Proposal Firda Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS ESA UNGGUL



FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT CALPIS INDONESIA TAHUN 2020



PROPOSAL SKRIPSI



FIRDAYANI MUFLIHATIN 20180301174



FAKULTAS ILMU-ILMUKESEHATAN PROGRAM STUDIKESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2020



LEMBAR PERSETUJUAN



Proposal skripsi ini diajukan oleh: Nama



: Firdayani Muflihatin



NIM



: 20180301174



Fakultas



: Ilmu-ilmu Kesehatan



Program Studi



: Kesehatan Masyarakat



Peminatan



: K3



Judul Proposal



:Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT Calpis Indonesia Tahun 2020



Proposal skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.



Jakarta, September 2020 Menyetujui, Dosen Pembimbing



Cut Alia Keumala Muda, SKM., M.K.K.K.



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas hidayahNya lah, penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Proposal Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT Calpis Indonesia Tahun 2020” dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dalam tepat waktu. Dalam penulisan dan penyusunan Proposal Penelitian ini penulis tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.



Dr. Ir. Arif Kusuma Among Praja, MBA. Selaku Rektor Universitas Esa Unggul Jakarta



2.



Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul



3.



Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat



4.



Ibu Cut Alia Keumala Muda, S.K.M, M.K.K.K.selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Proposal Penelitian ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini masih



terdapat kekurangan, mengingat penulis dalam taraf belajar sehingga masih terdapat



keterbatasan



ilmu



dan



pengalaman.



Oleh



sebab



itu,



penulis



mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini Demikian Proposal Penelitian ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca umumnya



Jakarta, 11 September 2020



Firdayani Muflihatin



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PERSETUJUAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTARGAMBAR vi DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN .viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Pertanyaan Penelitian 1.4. Tujuan 4 1.5. Manfaat Penelitian 1.6. Ruang Lingkup 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 6 2.2. Kerangka Konsep 2.3. Penelitian Terkait



4 4 5



6 16 16



BAB III METODE PENELITIAN 19 3.1. Kerangka Konsep 19 3.2. Definisi Operasional 19 3.3. Hipotesis Penelitian 20 3.4. Tempat dan Waktu Penelitian 20 3.5. Jenis Penelitian 20 3.6. Populasi dan Sampel 20 3.7. Pengumpulan Data 22 3.8. Instrumen Penelitian 23 3.9. Uji Validitas Dan Realiabilitas Kuesioner 3.10. Uji Normalitas 24 3.11. Analisis data 24 DAFTAR PUSTAKA



30



24



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Kerangka Teori...............................................................................16 Gambar 2.2 Kerangka Konsep...........................................................................19



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1. Penelitian Terkait.................................................................................16 Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................16



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1Informed Consent Lampiran 2 Kuesioner



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Penelitian Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan, yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kegiatan terhadap proses. Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja di industri yang dikategorikan menjadi dua, yaitu unsafe act (perilaku tidak aman) dan unsafe condition (kondisi tidak aman), namun faktor yang paling dominan menyebabkan kecelakaan kerja adalah unsafe act (perilaku tidak aman) (Budiono, A. M., Jusuf, R.M.S, Pusparini, 2005). Tindakan tidak aman (unsafe action) disebabkan oleh sikap, tingkah laku, karakteristik, kondisi fisik dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Suma’mur menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari tindakan tidak aman yaitu akibat langsung diantaranya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, sedangkan akibat tidak langsung antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun (Suma’mur, 2014). Secara umum penyebab kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman ( faktor manusia) dan kondisi tidak aman ( faktor lingkungan kerja). Menurut Winarsunu yang mengutip dari Heinrich (1980),



mengatakan bahwa kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman yang bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material. 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal—hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10% disebabkan oleh kondisi tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan oleh taktir Tuhan (Winarsunu, 2008). Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja menurut Green dalam Notoatmodjo (2017) diantaranya yaitu pengetahuan, sikap, motivasi, masa kerja dan pengawasan. Pengetahuan yang kurang akan keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja menyebabkan seseorang sulit untuk mengetahui potensi bahaya yang ada



disekitarnya,



sehingga



sulit



untuk



menentukan



tindakan



dalammengendalikan potensi bahaya tersebut. Oleh sebab itu seseorang akan menjadi kurang waspadaterhadap risiko yang dapat timbul dariperilakunya selama bekerja (Sangaji J, Jayanti S, 2018). Hasil penelitian



(Tulaeka,



2018)



ditemukan



adanya



hubungan



antara



pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja. Sikap pekerja terbentuk dari pemahaman ataupun pengetahuannya mengenai perilaku tidak aman. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan



(Endroyono, 2016). Hasil penelitian (Sangaji J, Jayanti S, 2018) ditemukan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja. Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat mempengaruhi kecelakaan kerja, terutama pengalaman dalam hal menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa & Singgih, 2015). Hasil penelitian (Saragih F, Halinda SL, 2015)ditemukan adanya hubungan antara masa kerja dengan perilaku tidak aman pada pekerja. Selain masa kerja, pengawasan juga merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja. Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan (Handoko, 2016). Listyandinidalam penelitiannya



menunjukan



ada



hubungan



yang



bermakna



antara



pengawasan dengan kecelakaan kerja(Listyandini R, Suwandi T, 2019). Menurut (Saepudin, 2011), ILO memperkirakan setiap tahun ada 2,78 juta pekerja yang tewas karena kecelakaan di tempat kerja atau penyakit terkait pekerjaan dan lebih dari 374 juta orang yang cedera atau luka atau jatuh sakit tiap tahun akibat kecelakaan terkait kerja. Dampaknya pada ekonomi dunia karena hilangnya hari kerja mendekati 4% dari GDP global. Studi penelitian yang dilakukan oleh Heinrich dalam Terry (2003) ,



mengenai penyebab-penyebab kecelakaan kerja menunjukkan suatu kesimpulan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe act, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya (Terry, 2013). Di Amerika, 85% kecelakaan kerja diakibatkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan 15% oleh kondisi tidak aman (unsafe condition) (Uda, 2015). Menurut Suma’mur dalam Sucipto, 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian (unsafe human act) dan kesalahan manusia (human error). Kecelakaan dan kesalahan manusia tersebut meliputi faktor usia, jenis kelamin, pengalaman kerja dan pendidikan. Kesalahan akan meningkat ketika pekerja mengalami stress pada beban pekerjaan yang tidak normal atau ketika kapasitas kerja menurun akibat kelelahan (Sucipto, 2014). Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) RI dalam Fitriana (2016) menyebutkan pada tahun 2010 terdapat 54.398 kasus kecelakaan kerja karena 96% unsafe action dan 4 % karena unsafe condition (Fitriana, 2016) Provinsi Jawa Barat, menurut informasi dari BPJS tahun 2012 dalam Fitriana terdapat 37.390 kasus kecelakaan, dan 86 kasus kecelakaan dari 716 perusahaan pada Jamsostek cabang kota Depok tahun 2010 yang disebabkan karena unsafe action (Fitriana, 2016). Kabupaten Bekasi sendiri ditemukan 38.429 kasus kecelakaan tenaga kerja, sementara itu Cikarang sendiri ditemukan 5.523 total kasus (BPJS Ketenagakerjaan, 2020).



