Proposal BAB II [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA 1. Konsep Lansia a. Definisi lansia Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi anak-anak dan dewasa akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Atmaja dan Fithriana, 2017). Lanjut usia (lansia) secara bertahap mengalami berbagai kemunduran, baik fisik, mental dan sosial. Salah satu yang dialami lansia yaitu gangguan mental. Gangguan mental pada lansia disebabkan banyak faktor yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi (Murtiyani,2018). Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dn mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( termasuk infeksi ) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misalnya: hipertensi, arterioskierosis, diabetes melitus dan kanker ( Nurrahmani,2012). Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia



lanjut dan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun proventif agar ia dapat meneikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia. Lansia adalah tahap akhir perkembangn pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seseorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia menurut UU No 13/tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansi adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap, rambut kepala memulai memutih atau beruban, gigi mulai lepas (ompong), penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah dan mudah jatuh, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah. Disamping itu juga terjadi kemunduran kongnitif anatara lin suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik, ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi, sering adanya disorentasi terhadap waktu, tempat dan orang, sulit menerima ide-ide baru. Proses penuaan pada usia lanjut terjadi karena menghilangnya secara perlahan-lahan



kemampuan



jaringan



dalam



memperbaiki



diri



dan



mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami masalah kesehatan atau yang bisa disebut sebagai penyakit degenerative (R. Siti Maryam,dkk,2010). b. Batasan-Batasan Lansia Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia dari berbagai ahli (Azizah, 2015). Batasan usia lanjut menurut WHO (1999) dalam Mujahidullah (2017) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu : 1) Usia pertengahan (middle age), yaitu antara usia 45 sampai 59 tahun. 2) Usia lanjut (elderly), yaitu berusia antara 60 sampai 74 tahun. 3) Usia tua (old), yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old), yaitu usia diatas 90 tahun. Sedangkan menurut UU No. 13 tahun 1998 (Fatimah, 2014) tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada penelitian ini akan menggunakan batasan untuk lanjut usia sesuai dengan definisi dan batasan lansia menurut WHO dan UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Depkes RI (2016) mengklasifikasikan lansia dalam katagori berikut: a. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan



d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya/ tidak mampu mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. c. Teori Proses Menua a) Teori biologis 1) Teori Genetik Clock Teori ini menyatakan bahwa proses menua itu terjadi akibat adanya program jam genetik dalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick (1980), dari teori ini dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesis mutasi somatik (Teori Errorcatastrophe). 2) Teori Stress Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa



digunakan



oleh



tubuh.



Regenerasi



jaringan



tidak



dapat



mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 3) Imumunologi Slow Theory menurut Imumunologi Slow Theory, sistem menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.



4) Teori radikal bebas Radikal bebas terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohiderat dan protein, radikal ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. b) Teori Pisikologis Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan pisikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsiaonal yang efektif. Keperibadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karateristik konsep diri dari seseorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu brinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.. c) Teori Sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori kesinambungan (contimuity theory) dan teori aktivitas (R. Siti Maryam, dkk, 2010). d. Masalah Pada Lansia Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdebar-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan menurun,



mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal (Bandiyah, 2009). e. Penyakit Yang Menonjol Pada Lansia Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu: 1) gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai stroke, 2) gangguan metabolik; DM, 3) gangguan persendian: artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh, 4) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi (Nugroho, 2014). f. Perubahan Usia Lansia Menurut Nugroho (2000) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu sebagai berikut: 1. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya proses degeneratif yang meliputi : a) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler. b) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya. Menurunnya kemampuan otak dalam menyerap vitamin B12, yang



berperan dalam proses kerja otak. Sehingga dalam penerimaan stimulus dari luar lambar, daya ingat menurun, degenerasi sel-sel otak, menurun kognisi dan menurunnya tingkat intelektual. Hal tersebut akan menyebabkan perilaku bersih dan sehat menjadi kurang mandiri. c) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional. d) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya



gelap,



menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas. e)



Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini



menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk keberdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer. 2. Perubahan mental Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu. 3. Perubahan-perubahan psikososial Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman



dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dan arena itu mereka kurang memikirkan kematian. 4. Perubahan psikologis Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara



lain



penurunan



badaniah



atau



dalam



kebingungan



untuk



memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.



