Proposal KK Maryam 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI KELURAHAN DUSUN BANGKO LINGKUNGAN BANGKO RENDAH TAHUN 2021



PROPOSAL SKRIPSI



Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Proposal skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat



Diajukan oleh : MERIAM ALFARINA NIM : 191272120004



PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN YAYASAN HAJI SOEHEILY QARY BANGKO 2021



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................



ii



DAFTAR TABEL ........................................................................................



iv



DAFTAR BAGAN ........................................................................................



v



DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................



vi



DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................



vii



KATA PENGANTAR ..................................................................................



ix



BAB



I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................



1



B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian .............................



7



C. Tujuan Penelitian.........................................................................



9



D. Manfaat Penelitian.......................................................................



10



E. Keaslian Penelitian ......................................................................



11



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ...............................................................................



13



1. Keluarga Bencana ....................................................................



13



a. Pengertian ..........................................................................



13



b. Metode Kontrasepsi ...........................................................



15



c. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ...................



16



d. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) .



18



1) Implant .........................................................................



18



2) IUD (Intra Uterine Device) .........................................



22



3) Metode Operasi Wanita (MOW) .................................



29



4) Metode Operasi Pria (MOP) ........................................



31



2. Persyaratan Metode Kontrasepsi .............................................



32



3. Cara-Cara Berkontrasepsi ........................................................



34



4. Konsep Pemilihan dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi ...



35



5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode ii



Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ......................................



38



B. Kerangka Teori.............................................................................



49



C. Kerangka Konsep .........................................................................



49



D. Hipotesis.......................................................................................



50



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ..........................................................



51



B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................



51



C. Subjek Penelitian..........................................................................



52



D. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................



53



E.



Definisi Operasional Variabel ......................................................



53



F.



Instrumen Penelitian.....................................................................



57



G. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................



57



H. Cara Analisis Data........................................................................



59



I.



Etika Penelitian ............................................................................



60



J.



Rencana Kerja ..............................................................................



62



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iii



DAFTAR TABEL Tabel 3.1



3.2



Halaman



Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2020 ............................................



52



Proses Rencana Kerja Penelitian ..........................................................



62



iv



DAFTAR BAGAN Bagan



Halaman



2.1



Kerangka Teori .....................................................................................



49



2.2



Kerangka Konsep..................................................................................



50



v



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1



: Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden



Lampiran 2



: Kuesioner Penelitian



Lampiran 3



: Kisi-kisi Jabawan Kuesioner



Lampiran 3



: Surat Melakukan Akses Data



Lampiran 4



: Surat Balasan Akses Data



Lampiran 5



: Kartu Bimbingan Proposal skripsi



Lampiran 6



: Verifikasi Judul dari LPPM



vi



DAFTAR SINGKATAN AIDS



: Acquired Immuno Deficiency Syndrome



AKDR



: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim



ASI



: Air Susu Ibu



BKKBN



: Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional



BPS



: Badan Pusat Statistik



CPR



: Contraceptive Prevalence Rate



Cu



: Current user



Depkes RI



: Departemen Kesehatan Republik Indonesia



Dkk



: Dan Kawan-Kawan



DPPKB



: Dinas Pengandalian Penduduk dan Keluarga Berencana



EVA



: Ethylene Vinyl Acetate



H0



: Hipotesis Nol



Ha



: Hipotesis Alternatif



HBV



: Hepatitis B



HIV



: Human Immunodeficiency Virus



IMS



: Infeksi Menular Seksual



IUD



: Intra Uterine Device



KB



: Keluarga Berencana



KD



: Kadang-kadang



Kemenkes RI



: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia



KIE



: Komunikasi, Informasi dan Edukasi



KKBPK



: Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga



LPP



: Laju Pertumbuhan Penduduk



MAL



: Metode Amonore Laktasi



MKJP



: Metode Kontrasepsi Jangka Panjang



MOP



: Metode Operasi Pria



MOW



: Metode Operasi Wanita



No



: Nomor



PMN



: Polymorphonuclear Neutrophilic Leukocyte vii



PRP



: Penyakit Radang Panggul



PUS



: Pasangan Usia Subur



RPJMN



: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional



S



: Selalu



S



: Setuju



SDGs



: Sustainable Development Goals



SR



: Sering



SS



: Sangat Setuju



STS



: Sangat Tidak Setuju



TFR



: Total Fertility Rate



TP



: Tidak Pernah



TS



: Tidak Setuju



UKP



: Usia Kawin Pertama



WHO



: World Health Organization



WUS



: Wanita Usia Subur



viii



KATA PENGANTAR Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji penulis ucapkan kepada-Nya, karena telah memberikan segala kesempatan, kemauan dan kelancaran serta petunjuk dalam setiap usaha yang dilakukan oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2021”. Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK) pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Merangin. Dalam menyelesaikan proposal ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak dari masa Perkuliahan sampai masa Proposal ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Handayani, SKM., MPH selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Haji Soeheily Qari. 2. Ibu Revinovita, SST., M.Keb selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Merangin. 3. Ibu Elma Melia Sari, SST., M.Keb selaku Pembimbing I. 4. Ibu Endang Setyowati, SST., M.Kes selaku Pembimbing II. 5. Ibu Ovie Sri Andani, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi S1Kesehatan Masyarakat. 6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar di STIKes Merangin yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan. 7. Staf pengelola Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Merangin. 8. Kepala DPPKB dan Koordinator BPKB Kecamatan Bangko yang telah membantu dalam memperoleh data dan sumber informasi yang dibutuhkan. 9. Suami dan anak-anakku dengan penuh kesabaran selalu memberikan motivasi dan dukungan serta doanya kepada penulis.



ix



10. Teman-teman seangkatan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam proposal skripsi ini dan masih jauh dari sempurna. Penulis berharap proposal skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan informasi ataupun pengetahuan bagi pembacanya. Akhir kata, saran dan kritik yang membangun selalu diharapkan penulis untuk menyempurnakan penulisan-penulisan selanjutnya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keselamatan bagi semua pihak yang membantu. Terima kasih.