PT Calpis Indonesia berdiri pada september 1994 dan mulai beroperasi tahun 1995. PT Calpis Indonesia merupakan salah satu perusahaan terkemuka yang memproduksi susu fermentasi merek CALPICO terbesar di Indonesia yang memiliki pusat di di kawasan Ejip Cikarang. Adapun proses produksi susu Calpico di PT Calpis yaitu mulai dari blending (pencampuran), bottle supply, unscramble (pencucian botol), filling (pengisian), retort pasteurization (pemasakan), pelabelan (best before printing), lalu di visual check untuk memastikan produks sesuai standar, kemudian produk tersebut jalan ke mesin case packer dan masuk ke proses pemalettan. Menurut laporan bulanan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT Calpis Indonesia, pada tahun 2017, 2018, dan 2020 telah terdapat 6 perilaku tidak aman yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu tahun 2017 telah terjadi Kecelakaan yang menyebabkan minor injury sehingga membutuhkan pertolongan pertama sebanyak 3 kali yaitu saat memindahkan karton setelah packing manual, pekerja mengangkat beban karton bertumpuk sehingga menutupi pandangannya lalu menabrak karton yang ada didepannya hingga terjatuh dan kakinya tertimpa karton tersebut hingga memar. Kejadian ini membuat karyawan harus mendapatkan pertolongan pertama berupa kompres dingin di kakinya. Kejadian serupa terjadi pada pekerja lain, karena ingin cepat selesai sehingga pekerja melakukan short cut. Kecelakaan minor ketiga saat pekerja tangan terjepit mesin case packer karena tidak fokus saat bekerja namun hanya menimbulkan luka memar pada telunjuk. Pada tahun 2018



terjadi 1 kasus kecelakaan kerja mayor yang menyebabkan pekerja harus absen bekerja yaitu, tangan terjepit mesin case packer dikarenakan kehilangan konsentrasi saat bekerja dan menyebabkan robekan kecil sehingga mendapat 2 jahitan dan pada tahun 2019 terjadi 2 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan mayor injury dimana pada kecelakaan ini keryawan harus mendapatkan perawatan medis dan kehilangan waktu kerja yaitu terjatuh di platform sehingga pekerja mengalami terkilir pada kaki kanannya sehingga harus absen kerja selama 2 bulan dan kasus kecelakaan kerja berikutnya pekerja terjepit di mesin pallete sehingga mengalami luka robek di bagian jempol dan mendapat 2 jahitan. Upaya yang sudah dilakukan perusahaan terhadap kasus kecelakaan kerja yang terjadi yaitu dengan mengadakan safety talk setiap sebelum memulai pekerjaan, sosialisasi dan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh pekerja secara rutin setiap bulan. Hasil dari upaya yang telah dilakukan didapatkan perubahan perilaku karyawan dari berperilaku tidak aman menjadi perilaku aman salah satunya yaitu tidak ada lagi karyawan yang melakukan short cut seperti mengangkat karton melebihi batas keamananan supaya pekerjaan lebih cepat selesai serta angka kecelakaan kerja yang menurun setelah tindakan yang perusahaan tersebut. Study pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan HSE Officer PT Calpis Indonesia, selama bulan januari hingga april, ada 7 Unsafe action yang dilakukan oleh karyawan PT Calpis Indonesia diantaranya



adalah



membersihkan



mesin



saat



keadaan



menyala,



menggunakan mesin yang rusak, tidak konsentrasi (melamun, mengobrol, bercanda), mencoba membetulkan mesin sendiri, menggunakan mesin atau alat orang lain, gagal mengamankan, dan memakai APD yang tidak layak. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020”. 1.2



Perumusan Masalah Menurut laporan bulanan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT Calpis, pada tahun 2017 terdapat 3 perilaku tidak aman yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu pekerja mengangkat beban karton bertumpuk sehingga menutupi pandangannya dan tidak fokus saat bekerja sehingga menimbulkan minor injury. Pada tahun 2018, 1 kasus kecelakaan kerja mayor yang menyebabkan pekerja harus absen bekerja yaitu, tangan terjepit mesin case packer dikarenakan kehilangan konsentrasi saat bekerja dan menyebabkan robekan kecil. Pada tahun 2019 kembali terjadi 2 kasus kecelakaan kerja dikarenakan kehilangan konsentrasi saat bekerja yang mengakibatkan mayor injury. Study pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan HSE Officer PT Calpis Indonesia, selama bulan januari hingga april, ada 7 Unsafe action yang dilakukan oleh karyawan PT Calpis Indonesia diantaranya adalah membersihkan mesin saat keadaan menyala, menggunakan mesin yang rusak, tidak konsentrasi (melamun, mengobrol, bercanda), mencoba



membetulkan mesin sendiri, menggunakan mesin atau alat orang lain, gagal mengamankan, dan memakai APD yang tidak layak. Berdasarkan latar belakang di atas sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman di PT Calpis Indonesia maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020”.



1.3



Pertanyaan Penelitian 1.



Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia?



2.



Bagaimana gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020?



3.



Bagaimana gambaran pengetahuan pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia?



4.



Bagaimana gambaran sikap pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020?



5.



Bagaimana gambaran pengawasan pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



6.



Adakah hubungan antarapengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



7.



Adakah hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



8.



Adakah hubungan antara pengawsan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



1.4



Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.



Mengetahui gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.



2.



Mengetahui gambaran pengetahuan pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.



3.



Mengetahui gambaran sikap pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.



4.



gambaran pengawasan pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.



5.



Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



6.



Mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



7.



Mengetahui hubungan antara pengawsan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?



1.5



Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Universitas Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjtnya. 1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti Diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang diperoleh selama kuliah ke dalam pola pikir dalam bentuk penelitian. 1.5.3 Manfaat Bagi Instansi Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya untuk melakukan strategi pencegahan dan pengendalian agar kecelakaan dapat di minimalisir sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat.



1.6



Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan PT Calpis Indonesiayang beralamat di Sukaresmi, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa barat. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai September 2020. Subjek yang diteliti seluruh pekerja yang ada di bagian produksi di PT Calpis Indonesiatahun 2020 dengan tehnik pengambilan sampel yaitu Simple Random sampling. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan survey pendahuluan didapatkan hasil wawancara dengan HSE OfficerPT



Calpis Indonesia, selama bulan januari hingga april, ada 7 Unsafe action yang dilakukan oleh karyawan PT Calpis Indonesia diantaranya adalah membersihkan mesin saat keadaan menyala, menggunakan mesin yang rusak, tidak konsentrasi (melamun, mengobrol, bercanda), mencoba membetulkan mesin sendiri, menggunakan mesin atau alat orang lain, gagal mengamankan, dan memakai APD yang tidak layak. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan teknik penelitian cross sectional.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Landasan Teori 1. Pengertian Perilaku Tidak Aman Skinner dalam Notoatmodjo (2014) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, makateori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Response. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapatdiamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2014). Perilaku tidak aman merupakan salah satu hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja akibat kelalaian pekerja saat bekerja. (Pratama, 2015) mengatakan bahwa perilaku tidak aman adalah tindakan yang dilakukan pada saat bekerja yang dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku yang dilakukan oleh para pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan sehingga merugikan perusahaan dan juga pekerja itu sendiri (Maulidhasari, D. N., Yuantari, M. C., 2016) Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa perilaku tidak aman dalam bekerja adalah perilaku berbahaya yang dilakukan para pekerja mungkin memicu atau mendorong faktor-faktor untuk terjadinya kecalakaan atau masalah. Perilaku berbahaya termasuk tindakan ceroboh



dan disengaja yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengenali dan memutuskan menghindari bahaya secara benar. 2. Aspek-Aspek Perilaku Tidak Aman (Lawton, R., & Parker, 2018) memberikan pandangan bahwa perilaku tidak aman dapat terbentuk antara kesalahan dan pelanggaran. a.



