Revisi Proposal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH BREAST CARE DAN AROMA TERAPI JASMINE ESSENSIAL OIL TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KECIL



PROPOSAL SKRIPSI DISUSUN:



Vina Pandwinata NPM: 1780200032



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH BENGKULU TAHUN AJARAN 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidayahNya yang senantiasa dilimpahakan kepada peneliti, sehingga bisa menyelasaikan proposal dengan judul “PENGARUH BREAST CARE DAN AROMATERAPI JASMINE ESSENSIAL OIL TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KECIL ” sebagai syarat untuk pembuatan proposal pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Dalam penyusunan proposal ini banyak hambatan serta rintangan yang peneliti hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Sakroni M.Pd Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2. Ibu Dr. Eva Oktavidiati,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. 3. Ibu Ns. Lussyefrida Yanti, S.Kep,M.Kep. Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan dukungan pengarahan selama masa penyusunan proposal ini. 4. Bapak Ns. Haifa Wahyu., S.Kep., M.Biomed. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan Proposal ini.



i



5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu 6. Kedua Orang tua beserta adik-adik yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses pembuatan Proposal. 7. Teman-teman semua angkatan 2017 dari Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Peneliti mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitianpenelitian selanjutnya. Harapan penulis semoga



ini membantu menambah



pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Proposal ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang.Oleh kerena itu penulis minta maaf dan harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposal ini.



Bengkulu, Juli 2020



Vina pandwinata



ii



DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................................



i



KATA PENGANTAR....................................................................................



ii



DAFTAR ISI...................................................................................................



iii



Daftar Tabel....................................................................................................



iv



Daftar Gambar................................................................................................



vi



Daftar Lampiran.............................................................................................



vii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang................................................................................



1



1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................



3



1.3 Pembatasan Masalah.......................................................................



4



1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................



4



1.5 Tujuan Penelitian............................................................................



5



1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................



6



1.7 Keaslian Penelitian ........................................................................



6



BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep ASI.....................................................................................



9



2.1.1



Definisi ASI........................................................................



9



2.1.2



Anatomi payudara...............................................................



12



2.1.3



Kandungan ASI..................................................................



13



2.1.4



Hormon yang Mempengaruhi Produksi ASI......................



16



2.1.5



Manfaat ASI dan Menyusui................................................



17



2.1.6



Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI...............



19



2.1.7



Faktor penghambat pemberian ASI....................................



22



iii



2.2 breast care dan aromaterapi jasmine essenlial oil...........................



24



2.2.1 definisi breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil.. . ..............................................................................................................24 2.2.2 pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil ....................................................................................................................26 2.3 Kerangka teori................................................................................ 2.4 Kerangka Konsep............................................................................



27



2.5 Hipotesis ........................................................................................



28



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ....................................................



29



3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .........................................................



29



3.3 Populasi dan sampel .....................................................................



30



3.4 Definisi Oprasional.........................................................................



32



3.5 Instrumen Penelitian .....................................................................



33



3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................



33



3.7 Teknik Analisa Data ......................................................................



35



DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................



37



iv



DAFTAR TABEL Penentuan jumlah sampel................................................................................. Definisi operasional..........................................................................................



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1....................................................................................................... Gambar 2.2....................................................................................................... Gambar 2.3....................................................................................................... Kerangka Teori................................................................................................. Kerangka Konsep.............................................................................................. Desain Penelitian..............................................................................................



vi



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi, yang sangat



dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada makanan lainnya yang mampu menyaingi kandungan gizinya. ASI mengandung protein, lemak, gula, dan kalsium dengan kadar yang tepat. Dalam ASI juga terdapat zat antibodi, yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusuinya (Setiawandari, 2014). Pemberian ASI harus diberikan secara eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Sehingga ASI eksklusif sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi (Kemenkes RI, 2013). Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian ASI eksklusif, yang disebabkan oleh tidak lancarnya produksi ASI, sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir menjadi rendah (Setiawandari, 2014). Badan kesehatan World Health organization (WHO) dan



United



Nations Internasional Children’s Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan inisiasi menyusui dini dalam waktu 1 jam dari lahir, ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, dan pengenalan nutrisi yang memadai dan aman komplementer (padat) makanan pada 6 bulan bersama dengan terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih. Akan tetapi hanya sekitar 36% dari bayi usia 0 sampai 6 bulan di seluruh dunia yang diberikan ASI eksklusif selama periode tahun 2007 sampai tahun 2014 (WHO, 2016). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 masih menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru



1



2



berkisar 38 persen dan hanya 44 persen bayi baru lahir didunia yang mendapatkan ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir, bahkan masih sedikit bayi di bawah usia enam bulan belum disusui secara eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika tengah sebanyak 25%, Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak 30%, Asia Selatan sebanyak 47%, dan Negara berkembang sebanyak 46%. Dari hasil Riskesdas yang terbaru pada tahun 2018 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 37,3%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Provinsi Bengkulu sebesar 35,0%. Menurut data Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu capaian cakupan pemberian ASI tahun 2012 adalah 51,5%, tahun 2013 adalah 78,7%, tahun 2014 adalah 81,3%, tahun 2015 adalah 77,9%, tahun 2016 adalah 61,74%, tahun 2017 adalah 61,2% dan capaian cakupan pemberian ASI tahun 2018 adalah 151 orang (68,9%),



dan Pemberian ASI Ekslusif berbeda-beda untuk masing-masing



Puskesmas. Cakupan pemberian ASI Eksklusif tertinggi di Puskesmas Perawatan Ratu Agung 117,2% dan cakupan pemberian ASI Eksklusif terendah adalah Puskesmas Sukamerindu 16,0%. Menurut data dari Puskesmas Sukamerindu bayi yang menyusui ASI Eksklusif sebanyak 66 orang (Profil kesehatan Kota Bengkulu, 2018). Keluhan mengenai kekurangan produksi ASI menjadi masalah dengan angka kejadian antara 11-54%. Kejadian kekurangan produksi ASI menyebabkan banyak ibu dengan mudah memberikan makanan prelakteal seperti susu, madu, air kelapa, pisang dan air tajin. Pemberian makanan prelakteal ini menyebabkan