g. Perubahan Fisik Pada Lansia Penuaan intrinsik mengacu pada perubahan yang diakibatkan oleh proses penuaan normal yang telah diprogramkan secara genetik dan pada dasarnya universal dalam spesies yang bersangkutan. Penuaan ekstrinsik terjadi akibat pengaruh dari luar diri seperti penyakit, polusi udara dan sinar matahari dan merupakan penuaan yang abnormal yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan intervensi perawatan kesehatan yang efektif (Fatimah, 2010). a)



Perubahan sel Perubahan seldan ekstrasel pada lansia mengakibatakn penurunan tampilan dan fungsi fisik. Kemampuan sel memperbarui diri sendiri berkurang. Penimbunan lemak dan pigmen bertambah, lansia menjadi lebih pendek dan badan melar.



b)



Perubahan kardiovaskuler Perubahan struktur jantung dan sistem vaskuler mengakibatkan penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Katup jantung menjadi lebih tebal, vena berkelok-kelok dan kemampuan dalam menangani stress menurun.



c) Perubahan sistem pernfasan Penurunan



efisiensi



otot



pernafasan,



peningkatan



rigditas



paru



atauhilangnya recoil paru mengakibatkan peningkatan residu paru. Penurunan efisiensi batuk, berkurangnya aktivitas silia membuat usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi pernafasan.



d) Perubahan integumen Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menipi, jumlah serat elastis berkurang, pigmentasi rambut menurun, distribusi pigmen di kulit tidak merata. Perubahan ini membuat toleransi terhadap suhu dan pajanan sinar matahari yang ekstrim menurun. e) Perubahan sistem reproduksi Saat menopause pada wanita usia lanjut produksi estrogen dan progesterone oleh ovarium menurun. Pada wanita terjadi penipisan dinding vagina. Pada laki-laki, ukuran penis dan testis mengecil dan kadar androgen menurun. f)



Perubahan genitourinaria Terjadi penurunan massa ginjal akibat dari kehilangan beberapa nefron. Perubahan fungsi ginjal meliputi penurunan laju infiltrasi, penurunan fungsi tubuler dengan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatanurin. Kapasitas kandung kemih. Pada laki-laki sering ditemukan pembesaran kelenjer prostat yang menyebabkan retensi urin dan inkontinesia urin.



g) Perubahan gastrointestinal Peristaltik eshopagus kurang efisien, sfingter gastroesofagus gagal relaksasi mengakibatkan kelambatan pengosongan eshopagus. Lansia biasanya mengeluh adanya rasa penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. h) Perubahan muskuloskletal



Pengurangan dan penyusutan tinggiakibat dari perubahan osteoprotik pada tulang punggung. Kifosis dan fleksi pinggul serta lutut. Ukuran otot berkurang dan otot kehilangan kekuatan, fleksibilitas dan kekuatannya sebagai akibat penurunan aktivitas dan penuaan. Kartilago



sendi



memburuk secara progresif melalui usia pertengahan. i)



Perubahan sistem persarafan Pada lansia terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Massa otak berkurang secara progresif akibat dari yang rusak dan tidak dapat diganti. Kinerja sistem saraf otonom kurang efisien yang mengakibtkan sering terjadi hipotensi postural.



j)



Perubahan sensorik kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghirup serta dapat mengancam intraksi dan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya (Fatimah,2010).



2. Konsep Dasar Hipertensi 1. Definisi hipertensi Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).



Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan hipertensi merupakan tekanan darah normal (Wijaya &Putri, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertensi itu adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dia atas 90 mmHg yang diukur paling sedikit dalam dua kali kunjungan. 2. Klasifikasi hifertensi Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolikdibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik Kategori



Tekanan



darah



sistolik Tekanan



(mmHg) Normal < 120 mmHg Prahipertensi 120-139 mmHg Stadium 1 140-159 mmHg Stadium 2 160 mmHg Sumber : (smeltzer & eat al, 2015)



darah



diastolik



(mmHg) < 80 mmHg 80-89 mmHg 90-99 mmHg 100 mmHg



Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa menurut Triynto (2016), adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2



Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada dewasa Kategori



Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik



(mmHg) Normal