Paper Kemiskinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER KEMISKINAN



Anggota: Indi Mawarni (1405620063) Muhammad Jamal Ayodhia (1405620012) Oktavianti Pertiwi (1405620052) Siska Dayanti (1405620050) Syahrani Abda Syakura (1405620035) Syardilla Fika (1405620022) Tamara Fitri Cahyani (140620041) Zheta Arvinik (1405620038)



Abstrak Kemiskinan merupakan salah satu fenomena yang kompleks dalam setiap negara. Upaya untuk mengatasi kemiskinan terbilang rumit karena berbagai macam bentuk penyebab kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah bersama yang harus ditanggulangi secara serius, kemiskinan bukanlah masalah pribadi, golongan bahkan pemerintah saja, akan tetapi hal ini merupakan masalah setiap kita warga negara Indonesia. Kepedulian dan kesadaran antar sesama warga diharapkan dapat membantu menekan tingkat kemiskinan di Indonesia. Penulisan paper ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur dan sumber data sekunder untuk mendeskripsikan secara sosiologis melalui konsep teoritis apa itu kemiskinan , penyebab dari kemiskinan , serta bagaimana pemecahan masalah yang sesuai untuk mengatasi kemiskinan. Kata Kunci : Kemiskinan. Penyebab Kemiskinan , Konsep Teoritis . Pendahuluan A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Menurut penelitian Andika dan Hastarini (2011), kemiskinan merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Secara kualitatif penurunan angka kemiskinan belum menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu kemiskinan? 2. Apa saja penyebab kemiskinan ? 3. Bagaimana kemiskinan dalam perspektif sosiologi ? 4. Bagaimana masalah sosial dalam teori sosiologi ?



C. Tujuan Penulisan 1. Menganalisis apa itu kemiskinan 2. Menganalisis penyebab kemiskinan 3. Menganalisis kemiskinan dalam perspektif sosiologi 4. Menganalisis masalah sosial dalam teori sosiologi



Pembahasan Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda. Sedangkan secara kualitati, pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup manusia yang tidak layak. Kemiskinan sangat berhubungan dengan masalah kesejahteraan masyarakat dan menjadi tingkat minimum yang didapatkan berdasarkan standar hidup masyarakat di suatu negara. Kemiskinan sudah menjadi masalah global, dimana setiap negara memiliki anggota masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya meliputi: Pertama, gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barangbarang dan pelayanan dasar. Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Ketiga, gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius dalam proses pembangunan nasional di Indonesia. masalah ini seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius padahal upaya pemerintah telah memperkenalkan berbagai paket dan program yang melibatkan sejumlah pakar tentang kemiskinan. Hakekatnya, belum ada keberlanjutan (sustainability) sistem penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia memang terus dilakukan sampai saat ini, baik melalui kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tetapi penurunan penduduk miskin tidak terlalu signifikan dan relatif masih cukup banyak. Pemerintah sudah berjuang terus menurunkan penduduk miskin didaerahnya dengan berbagai strategi, baik melalui kebijakan fiskal dalam APBD, maupun dengan melibatkan masyarakat miskin itu sendiri. Salah satu strategi yang dilakukan adalah menjadikan penduduk miskin sebagai subjek bukan sebagai objek sehingga penduduk miskin dapat merasakan manfaat langsung dari pembangunan yang dilakukan.



Penyebab Kemiskinan Ada beberapa penyebab terjadinya kemiskinan diantaranya :



















Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132): adanya keterbelakangan, ketidaksempumaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya Keempat menurut teori Fungsional Struktural Orang-orang menjadi miskin karena gagal mengikuti atau gagal beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah tersebut, sehingga mengganggu keberfungsiannya, seperti akses akan informasi terbatas, tidak mampu mengikuti pendidikan, hubungan sosialnya terbatas. Hal inilah yang membuat orang tetap menjadi miskin karena kalah bersaing (disfungsi).



Kemiskinan dalam perspektif sosiologi Para sosiolog membedakan kemiskinan (poverty) menjadi dua: 1) Kemiskianan absolut adalah kemiskinan yang terjadi ketika orang tidak bisa mendapatkan kebutuhan untuk mendukung tingkat kesehatan fisik dan efisiensi minimum, yang sering diekspresikan dalam istilah tingkat ketercukupan kalori atau nutrisi. 2) Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang ditentukan oleh standar hidup umum dalam berbagai masyarakat dan apa yang secara kultural didefinisikan sebagai miskin daripada tingkat kemiskinan yang absolut. Ketika kemiskinan didefinisikan secara relatif, menurut standar kehidupan yang dinikmati sebagian besar populasi, tingkat kemiskinan akan berbeda di antara berbagai masyarakat dan di dalam masyarakat dari waktu ke waktu (Abercrombie et al. 2010: 433). Secara sosiologis kegagalan dan keberhasilan yang dialami oleh setiap anggota masyarakat fungsional adanya, karena kehidupan masyarakat sesungguhnya saling tergantung satu sama lain dan menyatu dalam keseimbangan, sehingga setiap peran yang ada fungsional bagi masyarakat. Pada kenyataannya secara individu menjadi berbeda, terutama bagi keluarga miskin, bahwa persoalan yang dihadapi bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan seharihari, tetapi masa depan anak jauh menjadi lebih penting, jika gagal dalam mengupayakan masa depan anak sama halnya mewariskan kemiskinan. Ketidakmampuan seseorang dalam merubah nasib selalu diwarnai dengan berubahnya sikap dan prilaku hidup seharihari yang mengarah pada budaya miskin, sehingga masyarakat umum