3



jumlah pemberian ASI eksklusif berkurang. Data tahun 2012, di negara-negara besar, hanya 39% anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3% (Riskesdas, 2013). Banyak ibu masih beranggapan bahwa aktivitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan payudara. Pakar ASI dr. Roesli, spesialis anak dalam sebuah seminar ASI mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara, tetapi proses kehamilan yang menyebabkan perubahan tersebut (Dewi, 2019). Permasalahan gizi untuk bayi, balita dan anak-anak yang paling banyak terjadi di Indonesia pada saat ini adalah kurangnya kalori dan protein. Gangguan terhadapa gizi pada bayi yang memberikan dampak negatif terhadap perkembangan bayi dan generasi muda indonesia (Soleha et al, 2019). Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI, diantaranya yaitu faktor makanan, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, pola istirahat, dll. Selain beberapa faktor diatas faktor fisiologis (hormon) serta faktor ketenangan jiwa dan fikiran yang akan menjadi fokus peneliti dalam upaya mempengaruhi atau meningkatkan produksi ASI. Salah satu upaya untuk mempengaruhi produksi ASI yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menghirup aroma terapi (Riksani, 2012). Aroma jasmine essential oil akan ditangkap oleh indera penciuman dan diteruskan ke susunan saraf pusat, lalu pesan akan diteruskan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah dan limfatik. Tandanya berupa pelepasan substansi



4



neurokimia yang menimbulkan perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang . (Wahyu et al, 2019) Aroma terapi menurut Susilarini (2017) adalah penggunaan minyak esensial konsentrasi tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan diberikan melalui pijat, inhalasi, dicampur ke dalam air mandi, untuk kompres, melalui membran mukosa dalam bentuk pesarium atau supositoria dan terkadang dalam bentuk murni. Aroma terapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya. Melati merupakan salah satu jenis bunga yang berasal dari Indonesia. Penggunaan melati dalam berbagai kegiatan kebudayaan sudah menjadi ciri khas di negara kita, sehingga dengan terbiasanya masyarakat Indonesia dengan aroma melati, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan rileksasi kepada yang menghirupnya. Melati yang merupakan salah satu jenis bunga dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi nyeri persalinan. Selain tanpa efek samping, aroma melati juga merupakan wewangian yang sering dirasakan dan disukai oleh wanita. Di samping itu aroma melati merupakan terapi nonfarmakologi yang aman dan tidak membahayakan ibu dan janin (Wahyu et al, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Koulivand et.al tahun 2013 menyatakan bahwa menghirup aromaterapi lavender dapat menimbulkan efek relaksasi pada sistem syaraf pusat. Hypothalamus yang terdapat pada system saraf pusat berfungsi menghasilkan hormon oksitosin. Sehingga efek relaksasi pada system syaraf pusat membantu meningkatkan produksi hormon oksitosin yang berdampak terhadap meningkatnya produksi ASI.



5



Berdasarkan penelitian hasil Susilawati (2018) menyarankan agar aroma terapi rose dan akupresur dapat diaplikasikan dalam bentuk pemberian tindakan keperawatan pada ibu melahirkan sehingga bisa meningkatkan kualitas produksi ASI dan kecukupan ASI bagi bayinya. Berdasarkan penelitian hasil Tuti (2018) Aromaterapi Lavender mengandung linalool dan linalyl acetate yang memberikan efek antidepresan dan asiolitik. Aromaterapi lavender selain dapat meningkatkan produksi ASI juga bisa mengurangi kecemasan pada ibu postpartum dan mencegah terjadinya depresi postpartum. Setelah peneliti melakukan survey awal, Cakupan ASI ekslusif terbanyak terdapat di Puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu. Dari 10 responden yang diwawancarai terdapat 6 responden mengalami ASI tidak lancar dan 4 responden ASI lancar. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essencial oil terhadap Kelancaran



ASI



diwilayah kerja PuskesmasJembatan Kecil Bengkulu. 1.2.



Rumusan masalah Apakah terdapat pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil



terhadap kelancaran ASI. 1.3.



Tujuan Penelitian a. Tujuan umum untuk mengetahui kelancaran produksi ASI sebelum dan setelah dilakukan breast care dan aromaterapi jamine essensial oil. b. Tujuan khusus



6



1. Mengetahui



tujuan kelancaran ASI sebelum diberikan



tindakan breast care dan aromaterapi jasmine essencial oil. 2. Mengetahui



tujuan kelancaran ASI sesudah diberikan



tindakan breast care dan aromaterapi jasmine essencial oil 3. Mengatahui pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essencial oil terhadap kelancaran ASI.. 1.4.



Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah penelitian ini diharapakan dijadikan sebagai acuan ilmiah bagi mahasiwa ilmu keperawatan dan peneliti selanjutnya terkait pengaruh beast care dan aromaterapi jasmine essensial oil pada terhadap produksi asi. 2. Manfaat praktis Penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi bagi ibu-ibu menyesui tentang pengaruh beast care dan aromaterapi jasmine essensial oil pada terhadap produksi asi.



1.5.



