk besi. Pada banyak masyarakat pedesaan dan daerah urban yang kumuh dimana sanitasi lingkungan buruk, angka kesakitan akibat infeksi, virus dan bakteri tinggi. Dalam masyarakat tersebut, makanan yang dimakan mengandung sangat sedikit energy. Kalau keseimbangan zat besi terganggu, episode infeksi yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadinya anemia. 3.Sebab mendasar a.Pendidikan yang rendah Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia c. Ekonomi yang rendah Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah, karena kelompok penduduk ekonomi rendah kurang mampu untuk membeli makanan sumber zat besi tinggi yang harganya relatif mahal. Pada keluarga- keluarga berpenghasilan rendah tidak mampu mengusahakan bahan makanan hewani dan hanya mengkonsumsi menu makanan dengan sumber zat besi yang rendah. Upah Minimum Regional (UMR) Jawa Tengah Kota Semarang Non Sektor pada tahun 2011 adalah 939756 (Wordpress, 2011). c) Tanda dan Gejala Anemia Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto, 2010): a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai. b. Wajah tampak pucat. c. Mata berkunang-kunang. d. Nafsu makan berkurang. e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. f. Sering sakit. Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (Soebroto, 2010): a. Kecepatan timbulnya anemia b. Usia individu c. Mekanisme kompensasi d. Tingkat aktivitasnya e. Keadaan penyakit yang mendasarinya f. Beratnya anemia Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya



hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organorgan vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejalagejala umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price, 2005). d) Pengobatan dan pencegahan Anemia Menurut Departemen Gizi dan Kesmas (FKM UI, 2010) mengatakan bahwa anemia bisa dicegah dengan memelihara keseimbangan antara asupan Fe dengan kebutuhan dan kehilangan Fe. Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara ini bervariasi antara satu wanita dengan wanita yang lainnya, tergantung riwayat reproduksi dan jumlah kehilangan darah selama menstruasi. Peningkatan konsumsi Fe untuk memenuhi kebutuhan Fe dilakukan melalui peningkatan konsumsi makanan yang mengandung heme iron, bersifat mempercepat (enhancer)non heme iron, dan meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung penghambat absorbsi Fe (inhibitor). Jika kebutuhan Fe tidak tercukupi dari diet makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe.Kebutuhan besi (yang diabsorpsi atau fisiologis) harian dihitung berdasarkan jumlah zat besi dari makanan yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan basal, kehilangan karena menstruasi dan kebutuhan bagi pertumbuhan. Kebutuhan tersebut bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin; dalam kaitannya dengan berat badan, kebutuhan ini paling tinggi pada bayi yang kecil(Ningrum & Sartika, 2013). e) Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin berdasarkan jenis kelamin dan rentang usia menurut WHO (1968) adalah sebagai berikut: • Laki-laki : hemoglobin < 13 g/dL • Wanita dewasa tidak hamil : hemoglobin < 12 g/dL • Wanita hamil : hemoglobin < 11 g/dL • Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12 g/dL • Anak umur 6 bulan - 6 tahun : hemoglobin < 11 g/dL Seseorang dapat dikatakan anemia bila kadar hemoglobin dibawah batas normal. f) Jenis-jenis Anemia Jenis-jenis anemia adalah: a.Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010). b. Anemia Defisiensi Vitamin C



Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010). c.Anemia Makrositik Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal (Soebroto, 2010). d.Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto, 2010). e. Anemia Sel Sabit Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit adalah: 1)Kurang energi dan sesak nafas, 2)Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning), 3)Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat tersumbatnya pembuluh darah kapiler. f. Anemia Aplastik Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010) D. Tujuan Kegiatan a) Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan Penyuluhan diharapkan masyarakat mengetahui tentang anemia. b) Tujuan Instruksional Khusus ( TIK) Setelah diberikan Penyuluhan 1 x 30 menit sasaran diharapkan mampu : (a)Menyebutkan pengertian Anemia (b)Menyebutkan penyebab Anemia (c)Menyebutkan tanda dan gejala Anemia (d)Menyebutkan pengobatan Anemia (e)Menyebutkan hemoglobin (f)menyebutkan jenis jenis Anemia E. Manfaat Kegiatan



