Proposal Kemiskinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL SKRIPSI



HUBUNGAN TIPE PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI PEDESAAN



RIZA RYANDA I34120164



DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015



PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal skripsi berjudul “HUBUNGAN TIPE PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI PEDESAAN” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir proposal skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.



Bogor, Desember 2015



Riza Ryanda NIM I34120164



ABSTRAK



HUBUNGAN TIPE PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI PEDESAAN



RIZA RYANDA I34120164



Proposal Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan Matakuliah Kolokium (KPM 497) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat



DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015



PRAKATA



Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Tipe Program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan” ini dengan baik. Proposal penelitian ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengebangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal penelitian ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Bapak Dadang Sudjana dan Ibu Aryani Sismin Satyaningtijas, serta Rizki Rachmasaputra dan Regi Ryanda, kakakku tersayang yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap teman-teman satu perjuangan di Departemen SKPM 49 terutama Meliani Rosalina, Nadya Apriella, Inez Kania, Hana Hilaly, Tazkiyah Syakira, Andi Putri, Almira Devina, Wulan Mustika, dan Yudhiansyah E. Saputra dan semua pihak yang turut membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam proses penulisan proposal penelitian ini.



Bogor, Desember 2015



Riza Ryanda NIM. I34120164



DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN



PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak terlepas dengan berbagai bidang yang ada, salah satunya adalah bidang perekonomian. Sistem ekonomi kerakyatan yang dianut oleh perekonomian di Indonesia membutuhkan peran dari berbagai pihak. Pihak swasta pun turut memiliki andil dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Salah satu bentuk kegiatan perekonomian adalah adanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perindustrian. Pada dasarnya perusahaan dan industri yang didirikan untuk kegiatan usaha yang dilakukan tersebut memiliki tujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Selain sebagai penggerak perekonomian, perusaahan juga memiliki kontribusi yang besar pada masyarakat yaitu dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut seringkali perusahaan juga memiliki dampak yang negatif terhadap para pemangku kepetingan yang terlibat seperti kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan. Pihak perusahaan dalam menanggapi dampak negatif tersebut diwajibkan untuk membuat sebuah komitmen yang telah disepakati bersama yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (selanjutnya akan ditulis dengan CSR). Tanggung jawab sosial perusahaan telah dijelaskan dalam UU No.40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (PT) ayat 1 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dilanjutkan dengan ayat 2 yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. CSR merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk dapat menciptakan keseimbangan kepada masyarakat dan lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan usahanya. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan harus dapat bersikap adil tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi para pemangku kepentingan lainnya seperti pekerja, konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Merujuk pada pendapat Sukada et al. (2007) CSR didefinisikan sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom lines) dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar. Penerapan CSR juga dapat berfungsi sebagai jembatan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan lingkungannya. Para stakeholder terkait, dalam hal ini komunitas lokal, juga memiliki hubungan yang erat dengan pengimplementasian program CSR dari suatu perusahaan karena hal tersebut berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan komunitas lokal setempat. Kesejahteraan dan taraf hidup para stakeholder juga menjadi bagian penting dalam pengimplementasian program CSR suatu perusahaan. Perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan perhatian lebih karena menurut Mapisangka (2009) di antara ribuan perusahaan yang ada diindikasikan belum semua perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. Mapisangka (2009) juga menjelaskan bahwa dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu



mendapatkan apresiasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh pihak CSR perusahaan. Menurut Saidi et al. (2003) dalam Herlin (2008) sumbangan sosial perusahaan memiliki dua dimensi yaitu karitas (charity) dan filantropi, dimana karitas adalah bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat. Keberhasilan suatu program CSR yang dijalankan suatu perusahaan tidak hanya dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan saja, tetapi juga pada komunitas lokal setempat yang dapat dicirikan dengan penurunan tingkat kemiskinan pada masyarakat. Kemiskinan telah menjadi sebuah permasalahan yang banyak terjadi di Indonesia. Menurut data BPS, pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang atau sebesar 11,22 persen, bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebelumnya sebesar 27,73 juta orang atau 10,96 persen. Fenomena tersebut memunculkan suatu pertanyaan yaitu, bagaimana pengaruh bentuk implementasi program CSR perusahaan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di pedesaan? Rumusan Masalah Penelitian Keberadaan sebuah perusahaan terutama yang bergerak di bidang pertambangan seharusnya memiliki dampak yang baik bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut beroperasi khususnya terhadap kesejahteraan kehidupan masyarakatnya. Namun tidak jarang pula perusahaan tersebut justru memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakatnya. Kegiatan perusahaan yang dilaksanakan oleh pihak CSR memiliki tujuan untuk menjembatani hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Keadaan ini melahirkan pertanyaan, bagaimanakah karakteristik program CSR yang dilakukan perusahaan? Setelah mengetahui bagaimana karakteristik program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan, maka muncullah pertanyaan kedua mengenai, bagaimana tipe program CSR yang dilakukan perusahaan? Setelah mengetahui bagaimana bentuk karakteristik dan tipe program CSR yang dilaksanakan, maka pertanyaan ketiga adalah mengenai, bagaimana hubungan tipe program CSR dalam penurunan tingkat kemiskinan di masyarakat? Tujuan Penelitian Penulisan proposal penelitian dengan judul “Hubungan Tipe Program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan” ini memiliki rumusan tujuan: 1. Mengidentifikasi karakteristik program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan. 2. Mengidentifikasi tipe program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan.



3. Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan perusahaan terhadap penurunan tingkat kemiskinan masyarakat. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai dampak pelasanaan Corporate Social Responsibility terhadap penurunan tingkat kemiskinan, yang terjadi pada masyarakat yang tinggal disekitar kawasan perusahaan beroperasi.



PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Definisi dan Karakteristik Corporate Social Responsibility (CSR) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)1 . Konsep CSR sebetulnya bukan merupakan konsep baru dalam dunia bisnis, di tingkat internasional Philip Kotler telah mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya sehingga CSR merupakan denyut nadi perusahaan (Ambadar, 2008). Definisi CSR menurut pendapat Jalal (2010) dalam Nasdian (2014) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya manajemen yang dijalankan oleh perusahaan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif serta memaksimalkan dampak positif setiap pilar. Sementara menurut Ambadar (2008) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Nasdian, 2014). Moratis dan Cochius (2011) dalam Nasdian (2014) menjelaskan bahwa secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat multidimensional: (1) turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi); (2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3) kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku kepentingan perusahaan (dimensi pemangku kepentingan). Sementara menurut Wibisono (2007) manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan, melebarkan akses terhadap sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan dan peluang mendapatkan penghargaan. 1 Mapisangka, A. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. [Internet]. [diunduh 13 September 2015]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No.1. Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_MCSR.pdf



Menurut Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008) terdapat tiga karakteristik tahaptahap kedermawanan sosial, yaitu charity, philanthropy, dan Good Corporate Citizenship (GCC). Tabel 1. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Good Corporate Paradigma Charity Philanthropy Citizenship (GCC) Agama, tradisi, Norma, etika dan Pencerahan diri & Motivasi adaptasi hukum universal rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Mengatasi masalah Mencari dan Memberikan Misi setempat mengatasi akar kontribusi kepada masalah masyarakat Jangka pendek, Terencana, Terinternalisasi Pengelolaan mengatasi masalah terorganisir dan dalam kebijakan sesaat terprogram perusahaan Kepanitiaan Yayasan/dana Keterlibatan baik Pengorganisasian abadi/ dana maupun profesionalitas sumber daya lain Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas Penerima manfaat dan perusahaan Hibah sosial Hibah Hibah ( sosial & Kontribusi pembangunan pembangunan serta keterlibatan sosial) Insipirasi Kewajiban Kepentingan bersama Kotler dan Lee dalam Ambadar (2008) mengajukan enam prakarsa sebagai pesan utama CSR, untuk melakukan tindak kebajikan sebagai bagian dari kegiatan perusahaan, dalam rangka pencapaian bisnis, yaitu: 1. Cause promotions, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka rekruitmen sukarelawan. 2. Cause-related marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah presentase tertetu dari pendapatan tertentu untuk hal yang berkaitan dengan penjualan produk. 3. Corporate social marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya. 4. Corporate philanthropy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal (charity), yang sering kali dalam bentuk hibah tunai, donasi dan/atau dalam bentuk barang. 5. Community volunteering, perwujudan dukungan dan dorongan perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu kegiatan sosial tertentu.