Kesalahan (Errors). Kesalahan mungkin didefinisikan sebagai tindakan terencana yang gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kesalahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu slips dan lapes di satu sisi dan mistakes di sisi lainnya. 1) Slips dan lapes memiliki kesamaan yaitu keduanya merupakan kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. Slips adalah suatu kesalahan tanpa disadari karena tidak sessuai dengan kebiasaan. Contohnya: menjalankan pekerjaan dan mengoperasikan peralatan tanpa wewenang dan tidak sesuai keahlian pekerjaan, posisi yang salah dalam bekerja, membetulkan mesin dalam keadaan menyala, dan sebaginya. Lapes adalah kesalahan lupa melakukan suatu pekerjaan. Contohnya: tidak memberi peringatan bahaya, tidak menggunakan APD yang benar, tidak menemppatkan alat kerja sesudah selesai bekerja, tidak mengunci peralatan, dan sebagainya. 2) Mistakes adalah kegagalan dalam memformulasikan maksudmaksud yang benar, di mana dapat dihasilkan dari kelemahan atau kekurangan dalam persepsi, memori, dan kognisi. Mistakes ini



dibagi 2, yaitu: knowledge-based mistakes dan rule-based mistakes. Knowledge based mistakes dihasilkan dari keterbatasan sumber daya atau karena pengetahuan yang tidak benar atau tidak lengkap. Rule based mistakes berhubungan dengan salah persepsi pada tuntutan-tuntutan situasional, atau ingatan yang salah pada prosedur-prosedur kerja yang seesuai. b.



Pelanggaran (Violations). Pelanggaran adalah kesalahan yang terjadi karena seseorang mengetahui apa yang harus dikerjakan tetapi memutuskan untuk tidak melakukan seperti apa yang diketahuinya itu. Melakukan pelanggaran seringkali seseorang percaya bahwa pelanggar peraturan adalah perrbuatan yang sah atau dibolehkan, pada sisi lain pelanggaran sangat mudah utuk dilakukan. Operator mungkin memutuskan tidak memakai pakaian pengaman atau manajer memutuskan membiarkan saja meskipun ada kebocoran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspekaspek perilaku tidak aman ada dua. Kedua aspek perilaku tidak aman yaitu kesalahan (errors) dan pelanggaran (violations).



3. Penyebab Perilaku Tidak Aman Menurut (Ramli, 2017) perilaku tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan.Kesalahan manusia tersebut antara lain : a.



Kesalahan dikarenakan lupa.



Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah. b.



Kesalahan dikarenakan tidak tahu. Kesalahan



yang



terjadi



dikarenakan



tidak



mengetahui



cara



mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah tidak diberitahukan. c.



Kesalahan dikarenakan tidak mampu. Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas yang terlalu banyak.



d.



Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi. Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi dikarenakan, antara lain: 1) Dorongan pribadi Terburu-buru karena ingin cepat selesai, melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas untuk memakai APD, menarik perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan. 2) Dorongan lingkungan Lingkungan fisik, sistem manajemen, (contoh : dari pemimpin, dll).



e.



Kesalahan dikarenakan aturan: Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnyapekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja yang telah dibuat.



4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman (Suma’mur, 2014)menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tidak aman yaitu: a.



Akibat langsung (direct lost). Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman secara langsung antara lain kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan kerugian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pengobatan dan perbaikan sarana produksi yang rusak yang ditimbulkan kecelakaan kerja.



b.



Akibat tidak langsung (indirect los) Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman secara tidak langsung biasanya akan dirasakan dalam kurun waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun.



5. Indikator Perilaku Tidak Aman



Berikut ini merupakan indikator perilaku tidak aman menurut (Heinrich, 2016)adalah sebagai berikut: a.



Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.



b.



Mengoperasikan peralatan yang bukan haknya.



c.



Menggunakan peralatan yang tidak sesuai



d.



Menggunakan peralatan yang tidak benar.



e.



Tidak menjaga peralatan keselamatan



f.



Tidak memperingatkan rekan kerja yang bekerja tidak aman



g.



Tidak menggunakan APD dengan benar.



h.



Mengangkat dengan beban yang tidak seharusnya dan tidak menempatkannya di tempat yang seharunya.



i.



Bekerja dengan posisi yang tidak aman dan benar Menurut (DNV Modern Safety Management., 2016)yang termasuk



perilaku tidak aman adalah sebagai berikut: a.



Menjalankan peralatan tanpa wewenang



b.



Tidak memberi peringatan



c.



Tidak mengunci peralatan



d.



Menjalankan mesin pada kecepatan yang tidak semestinya



e.



Membuat alat keselamatan tidak dapat dioperasikan



f.



Menggunakan peralatan yang cacat



g.



Menggunakan peralatan tidak sebagaimana mestinya



h.



Menggunakan peralatan pelindung diri secara tidak benar



i.



Pemuatan yan tidak benar



j.



Penempatan yang tidak benar



k.



Pengangkatan yang tidak benar



l.



Membetulkan mesin dalam keadaan masih nyala



m. Bercanda n.



Dipengaruhi rokok, alkohol dan atau obat obatan



o.



Tidak mengikuti prosedur



p.



Tidak melakukan pengidentifikasian bahaya



q.



Tidak melakukan pengecekan/pemantauan



r.



Tidak melakukan tindakan ulang/pembetulan



s.



Tidak melakukan komunikasi/koordinasi



6. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green dalam (Notoatmojo, 2010), perubahan perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: a.



Faktor Predisposisi (Presdisposing factor) Faktor predisposisi yaitu merupakan faktor personal yang mendasari terjadinya perilaku seseorang. Faktor tersebut yaitu pengetahuan, sikap, motivasi, nilai-nilai dan budaya, kepercayaan, persepsi, pelatihan dan karakteristik pekerja (umur, pendidikan, jenis kelamin dan masa kerja) yang terdapat dalam diri atau kelompok.



b.



Faktor Pendukung/Pemungkin (Enabling factor) Faktor pemungkin berupa ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung terwujudnya suatu perilaku. Dalam hal ini seperti peraturan keselamatan dan APD.



c.



Faktor Penguat/pendorong (Reinforcing)



Faktor penguat/pendorong yaitu berupa pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman-teman kerja atau lingkugan bahkan juga dapat berasal dari petugas seperti pengawasan. 7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman a. Pengetahuan Pengetahuan sangat penting diberikan sebelum individu melakukan suatu Tindakan. Tindakan akan sesuai dengan pengetahuan apabila individu menerima isyarat yang cukupkuat untuk memotivasi dia bertindak sesuaidengan pengetahuannya (Shiddiq S, Wahyu A, 2014). Menurut Notoatmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah orang melakukan proses penginderaan terhadap objek yang diamatinya, melalui penginderaan, pengetahuan diperoleh dengan cara membaca, melihat, dan mendengar. Pengetahuan merupakan salah satu faktor manusia terkait penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan merupakan landasan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan. Selain melalui pendidikan formal, pengetahuan dapat diperoleh melalui cara coba-coba, pengalaman sendiri, maupun pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2010). Pengetahuan yang kurang akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja menyebabkan seseorang sulit untuk mengetahuipotensi bahaya yang ada disekitarnya, sehingga sulit untuk menentukan tindakan dalam mengendalikan potensi bahayatersebut. Oleh sebab itu seseorangkan menjadi kurang waspada terhadap risiko yang dapat timbul dari perilakunya selama bekerja (Sangaji J, Jayanti