Keaslian penelitian No



Judul dan



Metode dan hasil



Persamaan



Perbedaan



penulis 1



Metode; kuantitatif,



Persamaan;



Penelitian



Ayu Devita



cross sectional



penelitian



terdahulu



Citra Dewi



Hasil; menunjukkan



terdahulu dan



tentang Faktor-



(2019) Faktor-



hasil bahwa ibu



penelitian ini



faktor yang



faktor yang



menyusui dengan



sama-sama



mempengaruhi



mempengaruhi



produksi ASI lancar



meneliti tentang



kelencaran



kelencaran



sebanyak 56.7 %



produksi asi pada



produksi asi



7



produksi asi



lebih besar dari



ibu menyesui



produksi ASI tidak



Sedangkan penelitian ini



lancar sebanyak 43.3



meneliti



%. Ketenangan jiwa



tengtang



sebanyak 60 % lebih



pengaruh



besar dari tidak



produksi asi



tenang jiwa sebanyak 40 %. Nutrisi cukup sebanyak 60 % lebih besar dari nutrisi kurang sebanyak 40 %. 2



Metode; kuantitatif,



Persamaan;



Penelitian



Siti Nur Soleha,



cross sectional



penelitian



terdahulu



Edi Sucipto,



Hasil; menunjukan



terdahulu dan



tentang



Nilatul



hasil bahwa sebagian



penelitian ini



Pengaruh



Izah³(2019)



besar umur responden



sama-sama



Perawatan



Pengaruh



adalah umur



meneliti tentang



Payudara



Perawatan



reproduksi sehat yaitu



ke ikutsertaan ibu



Terhadap



Payudara



20-35 tahun sebanyak



menyesui



Terhadap



26 responden



terhadap produksi



Produksi ASI



(86,7%), sebagian



asi.



Ibu Nifas



besar berpendidikan



Produksi ASI Ibu Nifas Sedangkan penelitian ini



dasar yaitu 28



meneliti tentang



responden (93,3%),



pengaruh breast



semua responden (100%) tidak bekerja



care dan aromaterapi jasmine essensial oil



8



terhadap 3



Metode; Jenis



Variabel



Abdul Halim



penelitian ini adalah



penelitian



(2018).



quasi



sama-sama



menggunakan



“Pengaru



Eksperimen



memberikan



aromaterapi rose



aromaterapi.



dan akupresur



%. Metode; metadata



Variabel



Peneliti



analisis



penelitian



(2018)Literatul



Hasil; Aromaterapi



sama-sama



Literatul



Reveiw : Pijat



lavender selain dapat



memberikan



Reveiw : Pijat



Oksitosin dan



meningkatkan



aromaterapi



Oksitosin dan



Aromaterapi



produksi ASI juga



Aromaterapi



Lavender



bisa mengurangi



Lavender



Meningkatkan



kecemasan pada ibu



Meningkatkan



Produksi ASI



postpartum dan



Produksi ASI



mencegah terjadinya



Produksi ASI



Pemberian Aromaterapi



Hasil; hari ke-2 (dua)



Rose dan



terjadi peningkatan



Akupresur pada



kelancaran ASI



Ibu Menyusui



antara



Pasca Saesar



8 % - 38 % dan



Caesarea



semakin meningkat



Terhadap



pada



Kecukupan ASI



hari ke-3 (tiga),



Pada Bayi”.



peningkatan



dalam



produksi asi Dalam



Fepi Susilawati,



ini



penelitian



ini



kelancaran ASI pada hari ke-3 (tiga) antara 34 % -70 4 Tuti



dalam ini



terdahulu



9



depresi postpartum.



Ibu Nifas Sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil terhadap produksi asi



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep ASI 2.1.1 Definisi asi United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa kematian sekitar 30 ribu anak di Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sejak kelahiran bayi. Dalam menanggulangi hal ini, Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif, peraturan pemerintah tersebut yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan tanpa menambahkan atau menggantikan dengan makanaan atau minuman lain.1 Berdasarkan Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) Angka Kematian Bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi akan menurun jika bayi yang baru lahir segera mendapatkan air susu.2 Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukan bahwah di Jawa Barat cakupan bayi yang mendapat ASI Ekslusif umur 0-5 bulan sebesar 45,09%, sedangkan bayi yang mendapat ASI Ekslusif sampai 6 bulan 38,23% (Nurliza et al). WHO (World Health Organitation) mengatakan bahwa bayi sampai usia paling sedikit enam bulan sebaiknya hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan, setelah itu diberikan makanan tambahan dilanjutkan dengan tetap diberikan ASI selama dua tahun. Menyusui untuk bayi sangat penting terutama bagi bayi Indonesia yang akan menjadi generasi penerus negara ini. Menyusui



10



11



eksklusif adalah menyusui selama enam bulan pertama tanpa makanan tambahan atau pendamping lainnya Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang pemberian ASI eksklusif sebagai upaya untuk melindungi, mendukung dan mempromosikan pemberian ASI Eksklusif. Peraturantersebut menyebutkan pentingnya upaya untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, masyarakat serta keluarga agar ibu dapat memberikan asi eksklusif kepada bayi. Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang meliputi: faktor demografi, ekonomi, biologi, psikologi, budaya maupun faktor sosial. Peraturan itu juga ada di daerah klaten dengan PP RI No. 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Nurliza et al). ASI merupakan makanan pokok bayi yang sangat baik, karena di dalam ASI terdapat kandungan zat gizi yang dapat mencegah bayi dari penyakit infeksi : diare, otitis media acuta, alergi dan saluran pernafasan akut bagian bawah. Kandungan gizi ASI memberikan proteksi pada kekebalan tubuh bayi, sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik. Menurut WHO ( World Health Organitation) menyatakan bahwa sebaiknya bayi hanya diberikan ASI sampai usia paling sedikit 6 bulan, dan setelah itu diberikan makanan tambahan dilanjutkan dengan tetapa memberikan Air Susu Ibu selama dua tahun. Betapa pentingnya pemberian ASI ini pada bayi-bayi, khususnya bayi Indonesia yang mana sebagai calon generasi penerus bangsa yang kelak nantinya di tangan mereka keberhasilan bangsa. Pemberian Asi selama paling sedikit enam bulan disebut sebagai pemberian ASI ekslusif.