6. Socially responsible business practics, adopsi praktek-praktek bisnis yang bersifat diskresi serta berbagai investasi yang mendukung pemecahan masalah sosial tertentu. Hamann dan Acutt dalam artikel How Should Civil Society (and Government) Respond to Corporate Social Responsibility? (2003) dalam Ambadar (2008) menelaah motivasi yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR tanpa memahami fungsi yang sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, seadanya (superficial), dan tidak lengkap (partial). CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi wacana. Namun program CSR yang bersifat wacana sudah bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR yang benar. Menurut Widiyanto (2007) dalam Ardianto dan Machfudz (2011) terdapat dua bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab institusional perusahaan yang terikat dengan peraturan perundangundangan, seperti BUMN, yang disyaratkan memberikan sumbangan keuntungan dari tahun ke tahun atau pengusaha hak pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan program pembinaan masyarakat desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Kedua, adalah tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan perundangundangan, tetapi tetap dilaksanakan karena dianggap penting oleh perusahaan. Community Development (Comdev) dalam CSR Dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, Corporate Social Responsibility sering dikaitkan dengan masalah pemberdayaan masyarakat atau comdev. Menurut Ambadar (2008) comdev diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain: community relation. Hal tersebut juga disebabkan karena dalam pelaksanaan Comdev, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Merujuk pada pendapat Shardlow (1998) dalam Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat (Comdev) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Comdev sering kali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyekproyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab (Payne, 2008) dalam (Ambadar, 2008). Comdev merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Menurut Ambadar (2008) diharapkan dengan aktivitas CSR yang bernapaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan disamping untuk mencapai profit optimum, juga dapat bermanfaat bagi komunitas. Kemiskinan Definisi dan Bentuk Kemiskinan



Saat ini kemiskinan menjadi salah satu permasalahan besar yang dialami di Indonesia. Menurut BPS 2015, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015. Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015). Menurut Bappenas (2004) kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sumodiningrat (1996) dalam Jamasy (2004) memilah kemiskinan ke dalam empat bentuk, yaitu: 1. Kemiskinan absolut yaitu apabila tingkat pendapatannya dibawah “garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. 2. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. 3. Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan 4. Kemiskinan kultural karena mengacu kepada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif; meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Perkembangan terakhir, menurut Jarnasy (2004) dalam Khomsan et.al (2015) kemiskinan struktural lebih banyak menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain. Sedangkan bila merujuk pada Suparlan (1995) dalam Khomsan et.al (2015) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran dan Penyebab Kemiskinan Merujuk pada Biro Pusat Statistik dalam Jamasy (2004), garis kemiskinan dinyatakan sebagai besarnya rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi setara dengan 2.100 kalori perkapita perhari ditambah dengan kebutuhan pokok minimum lainnya seperti sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan dan bahan bakar.



Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009) dalam (Prayogo dan Hilarius 2012) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981) dalam Prayogo dan Hilarius (2012), kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Beberapa faktor penyebab kemiskinan di Indonesia telah dijelaskan oleh Dawam Raharjo dalam Jamasy (2004), yaitu terdapat tujuh faktor penyebab kemiskinan yang saling terkait satu sama lain, yaitu: (1) kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena menganggur atau tidak mempunyai pekerjaan); (2) upah gaji dibawah standar minimum. Alternatif aksi pemberdayaan melalui peningkatan tingkat upah; (3) produktivitas kerja rendah. Solusinya yaitu dengan meningkatkan produktivitas kerja; (4) ketiadaan aset (kemiskinan terjadi karena tidak memiliki aet, misalnya pada bidang pertanian petani tidak memiliki lahan atau tidak mempunyai kesempatan untuk mengolah lahan pertanian); (5) diskriminasi, misalnya jenis kelamin dan kelas sosial masyarakat; (6) tekanan harga (bisanya berlangsung pada petani kecil atau pengrajin dalam industri rumah tangga; dan (7) penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa depan kehidupan keluarga telah habis dijual). Selain itu, menurut Prasetio dan Maisaroh (2009) kemiskinan itu sendiri dapat dilihat dari berbagai dimensi. Kemiskinan yang disebabkan berkaitan dengan pembangunan dapat dibedakan pula menjadi kemiskinan subsisten (kemiskinan sebagai akibat dari rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan sebagai akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan percepatan pertumbuhan perkotaan), kemiskinan sosial (kemiskinan yang dialami oleh para perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas, serta kemiskinan konsekuensial), yaitu kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya laju jumlah penduduk melebihi laju jumlah pendapatan nasional. Sementara Lubis (2006) dalam Khomsan et.al (2015) menyebutkan penyebab kemiskian dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu (1) faktor alamiah: kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain-lain, (2) faktor nonalamiah: akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumbe daya alam. Indikator Kemiskinan Indikator kemiskinan yang digunakan adalah menurut Khomsan et.al (2015) yaitu berdasarkan: konsumsi pangan, sandang, papan, dan fungsi diskriminan. Pangan sumber protein adalah pangan yang digunakan sebagai lauk-pauk sehari-hari



