Proposal Nurahlisah Nh0118058 Fix Terbaru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS DISPARITAS PREVELENSI TUBERCULOSIS PARU DI TINJAU DARI FAKTOR BIOLOGIS, SOSIODEMOGRAFI DAN INFORMATION SEEKING DI WILAYAH PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR



OLEH: NURHALISAH NH0118058



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR APRIL 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya saya dapat menyelesaikan Proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan, program studi sarjana Ilmu Keperawatan, STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada kedua orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta nasehat kepada saya selama ini dan juga selalu mendoakan saya setiap saat. 2. Yahya Haskas,SH.,M .Kn.,M.kes selaku ketua Yayasan pendidikan Nani Hasanuddin Makassar yang telah menjadikan kesempatan untuk saya dapat melanjudkan pendidikan ke jenjang S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar. 3. Sri Darmawan,SKM.,M.Kes selaku ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang telah begitu bijaksana dalam membimbing dan mendidik Civitas Akademika di lingkungan STIKES Nani Hasanuddin Makassar. 4. Indra Dewi, S. Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan yang telah banyak memberikan inspirasi serta motivasi kepada saya dalam menyelesaikan pendidikan di Stikes Nani Hasanuddin Makassar. 5. Dr.Hj.Suarnianti,S.kep.,Ns.,M.kes



selaku



pembimbing



I



yang



telah



menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun proposal ini. 6. Indah Restika BN,S.kep.,Ns.,M.kep selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun proposal ini. 7. Indra Dewi, S. Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk melengkapi proposal ini.



8. Mutmainna.,S.Si.,M.Si.,Farm selaku penguji eksternal yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk melengkapi proposal ini. 9. Dr.Yasir Haskas.,S.Pt.,SE,M..Kes selaku penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan memberikan saran serta masukan terkait dengan Nilai ataupun masalah yang menyangkut Akademik. 10. Pihak Pusekesmas kassi kassi makassar yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan. 11. Sahabat dan teman-teman terdekat saya yang selalu memotivasi dan memberi semangat melalui online dalam penyusunan proposal ini 12. Serta semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa penulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan masukan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.



Makassar, 24 Mei 2021 Penulis



HALAMAN PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian dengan judul :“ANALISIS DISPARITAS PREVELENSI TUBERCULOSIS PARU DI TINJAU DARI FAKTOR BIOLOGIS, SOSIODEMOGRAFI DAN INFORMATION SEEKING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSIKASSI” telah kami setujui untuk disajikan dihadapan tim penguji pada seminar Proposal Penelitian Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar dalam rangka penyempurnaan penulisan. Makassar,



31 Mei 2021



Tim Pembimbing Pembimbing I



Dr.Hj.Suarnianti,S.kep.,Ns.,M.kes NIDN. 0915107901



Pembimbing II



Indah Restika BN,S.kep.,Ns.,M.kep NIDN. 0913129302







Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Keperawatan



Indra Dewi, S.Kep., Ns., M.Kes NIDN. 0929128501



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ................................................................................... JUDUL PENELITIAN I. RUANG LINGKUP PENELITIAN



i ii iii iv v



II. PENDAHULUAN ..................................................................................



1



A. Latar Belakang ................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ...........................................................................



5



C. Tujuan Penelitian ............................................................................



5



D. Manfaat Penelitian ..........................................................................



5



III. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tuberculosis Paru ...............................................



6



1. Definisi tuberculosis paru .........................................................



6



2. etiologi ......................................................................................



7



3. patofisiologi ..............................................................................



8



4. manifestasi klinis ......................................................................



8



5. diagnosis tuberculosis paru.................................................. ......



9



6. pencegahan tuberculosis paru............................................. .......



10



7. pemeriksaan penunjang....................................................... ......



11



B. Tinjauan Umum faktor biologis tuberculosis paru................... .....



11



1. penyakit yang diderita ( penyakit utama)............................. .....



11



2. komorbiditas (penyakit penyerta)........................................ ......



14



3. vital sign.................................................. ...................................



15



C. Tinjauan Umum faktor sosiodemografi tuberculosis paru....... .......



15



1. usia.................................................................................... .........



15



2. jenis kelamin...................................................................... ........



16



3. pekerjaan........................................................................... .........



16



4. tingkat pendidikan......................................................................



17



D. Tinjauan Umum information seeking TB.................................. ....



17



E. Kerangka Teori ...............................................................................



21



B. KERANGKA



KONSEP,



DEFINISI



OPERASIONAL,



DAN



HIPOTESIS ........................................................................................ 1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .............................................