Bangko,



Februari 2021



Penulis



x



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SDGS



(Sustainable



Development



Goals)



atau



disebut



sebagai



pembangunan berkelanjutan memiliki 17 tujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan manusia di setiap negara-negara yang ada di dunia. Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan kesehatan reproduksi bagi semua seperti yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia dengan indikator meningkatkan Contraceptive Prevalence Rate (CPR). Metode KB hormonal yang paling dominan digunakan oleh peserta KB, sedangkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang relatif masih rendah di kalangan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) (Sari, 2017). Saat ini KB telah dikenal hampir diseluruh dunia, dinegara yang maju KB bukan lagi merupakan suatu program atau gagasan, tetapi telah menjadi falsafah hidup masyarakatnya, sedangkan di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, KB merupakan program yang pelaksanaannya masih harus terus ditingkatkan (Sibagariang, 2010 dalam Misrina dan Fidiani, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin terendah di Sub Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1



2



1990 menjadi 57,4% pada tahun 2016. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% (WHO, 2017 dalam Evitasari, 2019). Masalah terpenting yang dihadapi oleh Negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Penduduk adalah modal penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi bangsa. Akan tetapi, pertumbuhan populasi penduduk yang tidak terkendali justru dapat menjadi ancaman besar bagi ekonomi negara. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sekitar 1,49% per /tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa tiap tahun terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta jiwa per tahun. Apabila tidak dikendalikan, maka pertumbuhan penduduk akan memberi dampak buruk untuk penyediaan pangan, lahan pertanian, perumahan dan barang konsumsi lainnya (Depkes RI, 2016). Di sisi lain, jumlah penduduk yang terlampau sedikit dapat menjadi masalah bagi keberlangsungan jumlah penduduk di masa depan. Oleh karena itu, angka kelahiran total (Total Fertility Rate) menjadi sasaran strategis yang harus diperhatikan dari waktu ke waktu. Angka kelahiran merupakan salah satu



komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah



penduduk. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN



memastikan membuat



kegiatan-kegiatan strategis yang fokus pada pengendalian jumlah penduduk (BKKBN, 2017 dalam Suryanto, 2020).



3



Menurut World Health Organization (WHO) dalam Suratun dkk (2008), Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Lumban Gaol, 2017). Pertumbuhan penduduk suatu negara dapat dilihat melalui Total fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran. Di tingkat ASEAN, Urutan pertama ditempati oleh Laos dengan TFR tertinggi sebsar 3,2 per 1.000 WUS dan tempat terakhir adalah Singapura dengan TFR terendah sebesar 1,3 per 1.000 WUS, sedangkan Indonesia berada di atas rata-rata negara ASEAN dengan TFR sebesar 2,4 per 1000 WUS dan terus mengalami masa stagnan dalam 4 periode terakhir (Kemenkes RI, 2013). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dapat dilihat data jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 sebanyak 268.07 juta jiwa, meningkat dibandingkan jumlah penduduk tahun 2018 sebanyak 265.02 juta jiwa (BPS, 2015-2019). Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan jumlah penduduk (Prawirohardjo, 2010). Tingginya angka



4



kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes RI, 2019). Di Indonesia, laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) menjadi bagian dari sasaran/program strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Salah satu indikator Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR), dimana target secara nasional pada tahun 2019 harus mencapai 2,28 anak per wanita usia subur. Tinggi rendahnya angka TFR ini dipengaruhi oleh lima faktor utama penentu fertilitas, yaitu usia kawin pertama (UKP), pemakaian kontrasepsi, lama menyusui ekslusif, aborsi, dan sterilitas (Kemenkes, 2019). Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 62,5%. Tiga Provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu Bengkulu 71,4%, Kalimantan Selatan 69,9% dan Lampung 68,9%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Papua Barat 25,4%, Papua 29,1%, Nusa Tenggara Timur 38,2%, dan Maluku 39,0%. Di Provinsi Jambi persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur sebesar 68,8%. Adapun rincian cakupan peserta KB aktif terdiri dari 7,4% IUD/AKDR, 0,5% MOP, 2,7% MOW, 7,4% Implan, 63,7% suntik, 17,0% pil, dan 1,2% kondom (Kemenkes RI, 2019).



5



Cakupan peserta KB Aktif di Provinsi Jambi pada tahun 2019 dengan jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 630.571 adalah sebesar 68,8% dengan jumlah pengguna suntik 278.452 (64,2%), Pil 92.616 (21,3%), Kondom 4.038 (0,9), IUD/AKDR 13.413 (3,1%), Implan 38.786 (8,9%), peserta MOW 5.104 (1,2%) dan peserta MOP 730 (0,2%) (Kemenkes RI 2019). Menurut Green (1980) dalam Rismawati (2019), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) antara lain faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan sikap), fakto pendukung (sarana dan prasarana), dan faktor penguat (dukungan suami dan petugas kesehatan). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB, dan dimana memperoleh pelayanan KB (Gerungan, 2009 dalam Rismawati, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rismawati (2019) tentang Faktor Yang Memengaruhi Wanita PUS Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Puskesmas Mayor Umar Damanik Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalai Tahun 2019, diperoleh hasil bahwa pengetahuan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP).



6



Sikap merupakan predisposisi dari perilaku atau tindakan seseorang. Walaupun sikap masih merupakan respon tertutup dari seseorang tapi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap stimulus yang diberikan. Tanpa sikap yang positif maka tidak akan terjadi perubahan perilaku pada subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap responden dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada WUS di Polindes Gogodeso. Dukungan suami adalah suatu bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan suatu kenyataan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisi yang diperoleh dari individu atau kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan minat Ibu dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Dusun Tegalan Desa Kauman Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Bila dilihat dari pemilihan jenis metode kontrasepsi, peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi cara modern di Kabupaten Merangin tahun 2020 yang memilih metode kontrasepsi wanita dengan angka tertinggi yaitu suntik sebanyak 38.474 (66,8%), urutan kedua yaitu pil sebanyak 11.960 (20,8%), urutan ketiga yaitu implant sebanyak 4.944 (8,6%), urutan keempat IUD/AKDR sebanyak 832 (1,4%) dan terendah adalah MOW sebanyak 618 (1,1%) (Dinkes Kab. Merangin 2020). Berdasarkan rekap pencapaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Perlingkungan Kelurahan Dusun Bangko Tahun 2020 yaitu



7



lingkungan Bangko Tinggi sebesar 10 peserta KB (9,8%) dari 159 PUS, Bangko Rendah sebesar 12 peserta KB (23%) dari 77 PUS, Mensawang sebesar 30 peserta KB (8,3%) dari 550 PUS, Kebun Sayur sebesar 13 peserta KB (11,6%) dari 174 PUS, Pulau Kemang sebesar 10 peserta KB (10,4%) dari 149 PUS dan Talang Kawo sebesar 28 peserta KB (14,7%) dari 280 PUS (DPPKB, 2020). Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang paling tinggi yaitu lingkungan Bangko Rendah sebesar 12 (23%) dari 77 PUS. Berdasarkan tinjauan teoritis dan empiris sebagaimana dikemukakan di atas, rendahnya pengguna MKJP oleh wanita Pasangan Usia Subur (PUUS) diasumsikan hubungan dengan pengetahuan, sikap dan dukungan suami. Asumsi-asumsi tersebut penulis jadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitain dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Tahun 2021”.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2021.