12



Pemberian ASI ekslusif merupakan pemberian ASI sejak bayi baru dilahirkan, dan disusui selama 24 jam tanpa pemberian makanan dan minuman apapun selain ASI. Saat ini cakupan pemberian ASI ekslusif Pada bayi umur 0-6 bulan, di Indonesia terdapat 19 provinsi yang cakupannya berada di atas rata-rata angka nasional (54,3%). Adapun di Jawa Tengah cakupan pemberian ASI Ekslusif mencapai angaka 58,4% pada tahun 2013 (Infodatin, 2013). Angka tersebut merupakan angka yang sudah bagus karena sudah berada di atas angka nasional. Namun angka tersebut belum bisa mencapai 100%, maka dari itu diperlukan cara untuk dapat meningkatkan angka cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan (Adi et al, 2018). Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu bagian terpenting dimana produksi beserta kelancarannya perlu diperhatikan oleh calon ibu. Begitu banyaknya manfaat yang akan didapatkan bagi ibu dan tentunya untuk bayi. Untuk menjamin pelaksanaan pemberian ASI, sudah diatur oleh Pemerintah Indonesia dengan membuat peraturan secara resmi yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012 didalamnya terdapat aturan bahwa bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan ASI tanpa penambahan bahan makanan lainnya (tidak termasuk obat, mineral dan vitamin) hingga bayi berumur enam bulan atau disebut sebagai ASI eksklusif. Pemerintah juga membuat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 15 Tahun 2013 untuk mendukung keberhasilan dari pelaksanaan pemberian ASI eksklusif dengan menerapkan tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui atau memerah ASI (rahmi, 2020)



13



ASI mengandung berbagai zat yang dibutuhkandalam proses pertumbuhan, perkembangan bayi, kesehatan dan imunitas bayi. Air Susu Ibu ( ASI ) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI yang diproduksi selama hari-hari pertama kelahiran, mengandung kolostrum yang dapat melindungi bayi dari penyakit Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan (Tuti, 2018). ASI eksklusif adalah pemberian ASI dari ibu terhadap bayinya yang diberikan tanpa minuman atau makanan lainnya termasuk air putih atau vitamin tambahan lainnya. Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan baik berupa cairan seperti susu formula, madu, air teh, dan air putih, maupun berupa makanan padat seperti pisang, nasi yang dilembutkan, bubur nasi, tim, biscuit, dan lain sebagainya. Pemberian ASI eksklusif dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara langsung yaitu dengan cara menyusui, sedangkan pemberian ASI tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya, untuk kemudiandiberikan kepada bayi. Pemberian ASI berdasarkan engertian diatas, ibu dikatakan memberikan ASI eksklusif apabila bayi hanya diberikan ASI selama usia 0-6 bulan, sedangkan ibu dikatakan memberikan ASI tidak eksklusif apabila bayi diberikan makanan atau minuman tambahan lainnya pada usia 0-6 bulan (Monica 2016).



14



2.1.2 Anatomi payudara (Monica 2016)anatomi payudara dibagi menjadi bebrapa katagori dasar. a. Jaringan glandural, yaitu jaringan yang memproduksi ASI dan mengalalirkannya ke puting. b. Jarinagn



penghubung



(otot),



termaksud



ligamen



cooper



yang



menyongkong payudara secara mekanis c. Jaringan lemak (jaringan adipose) yaitu jaringan yang memberikan perlindungan danri guncangan/trauma. d. Syaraf yang memberikan sensitivasi pada payudara untuk mengirim sinyal ke otak agar mengalirkan hormon prolaktin (berperan dalam produksi ASI) dan hormon oksitosin (berperan dalam mengelurkan ASI) kealiran darah. e. Darah, yang memberikan nutrisi (misalnya, protein) ketubuh ibu untuk memproduksi ASI.



Gambar 2.1 2.1.3 Kandungan ASI Menurut Maryunani (2012), kandungan zat gizi dalam kolostrum memiliki protein sangat yang sangat tinggi. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir



15



karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Menurut Monica (2016), komposisi zat gizi yang terdapat pada ASI tersebut terdiri dari: a. Laktosa (Karbohidrat) Karbohidrat utama dalam ASI laktosa yang merupakan komponen utama ASI. Laktosa memenuhi 40-45% kebutuhan energi bayi. ASI mengandung 7 gram laktosa per 100ml, jauh lebih tinggi dari susu lain dan merupakan sumber energi yang utama dan paling penting . b. Lemak ASI mengandung 3,5% gram lemak per 100ml, lemak sangat dibutuhkan sebagia sumber energi dan sebanyak 50% kebutuhan energi bayi diperoleh dari lemak ASI. Kandungan lemak ASI meningkat bertahap dalam setiap sesi menyusui. Lemak ASI mengandung DHA (docosahexacianoic acid) dan ARA ( arachidonic acid). Kedua asam lemak ini sangat penting untuk perkembangan syaraf dan visual bayi anak. Berdasarkan penelitian didalam ASI terdapat 200 jenis asam lemak. c. Protein Kualitas dan kuantitas protein dalam ASI berbeda dengan mamalia lainnya. ASI juga mengandung asam amino seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Konsentrasi protein dalam ASI adalah 0,9 gram/100ml, lebih rendah kadarnya dari suus mamalia lainnya.