22



2. Kerangka Konsep ..........................................................................



23



3. Definisi Operasional dan Kriterian Objektif ..................................



23



C. METODE PENELITIAN ......................................................................



25



1. Rencana Desain Penelitrian ...........................................................



25



2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................



25



3. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................



26



4. Alat dan Instrument Penelitian ......................................................



27



5. Uji Instrumen Penelitian ................................................................



27



6. Proses Pengumpulan Data .............................................................



27



7. Pengelolaan dan Analisi Data ........................................................



27



8. Etika penelitian ...............................................................................



29



D. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN 1. Personalia........................................................................................



30



2. Jadwal Penelitian ............................................................................



31



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



DAFTAR TABEL Tabel 1 Definisi operasional dan kriteria objektif......................................23 Tabel 2 Jadwal penelitian..........................................................................31



1



DAFTAR SKEMA Skema 3.1 kerangka Teori.............................................................................21 Skema 3.2 kerangka konsep..........................................................................23



2



USULAN PENELITIAN



I. JUDUL PENELITIAN ANALISIS DISPARITAS PREVELENSI TUBERCULOSIS PARU DI TINJAU



DARI



FAKTOR



BIOLOGIS,



SOSIODEMOGRAFI,



DAN



INFORMATION SEEKING DI WILAYAH PUSKESMAS KASSI-KASSI



II. RUANG LINGKUP PENELITIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS III. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan parenkim paru. Tuberkulosis biasanya menyerang paru, kemudian menyerang kesemua bagian tubuh. Infeksi biasanya terjadi 2-10 minggu. setelah 10 minggu,



klien



akan



muncul



manifestasi



penyakit



gangguan,



ketidakefektifan respons imun. Proses aktivasi dapat berkepanjangan ditandai dengan remisi panjang ketika penyakit dicegah, hanya diikuti oleh periode aktivitas yang diperbarui. Mycobacterium tuberculosis merupakan batang tahan asam gram positif, serta dapat diidentifikasi dengan pewarnaan asam yang secara mikroskopi disebut Basil Tahan Asam (BTA)(Puspitosari, Wahdi, 2021). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dimana biasanya mempengaruhi paru-paru (TB paru) tetapi dapat menginfeksi bagian lain dari tubuh juga (TB paru ekstra). Bakteri ini disebarkan melalui udara ketika penderita TB bersin, batuk, dll. Tanpa pengobatan, angka kematian akan semakin tinggi. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan 3



penyebab utama kesehatan yang buruk, salah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari satu agen infeksi tunggal (peringkat di atas HIV / AIDS)(Suarnianti, Selan, & Sumi, 2021). Menurut Data organisasi kesehatan dunia (WHO),Tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian global. Di indonesia pada tahun 2017 sebanyak 116 ribu jiwa meninggal akibat penyakit tuberculosis indonesia termaksuk 9.400 jiwa pengidap HIV yang terjangkit Tuberculosis, kasus TBC di indonesia mencapai 842 ribu. Sebanyak 442 ribu pengidap TBC melapor dan sekitar 400 ribu lainnya tidak melapor atau tidak terdiagnosa, Penderita TBC tersebut terdiri atas 492 ribu laki laki ,349 ribu perempuan dan 49 ribu anak anak. Jumlah kasus



tuberculosis paru



indonesia



berada di urutan ketiga



terbesar dunia setelah india yang mencapai 2,4 juta kasus dan tiongkok 889 ribu kasus. Menurut WHO kasus TBC di indonesia terbesar akhir merokok, kurang gizi, diabetes , dan mengomsumsi alkhol, kejadian tuberculosis di indonesia pada 2017 sebesar 319 kejadian



per 100



populasi(WHO, 2017). Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada lakilaki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat.Situasi dunia Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus



tertinggi



yaitu



India,



Indonesia,



China,



Philipina,



dan



Pakistan.Situasi indonesia,Survei menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok, berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi



4



bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas(Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas kassi - kassi makassar dengan jumlah sampel Tuberculosis Paru 3 tahun terakhir mulai 2020 – 2022 jumlah keseluruhan 351 sampel, tahun 2020 sebanyak 130, 2021 sebanyak 143 dan 2022 sebnyak 78 responden. Dan peneliti mengambil sampel data pada tahun 2022 dengan jumlah 78 responden. Melihat banyaknya jumlah penderita TB maka berberapa yang dapat mempengaruhi kejadian tersebut salah satunya yaitu faktor biologis yang terdiri dari penyakit yang diderita (penyakit utama), genetik (keturunan), dan komorbiditas. Faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian TB paru pada wanita yaitu status perkawinan, kehamilan, paritas, riwayat penyerta DM, aktifitas fisik, tingkat pendidikan, pengetahuan, riawayat kontak, polusi asap dapur, kepadatan hunian, dan luas ventilasi. Berbagai masalah akan muncul jika wanita menderita TB, mengingat peran wanita terutama yang sudah menikah, hamil, dan memiliki anak. Perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus melaksanakan tugas pengasuhan fisik maupun mental anak-anak sekaligus mengurus suami akan terganggu(Tri et al., 2018). Selain berasal dari faktor biologis, faktor selanjutnya yaitu faktor sosiodemografi, faktor demografi diperoleh responden adalah, data pendidikan, pekerjaan, umur, dan ekonomin serta jenis kelamin. Diperlukan data demografi dan hubungannya kejadian TB, adalah untuk melihat paparan kejadian TB pada responden yang diwawancara, mudahnya penularan penyakit tuberculisis disebabkan mobilitas yang berkaitan



dengan



kualitas



kesehtan



dan



kualitas



hidup



masyarakat(Girsang, 2017). Pasien dengan TB BTA positif lebih



5



infeksius, sehingga kasus TB Paru BTA positif menjadi salah satu indikator risiko penularan TB. Oleh karena itu, daerah yang memilliki dan dikelilingi oleh daerah dengan penemuan kasus tinggi harus menjadi perhatian dalam upaya penanggulangan. TB merupakan penyakit sosial, sehingga peningkatan pola kejadian peyakitnya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar melalui adanya interaksi sosial. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian penyakit TB cenderung memiliki pengelompokan spasial, pola musiman dan tinggi di daerahdaerah rentan (memiliki jumlah kasus TB BTA positif tinggi, padat penduduk, sosial ekonomi rendah, kondisi lingkungan buruk)(Fitriyani & Sari, 2021). Faktor



selanjutnya



information



seeking



(pencarian



informasi)



merupakan data yang telah diproses sedemikan rupa sehingga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dengan menggunakan data tersebut. Hal tersebut mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Salah satu informasi yang penting diketahui masyarakat adalah informasi kesehatan. Menurut Australian Government (2010) informasi kesehatan merupakan sebuah data pribadi tentang kesehatan seseorang. Dengan demikian informasi kesehatan merupakan sebuah informasi terkait data-data kesehatan, seperti diagnosa, gejala, pencegahan, dan penyebab dari sebuah penyakit. Kemenkes (2018) menyatakan bahwa cara mengatasi penyakit adalah mengetahui penyebab atau bagaimana penularan penyakit dengan mencari informasi terkait. Salah satu informasi kesehatan yang penting untuk diketahui adalah penyakit Tuberkulosis(Kamil, Erza, Iip, & Kom, 2020). Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa prevalensi Tuberculosis paru disebabkan oleh faktor biologis, sosiodemografi dan information seeking. Dikarenakan belum adanya penelitian yang membahas mengenai Disparitas Prevelensi Tuberculosis paru maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang



6



disparitas prevelensi tuberculosis paru berdasarkan ketiga faktor tersebut sehingga hasil yang didapat oleh prneliti nantinya bisa bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. B. Rumusan masalah Bedasarkan latar belakang rumusan masalah penelitian ini adalah untuk Mengetahui dispraritas prevalensi Tuberculosis paru di tinjau dari faktor biologis, sosiodemografi, dan information seeking. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Mengetahui



dispraritas



prevalensi Tuberculosis paru di tinjau dari faktor biologis, faktor sosiodemografi, dan information seeking di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi 2. Tujuan khusus a. Untuk



mengetahui



dispraritas



prevelensi



faktor



biologis



Tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi b. Untuk mengetahui dispraritas prevelensi faktor sosiodemografi Tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi c. Untuk mengetahui dispraritas prevelensi information seeking tuberculosis paru diwilayah kerja puskesmas kassi-kassi D. Manfaat penelitian 1. Manfaat ilmiah Sebagai sarana pengetahuan penulis dan meningkatakan wawasan mengenai disparitas prevalensi tuberculosis paru ditinjau dari faktor biologis, sosiodemografi, dan informasi seeking sebagai pengalaman belajar di puskesmas. 2. Manfaat praktis a) Institusi Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi STIKES Nani Hasanuddin Makassar, serta