8



Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 3. Bagaimana gambaran sikap tentang pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 4. Bagaimana gambaran dukungan suami pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 5. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 6. Apakah ada hubungan sikap dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ? 7. Apakah ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021 ?



9



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2021. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui gambaran Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021. b) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021. c) Untuk mengetahui gambaran sikap tentang Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021. d) Untuk mengetahui gambaran dukungan suami tentang Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021. e) Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021.



10



f) Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021. g) Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah tahun 2021.



D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Pengandalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Sebagai bahan masukan dalam membuat perencanaan kebijakan meningkatkan



partisipasi



masyarakat



dalam



penggunaan



metode



kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur dan evaluasi program kesehatan. 2. Bagi Masyarakat Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Sebagai bahan tambahan informasi atau masukkan untuk masyarakat Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah untuk lebih menigkatkan lagi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).



11



3. Bagi STIKes Merangin Dapat menjadi bahan acuan atau pengembangan ilmu dalam menambah wawasan mahasiswa/i sebagai bahan referensi dan bacaan serta informasi di perpustakaan STIKes Merangin. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama namun dengan variabel dan tempat penelitian yang berbeda.



E. Keaslian Penelitian 1. Wike Dessi Tiara Sari (2016), yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada WUS di Polindes Gogodeso Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar”. Jenis penelitian ini bersifat korelatif dan menggunakan pendekatan cross sectional, dengan variabel independent (pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel dependent (pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)). Dengan hasil analisis menggunakan uji statistik spearman rank correlation diperoleh nilai p 0,017 (< α = 0,05) sehingga ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada WUS. 2. Roby Suryanto (2020), yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Tanjung Benuang Wilayah Kerja



12



Puskesmas Rantau Suli Tahun 2020”. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional, dengan variabel independent (pengetahuan, jarak ketempat pelayanan, dan dukungan suami) dan variabel dependent (pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang). Dengan Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan (Pvalue = 0,000), jarak ketempat pelayanan (Pvalue = 0,000). Dan tidak ada hubungan dukungan suami (Pvalue



= 0,072) dengan



pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada WUS. 3. Rismawati (2019), yang berjudul “Faktor Yang Memengaruhi Wanita Pus Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Puskesmas Mayor Umar Damanik Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalaitahun 2019”. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel independent (pengetahuan, sikap, dukungan suami, sosial budaya dan peran petugas kesehatan) dan variabel dependent (pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)). Dengan hasil penelitian menunjukkan



bahwa



pengetahuan memiliki nilai sig-p 0,033 < 0,05, sikap sig-p 0,008 < 0,05, dukungan suami sig-p 0,028 < 0,05 dan sosial budaya sig-p 0,007 < 0,05, yang artinya memiliki pengaruh terhadap pemilihan MKJP. Untuk variabel peran petugas kesehatan memiliki nilai sig-p 0,225 > 0,05, yang artinya peran petugas kesehatan tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan MKJP.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut WHO (World Health Organisation) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu : menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Supriadi, 2017). Keluarga berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat (Lumban Gaol, 2017). Keluarga Berencana merupakan usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan cara memakai kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi 13



14



seluruh masyarakat melalui usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Triyanto dan Indriani, 2018). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mendefinisikan Keluarga Berencana sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak kehamilan, dan usia kehamilan yang ideal untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Berdasarkan penjabaran dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana merupakan upaya perencanaan terkait kehamilan yang bertujuan



meningkatkan



kesejahteraan



keluarga.



Perencanaan



kehamilan yang dimaksud adalah pengaturan jarak kehamilan, usia kehamilan, dan jumlah anak (BKKBN, 2017 dalam Rahayu, 2018). Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) memiliki banyak keuntungan, baik dilihat dari segi program, maupun dari sisi klien (pemakai). Di samping mempercepat penurunan Total Fertility Rate (TFR), penggunaan kontrasepsi MKJP juga lebih efisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama serta lebih aman dan efektif. Metode kontrasepsi ini sangat tepat digunakan pada saat kondisi krisis yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terutama pada masyarakat yang tergolong kurang mampu/miskin (Rahmat, 2017 dalam Suryanto, 2020). Pada hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga dengan anak yang ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan



15



dan terpenuhi hak-hak reproduksinya. Secara garis besar dalam pelayanan kependudukan atau KB mencakup beberapa komponen yaitu : 1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) 2. Konseling 3. Pelayanan kontrasepsi 4. Pelayanan infertilitas 5. Pendidikan seks 6. Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan 7. Konsultasi genetik 8. Tes keganasan 9. Adopsi (Ryan Kurnia Sari, 2018) b. Metode Kontrasepsi Secara garis besar metode kontrasepsi dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Namun penggunaan kontrasepsi ini hanya bersifat sementara jika alat atau obat tidak digunakan lagi maka dapat hamil kembali jika masih dalam keadaan produktif. Kontrasepsi hormonal terdiri dari jenis suntikan, pil, dan implan. Sedangkan kontrasepsi non hormonal terdiri dari Metode Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus, metode barrier, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan kontrasepsi mantap (BKKBN, 2008 dalam Suryanto, 2020)



16



Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 metode yaitu : 1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) : susuk/implan, IUD, MOP serta MOW. 2. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) : kondom, pil, suntik, dan metode lain selain MKJP. (Alfiah, 2015) c. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam penggunanya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Yang termasuk dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu : IUD (Intra Uterine Device), Implant, Medis Operasi Pria dan Medis Operasi Wanita (Proverawati, 2010 dalam Rismawati, 2019). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Jenis metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode kontrasepsi mantap (pria dan wanita), implant, dan Intra Uterine Device (IUD). MKJP merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan sangat mudah bagi pengguna serta memiliki harga sangat efisien. MKJP dapat menghemat



17



pengeluaran pasangan, pengeluaran negara dan secara langsung dapat mempengaruhi



tujuan



kesehatan



negara



melalui



perlindungan



kontrasepsi dalam jangka panjang (Laksmini, 2012). MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) adalah metode kontrasepsi



yang



dikenal



efektif



karena



dapat



memberikan



perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu sampai sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP), serta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKRD). Sedangkan implant atau yang dikenal dengan susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah kulit dengan masa berlaku tiga tahun (BKKBN, 2011). MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) adalah penggunaan kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah IUD, Implant, kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP), dan Metode Operatif Wanita (MOW) (Harahap, Wulandari, dan Agustina, 2018).