S, 2018). Semakin rendah pengetahuan seseorang maka akansemakin tinggi risiko kecelakaan kerja sebaliknyasemakin tinggi pengetahuan seseorang maka akansemakin rendah risiko terjadinya kecelakaan kerja,selanjutnya pekerja yang memiliki pengetahuan tinggiakan mampu membedakan dan mengetahui bahayadisekitarnya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena mereka sadar akanrisiko yang diterimanya, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari (Siregar, 2011). Hasil penelitian (Tulaeka, 2018) ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja di Departemen Rolling Mill. b. Sikap Sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung, yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmojo, 2010). Sikap menurut (Azwar, 2018) adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif. Sikap merupakan faktor predisposisi terhadap suatu perilaku. Seseorang yang bekerja pada tempat berbahaya akan terlebih dahulu memahami risiko yang ada sehingga sikap terhadap bahaya akan berpengaruh pula terhadap pegambilan keputusan dalam berperilaku atau bertindak (Widarti IE., 2015). Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin



atau karena ketidakpedulian karyawan (Endroyono, 2016). Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yangdianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media informasi, oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan perusahaan guna mengurangi kecelakaan adalah membuat pemodelan dengan menghadirkan beberapa pekerja yang berprestasi sebagai model yang patut ditiru oleh pekerja lain. Adanya pemodelan tersebut diharapkan dapat mempengaruhi sikap positif pekerja. Selain itu melaksanakan safety talk dan penyuluhan keselamatan sebagai salah satu media informasi bagi pekerja (Azwar, 2018). Sikap pekerja terbentuk dari pemahaman ataupun pengetahuannya mengenai perilaku tidak aman. Pengetahuan yang kurang baik, akan membentuk pemikiran yang kurang baik, kemudian pemikiran yang kurang baikakan membentuk sikap yang kurangbaik juga. Sikap yang kurang baikakan



tidak



menerapkan



perilaku



amandalam



bekerja



(Listyandini R, Suwandi T, 2019). Selain itu untuk mewujudkan sikap



menjadi suatuperilaku atau tindakan maka diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas dan lainnya (Notoatmojo, 2010). Hasil penelitian (Sangaji J, Jayanti S, 2018) ditemukan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja. Sejalan dengan Hasil penelitian Selva Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X SerpongBanten 2016 ( Karyawan bagian produksi divisi 5) didapatkan adanya hubungan



antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja (Prasanti, 2016b). c. Motivasi



Motivasi adalah bagian dari psikologi yang mengharapkan seseorang untuk melaksanakan tingkah laku atau tindakan yang diinginkan. Para pekerja harus diberikan motivasi untuk menggerakkan implementasi K3 secara nyata di lapangan. Perlu disosialisasikan bahwa tanggung jawab K3 bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga terhadap pekerja lainnya. Pekerja harus di motivasi untuk menghentikan pekerjaan orang lain yang berperilaku tidak aman (Konradus, 2016). (Gunawan, 2015) menjelaskan bahwa cara untuk memotivasi pekerja untuk berperilaku aman, yaitu: 1)



Memberikan hadiah (reward) bagi perilaku aman melalui bonus, promosi, tambahan tanggung jawab, skema intensif tertentu dan penghargaan lain-lain



2)



Mendorong keterlibatan dalam kegiatan seperti konsultasi, penyusunan sistem kerja aman dan lain-lain



3)



Menyediakan pelatihan dan membuat lingkungan kerja dengan kondisi aman Menjelaskan dampak dari perilaku tidak aman dalam pertemuanpertemuan K3



4)



Menerapkan disiplin secara konsisten Motivasi karyawan untuk bekerja merupakan hal yang rumit karena melibatkan faktor-faktor individual maupun faktor-faktor organisasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan yaitu dengan memberikan perlindungan pada karyawan selama masa kerja (Tarwaka, 2018). Perlindungan ini diberikan dengan maksud agar karyawan merasa aman dan nyaman bekerja di lingkungan kerjanya. Perlindungan kepada karyawan selama menjalankan pekerjaan dengan



mengikutsertakan karyawan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan (Wanodya, C., 2014). Menurut penelitian Wanodyamotivasi kerja merupakan kondisi yang mempengaruhi, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Wanodya, C., 2014).



d. Masa Kerja Menurut (Siagian, 2015) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dariperistiwaperistiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja padainstansi, kantor, dan sebagainya. Masa kerja seseorang dapat diakaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuan dan keterampilannya. Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat mempengaruhi kecelakaan kerja, terutama pengalaman dalam hal menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa & Singgih, 2015). Berdasarkan hasil studi ILO yang dikutip oleh (Dirgagunarsa & Singgih, 2015), di Amerika menunjukan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi selain karena factor manusia, disebabkan juga karena masih baru dan kurang pengalaman. Pengalaman merupakan keseluruhan yang didapat



seseorang dari peristiwa yang dilaluinya, artinya bahwa pengalaman seseorang



dapat



mempengaruhi



perilakunya



dalam



kehidupan



organisasinya. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperolehnya semakin banyak yang memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman. (Geller, 2015) menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku karena menyenangkan, nyaman dan menghemat waktu dan perilaku ini cenderung berulang. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baiksesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Dalam hal ini, pekerja yang berpengalaman dapat lebih menekankan keselamatandalam



melakukan



pekerjaannya



dikarenakan



ia



telah



mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Sedangkan pekerja yang belum berpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya (Suma’mur, 2014). Menurut penelitian Sholihin pada karyawan di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa, terdapat hubungan antara masa kerja dengan perilaku tidak aman.



Karyawan baru memerlukan perhatian lebih, pelatihan,



pengawasan, dan bimbingan daripada karyawan lama yang memiliki pengalaman (Shiddiq, 2014). e. Pengawasan



Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu memberikan tugas, menyediakan instruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan denganpekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan. Pengawasan kerja merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukansesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2015). (Handoko, 2016) berpendapat bahwa terdapat beberapa tipe pengawasan kerja, diantaranya adalah : 1) Pengawasan Pendahuluan (Freed Forward Control) Bentuk pengawasan pra kerja ini dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalahatau penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan korelasi dibuat sebelum tahap tertentu diselesaikan. Pendekatan pengawasan inilebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambiltindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. 2) Pengawasan selama kegiatan berlangsung (Concurrent Control) Pengawasan dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Pengawasan inimerupakan suatu proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur disetujuiterlebih dahulu sebelum kegiatan-kegiatan dilanjutkan atau menjadi semacamperalatan Double Chek yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatukegiatan. 3) Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control)



Bentuk pengawasan ini untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yangtelah diselesaikan, sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar yangtelah ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatanserupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukurandilakukan setelah kegiatan terjadi. (Sutrisno, 2017) menjelaskan beberapa hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan diantaranya yaitu: 1) Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak aman, penataanlokasi kerja yang tidak baik). 2) Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau rusak. 3) Letak peralatan pengaman. 4) Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah, penggunaan alat yangtidak aman, kesalahan dalam menggunakan APD). 5) Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya. 6) Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman. 7) Penataan material ecara baik dan benar. 8) Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada. 9) Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat diketahui dansegera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya atau tindakan tidak aman. Menurut (Geller, 2015), pengetahuan dari sisi personal datang dari ilmu kognitif sedangkan pelaksanaan pengawasan dan safety meeting datang dari faktor eksternal yaitu pengenalan terhadap cara kerja aman,