beranggapan bahwa masyarakat miskin adalah kelompok manusia malas yang tidak mau kerja keras. Masalah sosial dalam teori sosiologi Potret kemiskinan dan pengangguran dalam masyarakat perkotaan Masalah kemiskinan pada dasarnya bukan saja berurusan dengan persoalan ekonomi, tetapi juga bersifat multidimensional yang dalam kenyataannya berurusan dengan persoalan sosial, budaya, dan politik. Kemiskinan dapat menjadi mata rantai timbulnya masalah lain seperti pengangguran, kelaparan, kebodohan, dan lainnya yang menyangkut masyarakat dan pemerintah. Sumodiningrat (1999: 45) Kemiskinan pada masyarakat perkotaan lebih mengarah pada mentalitas individualistik, persaingan yang tidak terpandu, yang besar kecenderungannnya membuat adanya ketimpangan. Kemajuan, Kemakmuran menjadi pandangan atau simbol yang mencerminkan perkotaan akan tetapi dalam faktanya kemiskinan tetap terlihat di sudut-sudut kota, contohnya saja seperti banyaknya pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan besar, pemukiman kumuh yang terletak di pinggir sungai Jakarta atau di sepanjang rel kereta api. Orang–orang yang tidak memiliki kemampuan dan kesempatan kerja, akan menjadi pengangguran, dan itu merupakan juga salah satu penyebab kemiskinan yang terdapat diperkotaan contohnya di kota DkI Jakarta yang memiliki biaya tempat tinggal yang mahal serta persaingan yang begitu tinggi. Hal ini juga tidak terlepas dari perilaku masyarakat Jakarta sebagai bagian dari modernitas. Menurut Parson, “Masyarakat modern memiliki hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak langsung, tidak mem-pribadi, dan tidak berjarak” nilai-nilai tersebut telah menjadikan masyarakat dari luar Jakarta menjadi masyarakat yang tersingkirkan (SocialExclusion) sehingga mereka menjadi gelandangan, pengamen, dan pengemis. Kelompok penduduk miskin di perkotaan umumnya berprofesi sebagai buruh,pedagang kaki lima,pedagang asongan,pengemis, pemulung, dll. Kelompok miskin ini akan menimbulkan problema yang terus berlanjut bagi kemiskinan kultural dan struktural, bila tidak ditangani secara serius, terutama untuk generasi berikutnya.



Supriatna (1997:82) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin, antara lain:1.Tidak memiliki faktor produksi sendiri. 2.Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.3.Tingkat pendidikan pada umunya rendah. 4.Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas .5.Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai. Kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial merupakan beberapa faktor yang sering memicu terjadinya tindakan kriminal. Dampak dari pengangguran terhadap tindakan kriminal dapat ditinjau lebih lanjut dengan menggunakan Teori konflik Marx. Teori ini berfokus pada kesenjangan dan akibat dari adanya kelas dalam struktur masyarakat (kelas atas dan kelas bawah). Penyebab terjadinya pengangguran tidak lepas dari adanya tindakan dari masyarakat kelas atas yang akhirnya membuat masyarakat kelas bawah tidak memperoleh pekerjaan dan menganggur. Sebagian yang menganggur tersebut mencari jalan pintas untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan tindakan kriminal.



Dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran, yang merupakan masalah sosial, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup di setiap daerah, melalui berbagai kebijakan yang memihak kepada rakyat, utamanya adalah kebijakan yang mampu mendorong dan menyediakan lapangan kerja serta mampu memeratakan pembangungan yang ada. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat dan angka kemiskinan dapat berkurang. Perlu adanya



intervensi pemerintah dalam



kebijakan-kebijakan, seperti memfasilitasi penyediaan layanan dan pembiayaan pendidikan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.



Daftar Pustaka Giyanto, B. (2008). Stategi Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus DKI Jakarta). Jurnal Borneo Administrator, 4(2). Kadji



Julianto



(2013).



Kemiskinan



dan



Konsep



Teoritisnya.



https://repository.ung.ac.id/hasilriset/show/1/318/kemiskinan-dan-konsep-teoritisnya.html. Sabiq, R. M., & Apsari, N. C. (2021). DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP TINDAKAN KRIMINAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF KONFLIK. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3(1), 51-64. Solikatun, S., & Masruroh, Y. (2014). Kemiskinan Dalam Pembangunan. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1).