18



d. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 1) Implant a) Pengertian Implant Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen, dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun (Affandi, 2011). Implant berbentuk semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Implant atau susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis implant yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Implant tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit (Irianto, 2014). Kontrasepsi ini berisi levonorgestrel, terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan di bawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang telah banyak dipakai dalam pil KB seperti ovral dan nordette. Setiap kapsul mengandung 35 mg levonorgestrel. Setiap hari keenam, kapsul akan 16 melepaskan 50 mikrogram levonorgestrel, dan akan efektif sebagai kontrasepsi untuk 5 tahun (Irianto, 2014).



19



b) Macam Implant Dalam Hartanto (2015), dikenal dua macam implant yaitu: (1) Non-Biodegradable Implant (a) Norplant-2 Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 2 batang silastic yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Masing-masing



batang



diisi



dengan



70



mg



Levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun. (b) Implant satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. (c) Implant satu batang, berisi hormon 3-ketodesogestrel, daya kerja 2,5-4 tahun. Saat ini di Indonesia sedang di uji coba Implanon, implant 1 batang dengan panjang 4 cm, diameter luar 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3-ketodesogestrel, yang dikelilingi suatu membran EVA, berdaya kerja 2-3 tahun. (2) Biodegradable Implant Yang sedang diuji coba saat ini adalah Capronor dan Pellets.



20



c) Efektivitas Implant Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per-tahun dalam 5 tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral dan metode barrier. Efektifitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil. Norplant-2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula diharapkan Norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 56%. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya (Hartanto, 2015). d) Mekanismes Kerja Implant Dalam Irianto (2014) mekanisme kerja implant meliputi : (1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur. (2) Mengentalkan



lendir



serviks



sehingga



menghambat



pergerakan spermatozoa. (3) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk nidasi. e) Keuntungan dan Kelemahan Implant (1) Keuntungan Implant Dalam Irianto (2014) keuntungan implant meliputi : (a) Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui.



21



(b) Bebas dari pengaruh esterogen. (c) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. (d) Daya guna tinggi. (e) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. (f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul. (g) Melindungi terjadinya kanker endometrium. (h) Melindungi wanita dari kanker rahim. (i) Mengurangi jumlah darah haid. (j) Mengurangi nyeri haid. (k) Mengurangi/memperbaiki anemia. (l) Menurunkan angka kejadian endometriosis. (m) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. (n) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. (o) Perlindungan jangka panjang. (p) Tahan sampai 5 tahun. Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan . Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemasangan. (q) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam. (r) Tidak mengganggu aktivitas seksual. (s) Tidak mengganggu kegiatan senggama.



22



(2) Kelemahan Implant Dalam Hartanto (2015) kelemahan implant yaitu : (a) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih. (b) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant. (c) Sering timbul perubahan pola haid. (d) Akseptor



tidak



dapat



menghentikan



implant



sekehendaknya sendiri. (e) Beberapa



orang



wanita



mungkin



segan



untuk



menggunakannya karena kurang mengenalnya. (f) Implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang lain. 2) IUD (Intra Uterine Device) a) Pengertian IUD (Intra Uterine Device) IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, terbuat dari plastik fleksibel. Beberapa jenis 23 IUD dililit tembaga atau tembaga bercampur perak, bahkan ada yang disisipi progesterone. IUD yang bertembaga dapat dipakai selama 10 tahun. IUD ada yang berbentuk spiral dan ada yang berbentuk huruf T. IUD mengandung



progestin



yang



menekan



perkembangan



kesuburan dalam rahim. Yang berbentuk T digunakan 3-5



23



tahun. Keluhan yang dirasakan biasanya perdarahan dan kram selama minggu pertama setelah pemasangan (Irianto, 2014). b) Penggolongan IUD (Intra Uterine Device) Menurut Hartanto (2015) penggolongan IUD antara lain : (1) Un-Medicated Devices (Inert Devices/First Generation Devices) Misalnya : Grafenberg ring, Ota ring, Margulies coil, Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standard), Saf-T coil, Delta Loop / Modified Lippes Loop D (penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post partum). (2) Medicated Devices (Bio-Active Devices/Second Generation Devices) (a) Mengandung logam : 1. AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper Devices) meliputi CuT 200 = Tatum-T, Cu7 = Gravigard, MLCu-250. 2. AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Copper Devices) meliputi CuT-380A = Paragard, CuT-380Ag, CuT-24 220C, Nova-T=Novagard (mengandung Ag), Delta-T (Modified CuT-220C), MLCu-375.



24



(b) Mengandung



Hormon



(Progesteron



atau



Levonorgestrel) meliputi Progestasert = Alza-T dengan daya kerja 1 tahun dan LNG-20



mengandung



Levonorgestrel. Penggolongan lain dari IUD berdasarkan : (1) Konfigurasi : (a) Open and linear devices : Lippes Loop, Copper IUD. (b) Closed and ring-shaped devices : Zipper ring, Ragab ring. (2) Rigiditas. (3) Luas permukaan. (4) Macam bahan asal. c) Efektifitas IUD (Intra Uterine Device) Dalam Hartanto (2015) efektifitas IUD antara lain : (1) Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal inutero tanpa ekspulsi spontan,



terjadinya kehamilan,



pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi. (2) Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada : (a) IUD meliputi ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesterone. (b) Akseptor meliputi umur, paritas, frekuensi senggama.



25



(3) Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui : (a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. (b) Makin muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. (4) Dari uraian diatas, maka use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor



untuk



mengetahui



terjadinya



ekspulsi



dan



kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis. d) Mekanismes Kerja IUD (Intra Uterine Device) Dalam Hartanto (2015), mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan : (1) Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear



26



dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst. (2) Produksi



lokal



prostaglandin



yang



meninggi,



yang



menyebabkan terhambatnya implantasi. (3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium. e) Keuntungan dan Kelemahan IUD (Intra Uterine Device) (1) Keuntungan IUD (Intra Uterine Device) Menurut Affandi (2011) keuntungan IUD antara lain : (a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1



kegagalan dalam 125-170



kehamilan). (b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. (c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT380A dan tidak perlu diganti). (d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. (e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. (f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. (g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu-T380A). (h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.