komunikasi dan perhatian. Pengawasan bertujuan untuk mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses bekerja. Ia menyebutkan bahwa adanya peran pengawas dalam perilaku kerja, keduanya berhubungan langsung dengan target individu yang sedang berlangsung. Ia juga menyatakan bahwa pengawasan bertujuan untuk mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses bekerja. Pengawas memiliki peran dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap keterampilan, dankebiasaan akan keselamatan setiap pekerja dalam suatu area tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baiktentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatandan keterampilan dalam bekerja (Hasibuan, 2016). Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatankegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja. Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan makapenyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan (Handoko, 2016). Menurut penelitian Listyandini pada Pekerja di Pabrik Pupuk NPK, terdapat hubungan antara pengawasan dengan perilaku tidak aman (Listyandini, 2019). f. Peraturan Keselamatan Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2015). Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku aman yang mana dapat diterima dan tidak dapat diterima(Sialagan, 2008). Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat untuk mengabaikan petunjuk



atau aturan yang telah ditetapkan untuk melakukan tugas tertentu (Wiegman, 2007). Notoatmodjo menyebutkan salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan misalnya peraturanperaturan dan perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri(Notoadmojo, 2010). Suma’mur menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memiliki aturan yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut harus diketahui oleh setiap perusahaan(Suma’mur, 2014). Salah satu aturan yang ada diperusahaan adalah SOP. Menurut Utommi, Standard Operating Procedure (SOP) adalah ukuran layanan tertentu yang dipakai sebagai patok oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya. Pengusaha wajib menyediakan prosedur operasi tertulis yang berisi tentang proses operasi secara aman, termasuk langkah-langkah untuk tahapan operasi, batas operasi, pertimbangan Keselamatan dan sistem keselamatan. Prosedur harus tersedia bagi karyawan yang memerlukan, di mutkahirkan secara berkala dan juga mencakup keadaan-keadaaan khusus seperti cara masuk ke ruang tertutup untuk memperbaiki area tersebut melalui sistem lockout dan tagout yaitu hanya yang mengunci yang berwewenang untuk membuka pengaman pada ruang tertutup tersebut (Utommi, 2007). Menurut penelitian Hendrabuwana pada tahun 2007 yang dilakukan pada



pekerja Departemen Cor PT Pindad Persero Bandung, variabel yang berhubungan



dengan



perilaku



bekerja



selamat



adalah



peraturan



(Hendrabuwana, 2007). g. Ketersediaan APD Menurut Notoatmojo, perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud dalam suatu tindakan jika terdapat fasilitas yang mendukung



terbentuknya



perilaku



tersebut



(Notoatmodjo,



2014).



Ketersediaan Sarana dan prasaran yang mendukung tindakan pekerja berperilaku selamat dalam bekerja (Suma’mur, 2014) Penggunaan APD merupakan alternatif yang paling terakhir dalam Hierarki pengendalian bahaya. Lebih baik mendahulukan tempat kerja yang aman, daripada pekerjaan yang safety karena tempat kerja yang memenuhi



standar



keselamatan



lebih



menjamin



terselenggaranya



perlindungan bagi tenaga kerja. Pada pengguanaan APD harus dipertimbangkan berbagai hal, seperti pemilihan dan penetapan jenis pelindung diri, standarisasi, pelatihan cara pemakaian dan perawatan APD, efektivitas penggunaan, pengawasan pemakaian, pemeliharaan dan penyimpanan(Suma’mur, 2014). Beberapa pekerja mungkin menolak untuk menggunakan APD karena APD tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan menambah beban stress pada tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau kesulitan



untuk bekerja. Berdasarkan penelitian Hendrabuwana terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan APD dengan perilaku aman (Hendrabuwana, 2007). h. Peran Rekan Kerja Dengan semakin meningkatnya kekompleksitasan akan tuntutan pencapaian hasil oleh klien dari suatu projek tentunya hal ini akan melibatkan banyak tenaga ahli didalamnya sehingga membutuhkan suatu upaya kerja kolektif (team work) dan komunikasi daripada suatu upaya yang bersifat individual dalam penyelesaian suatu tugas ataupun proyek. Seringkali pekerja berperilaku tidak aman karena rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Geller juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman(Geller, 2015). Selanjutnya, pada penelitian Karyani terhadap 113 pekerja di Schlumberger Indonesia tahun 2005 diperoleh bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku aman setelah peran pengawas/supervisor adalah peran dari rekan kerja. Peran rekan kerja yang tinggi menujukan peluang pekerja untuk berperilaku aman sebesar 6,314 kali dibandingkan pekerja yang mempunyai peran rekan kerja yang rendah (Karyani, 2005).



2.2



Kerangka Teori Berdasarkan uraian pada landasan teori di atas, maka kerangka teori dapat dijelaskan bagan kerangka teori di bawah ini.



Faktor Predisposisi/Predisposing Factors Pengetahuan Sikap Motivasi Faktor Pemungkin/ Enablings Factors Ketersediaan APD



Perilaku Tidak Aman



Peraturan Keselamatan Faktor Penguat/ Reinforcing Factors Pengawasan



Rekan Kerja Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber Modifikasi (Notoatmodjo, 2014), Suma’mur (2016), Heinrich (2016), DNV Modern Safety Management (2016), (Tulaeka, 2018), (Listyandini, 2019), (Shiddiq, 2014), (Hendrabuwana, 2007), (Karyani, 2005)



2.3 Penelitian Terkait Berikut penelitian terkait mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman: Tabel 2.1Penelitian Terkait



No



Nama penelitian Selva Prasanti (2016)



Judul penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X SerpongBanten 2016 ( Karyawan bagian produksi divisi 5)



Variabel penelitian Pengetahua, Sikap, persepsi tentang kondisi APD, peran pengawas



2



Andini Puspasari (2018)



Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Pada Karyawan Di Unit Produksi 2 Pt Panata Jaya Mandiri TangerangBanten Tahun 2018



Pengetahuan , Sikap, Pengawasan



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional



3.



Alqia Nur Affidah, Vivien Dwi Purnama Sari



Motivasi



Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan waktu penelitian dengan cara crosssectional.



4.



Sholihin Shiddiq, Atjo Wahyu, Masyitha Muis (2014)



Pengaruh Motivasi dan Tindakan Tidak Aman Terhadap Kecelakaan Kerja pada Karyawan Bagian Produksi Dalam Masa Giling Shift 3 Pg X Kediri Hubugan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa



Masa kerja



Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan crosssectional



5.



Intan Kristianti,



Hubungan Safety



Pengetahuan



Jenis penelitian ini adalah penelitian



1



Metode penelitian



Hasil penelitian



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional



56,1% responden berperilaku aman, 56,1% responden memiliki pengetahuan tentang risiko, bahaya dan unsafe action yang baik, 67,1% responden memiliki sikap positif terhadap perilaku aman dalam bekerja, 57,3% responden memiliki persepsi positif terhadap perilaku aman tentang kondisi APD, 69,5% responden menyatakan peran pengawas mendukung terjadinya perilaku aman dalam bekerja. Hasil uji statistik, variabel sikap (P value = 0,000), persepsi (P value = 0,000), dan peran pengawas (P value = 0,000) berhubungan dengan perilaku tidak aman dalam bekerja. Pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku tidak aman dalam bekerja (P value = 0,558 Hasil penelitian 54,3% karyawan berperilaku tidak aman, 65,2% memiliki pengetahuan tinggi, 56,5% memiliki sikap positif, 63% menyatakan tidak adanya pengawasan yang dilakukan di unit produksi. Hasil uji statistik variabel sikap (P value= 0,030), Pengawasan (P value= 0,022) berhubungan dengan perilaku tidak aman. Pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku tidak aman (P value= 0,262). Hasil menunjukan terdapat hubungan antara motivasidengan perilaku tidak aman.Variabel motivasi berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi dalam masa giling shift 3. Hasil menunjukan terdapat hubungan antara masa kerjadengan perilaku tidak aman. Karyawan baru memerlukan perhatian lebih,pelatihan, pengawasan, dan bimbingan daripadakaryawan lama yang memiliki pengalaman. Hasil menunjukan terdapat hubungan antara



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1



Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian atau kerangka berfikir merupakan suatu uraian antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, uraian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen



Variabel Dependen



Pengetahuan Sikap Pengawasan



Perilaku tidak aman



Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2



Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan cara ukur, alat ukur dan hasil ukur akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini :



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Tindakan dilakukan responden/pekerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku yaitu 1. Tidak membaca dan mengenali prosedur /proses kerja dalam melaksanakan pekerjaan 2. Menjalankan



Pengisian Kuesioner



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala Ukur



Dependen 1.