Menurunkan resiko anemia F. Khalayak Sasaran (yang strategis) Yang menerima penyuluhan adalah orang orang menderita anemia G. Metode Kegiatan Melalui Video H. Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah individu mendapatkan ceramah kemudian di evaluasi dengan indikator: a.Individu dapat menjawab materi Anemia b.Individu dapat memahami yang dimaksud Anemia I. Rencana atau Jadwal Kerja Skenario Akan dilaksanakan penyuluhan (pendidikan kesehatan) mengenai ANEMIA pada tanggal - 2020 di daerah ciamis Materi : Anemia Tanggal : 2020 Waktu Pertemuan : 30 menit a. Tujuan TIK : Setelah diberikan Penyuluhan 1 x 30 menit sasaran diharapkan mampu : a.Menyebutkan pengertian anemia b.Menyebutkan penyebab anemia c.Menyebutkan tanda dan gejala anemia d.Menyebutkan pengobatan/pencegahan anemia e.Menyebutkan jenis-jenis anemia b.Pokok Bahasan : Cara pengobatan anenia c.Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan pengertian, penyebab, gejala – gejala, pengobatan,jenis-jenis.



Tahap Kegiatan Pendahuluan



Kegiatan Penyuluh



Waktu



1. Mengucapkan Salam 2. Memperkenalk 15 an Diri menit 3. Pembacaan Al Quran 4. Sambutan – Sambutan



Kegiatan Peserta



Media & Alat Pengajaran



Memperhatikan



Infocus



Memperhatikan



Penyajian



Penutup 







5. Menyampaika n Pokok Pembahasan 6. Kontrak Waktu 7. Menjelaskan Pengertian anemia 8. Menjelaskan penyebab anemia 9. Menjelaskan gejala anemia 10. Menjelaskan jenis-jenis anemia 11. Menjelaskan pencegahan anemia 12. Menutup bahasan Mengundang komentar atau pertanyaan dari peserta Memberi tanggapan atau jawaban



Memperhatikan Leaflet 30 menit



Mencatat



Memperhatikan



Sumbang saran



15 menit



Memperhatikan Sumbang saran Memperhatikan



d. Evaluasi Alat Ukur yang digunakan: Individu/ peserta dapat memahami pengertian, Penyebab, gejala, jenis-jenis & pencegahan anemia



J. Organisasi Pelaksanaan Ketua pelaksana : Anisa Rahmah Syiami Anggota : 1) Dini Apriliyani 2) Denden Pratama 3) Iqbal Maulana 4) Melifia Alfiani 5) Lismy Nuhamzah K. Rencana Biaya a. Seksi Acara



No.



Jenis kebutuhan



Harga satuan



1. Total



Seksi Konsumsi No



Jenis kebutuhan



Harga satuan



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Grand total kebutahan dana : 1. Seksi acara



:



2. Seksi konsumsi



:



Jadi Total Pengeluaran Keseluruhan Dana pemasukan (Patungan Kelompok)



L. Bukti kegiatan



Jumlah



Jumlah



Daftar Pustaka Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Remaja Putri, IX(1), 1–6. Ningrum, R. A., & Sartika, R. A. D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Remaja Putri Di SMP N 1 Gatak , Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo , Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP N 1 Gatak , Su. Sari, H. P., Dardjito2, E., & Anandari, D. (n.d.). ANEMIA GIZI BESI PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS IRON, 16–31. Syatriani, S., & Aryani, A. (n.d.). Konsumsi Makanan dan Kejadian Anemia pada Siswi Salah Satu SMP di Kota Makassar, 12(197), 251–254.