27



(i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). (j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). (k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat. (2) Kelemahan IUD (Intra Uterine Device) Menurut Affandi (2011) kelemahan IUD antara lain : (a) Efek samping yang umum terjadi : 1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). 2. Haid lebih lama dan banyak. 3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. 4. Saat haid biasanya lebih sakit. (b) Komplikasi lain : 1. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan. 2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia. 3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). (c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. (d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.



28



(e) Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit Radang Panggul (PRP) dapat memicu infertilitas. (f) Prosedur



medis,



termasuk



pemeriksaan



pelvik



diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan. (g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari. (h) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR. (i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan). (j) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. (k) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.



29



3) Metode Operasi Wanita (MOW) a) Pengertian Metode Operasi Wanita (MOW) Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi. Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Jenis kontrasepsi



ini



bersifat



permanen



karena



dilakukan



penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara dikat, dipotong ataupun dibakar (Afsari, 2017). b) Efektivitas (1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) (2) Efektif 6-10 minggu setelah operasi. (Niat Nuari Zebua, 2017 dalam Suryanto, 2020). c) Jenis (1) Laparotomi (2) Minilaparotomi d) Keuntungan (1) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding) (2) Tidak bergantung pada faktor senggama. (3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.



30



(4) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal. (5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. (6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium) (Afsari, 2017). e) Keterbatasan (1) Harus dipertimbangakan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan rekanalisasi. (2) Klien dapat menyesal dikemudian hari. (3) Resiko komplikasi kecil, namun dapat meningkat apabila dapat menggunakan anestesi umum. (4) Rasa sakit atau ketidaknyaman muncul dalam waktu pendek setelah tindakan. (5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi. (6) Tidak melindungi diri IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS (Afsari, 2017) f) Indikasi Indikasi



tubektomi



adalah



dikenal



dengan



istilah



keputusan 100 (umur ibu x banyak anak =100), dengan ketentuan: (1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup



31



(2) Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup26 (3) Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup Misalnya, seorang wanita telah berusia 35 tahun dan telah memiliki tig anak. Lalu data tersebut diformulasikan, dengan mengalikan 35 dengan 3, sehingga berjumlah 105.Hasil ini dapat diartikan sebagai kondisi aman. Untuk itu jika ingin menjalani kontrasepsi jenis ini, maka sebaiknya usia anak bungsu telah melawati masa sulit. 4) Metode Operasi Pria (MOP) a) Pengertian Metode Kontrasepsi Pria (MOP) Metode Operasi Pria (MOP) merupakan tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri, sehingga pada waktu senggama sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khitan pada pria, pada umumnya dilakukan sekitar 15 sampai 45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat didalam kantong buah zakar (BKKBN, 2008 dalam Suryanto, 2020). b) Kelebihan dan kekurangan menggunakan MOP (1) Kelebihan (a) Efektifitas tinggi untuk melindungi kehamilan



32



(b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah (c) Biaya lebih murah karena membutuhkan satu kali tindakan saja. (d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15 – 45 menit (e) Tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi (f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan



kontrasepsi



lain



(BKKBN,



2008



dalam



Suryanto, 2020). (2) Kekurangan (a) Tindakan harus dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih. (b) Apabila pada saat melakukan prosedur operasi bisa terjadi luka. (c) Rasa sakit pada daerah fungsi (BKKBN, 2008 dalam Suryanto, 2020). 2. Persyaratan Metode Kontrasepsi Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Kusumaningrum, 2009) : a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.



33



b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keektifan dari suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectiveness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-lain. c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued



acceptability).



Penerimaan



awal



tergantung



pada



bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota).



34



d. Terjangkau harganya oleh masyarakat Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. 3. Cara-Cara Berkontrasepsi Cara-cara berkontrasepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Berdasarkan Jenis Kelamin 1) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh suami (pria). 2) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri (wanita). b. Berdasarkan Pelayanan 1) Cara medis dan non medis. 2) Cara klinis dan non klinis. c. Berdasarkan Efek Kerja 1) Tidak mempengaruhi fertilitas. 2) Menyebabkan infertilitas temporer atau sementara. 3) Kontrasepsi Permanen atau Mantap (Kontap) dimana terjadi infertilitas menetap. d. Berdasarkan cara kerja atau cara kontrasepsi 1) Berdasarkan keadaan biologis; coitus interuptus (senggama terputus), sistem kalender, metode suhu badan dan lain-lain. 2) Penggunaan alat barrier: kondom, diafragma, spermatisida. 3) Kontrasepsi Intra Uterin: Intra Uterin Device (IUD). 4) Kontrasepsi hormonal: pil, suntikan.



35



5) Kontrasepsi Operatif: tubektomi dan vasektomi (Proverawati, 2010 dalam Rismawati, 2019). 4. Konsep Pemilihan dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Konsep pemilihan dalam penggunaan metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti : a. Fase Menunda Kehamilan Pasangan usia subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya karena usia di bawah 20 tahun adalah adalah usia sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena pasangan



muda



frekuensi



bersanggamanya



relatif



tinggi



dan



penggunaan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan. Terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral (pinem, 2009 dalam Suryanto, 2020). Ciri kontrasepsi yang diperlukan, yaitu reversibilitas tinggi artinya kembalinya kesburan dapat terjadi 100% karena pasangan belum mempunyai anak dan efektifitas karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program (pinem, 2009 dalam Suryanto, 2020). Kontrasepsi yang cocok untuk adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana (Suratun, 2008 dalam Suryanto, 2020).



36



b. Fase Menjarangkan Kehamilan Pada fase ini usia istri antara 20-30 tahun, merupakan periode usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antar kelahiran 2-14 tahun yang dikenal sebagai catur warga. Alasan menjarangkan kehamilan adalah : 1) Usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk hamil dan melahirkan. 2) Segera setelah anak pertama lahir, maka di anjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. 3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namin di sini tidak / kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia hamil dan melahirkan yang baik. 4) Kegagalan



kontrasepsi



disini



bukan



merupakan



kegagalan



program. Ciri kontrasepsi yang sesuai, yaitu reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi., efektifitas cukup tinggi, dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan dan tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik sampai anak usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak (Pinem, 2009 dalam Suryanto, 2020). Kontrasepsi yang yang cocok yaitu AKDR, suntik KB, pil KB, dan implan (suratun, 2008 dalam Suryanto, 2020).