Perilaku tidak aman



Kuesioner 0 = Tidak Aman,jika skor < mean/ median 1 = Aman, jika skor≥ mean/median



Ordinal



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala Ukur



Dependen



3.



4. 5.



6.



7.



1.



peralatan atau mesin tanpa perintah dan wewenang Menggunakan APD tidak secara lengkap saat berkerja Menggunakan peralatan tidak sesuai fungsinya Memperbaiki atau melakukan perawatan terhadap peralatan kerja (mesin) yang sedang beroperasi Mengangkat beban dengan posisi membungkuk Mengobrol dengan teman saat sedang bekerja Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru demi menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat



Independen Pengetahuan Banyaknya informasi yang dimiliki oleh pekerja/responden mengenai bahaya, resiko, dan perilaku tidak aman diantaranya 1. Program kesehatan dan



Pengisian Kuesioner



Kuesioner 0 = Kurang baik,jika skor < mean/ median 1 = Baik, jika skor ≥ mean/median



Ordinal



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala Ukur



Dependen



2.



3.



keselamatan kerja (k3) di area produksi 2. Pengertian bahaya, insiden dan risiko 3. Pengertian perilaku tidak aman (Unsafe action) 4. Penyebab dasar timbulnya perilaku tidak aman 5. Jenis bahaya yang ada di area produksi 6. Cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja pada karyawan di area produksi tersebut 7. Safety Lifting 1. Sikap Kecenderungan responden untuk berfikir dan bertindak saat bekerja agar dapat melakukan perilaku aman dalam bekerja seperti Pengawasan Kegiatan pemantauan dan pengarahan pada pekerja untuk selalu berperilaku aman saat bekerja yaitu 1. Memeriksa kelengkapan alat pelindung diri (APD) karyawan sebelum



Pengisian Kuesioner



Kuesioner 1 = Negatif,jika skor < mean/ median 2 = Positif, jika skor ≥ mean/median (Puspasari, 2018)



Ordinal



Pengisian Kuesioner



Kuesioner 0 = Rendah,jika skor < mean/ median 1 = Tinggi, jika skor ≥ mean/median



Ordinal



No



Variabel



Definisi Operasional



Dependen



2.



3.



4.



5.



6.



7.



3.3



memulai pekerjaan Mengingatkan untuk bekerja sesuai Standar Prosedur kerja Pengawas (supervisor) bertindak tegas pada karyawan yang berperilaku tidak aman saat bekerja Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah cukup jelas dan mudah dipahami Prosedur kerja di perusahaan mampu memudahkan pegawai dalam memperkecil kesalahan Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah jelas dan transparan Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sudah dilakukan dengan objektif



Tempat dan Waktu Penelitian



Cara Ukur



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala Ukur



Tempat penelitian ini dilakukan diPT Calpis Indonesia yang berada di kawasan Ejip Cikarang. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan MeiNovember 2020. 3.4



Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif, dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang dilihat berdasarkan hitungan atau angka. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara cross sectional, dimana seluruh variabel yang diamati, diukur dalam waktu bersamaan ketika penelitian berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor (pengetahuan, sikap, motivasi, masa kerja dan pengawasan) yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia. Jenis data yang dikumpulan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder: 1.



Data Primer Data Primer diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan yang meliputi perilaku tidak aman, pengetahuan mengenai K3, sikap, motivasi, masa kerja dan pengawasan atasan pada responden.



2.



Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari PT Calpis Indonesia mengenai gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja di perusahaan tersebut.



3.5



Populasi dan Sampel Penelitian



3.5.1 Populasi Penelitian



Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di bagian produksi di PT Calpis Indonesia. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 150 responden. 3.5.2 Sampel Penelitian Besar sampel yang digunakan sesuai dengan rumus besar sampel yang sesuai rancangan penelitian rumus sampel uji dua proporsi, yaitu : 2



(Z 1−∝/2 √ 2 P ( 1−P ) +Z 1−β √ P 1 ( 1−P 1 )+ P 2(1−P 2)) n= ( P 1−P 2)2 Keterangan : N



: Besar Sampel



Z1-α/ : Derajat Kemaknaan (95%)= 1,96 Z1-β



: Kekuatan Uji pada 1-β= 80% = 0,84



P



: Rata-Rata Proporsi pada Populasi = 0,3



P1



: Proporsi perilaku tidak aman dengan sikap kurang baik = 0,5 (Shiddiq, 2014)



P2



: Proporsi perilaku tidak aman dengan sikap baik = 0,1 (Shiddiq, 2014) Tabel 3.2 Besar proporsi yang digunakan untuk besar sampel penelitian Variabel



P1



P2



N



Sikap Pengetahuan Pengawasan



0,5 0,88 0,96



0,1 0,04 0,21



13 4 6



Sumber (Shiddiq, 2014) (Halimah, 2010) (Prasanti, 2016a) 2



(Z 1−∝/2 √ 2 P ( 1−P ) +Z 1−β √ P 1 ( 1−P 1 )+ P 2(1−P 2)) n= ( P 1−P 2)2 2



(1,96 √ 2.0,3 ( 1−0,3 ) +0,84 √ 0,5 ( 1−0,5 )+ 0,1(1−0,1)) n= ( 0,5−0,1)2



2



(1,96 √ 0.6 ( 0,4 ) +0,84 √0,5 ( 0,5 )+ 0,1(0,9)) n= (0,4 )2 2



(1,96 √ 0,24+0,84 √ 0,25+ 0,09) n= 0,16 (1,96.0,49+0,84.0,58)2 n= 0,16



n=



(0,96+0,49)2 0,16



n=



2,1025 0,16



n=13,14 Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh sampel minimal untuk penelitian ini adalah 13. Kemudian jumlah sampel dikalikan dua sehingga menjadi 26. Untuk menghindari dropout atau missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga didapatkan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 29 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Simple random sampling, Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Teknik simple random sampling memungkinkan setiap unit sampling sebagai unsur populasi memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel (Margono, 2010). Pemilihan sampel dengan cara memberi nomor pada calon responden 1 sampai 150 kemudian mengocok nomor tersebut sebanyak 29 kali. 3.5.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi



Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). 1. Kriteria Inklusi a. Karyawan yang bekerja di bagian produksi di PT Calpis Indonesia b. Bersedia menjadi responden 2. Kriteria Eksklusi yaitu a. Karyawan yang bekerja di bagian selain bagian produksidi PT Calpis Indonesia b. Tidak bersedia menjadi responden



3.6



Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data sebagai berikut: 1. Perilaku tidak aman Instrumen



yang



digunakan



dalam



mengukur



perilaku



tidak



aman



menggunakan kuesioner sebanyak 20 soal. Skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri dari 4 jawaban pilihan yang terdiri dari pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Pilihan jawaban tersebut yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP), dengan skor jawabandari item pernyataan perilaku positif: a.



Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor empat



b.



Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga



c.



Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesione skor dua



d.



Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu



Adapun untuk jawaban dari item pernyataan perilaku negatif yaitu: a.



Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu



b.



Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor dua



c.



Jarang (JR) jika responeden ragu-ragu dalam pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga



d.



Tidak pernah (TP) iika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan jawaban kuesioner skor empat Perilaku dikatakan aman jika nilai ≥ mean/median, dan dikatakan tidak aman



jika nilai 0,05) dan 95% confidence interval. Pada penelitian crosssectional nilai asosiasi yang digunakan adalah nilai Prevalens Ratio(PR) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain antara masing-masing variabel independen yang diteliti terhadap variabel dependen. PR dipakai jika prevalensi kasus besar>10% Nilai prevelanceratio (PR) = 1 maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai prevalenceratio (PR) < 1 maka variabel independen merupakan mengurangi kejadian terhadap variabel dependen.



Nilai prevelanceratio (PR) > 1 maka variabel independen merupakan faktor risiko terhadap variabel dependen..



DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2018). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. BPJS Ketenagakerjaan. (2020). No Title. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/ Budiono, A. M., Jusuf, R.M.S, Pusparini, A. (2005). Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua (Revisi). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Dirgagunarsa & Singgih, D. (2015). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber. DNV Modern Safety Management. (2016). Loss Control Managment Training (Revised ed). Endroyono, B. (2016). Keselamatan Kerja untuk Teknik Bangunan. IKIP Semarang Press. Fitriana, K. (2016). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kerja Pada Pekerja Di Pt Dhl Supply Chain Indonesia Muf Cimanggis Tahun 2016. Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia. Geller, E. S. (2015). The Pshychologi Of Safety Handbook. Lewis Publiher. Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Bumi Aksara. Halimah, S. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan di PT. Suzuki Indomobil motor Plant Tambun II Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: FKIK UIN. Handoko, T. (2016). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Heinrich, H. W. (2016). Industrial Accident Prevention Scientific Approach. McGraw Hill Book Company.



Hendrabuwana, L. O. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bekerja Selamat Bagi Pekerja Di Depatemen Cor PT Pindad Persero Bandung Tahun 2007. Skripsi. Depok : FKM UI. Karyani. (2005). Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (safe behavior) di Schlumberger Indonesia tahun 2005. Tesis. FKM UI Depok. Konradus, D. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT Percetakan Penebar Swadaya. Lawton, R., & Parker, D. (2018). Individual differences in accident liability: a review and integrative approach. The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society, Volume 40 No 4. Listyandini R, Suwandi T, H. H. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman pada Pekerja di Pabrik Pupuk NPK. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7 No.1. Universitas Ibn Khaldun Bogor. Listyandini, R. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman pada Pekerja di Pabrik Pupuk NPK. Margono, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia. Maulidhasari, D. N., Yuantari, M. C., & N. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Berbahaya (Unsafe Action) Pada Bagian Unit Intake PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang. Jurnal Visikes, Volume 10 No 1. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian. Rieneka Cipta. Notoatmodjo, S. (2014). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka



Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Prasanti. (2016a). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt. X Serpong-Banten 2016. Skripsi.Jakarta: FKM UEU. Prasanti, S. (2016b). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X Serpong-Banten 2016. Pratama, A. K. (2015). Pekerja dengan Unsafe Action pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Volume 4 No 1.Health Safety Environment (HSE) PT. Petikemas Surabaya. Puspasari, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Pada Karyawan Di Unit Produksi 2 Pt Panata Jaya Mandiri Tangerang- Banten Tahun 2018. Ramli, S. (2017). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Dian Rakyat. Saepudin, D. (2011). Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi di Puskesmas. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol 6, No. Sangaji J, Jayanti S, L. D. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan PerilakuTidak Aman Pekerja Bagian Lambung Galangan KapalPT X. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)Volume 6, Nomor 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.



Saragih F, Halinda SL, L. T. (2015). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan TindakanTidak Aman pada Pekerja Lapangan PT. Telkom Cabang Sidikalang Kabupaten Dairi. Naskah Publikasi. FKM Universitas Sumatera Utara. Shiddiq S, Wahyu A, & M. M. (2014). Hubugan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa. J. Urnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 10 No 2. Bagian K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Shiddiq, S. (2014). Hubugan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa. Siagian. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sialagan, T. R. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Pada Perilaku Aman di PT EGS Indonesia Tahun 2008. Tesis Depok : FKM UI. Siregar, R. . (2011). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Berkendara Dengan Aman pada Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/3671 Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Suma’mur. (2014). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT Toko Gunung Agung. Sutrisno. (2017). Manajemen SumberDaya manusia. (Kencana. (ed.)). Terry, E. M. (2013). Value Based Safety Process : Improving Your Safety Culture With Behavior Based Safety (2thd Editi).



Tulaeka, K. I. &. (2018). Hubungan Safety Inspection dan Pengetahuan Dengan Unsafe Action di Departemen Rolling Mill. Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Uda, S. A. K. . (2015). Evaluasi Perilaku Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Dan Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) Pada Proyek Konstruksi Gedung Ruko Bertingkat Di Palangka Raya. Jurnal Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7). Surakarta: UNS. Utommi, S. (2007). Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti Prosedur Operasi pada Pekerja Operator Dump Truck di PT. Kaltim Primacoal tahun 2007. Wanodya, C., et al. (2014). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis Malang 9(1). Widarti IE. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja pada Pekerja Maintenance Elektrikal dalam Menerapkan Work Permit di PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 3 Nomor 3. Universitas Diponegoro. Winarsunu, T. (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. ,UMM Press.



LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN INFORMED CONSENT



Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama



: Firdayani Muflihatin



NIM



: 20180301174 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul



Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, akan melakukan penelitian dengan judul: “FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020”. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk bersedia menjadi responden.Ketersediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari adalah sukarela atau tanpa paksaan. Data yang diambil dandisajikan bersifat rahasia, tanpa menyebutkan



nama



Bapak/Ibu/Saudara/Saudari



dan



disajikan



hanya



untukpengembangan ilmu kesehatan masyarakat. Apabila ibu berkenan menjadi responden, sayamohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Atasperhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih. Bekasi, September 2020 Hormat Saya



Firdayani Muflihatin



SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN



Yang bertandatangan dibawah ini, saya : Nama (Inisial)



:



Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia”. Surat persetujuan ini dibuat dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.



Bekasi,



September 2020 Responden



(



)



LAMPIRAN 2 KUESIONER Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia



Petunjuk Pengisian 1.



Kuesioner ini terdiri dari: (I) identitas responden, (II) perilaku tidak aman saat bekerja, (III) pengetahuan tentang K3, (IV)sikap, (V) pengawasan.



2.



Setiap butir pertanyaan serta alternative jawaban dibaca teliti dan mohon dijawab tanpa ada yang terlewatkan.



3.



Untuk bagian (II) sampai (V), daftar pertanyaan diisi dengan cara memberikan tanda Chec klist (√) pada salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/Saudari. Jika jawaban yang tersedia ada yang tidak sesuai dimohon untuk memilih yang paling mendekati sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/Saudari.



I.



Data Diri Responden 1.



No responden



:



2.



Nama (inisial)



:



3.



Usia



:...................... tahun



II. Kuesioner Perilaku Tidak Aman



Petunjuk Umum 1.