16



Kandungan protein yang tinggi dalam susu mamalia lain dapat membebani ginjal bayi yang belum matang. d. Mineral Kandungan mineral dalam ASI cukup rendah karena ginjal bayi masih berkembang. Kalsium dalam ASI dapat terserap tubuh lebih efektif dibanding susu formula. Kandungan zat besi dalam ASI juga dapat terserap lebih efektif dibanding sus formula, karena ASI mengandung vitamin C yang tinggi. Bayi dapat menyerap hingga 60% zat besi dalam ASI, sementara bila mengkomsumsi susu formula hanya 4% zat besi yang diserap tubuh bayi. e. Vitamin Secara umum ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. Kadar vitamin D dalam asi rendah sehingga bayi juga memerlukan paparan sinar matahari pagi. Bayi yang tinggal di daerah paparan sinar matahari sangat rendah atau daerah dengan musim dingin yang sangat panjang memerlukan suplemen vitamin D. Sebuah penelitian menyarankan ibu menyusui dan bayi untuk mengkomsumsi suplemen vitamin D, agar kandungan vitamin D dalam ASI meningkat dan bayi tidak kekuranagan vitamin D. f. Enzim ASI mengandung 20 enzim aktif. Salah satunya adalah lysozyme yang berperan sebagai faktor antimikroba. ASI mengandung lysozyme 300 kali lebih banyak dibanding suus sapi. Selain lysozyme, ASI juga mengandung lipase (berperan dalam mencerna lemak dan



17



mengubahnya menjadi energi yang dubuthkan bayi) dan amilase (berperan dalam mencerna karbohidrat). 2.1.4 Hormon yang Mempengaruhi Produksi ASI Menurut



Astutik



(2016),



hormon–hormon



yang



mempengaruhi



pembentukan ASI adalah sebagai berikut : 1) Progesteron Progesteron mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan esterogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besarbesaran. 2) Esterogen Esterogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat esterogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon esterogen karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. 3) Prolaktin Prolaktin



berperan



dalam



membesarnya



alveoli



dalam



kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh grandula pituitary. Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas atau



18



keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan membuat kadar esterogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat



dapat



dilepaskan



dan



diaktifkannya



prolaktin.



Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dengan kata lain mempunyai fungsi kontrasepsi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari. 4) Oksitosin Hormon ini mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses keluranya susulet down milk ejection reflex. 5) Human Placenta Lactogen (HPL) Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta banyak mengeluarkan HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan aerola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan payudara siap memperoduksi ASI. 2.1.5 Manfaat ASI dan Menyusui Bayi mendapatkan manfaat besar dari ASI. Selain memberikan nutrisi terbaik yang dibutuhan bayi, ASI juga berperan penting dalam melindungi dan meningkatkan kesehatan dibutuhkan bayi. UNICEF menyatakan bahwa ASI menyelamatkan jiwa bayi terutama di Negara-negara berkembang dengan keadaan



19



ekonomi yang sulit, kondisi sanitasi yang buruk, serta air bersih yang sulit didapankan menyebabkan pemberian susu formula menjadi pemyumbang resiko terbesar terhadap kondisi malnutrisi dan munculnya berbagai penyakit (seperti diare) akibat penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak higenies. Laporan WHO juga menyebutkan bahwa hampir 90% kematian balita terjadi di Negara berkembang dan lebeih dari 40% kematian tersebut disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut, yang tidak dicegah oleh pemberian ASI ekslusif (Monica, 2016). Berikut menurut (Monica, 2016) beberapa fakta mengenai peran ASI dalam meningkatakan kesehatan bayi. a. Bayi yang deberi ASI, 17 kali lebih jarang menderita pneumonia/radang paru b. Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari penyakit sepsis/infeksi dalam darah yang menyebabkan kegagaln fungsi organ tubuh sehingga kematian. c. Bayi yang diberi ASI ekslusif, 25 kali lebih jarang menderita diare fatal/menyebabkan kematian. d. Bayi diberi ASI selama 6 bulan atau lebih menderita kanker (leukimia, limfoma maligna) lebih jarang. Menyusui bermanfaat bagi ibu, baik secara fisik maupun emosional. Sayangnya, sebagian ibu tidak mengetaui manfaat menyusui bagi diri sendiri sehingga mereka kurang menikmati menyusui dan terpaksa menyusui atau menberikan ASI hanya agar bayi mereka sehat (Monica, 2016). Menyusui dapat menberi manfaat bagi kesehatan fisik dan psikologis ibu, baik jangka pendek maupun panjang, seperti berikut:



20



a. Mengurangi perdarahan pasca persalinan, ibu yang segera menyusui setelah bersalin akan lebih mudah pulih dibanding ibu yang tidak segera menyusui. b. Mempercepat bentuk perut rahim kembali kekeadaan sebelum hamil, isapan bayi saat menyusui menbuat tubuh ibu melepaskan hormon oksitosin yang kemudian menstimulus konstraksi rahim sehingga mengembalikan bentuk rahim ibu pada kondisi sebelum hamil. c. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker indung telur, dan kanker endometrium. Menyusui dapat menekan produksi hormon estrogen berlebihan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kanker payudara, kanker indung telur, dan kanker endometrium. d. Mengurangi stress dan kegelisaan saat bayi menghisap dan kulinyabersentuhan dengan kulit ibu, hormon prolaktin dilepaskan dari tubuh ibu dan membuat tenang dan rileks 2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Menurut Riksani (2012), ada banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI, berikut ini akan dipaparkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. a. Makanan Kualitas dan produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu sehari-hari. Pada masa menyusui, ibu harus mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan beraneka ragam. Terdapat beberapa jenis makanan yang mempengaruhi secara