37



c. Fase Menghentikan/ Mengakhiri Kehamilan/ Kesuburan Usia istri diatas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah : 1) Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu-ibu denga usia di atas 30 tahun di anjurkan untuk tidak hamil/ tidak punya anak lagi. 2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. 3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi. Ciri kontrasepsi yang diperlukan, yaitu efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan resiko tinggi bagi ibu dan bayi. Selain itu akseptor memang tidak mengharapkan punya anak lagi, dapat di pakai untuk jangka waktu panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada usia usia tua, kelainan seperti penyakit janung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat. Oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut (Pinem, 2009 dalam Suryanto, 2020). Kontrasepsi yang cocok adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (suratun, 2008 dalam Suryanto, 2020).



38



5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) a. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB, dan dimana memperoleh pelayanan KB (Gerungan, 2009 dalam Rismawati, 2019). Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang tercakup didalam domain kognitif, yaitu sebagai berikut : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, tahu



39



merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali sesuatu yang diketahui secara benar dan dapat menginterpretasikan materi tersebut, contoh: menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dan dapat



40



menggambarkan, memisahkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan



kata



lain,



sintesis



adalah



kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan ibu tentang MKJP berhubungan dengan minat MKJP.



Pengetahuan



menjadi



dasar



dalam



berperilaku



dan



mempersepsikan sesuatu. Pengetahuan yang benar akan mempertinggi minat



penggunaan



MKJP.



Ibu



berpengetahuan



MKJP



tinggi



berpeluang 2 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan ibu berpengetahuan MKJP rendah (Sari, 2016). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang kita ketahui atau kita ukur disesuaikan dengan tingkatannya.



41



Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010). pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian biasanya dituliskan dalam bentuk persentase yaitu: 1) Pengetahuan baik, jika responden menjawab benar 76% - 100% . 2) Pengetahuan cukup, jika responden menjawab benar 56% - 75%. 3) Pengetahuan kurang, jika responden menjawab benar < 56%. Penelitian yang dilakukan Riliani Zega (2017) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada ibu akseptor KB di Desa Tengah Kecamatan Pancur Batu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2017 dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dengan nilai p-value 0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Wike Dessi Tiara Sari (2016) dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap Ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada WUS dengan p value 0,017 (lebih kecil dari 0,05) b. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu



42



dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012 dalam Rismawati, 2019). Notoadmodjo, yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat



KB, serta kesediaannya mendatangi



tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarannya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah – ceramah tentang KB.



43



2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuting) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif. 4) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat kontrasepsi, meskipun mendapat tantangan dari suami atau mertuanya (Notoatmodjo, 2012 dalam Rismawati, 2019). Menurut Hidayat (2014) dalam Uci Lestari (2019), sikap dapat diukur dengan menggunakan skala likert. Beberapa pertanyaan yang masuk kedalam skala likert adalah pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.



44



a) Pernyataan positif



Nilai



Sangat Setuju (SS)



:



4



Setuju (S)



:



3



Tidak Setuju (TS)



:



2



Sangat Tidak Setuju (STS)



:



1



b) Pernyataan negatif



Nilai



Sangat Setuju (SS)



:



1



Setuju (S)



:



2



Tidak Setuju (TS)



:



3



Sangat Tidak Setuju (STS)



:



4



Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert, yaitu sebagai berikut (Nasir dkk, 2011) : a) Positif apabila ≥ mean/median b) Negatif apabila < mean/median Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap ibu tentang KB MKJP dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, dan media massa. Dalam kehidupan mereka, ibu tentunya mengalami interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Interaksi ibu dengan lingkungannya akan menghasilkan adanya pengalaman tentang KB MKJP baik dari melihat secara langsung maupun dari cerita orang lain.



45



Pengalaman-pengalaman tersebut dapat berupa tentang KB MKJP, efek samping KB MKJP, jenis KB MKJP, dan dapat pula berupa sikap orang dalam memiliki KB MKJP. Pengalaman yang diterima ibu khususnya tentang sikap pengguna KB MKJP merupakan salah satu sumber atau referensi dalam menyikapi penggunaan KB MKJP (Trisnawati dkk, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wike Dessi Tiara Sari (2016) dengan hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap Ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada WUS dengan p value 0,017 (lebih kecil dari 0,05). c. Dukungan Suami Dukungan suami adalah suatu bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan suatu kenyataan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisi yang diperoleh dari individu atau kelompok (Sarifino, 2010 dalam Fitriana, 2017). Ada empat jenis dukungan yang diberikan suami sebagai calon ayah menurut Mercer dalam Bryar (2008),



yaitu dukungan



informasional adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan petunjuk tata cara pemecahan masalah. Dukungan emosional atau psikologi adalah dukungan yang dapat berupa



perhatian,



empati,



kepedulian,



adanya



kepercayaan,



46



mendengarkan dan didengarkan. Dukungan instrumental atau finansial adalah yang meliputi bantuan material seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan menyertai ke biro pelayanan sosial. Dukungan penghargaan atau penilaian adalah berupa penilaian positif dari suami lewat ungkapan hormat (penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif dan perhatian misalnya pujian, persetujuan. Dalam melaksanakan keluarga



berencana, dukungan suami



sangat diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan medote apa yang akan dipakai (Riswanto, 2018). Izin dan kepedulian suami merupakan bentuk dukungan suami terhadap istri. Dukungan dari suami dalam menggunakan kontrasepsi sangat diperlukan karena tanpa adanya dukungan dari suami rasa nyaman untuk menggunakan kontrasepsi tidak akan tercipta, pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya (Riswanto, 2018).



47



Menurut Rismawati (2019), hasil analisis antara dukungan suami dengan pemilihan MKJP didapatkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan MKJP dengan nilai sig-p = 0,000 atau < nilaiα = 0,05. Dengan kata lain, dukungan suami yang diperoleh responden sangat berhubungan dengan rendahnya penggunaan MKJP. Sejalan dengan penelitian Alfiah (2015) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideras yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian lain Efy (2013) menyatakan hal yang senada bahwa ada hubungan yang erat antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP. Pengukuran



dukungan



suami



dapat



dilakukan



dengan



menggunakan skala likert, yaitu dengan beberapa bentuk pernyataan. Kategori skala likert adalah sebagai berikut : Pernyataan Positif (Favorable)



Nilai



a. Selalu (S)



: 4



b. Sering (SR)



: 3



c. Kadang-kadang (KD)



: 2



d. Tidak Pernah (TP)



: 1



Pernyataan Negatif (Unfavorable)



Nilai



a. Selalu (S)



: 1



b. Sering (SR)



: 2



c. Kadang-kadang (KD)



: 3



48



d. Tidak Pernah (TP) Dukungan



: 4



suami



dapat



diketahui



dan



diinterpretasikan



berdasarkan hasil ukur berikut ini (Nasir, 2011): a. Positif apabila ≥ mean/median b. Negatif apabila < mean/median Penelitian yang dilakukan oleh Riliani Zega (2017) dengan judul Faktor-Faktor



Yang



Berhubungan



Dengan



Pemilihan



Metode



Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Ibu Akseptor Kb Didesa Tengah Kecamatan Pancur Batu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2017, dari Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi pada α 0.05 dengan p 0.001.