Berilah tanda ceklist (√) pada kotak jawaban ang anda anggap paling sesuai dengan pilihan sebagaiberikut : SL = Selalu (dilakukan secara terus menerus dan setiap hari/tiap saat) SR = Sering (dilakukan secara terus menerus namun tidak setiap hari/tiap saat) JR = Jarang (dilakukan tidak menentu dan terlihat hampir tidak melakukan) TP = Tidak Pernah (tidak pernah dilakukan)



2.



Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, Anda dapat bertanya pada peneliti



Pernahkan anda melakukan hal – hal dibawah ini : Jawaban No 1.



Pertanyaan



SL



Apakah anda pernah membaca dan mengenali



prosedur /proses kerja dalam melaksanakan pekerjaan? 2.



Apakah anda pernah menjalankan peralatan atau



mesin tanpa perintah dan wewenang 3.



?



Apakah anda pernah menggunakan APD (sarung



tangan & masker) tidak secara lengkap karena tidak nyaman saat berkerja?



SR



JR TP



Jawaban No 4.



Pertanyaan



SL



Apakah anda pernah menggunakan peralatan sesuai



fungsinya ? 5.



Apakah anda pernah memperbaiki atau melakukan



perawatan terhadap peralatan kerja (mesin) yang sedang beroperasi? 6.



Apakah anda pernah mengoperasikan mesin tidak



sesuai dengan Standar Operasional Prosedur? 7.



Apakah anda pernah mengangkat beban dengan



posisi membungkuk ? 8.



Apakah anda pernah mengobrol dengan teman saat



sedang bekerja supaya tidak bosan? 9.



Apakah anda pernah memberikan peringatan pada



saat ada bahaya? 10.



Apakah anda pernah melakukan pekerjaan dengan



cepat dan terburu-buru demi



menyelesaikan



pekerjaan dalam waktu singkat? 11.



Apakah



anda



pernah



berkerja



menggunakan



12.



peralatan yang rusak? Apakah anda berkerja mengoperasikan peralatan



13.



yang memang sesuai wewenang / hak anda? Apakah anda pernah berkerja mengoperasikan alat



SR



JR TP



Jawaban No



Pertanyaan



SL



atau mesin dengan peralatan safety pada mesin 14.



yang baik? Apakah anda pernah memperbaiki peralatan



15.



dalam keadaan mesin masih hidup? Apakah anda pernah mengembalikan perkakas atau perlengkapan kerjapada tempatnya setelah



16.



bekerja? Apakah anda pernah merapikan peralatan kerja yang anda gunakan setelah memperbaiki mesin /



17.



peralatan kerja lainnya? Apakah anda pernah meletakan peralatan tidak



18.



pada tempatnya? Apakah anda pernah menjaga kerapian di area



19.



tempat anda kerja? Apakah anda pernah menjaga kebersihan di area



20.



tempat anda kerja? Apakah anda pernah



membuat



pencemaran



lingkungan di area kerja seperti membuang sampah organik dan non organik di sembarang tempat? III. Kuesioner Pengetahuan



SR



JR TP



PETUNJUK : Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda (X) yang menurut anda paling tepat dari pertanyaan– pertanyaan dibawah ini. 1) Program kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di area produksi adalah: a. Kegiatan pemantauan kegiatan kerja di area produksi b. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja c. Upaya untuk menjamin kebersihan, ketertiban dan kerapihan lingkungan kerja di area produksi 2) Apa yang dimaksud dengan bahaya ? a. Bahaya adalah tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan b. Bahaya adalah kondisi yang dapat merugikan c. Bahaya adalah kejadian tidak terduga 3) Tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan merupakan definisi dari? a. Insiden b. Bahaya c. Risiko 4) Apa yang dimaksud dengan perilaku tidak aman (Unsafe action) ? a. Perilaku atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan b. Situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan pada manusia



c. Kegagalan mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang menyebabkan kecelakaan kerja 5) Penyebab dasar timbulnya perilaku tidak aman dibagi dua, kecuali: a. Faktor Manajemen b. Faktor Pekerjaan c. Faktor Manusia 6) Apa saja bahaya yang ada di area produksi? a. Jari terluka akibat peralatan/mesin dan alergi paper (material paper filter) b. Alergi paper (material paper filter) dan ketulian akibat bising c. Keracunan bahan kimia dan Sakit pinggang akibat (salah angkat beban) 7) Bagaimana cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja pada karyawan di area produksi tersebut ? a. Modifikasi mesin dan peralatan agar tidak berbahaya b. Menghilangkan bahan utama produksi yang berbahaya c. Memakai alat pelindung diri sewaktu bekerja sesuai Sop 8) Bercanda, mengobrol saat bekerja, tidak memakai APD secara benar, dan mengoperasikan mesin tidak sesuai prosedur kerja merupakan contoh ? a. Unsafe action (perilaku tidak aman) b. Insiden/ Kecelakaan c. Unsafe condition (kondisi tidak aman) 9) Apa yang anda lakukan saat mesin tiba-tiba mengalami masalah saat bekerja? a. Tetap melanjutkan pekerjaan dan mencoba memperbaiki mesin sendiri



b. Segera menghentikan pekerjaan dan melapor ke atasan c. Meminta bantuan teman di sekitar untuk memperbaiki 10) Saat mengangkat angkut beban sebaiknya dilakukan dengan cara ? a. Membungkukan badan saat mengambil beban b. Mengangkat beban dengan posisi badan di miringkan c. Mengambil beban dengan berlutut lalu posisikan tubuh untuk berjongkok



IV. Kuesioner Sikap Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai! No



Pernyataan



1.



Saya yakin tujuan K3 yaitu untuk mencegah terjadinya



2.



kecelakaan kerja Saya yakin perlu adanya pengetahuan tentang K3



3.



Saya yakin kebisingan dapat merusak pendengaran saya.



4.



Saya perlu penerangan yang cukup ketika praktik



5.



Saya yakin cara kerja dan posisi kerja yang baik sangat



6.



diperlukan ketika praktik. Sampah – sampah hasil praktik sebaiknya dibuang pada



7.



tempatnya Saya yakin kondisi tubuh yang kurang sehat dapat



8.



menimbulkan peluang untuk mengalami kecelakaan kerja Saya yakin kelelahan membuat saya tidak fokus untuk



9.



menyelesaikan pekerjaan. Saya suka bekerja menggunakan APD (Alat Pelindung



Jawaban Ya Tidak



No



Jawaban Ya Tidak



Pernyataan APD). Saya senang dengan adanya poster-poster K3 yang



10.



ditempel di dinding bengkel. V. Kuesioner Pengawasan Berilah tanda checklist() pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dialami Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dengan jawaban sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) No 1.



Jawaban



Pernyataan



SS S KS TS STS



Pihak pengawas (supervisor) tidak memeriksa kelengkapan



alat



pelindung



diri



(APD)



sebelum saya memulai pekerjaan 2.



Sebelum saya bekerja, saya selalu diingatkan untuk bekerja sesuai Standar Prosedur kerja



3.



Pihak pengawas dari bagian safety (hse) jarang melakukan pengawasan pada area produksi



4.



Pengawas (supervisor) bertindak tegas pada



No



5.



Jawaban



Pernyataan



SS S KS TS STS



karyawan yang berperilaku tidak aman saat bekerja Menurut saya, pengawasan dari (supervisor) pada saat bekerja masih kurang baik



6.



Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah cukup jelas dan mudah dipahami



7.



Prosedur



kerja



di



perusahaan



mampu



memudahkan pegawai dalam memperkecil kesalahan 8.



Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah jelas dan transparan.



9.



Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sudah dilakukan dengan objektif



10.



Pimpinan saya memberikan tindakan tegas apabila saya melanggar aturan