21



langsung pada produksi air susu, misalnya sayuran-sayuran hijau, daun katuk, jagung, daun papaya, dll. b. Ketenangan Jiwa dan Fikiran Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang sangat mempengaruhi produksi ASI. Jika ibu mengalami stress, tertekan, tidak tenang, sedih, maka produksi ASI akan terpengaruhi secara signifikan. Secara psikologis ibu harus senantiasa berpikiran positif dan optimis bahwa ibu bisa memberikan ASI secara eksklusif. c. Penggunaan Alat Kontrasepsi Apabila ibu memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan berikutnya, maka ibu harus mempertimbangkan jenis kontrasepsi apa yang harus dipakai agar tidak mempengaruhi produksi ASI. Alat kontrasepsi yang bisa digunakan selama menyusui, antara lain kondom, IUD, pil KB khusus menyusui, atau suntik hormonal 3 bulan. d. Perawatan Payudara Selama proses menyusui, ibu harus melakukan perawatan payudara agar tetap bersih dan terawat. Perawatan payudara yang tepat dapat merangsang payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Selain itu, melakukan perawatan dengan benar dapat mencegah berbagai masalah selama menyusui. e. Anatomis Payudara Produksi ASI dipengaruhi oleh jumlah kelenjar air susu dalam payudara sehingga ukuran payudara tidaklah mempengaruhi



22



kegiatan produksi ASI. Selain itu perlu diperhatikan bentuk papila atau puting susu ibu. f. Faktor Fisiologis Proses produksi ASI dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu. Ada dua hormon yang berperan penting dalam produksi ASI yaitu prolaktin yang berperan memproduksi ASI dan oksitosin berperan dalam proses pengeluaran ASI. g. Pola Istirahat Faktor lain yang ikut mempengaruhi pengeluaran dan produksi ASI adalah pola istirahat ibu. Apabila ibu kurang istirahat dan terlalu lelah maka produksi ASI akan berkurang. h. Faktor Isapan anak atau Frekuensi Penyusuan Semakin sering bayi menyusu, maka produksi ASI akan semakin banyak. Ada perbedaan dalam frekuensi menyusui bayi yang cukup bulan dengan bayi yang lahir prematur. Berbagai studi mengatakan bahwa produksi ASI untuk bayi kurang bulan akan optimal dengan pemompaan ASI yang dilakukan lebih dari 5 kali sehari selama bulan pertama kelahiran. Sementara pada bayi cukup bulan, frekuensi menyusui sekitar 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan karena didukung dengan produksi ASI yang cukup. Oleh sebab itu ibu disarankan untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulanbulan pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui berkaitan dengan kemampuan



23



stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni hormon prolaktin dan oksitosin. i. Berat Lahir Bayi Berat badan bayi saat lahir juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan bayi dalam mengisap, bayi yang lahir dengan berat badan rendah (2.500 gram). Kemampuan bayi yang rendah tentu akan mempengaruhi stimulasi hormon-hormon dalam memproduksi ASI. j. Umur kehamilan saat Melahirkan Umur kehamilan ibu juga ikut mempengaruhi produksi ASI. Sebab bayi yang prematur tidak mampu menghisap langsung ASI dari payudara ibu dengan baik sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan. k. Konsumsi rokok dan Alkohol Merokok dan mengkonsumsi minuman berakohol memiliki banyak efek berbahaya bagi tubuh manusia terutama pada ibu menyusui. Bagi ibu yang sedang menyusui, merokok dan minuman beralkohol dapat menstimulasi pelepasan hormon adrenalin yang menghambat pelepasan hormon oksitosin sehingga hal tersebut dapat mengurangi jumlah produksi ASI.



24



2.1.7 Faktor Penghambat Pemberian ASI Faktor yang menghambat pemberian ASI adalah 1. Kurang pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi Pengetahuan terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi yang kurang menyebabkan ibu kurang motivasi untuk memberikan ASI. Pengetahuan yang kurang dapat terjadi akibat mitos tentang ASI yang salah dan kurangnya pembenaran mitos tersebut oleh tenaga kesehatan. 2. Kurangnya persiapan fisik dan psikologis ibu Perawatan payudara dan nutrisi ibu harus diperhatikan selama masa kehamilan. Timbulnya masalah payudara pada ibu dapat dideteksi sebelum ibu mulai menyusui, sehingga ibu dapat melakukan konsultasi agar masalah tersebut tidak berlanjut pada masa menyusui. Ibu hamil juga dapat mengkonsumsi kalori ekstra untuk pertumbuhan janin dan persiapan persediaan lemah untuk pembentukan ASI. Persiapan perawatan ibu menyusui yang kurang akan menyebabkan kurangnya motivasi ibu menyusui bayinya dan mengakibatkan produksi ASI berkurang. 3. Kurangnya



dukungan



keluarga



Proses



menyusui



merupakan



tanggungjawab tim antara ibu, bayi, ayah, dan keluarga. Keluarga yang kurang memperhatikan ibu menyusui akan mempengaruhi kesuksesan ibu dalam proses menyusui. 4. Kurangnya dukungan pelayanan kesehatan Pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif kepada masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan membenahi persepsi masyarakat yang keliru tentang ASI.