49



B. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori



Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Sosial Budaya 4. Sikap



PUS Metode Cara Kontrasepsi



Jenis Kelamin - Laki-Laki - Perempuan



Faktor Pendorong : 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Lokasi/jarak



Pelayanan



Pemilihan Kontrasepsi



Perilaku



Faktor Penguat : 1. Peran Petugas Kesehatan 2. Dukungan Suami



Efek Kerja



MKJP



Cara Kerja



Keluarga Berencana



Non MKJP



Sumber: Modifikasi dari Teori Green, L (1980) dan Proverawati (2010) dalam Rismawati (2019). Keterangan : : Tidak di Teliti : Di Teliti



C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori di atas, dikembangkan kerangka konseptual yang menjadi pedoman dalam penelitian ini. Namun dalam penelitian ini penulis tidak mengambil keseluruhan dari semua aspek dalam kerangka teori penelitian, hanya terfokus pada aspek yang akan diteliti yaitu, pengetahuan,



50



sikap dan dukungan suami, maka dapat disusun kerangka konsep seperti bagan 2.2 berikut ini : Bagan 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independent



Variabel Dependent



Pengetahuan



Sikap



Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang



Dukungan Suami



D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas dirumuskan beberapa hipotesa sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur. 2. Ada hubungan antara sikap dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur. 3. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur.



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis survey analitik dengan pendekatan pemilihan kuantitatif dan desain penelitian Cross Sectional. Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari antara faktor-faktor resiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point Time Approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dengan pengukuran yang dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2018). Desain Cross Sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk menjelaskan hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami tentang pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang di Kelurahan Dusun Bangko Lingungan Bangko Rendah.



B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko RendahTahun 2021. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2021.



51



52



C. Subjek Penelitian 1. Batasan Populasi Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di kelurahan Dusun Bangko lingkungan Bangko Rendah yang berjumlah 77 orang. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang telah diteliti, apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka semua jumlah populasi dijadikan sampel (Arikunto, 2010). Oleh karena populasi hanya sebanyak 77 orang, maka semua populasi ditetapkan sebagai sampel, sebagaimana terlihat pada lampiran 1. Tabel 3.1 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2020 No. RT Jumlah 1. RT 09 14 PUS 2. RT 10 = 30 PUS 30 PUS 3. RT 11 = 33 PUS 33 PUS Jumlah 77 Sumber : Data Jumlah PUS Lingkungan Bangko Rendah 3. Cara Pengambilan Sampel Cara yang dilakukan peneliti dalam pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik simple random sampling atau secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk seleksi sebagai sampel. Pengambilan sampel



53



secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi anggota populasi atau teknik undian, dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak atau random number (Notoatmodjo, 2018). Berikut langkah-langkah dalam pengambilan sampel : a. Membuat daftar populasi yang berfungsi sebagai sampling frame b. Membuat kertas lintungan seperti arisan c. Membuat nama/nomor urut populasi dalam satu kertas lalu dilinting d. Mengundi sebanyak jumlah sampel yang diperlukan.



D. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen (Variabel terikat) Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). 2. Variabel Independen (variabel terikat) Dalam penelitian ini variabel independen yaitu pengetahuan, sikap dan dukungan suami.



E. Definisi Operasional Variabel Adapun variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur. Maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ini penting dan diperlukan untuk mengarahkan pengukuran serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2018).



54



1. Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang adalah penentuan metode kontrasepsi yang dipilih oleh wanita pasangan usia subur Cara ukur



: Wawancara



Alat ukur



: Kuesioner



Skala ukur



: Ordinal



Keriteria ukur



: 0 = Tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dan menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek 1 = Menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang



Hasil ukur



: 0 = Non MKJP 1 = MKJP



2. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang metode kontrasepsi jangka panjang melalui media massa, televisi, koran, dan sebagainya. Cara ukur



: Wawancara



Alat ukur



: Kuesioner



Skala ukur



: Ordinal



Kriteria ukur



: Jawaban benar



: Nilai 1



Jawaban salah



: Nilai 0



Hasil ukur



: a. Pengetahuan 100%



Baik,



jika



jawaban benar 76%-



55



b. Pengetahuan



Cukup,



jika



jawaban



benar 56%-



75% c. Pengetahuan Kurang, jika jawaban benar < 56% (Wawan dan Dewi, 2010). 3. Sikap Sikap yaitu suatu wujud ungkapan perasaan dan keinginan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan metode kontrasepsi jangka panjang. Cara ukur



: Wawancara



Alat ukur



: Kuesioner



Skala ukur



: Ordinal



Kriteria ukur



: Pernyataan positif



Pernyataan negatif



SS



:4



SS



:1



S



:3



S



:2



TS



:2



TS



:3



STS



:1



STS



:4



Keterangan :



Hasil ukur



SS



: Sangat Setuju



S



: Setuju



TS



: Tidak Setuju



STS



: Sangat Tidak Setuju



: a. Positif : ≥ mean/median b. Negatif : < mean/median (Nasir, 2011)



56



4. Dukungan Suami Dukungan suami adalah perlakuan suami yang dirasakan oleh responden untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Cara ukur



: Wawancara



Alat ukur



: Kuesioner



Skala ukur



: Ordinal



Kriteria ukur



: Pernyataan positif



Pernyataan negatif



S



:4



S



:1



SR



:3



SR



:2



KD



:2



KD



:3



TP



:1



TP



:4



Keterangan :



Hasil ukur



S



: Selalu



SR



: Sering



KD



: Kadang-kadang



TP



: Tidak Pernah



: a. Positif apabila ≥ mean/median b. Negatif apabila < mean/median (Nasir, 2011)



57



F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat ukur atau alat pengumpul data (Notoatmodjo, 2018). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini



adalah



kuesioner



yang



berisikan



pertanyaan-pertanyaan



tentang



pengetahuan, sikap dan dukungan suami dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah.