(melengkapi makanan pokok) dan menjadi zat gizi pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat menjamin pertumbuhan optimal. Pemilihan protein hewani seperti daging sapi dan ikan asin dilakukan karena kedua jenis lauk tersebut mewakili jenis protein yang memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Konsumsi daging sapi pada rumah tangga tidak miskin lebih besar sepuluh kali lipat dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang hanya menyajikan daging sapi 0,1 kali/minggu atau sebanding dengan 1 kali dalam 10 minggu. Sedangkan menu ikan asin lebih sering disajikan baik pada rumah tangga miskin maupun tidak miskin. Rumah tangga tidak miskin rata-rata menyajikan menu ikan asin 5 hari dalam satu minggu, sedangkan pada rumah tangga miskin, menu ikan asin disajikan setiap hari. Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang dapat dilihat dari banyaknya anggota rumah tangga yang mampu mengakses baju baru dalam kurun waktu setahun terakhir. Sebaran sebagian rumah tangga baik kategori rumah tangga miskin maupun tidak miskin memiliki kemampuan untuk membeli sedikitnya satu stel pakaian dalam setahun dengan persentase masing-masing sebesar 85,7% dan 95%. Apabila dilihat berdasarkan tempat tinggal, terjadi perbedaan yang signifikan antara keluarga miskin dan tidak miskin yang dapat terlihat dari luas ventilasi udara, total pengeluaran listrik rumah tangga per bulan, jumlah kamar mandi yang dimiliki, luas total kamar mandi, rasio luas total kamar mandi dengan luas rumah, serta pengeluaran bahan bakar satu bulan terakhir. Indikator yang terakhir adalah fungsi diskriminan yang dibangun berdasarkan variabel-variabel tertentu yaitu tingkat pendidikan suami, luas rumah, dan jumlah tempat tidur. Jika fungsi pendidikan suami dalam tahun, luas rumah, dan jumlah tempat tidur kurang dari 0 maka rumah tangga tersebut miskin. Tetapi apabila fungsi tersebut melebihi 0 maka rumah tangga tersebut tidak miskin.



KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka permikiran dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik program CSR yang dijalani perusahaan yang dapat diukur melalui motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi, serta inspirasi. Berdasarkan indikator-indikator tersebut maka dapat dilihat tipe program CSR yang dilakukan pada perusahaan apakah termasuk ke dalam tipe charity, philanthropy, maupun tipe Good Corporate Citizenship. Setelah mengetahui karakteristik dan tipe program CSR yang dijalankan maka akan dilihat hubungannya terhadap upaya penurunan tingkat kemiskinan yang dikategorikan ke dalam konsumsi pangan, sandang, papan, serta fungsi diskriminan yang didalamnya termasuk tingkat pendidikan suami, luas rumah, dan jumlah tempat tidur.



Karakteristik Program CSR: 1. Motivasi 2. Misi 3. Pengelolaan 4. Pengorganisasian 5. Penerima manfaat 6. Kontribusi 7. Inspirasi



Keterangan:



Tipe Program CSR: 1. Charity 2. Philanthropy 3. Good Corporate Citizenship (GCC)



Tingkat Kemiskinan: 1. Konsumsi pangan 2. Sandang 3. Papan 4. Fungsi diskriminan



: berhubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran



Menurut Khomsan et.al (2015) penggunaan indikator kemiskinan untuk penetapan rumah tangga miskin/tidak miskin lebih sederhana dibandingkan harus mencari informasi tentang penghasilan atau pendapatan rumah tangga. Rumah tangga yang berprofesi sebagai petani/nelayan atau bekerja di sektor informal mempunyai tingkat penghasilan yang agak sulit diprediksi, tidak seperti PNS atau karyawan. Khomsan et.al (2015) menjelaskan bahwa dengan penggunaan fungsi diskriminan dengan variabel-variabel yang mudah diukur di tingkat lapangan akan membuat penapisan rumah tangga miskin menjadi lebih operasional. Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya hubungan tipe program CSR yang dijalankan perusahaan terhadap pengentasan kemiskinan di pedesaan. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:



1. Tipe program CSR yang dilakukan perusahaan memiliki hubungan terhadap pengentasan kemiskinan yang dilihat berdasarkan konsumsi pangan, sandang, papan, dan fungsi diskriminan.



PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survey dengan cara mengambil sample dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan observasi untuk dapat membantu penyusunan pertanyaan dalam pembuatan kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, selanjutnya dapat dilakukan proses pengumpulan data yang sesuai dengan metode kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berguna untuk menggali informasi mendalam mengenai data kuantitatif yang telah diambil sebelumnya. Penelitian survey digunakan untuk mengetahui dampak program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam upaya pengentasan kemiskinan di masyarakat. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi 1989). Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan bahwa desa tersebut menjadi desa operasional dari perusahaan Holcim Indonesia, Tbk. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu terhitung dari pengambilan data sekunder pada bulan Februari 2016, kemudian pengambilan data primer yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada awal bulan April 2016. Selanjutnya akan dilakukan penulisan draft skripsi pada bulan April 2016 hingga awal Mei 2016. Kegiatan penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jadwal pelaksanaan penelitian Jan Feb Mar



Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan dan



Apr



Mei



analisis data Penulisan draft skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan laporan skripsi



Teknik Penentuan Informan dan Responden Subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga di Desa Bantar Jati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Unit analisis yang diambil adalah individu penerima manfaat dan bukan penerima manfaat di desa tersebut yang dipilih secara purposive. Sample yang dipilih adalah individu penerima program dan bukan penerima program yang dipilih secara cluster sampling dengan jumlah total responden dari masing-masing sample sebanyak 60 responden. Pemilihan metode sampling ini dilakukan dengan mempertimbangkan apabila dilakukan perbandingan antara penerima program dan bukan penerima program CSR dari perusahaan Holcim dalam satu desa yang sama. Pemilihan terhadap informan akan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan dengan menggunakan cara ini memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah memenuhi untuk data yang diperlukan. Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petugas kecamatan, aparatur desa, pihak perusahaan, dan tokoh masyarakat setempat, yang dianggap mengetahui dengan jelas mengenai pelaksanaan program CSR di Desa Bantar Jati. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung di lapangan melalui proses wawancara mendalam, survei, dan observasi yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Data primer juga dapat diperoleh dengan bantuan kuesioner kepada penerima program dan bukan penerima program CSR perusahaan PT Holcim serta wawancara yang dilakukan terhadap informan yang sudah ditentukan. Sebelumnya akan dilakukan uji coba penggunaan kuesioner kepada 10 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. Hasil dari uji coba kuesioner tersebut akan dilihat hasil validitas dan hasil realibilitas sebagai masukan untuk menyempurnakan dan memperbaiki pertanyaan dalam kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, kemudian dilakukan wawancara kuesioner kepada sampel penelitian. Hasil dari wawancara kuesioner tersebut kemudian dituang ke dalam catatan harian yang berisi uraian rinci. Hasil wawancara terstruktur dari pertanyaan dalam kuesioner menjadi dasar merumuskan panduan pertanyaan wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor kelurahan dan kantor Kecamatan Klapanunggal. Data sekunder dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini dapat berupa data monografi lokasi penelitian, program-program



CSR yang dilaksanakan, serta data penerima program CSR desa. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh juga melalui buku, internet, skripsi/thesis, serta hasil riset dan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Data sekunder yang dapat digunakan untuk memperkuat data kuantitatif dan kualitatif diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian.Penjelasan mengenai kebutuhan data dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian No. Sumber Data Metode Kebutuhan Data Pengumpulan Primer Sekunder Data 1. Gambaran umum lokasi Data Studi penelitian monografi dokumen desa 2. Sejarah tata guna, Elit desa, Data Studi penguasaan, dan masyarakat monografi dokumen, pemilikan lahan. setempat, desa, hasil survei tokoh penelitian (kuesioner), masyarakat. akademis. wawancara mendalam (daftar pertanyaan) 3. Keadaan kesejahteraan Elit desa, BPS, Studi masyarakat masyarakat monografi dokumen, setempat, desa, hasil survei tokoh penelitian (kuesioner), masyarakat. akademis. wawancara mendalam (daftar pertanyaan) 4. Kegiatan CSR yang PT. Holcim Studi dilakukan korporasi dokumen 5. Respons dan pandangan Masyarakat Survei masyarakat terhadap setempat, elit (kuesioner), pelaksanaan program desa, tokoh wawancara CSR masyarakat. mendalam (daftar pertanyaan)



Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Unit analisis yang diambil adalah individu penerima program CSR dan bukan penerima program dari Desa Bantar Jati yang dipilih secara purposive. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan SPSS 21. Aplikasi Microsoft Excell 2007 akan digunakan untuk membantu pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden pada masing-masing variabel secara tunggal, sedangkan



aplikasi SPSS 21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal. Dalam penelitian ini, uji Rank Spearman digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara kinerja CSR dengan makna dan respons yang diberikan masyarakat. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Proses penyajian data dapat berupa narasi, diagram, dan matriks. Proses verifikasi adalah langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi data. Pendekatan kualitatif akan dikumpulkan dengan menggunakan panduan pertanyaan sebagai acuan atau pemandu dalam melakukan wawancara mendalam. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan di lapangan akan dituang ke dalam catatan lapang dimana format catatan lapang telah dipaparkan pada lampiran 6. Definisi Operasional



DAFTAR PUSTAKA Ambadar J. 2008. CSR DALAM PRAKTIK DI INDONESIA WUJUD KEPEDULIAN DUNIA USAHA. Jakarta [ID]: Alex Media Komputindo Ardianto E, Machfudz D. 2011. EFEK KEDERMAWANAN PEBISNIS dan CSR. Jakarta: Alex Media Komputindo. Herlin F. 2008. Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta). Institut Pertanian Bogor. [skripsi]. [internet]. Diunduh tanggal 13 September 2015. Diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1877/A08fhe.pdf;jsession id=20B866C4297B598FE1011E52DFA6EE39?sequence=5 Jamasy O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, & Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta [ID]: BELANTIKA Khomsan A, Dharmawan AH, Saharuddin, Alfiasari, Syarief H, Sukandar D. 2015. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Mapisangka A. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. JESP. [Internet]. [diunduh 13 September 2015]. 1 (1), 39-47. Diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Prasetyo PE, Maisaroh S. 2009. Model Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Trikonomika. 8 (2), 103-116. Dapat diunduh dari: http://www.jurnal.fe.unpas.ac.id/ojs/index.php/trikonomika/article/viewFile/78/7 7 Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi Masyarakat. 1(17), 1-22. Singarimbun M, Sofian E. 1989. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahman T. 2007. Membumikan bisnis berkelanjutan memahami konsep &praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta [ID]: Indonesia Business Links. Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility. Gresik: FASCHO PUBLISHING



RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 29 Desember 1994. Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan Dadang Sudjana dan Aryani Sismin Satyaningtijas. Penulis memiliki satu kakak kandung yang bernama Regi Ryanda. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2006 di SD Polisi 1 Bogor, sekolah menengah pertama pada tahun 2009 di SMPN 2 Bogor, dan sekolah menengah atas pada tahun 2012 di SMAN 7 Bogor. Setelah lulus sekolah menengah atas, penulis melakukan bimbingan kursus di Bimbingan Belajar Ganesha Operation. Penulis melanjutkan studi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012.



LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Desa



Lampiran 2. Kuesioner Lampiran 3. Panduan Pertanyaan



Lampiran 4. Format Kerangka Sampling No. Nama Program yang diikuti 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



N



Alamat



Lampiran 5. Format Catatan Harian CATATAN HARIAN KEHubungan Tipe Program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan Topik



:



Metode Informan/Partisipan Hari & Tanggal Waktu & Durasi Tempat Kondisi &Situasi



: : : : : : DESKRIPSI



……………………………..………………………..………………………………... ………………………………………………………..……………………………….. INTERPRETASI ………………………………………………………………..………………………. ……………………………………………………………….………………………..



Lampiran 6. Dummy Table Tabel Frekuensi I: Pengukuran Kinerja Program CSR Kategori N Rendah Sedang Tinggi Total 60 Tabel Frekuensi II: Pengukuran Tingkat Kemiskinan Kategori N Rendah Sedang Tinggi Total 60



Persentase (%)



100% Persentase (%)



100%



Tabulasi Silang I: Hubungan antara variabel Independen dan Dependen Kinerja Program CSR Rendah Rendah Tingkat Kemiskinan



Sedang Tinggi



n minimal = 60



Sedang



Tinggi



Lampiran 7. Rencana Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis 2.4 Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi 4.2 Kondisi Demografi 4.3 Kondisi Ekonomi 4.4 Kondisi Sosial 5. ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. Holcim Indonesia Tbk 6. ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT 7. ANALISIS HUBUNGAN KINERJA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT DI PEDESAAN 8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan 8.2 Saran 9. DAFTAR PUSTAKA 10. LAMPIRAN 11. RIWAYAT HIDUP