25



5. Kurangnya dukungan laktasi di tempat kerja Tempat kerja yang tidak menyediakan tempat laktasi atau bahkan tidak mengizinkan waktu karyawan untuk memerah ASI membuat ibu terpaksa tidak memberikan ASI eksklusif pada anak. 6. Kurangnya



dukungan



lingkungan



Budaya



dalam



masyarakat



mempengaruhi persepsi dan perilaku. Budaya kesehatan yang kurang tepat khususnya adanya mitos tentang ASI mengakibatkan cakupan ASI menjadi tidak optimal. 7. Promosi susu formula Keberhasilan ASI eksklusif tidak pernah terjadi apabila iklan susu formula masih mempengaruhi tenaga kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi, menyebutkan faktor faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah usia 20 – 35 tahun sebanyak 100 %, primipara sebanyak 68,75 %, tingkat pendidikan SMA sebanyak 56,25 %, status pekerjaan sebagai pegawai swasta 68,75%. Tingkat pengetahuan rendah sebanyak 56,25 %, Motivasi rendah sebanyak 43,75 % dan tingkat dukungan keluarga rendah yaitu sebanyak 62,5 %.



2.2 breast care dan aromaterapi jasmine essenlial oil 2.2.1 definisi breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil Breastcare post partum adalah perawatan payudara pada ibu setelah melahirkan sedini mungkin. Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang



26



dilakukan secara sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. Adapun pelaksanaan breast care post partum ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 kali dalam sehari. Manfaat breast care post partum antara lain melancarkan refleks pengeluaran ASI atau refleks let down, cara efektif meningkatkan volume ASI peras/perah, serta mencegah bendungan pada payudara/payudara bengkak (Wahyu et al, 2019). Perawatan payudara adalah cara untuk mengatasi produksi ASI, karena memiliki fungsi untuk merangsang kelenjar hormone prolaktin dan oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI, melancarkan ASI, Mendeteksi kelainan putting susu sejak dini, menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan putting susu untuk mencegah infeksi ,melembutkan dan memperbaiki penampilan puting sehingga bayi dapat menghisap dengan baik (Wahyu et al, 2019). Breast care adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan. Breast care adalah upaya dengan perawatan khusus lewat pemberian rangsang terhadap otot-otot dada ibu, dengan cara pengurutan atau massase yang diharapkan dapat memberi rangsangan kepada kelenjar ASI agar dapat memproduksi susu tersebut. Fungsi dari masase payudara adalah untuk menstimulasi pituitari melepaskan hormon oksitosin yang merangsang kontraksi sel mioepitel alveoli dan berdampak pada pengeluaran ASI. Perawatan payudara bermanfaat



merangsang



payudara



untuk



memengaruhi



hipofisis



mengeluarkan hormon oksitosin dan prolactin (Wahyu et al, 2019).



untuk



27



Aroma jasmine essential oil akan ditangkap oleh indera penciuman dan diteruskan ke susunan saraf pusat, lalu pesan akan diteruskan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah dan limfatik. Tandanya berupa pelepasan substansi neurokimia yang menimbulkan perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang(Wahyu et al, 2019). Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial (essential oil ) (Wulan, 2018). Melati merupakan salah satu jenis bunga yang berasal dari Indonesia. Penggunaan melati dalam berbagai kegiatan kebudayaan sudah menjadi ciri khas di negara kita, sehingga dengan terbiasanya masyarakat Indonesia dengan aroma melati, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan rileksasi kepada yang menghirupnya. Melati yang merupakan salah satu jenis bunga dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi nyeri persalinan. Selain tanpa efek samping, aroma melati juga merupakan wewangian yang sering dirasakan dan disukai oleh wanita. Di samping itu aroma melati merupakan terapi nonfarmakologi yang aman dan tidak membahayakan ibu dan janin.berian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan (Wahyu et al, 2019).



Gambar 2.2



Gambar 2.3



28



2.2.2 pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil Dalam penelitian (Wulan 2018) didapatkan Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa produksi ASI sesudah dilakukan kombinasi pemijatan oksitosin dan aromaterapi lavender menunjukkan 6 responden (27,3%) menghasilkan produksi ASI 5 cc dan 1 responden (4,5%) menghasilkan produksi ASI 18 cc. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa produksi ASI sebelum dilakukan breast care menunjukkan 10 responden (18,2%) menghasilkan produksi ASI 5 cc dan 1 responden (4,5%) menghasilkan produksi ASI 9 cc.



2.3 Kerangka teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI



1. Makanan 2. Ketenangan jiwa dan pikiran 3. Faktor fisiologis (hormon) 4. Perawatan payudara 5. Anatomi payudara



7. Pola istirahat 8. Isapan anak/frekuensi menyusui 9. Berat lahir bayi 10. Konsumsi alkohol dan rokok



PENGARUH BREAST CARE DAN AROMA TERAPI JASMINE ESSENSIAL OIL TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU MENYESUI



Kelancaran ASI



29



2.4 kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen Breast care dan



Variabel Dependen Produksi ASI



aromaterapi essensial oil jasmine



2.5 Hipotesis penelitian Ho: tidak ada perbedaan pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil terhadap tingkat produksi ASI. Ha:



ada perbedaan pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine



essensial oil terhadap tingkat produksi ASI.



BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kuantitatif, menurut kusmiran (2014). Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan mendapatkan kesimpulan dengan cara menggunakan data yang berupa angka, sebagai alat untuk menganalisis keterangan dari kesimpulan yang ingin dicapai. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian “Quasi Experiment”. Penelitian “Quasi Experiment” adalah penelitian yang menguji cobakan suatu intervensi pada kelompok subyek. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre and post test without control yaitu peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test. 3.1.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini dengan Experimental seperti gambar dibawah ini : Gambar 3.1 Desain Penelitian



R



O1



X1



O2



Keterangan : R



: Responden penelitian semua mendapat perlakuan/intervensi 30



31



O1



: Pre test pada kelompok perlakuan Breast care dan aromaterapi essensial jasmine oil.



O2



: post test setelah perlakuan Breast care dan aromaterapi essensial jasmine oil.



X1



: Intervensi pada kelompok Breast care dan aromaterapi essensial jasmine oil.



3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu. 3.3. populasi dan sampel 3.3.1 Populasi Populasi



adalah



keseluruhan



objek



penelitian



yang



diteliti



(Sulistyaningsih, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menyusui atau yang memberikan ASI sebanyak 15 orang di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu. 3.3.2 Sempel Sampel penelitian adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan atau pengukuran pada unit ini (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel pada penelitian eksperimen sebanyak 15 subyek per group sudah cukup (Sulistyaningsih, 2011).



32



Tabel 3.1 Penentuan jumlah sampel Penelitian deskriptip Penelitian korelasional Penelitian kausal-perbandingan Penelitian eksperimen



10% populasi 30 subjek per group 30 subjek per group 15 subjek per group



Sumber : Sulistyaningsih, 2011 Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 orang yang diberi Breast Care dan Aromaterapi Jasmine Essensial Oil. Sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti. 1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah suatu karakteristik umum subyek peneliti dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013). Berdasarkan pengertian diatas pada penelitian ini, maka peneliti menetapkan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu b. Bersedia menjadi responden c. Ibu yang ASInya kurang lancar d. Ibu menyusui bayi di bawah umur 2 tahun.



2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi karna berbagai sebab (Setiadi, 2013).



33



1. Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, jamu atau suplemen pelancar ASI. 3.4. . Definisi operasional Definisi oprasional merupakan penjelasan semua variabel dn istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013). Variable



Difinisi



Independen:



operasional Breast care adalah



Breast care



pemeliharaan



dan



payudara yang



aromaterapi



dilakukan untuk



jasmine



memperlancar ASI



essensial oil



dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan. Aroma jasmine essential oil akan ditangkap oleh indera penciuman dan diteruskan ke susunan saraf pusat, lalu pesan akan diteruskan ke seluruh tubuh melalui sistem



Alat ukur



Cara ukur



Hasil ukur



Skala ukur Ordinal



34



sirkulasi darah dan limfatik Dependen



kuesioner



Untuk



Produksi



jawabam



ASI



Ya: 0



Ordinal



Tidak: 1 Penilaian: 1. lancar 69 2.kurang lancar 1-5 Sumber: Puji (2017)



3.5 Instrumen Penelitian Instrument penlitian ini menggunakan jenis instrument kuesioner terhadap tingkat produksi ASI. 3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.1 Pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkapkan atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai lingkup penelitian (Winanto, 2014). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengumpulan data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data dapat dilihat sebagai berikut : 3.2 Data Primer



35



Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari pengamatan menggunakan lembar kuesioner yang diisi oleh responden yang ditunjukan kepada Remaja putri yang mengalami disminore di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa. Sumber data primer menggunakan menggunakan lembar kuesioner yaitu kuesioner pengukuran skala intensitas nyeri menggunakan skala pengukuran nyeri NRS (Numeric Rating Scale). 3.3 Data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang atau pelengkap yang diambil melalui Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa tentang jumlah remaja putri yang tinggal di kelurahan tersebut. 3.5. pengumpulan data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (Total sampling) yaitu yaitu metode pengambilan sampel secara keseluruhan dimana jumlah sampel sama dengan dengan populasi (Sari, 2017). 1. Editing Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan data untuk menghindari pengukuran yang salah dan memperjelas data yang diperoleh. 2. Coding Setelah dilakukan editing selanjutnya adalah pemberian kode-kode berupa angka pada data untuk mempermudah proses pengolahan data 3. Entry data



36



Proses pemindahan data yang telah dikumpulkan dari format konsep pertama program computer. 4. Cleaning Tahapan pengecekan data yang telah dientri ke paket computer apakah terdapat kesalahan atau tidak. 3.6. Teknik analisah data 3.1.1 Analia univariat Analisa univariat ini digunakan untuk melihat distribusi frekuensi sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dari variabel dependen maupun indepen. Analia univariat adalah analisah yang digunakan untuk melihat disribusi dari masing-masing variable yang diteliti baik variable indevenden dan depende dengan menggunakan persentase yang diolah dengan sistem computer 3.1.2Analisah bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat adanya pengaruh antara variabel independen dan dependen kemudian dilakukan dengan uji t berpasangan (paired t test), digunakan untuk membndingkan rata-rata dua variabel. Artinya analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang masing masing mendapatkan satu intervensi yang kemudian di bandingkan rata-rata dari sampel tersebut antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunkan uji : berdistribusi normal uji T dependen



Jika data



37



Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi breast care dan aromaterapi essensial oil maka digunakan uji TDependen dengan menggunakan program SPSS. Uji ini digunakan untuk menguji generalisasi dari hasil analisis. Perbedan ini di uji T berpasangan menghasilkan nilai p (value) ini kita dapat menggunakan untuk keputusan uji statistik dengan cara membandingkan nilai p denga a (alpha). Ketentuan yang berlaku adalah : Jika p value >α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berati tidak ada perbedaan pengaruh breast care dan aromaterapi jasmine essensial oil terhadap tingkat produksi ASI. Jika p value