G. Teknik Pengumpulan Data 1. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui informasi tentang hubungan antara beberapa faktor dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2021. Sedangkan data sekunder data diperoleh dari data statistik jumlah PUS di Kelurahan Dusun Bangko Lingkungan Bangko Rendah Tahun 2020-2021. 2. Teknik Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo, (2018) Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut yaitu : 1. Editing (Penyuntingan data)



58



Hasil wawancara dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut : a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi. b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca. c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang lainnya. 2. Coding (Mengkode data) Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. 3. Scoring Scoring adalah memberi skor pada semua jawaban responden sebagai bentuk untuk menerapkan hasil ukur sebagaimana tertera pada definisi operasional dan terbacanya pada variabel yang menentukan skor. 4. Tabulating Tabulating merupakan merupakan kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.



59



H. Cara Analisis Data Adapun analisis data yang digunakan yaitu (Notoatmodjo, 2018) : 1. Analisis Univariat Analisis



Univariat



ini



bertujuan



untuk



menjelaskan



atau



mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Dalam penelitian ini distribusi frekuensi untuk variabel pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Distribusi frekuensi dengan rumus : P=



𝑓 𝑥 100% 𝑛



Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi n = Jumlah Responden 2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap variabel yang diduga mempunyai hubungan atau berkorelasi antara masing-masing variabel Independen dan Dependen, untuk mengetahui hubungan antara dua vaiabel tersebut digunakan uji statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan batas kritis adalah 0,05 dengan cara manual. Analisa yang digunakan adalah analisa chi-squarecase dan menggunakan rumus :



60



X² =



𝐹𝑜 − 𝐹ℎ 𝐹ℎ



2



Keterangan : X² = Chi square Fo = Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data Fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria penolakan dan penerimaan Ho : a. Ho ditolak, Ha diterima bila, X2hitung≥X2tabel,jadi ada hubungan variabel independent dengan variabel dependen. b. Ho diterima, Ha ditolak bila, X2hitung< X2tabel, jadi tidak ada hubungan variabel independent dengan variabel dependen. (Sugiyono, 2007).



I. Etika Penelitian Menurut Notoatmodjo, (2018) etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informed Consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan kepada calon responden. Hal ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampak dan manfaatnya. Jika subjek bersedia, maka mereka



61



harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika tidak bersedia peneliti harus menghormati hak calon responden. 2. Tanpa Nama (Anonimity) Masalah



dalam



etika



penelitian



merupakan



masalah



yang



memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua infromasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 4. Keleluasaan Pribadi (Privacy) Merupakan jaminan dalam penggunaan responden penelitian yang merupakan hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. 5. Perlakuan Adil (Fair Treatment) Merupakan jaminan yang diberikan kepada responden agar diperlakukan secara adil dan baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata merasa tidak bersedia atau sebagai responden.



62



J. Rencana Kerja Tabel 3.2 Proses Rencana Kerja Penelitian No.



Kegiatan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Pengumpulan Data Pengajuan Judul Akses Data Konsul Proposal Pendaftaran Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Penelitian Skripsi Konsul Skripsi Seminar Hasil Skripsi Perbaikan Skripsi



Tahun 2020 Okt Nov Des



Jan



Feb



Mar



Tahun 2021 Apr Mei Juni



Juli



Ags



Sept



DAFTAR PUSTAKA Alfiah, I.D. (2015). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015”. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (2011). “Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang”. Jakarta: BKKBN. Departemen Kesehatan RI. (2016). “Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dalam Mendukung Keluarga Sehat”. Pusat Data Kesehatan, Jakarta. Fienalia, R.A. (2012). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011”. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarajat Universitas Indonesia. Fitriani, F. (2017). “Dukungan Suami Dengan Minat Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD Tahun 2017”. Skripsi. Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika. Gaol L. E. (2017). “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Pemanfaatan KB MKJP Pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Hutapung Tahun 2017”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan. Harahap, R.Y, Wulandari, R, Agustina, Y. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tua Tahun 2018”. Indonesian Health Scientific Journal, 3(2), 165-175. Kemenkes RI. 2019. “Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019”. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.



Jakarta :



Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buletin Kesehatan Reproduksi, Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Kusumaningrum, R. (2009). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan Pada Pasangan Usia Subur”. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.



Laksmini, P. (2012). “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Pulau Jawa (Analisis Data SDKI 2012)”. Jurnal Persada Husada Indonesia; ISSN 2356-3281, Volume No.12 Januari 2017. Misrina, Fidiani. (2018). “Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Teupin Raya Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2018”. Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 4 No. 2 Oktober 2018. Notoatmodjo, S. (2010). “Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2018). “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarat: PT. Rineka Cipta. Rismawati. (2019). “Faktor Yang Memengaruhi Wanita PUS Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Puskesmas Mayor Umar Damanik Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalai Tahun 2019”. Tesis. Medan: Institut Kesehatan Helvetia. Riswanto. (2018). “ Hubungan Pengetahuan, Dukungan Suami dan Peran Petugas Tentang Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur di Desa Pasar Masurai Tahun 2018”. Skripsi. Bangko: Sekolah Tinggi Kesehatan Merangin. Sari, K.R. (2018). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Air Batu Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Parit Tahun 2018”. Skripsi. Bangko: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Merangin. Sari, W.D.T. (2016). ”Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada WUS Di Polindes Gogodeso Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar Tahun 2016”. KTI. Blitar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada. Sari. (2012). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Alat Kontrasepsi MKJP Pada PUS Di Puskesmas Tembilahan Hulu”. www. jurnalpublikasi.com. Sugiyono. (2007). “Statistika untuk Penelitian”. Bandung : CV Alfabeta.



Sugiyono. (2017). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung : CV Alfabeta . Supriadi. (2017). “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapas”. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin. Suryanto, R. (2020). “Faktor-Faktor Yang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Usia Subur di Desa Tanjung Benuang Suli Tahun 2020”. Skripsi. Bangko: Merangin.



Berhubungan Dengan Pemilihan (MKJP) Pada Wanita Pasangan Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan



Triyanto, L dan Indriani, D. (2018). “Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Menikah Usia Subur di Provinsi Jawa Timur”. The Indonesian Journal of Public Health, 13(2), 244-255. Zega, R. (2017). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Ibu Akseptor Kb Didesa Tengah Kecamatan Pancur Batu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2017”. Skripsi. Medan: Politeknik Kesehatan Kemenkes.