7



menambah wawasan yang memperkaya ilmu pengetahuan kita dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya. b) Bagi peneliti Sebagai suatu pembelajaran diperoleh langsung dari lapangan serta penerapan langsung ilmu yang diperoleh selama ini dan sebagai bahan acuan untuk penelitiaan selanjutnya. IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tuberculosis Paru 1. Definisi tuberculosis Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini biasanya menyerang paruparu, tetapi bakteri TB dapat menyerang bagian tubuh mana saja seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. TB merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian dan pembunuh utama penderita HIV di seluruh dunia, Bakteri penyebab tuberkulosis bisa hidup tahan lama di ruangan berkondisi gelap, lembab, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Oleh karena itu pembangunan rumah tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan harus selalu diperhatikan sehingga risiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh kualitas udara yang buruk dapat dikurangi. Mycobacterium tuberculosis, dimana laju pertumbuhan basil tersebut ditentukan berdasarkan suhu udara yang berada di sekitarnya(Susianti, 2020). Tuberkulosis



(TB)



merupakan



penyakit



yang



menjadi



perhatian global. Tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9.6 juta orang dan menyebabkan 1.2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita TB terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015). Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang berat. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga



8



menderita TB paru, akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya yang ada di sekitarnya. Dalam penanganan penyakit seperti ini keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan penyakit. Anggota keluarga akan memberikan informasi mengenai penyakit, memberikan dukungan, dan mencegah penularan penyakit tersebut(Suarnianti & Angriani, 2019). 2. Etiologi Berdasarkan



etiologi



faktor-faktor



yang



terlibat



dalam



tuberculosis paru adalah kontak erat bayi dan anak dengan penderita, faktor pejamu (keluarga), faktor agen, vaksinasi BCG, kualitas gizi bayi dan anak, usia, pecandu alkohol dan narkotika, kemiskinan/sosial ekonomi, berasal dari negara berkembang, riwayat tuberculosis sebelumnya, lingkungan yang terlalu padat, dan anggota keluarga terdekat riwayat tuberculosis pada keluarga(Mariam, 2018). Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan yang 5 mengandung bakteri TB. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah. Seseorang harus kontak waktu dalam beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama. Akan sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan duduk di samping orang yang terinfeksi di buas atau kereta api. Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberculosis mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terkena infeksi dapat menyebabkan partikel kecil melalu batuk, bersin, atau berbicara. Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi meningkatkan kesempatan untuk transmisi. Begitu terhisap, organisme secara khas diam didalam paru-



9



paru, tetapi dapat menginfeksi dengan tubuh lainnya. Organisme mempunyai kapsul sebelah luar(Puspitosari, Wahdi, 2021). 3. Patofisiologi Setelah seseorang menghirup Mycobakterium Tuberkolosis, kemudiam masuk melalui mukosiliar saluran pernafasan, akhirnya basil TBC sampai ke alveoli (paru), kuman mengalami multiplikasi di dalam paru-paru disebut dengan Focus Ghon, melalui kelenjar limfe basil mencapai kelenjar limfe hilus. Focus Ghon dan limfe denopati hilus membentuk Kompleks Primer. Melalui kompleks Primer inilah basil dapat menyebar melalui pembuluh darah sampai keseluruh tubuh. Mycobakterium Tuberkolosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu 9 sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada di ruang alveolus di bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bakteri Mycobakterium Tuberkolosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan memfagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Perjalanan penyakit selanjutnya ditentukan oleh banyaknya basil TBC dan kemampuan daya tahan tubuh seseorang, kebanyakan respon imun tubuh dapat menghentikan multiplikasi kuman, namun sebaqgian kecil basil TBC menjadi kuman Dorman. Kemudian kuman tersebut menyebar kejaringan sekitar, penyebaran secara Bronchogen keparu-paru sebelahnya, penyebaran secara hematogen dan limfogen ke organ lain seperti tulang, ginjal, otak(Luis & Moncayo, 2020). 4. Manifestasi klinis TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun, tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah. Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari. Saat tubuh kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang



10



masuk ke dalam tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita. Transmisi organisme ini secara primer terjadi melalui droplet di udara yang berasal dari individu yang mengidap TB aktif, atau dalam stadium infeksius TB. Walaupun pernah



pula



dilaporkan



penularan



melalui



transdermal



dan



gastrointestinal. Droplet rata-rata berdiameter 1-5 µm, yang dalam sekali batuk dapat menyemburkan 3000 droplet terinfeksi, dimana sedikitnya 10 basil saja sudah mampu mengawaliinfeksi paru-paru. Individu imunokompeten yang terpapar Mycobacterium tuberculosis biasanya akan berstatus terinfeksi TB laten atau dorman. Hanya 5% dari individu-individu tersebut yang kemudian akan memperlihatkan gambaran klinis. Namun, bila kekebalan tubuh individu yang imunokompeten berubah menjadi menurun, atau tidak kompeten maka Mycobacterium tuberculosis yang tadinya laten / dorman akan aktif kembali, memperbanyak diri dan merusak jaringan paru. Faktor risiko terkena Tuberkulosis Paru (TB paru) adalah sering terpapar dengan pengidap TB aktif dan kekebalan tubuh yang menurun. Terpapar Dengan Pengidap TB Aktif Orang yang sering terpapar dengan pengidap TB aktif memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit ini. Orang yang sering terpapar diantaranya adalah Seseorang yang berkunjung ke daerah atau negara dimana TB sangat umum, termasuk Indonesia, Orang yang tinggal atau bekerja di tempat dimana TB lebih umum, seperti rumah penampungan tuna wisma, penjara, ataupun panti werdha, Petugas kesehatan yang bekerja dengan pengidap TB aktif, Masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki akses kesehatan memadai. Kekebalan Tubuh Yang Menurun Orang yang memiliki kekebalan tubuh yang tidak adekuat juga lebih mudah terkena infeksi TB(Kesuma, 2018). 5. Diagnosis tuberculosis Diagnosa TB paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis



11



yang dimaksud adalah pemeriksaan mikrobiologis langsung, biakan dan tes cepat, Mendiagnosis TB ekstra paru lainnya seperti TB milier dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, dimana didapatkan adanya leukopenia, leukositosis mungkin dapat dijumpai pada tuberkulosis milier. Reaksi leukemoid dapat terjadi, pasien mungkin mengalami anemia, terjadi trombositopenia, dan dapat juga terjadi trombositosis. Pada sedimen eritrosit di dapatkan peningkatan eritrosit pada sekitar 50% pasien. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur mikobakteria, lumbal punksi pada keadaan gangguan serebrospinal, pemeriksaan tuberkulin tes dan pemeriksaan probe asam nukleat. Pencitraan untuk TB milier berupa foto toraks, CT scan toraks, Pemeriksaan tambahan nuntuk mendiagnosis TB milier berupa pemeriksaan funduskopi, dimana funduskopi dapat memperlihatkan tuberkel retina. Induksi dahak memiliki sensitivitas rendah, dan ditemuan sputum BTA-negatif dan kultur sputum negatif dalam 80% dari pasien karena penyebarannya hematogen. Bronkoskopi fiberoptik adalah prosedur yang paling efektif



untuk



memperoleh



kultur



sputum



(bronchoalveolar



lavage)(Abidin, AlwinsyahKeliat, 2017). 6. Pencegahan tuberculosis a. Imunisasi BCG pada bayi 0 – 1 bulan mencegah terjadinya TB berat. b. Menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin untuk mencegah terperciknya kuman TB di udara. c. Menampung dahak di tempat tertutup dan dibuang di tempat pembuangan. d. Menjaga sirkulasi udara di ruangan tertutup dan cahaya matahari yang cukup. e. Mengobati pasien TB hingga sembuh terutama pasien TB tipe



menular(Erni Rita, 2020). 7. Pemeriksaan penujang tuberculosis paru



12



a. Pemeriksaan radiologis 1. Adanya



infeksi



primer



digambarkan



dengan



nodul



terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus 2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran: nekrosis, cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik),



fibrosis



dan



retraksi



region



hilus,



bronchopneumonia, serta infiltrat interstitial 3. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi. b. Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun(Darliana,2018). B. Tinjuan Umum Faktor Biologis a. Penyakit yang diderita (penyakit utama) Tuberculosis



merupakan



penyakit



infeksi



kronis



yang



disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis bentuk batang yang berukuran +0,3-0,6 dan panjang +1-4 dan bersifat tahan asam dikenal sebagai batang tahan asam BTA, bentuk batang tipis, lurus agak bengkok bergranula atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal terdiri dari lipoid asam mikolat,



13



Penyakit yang dapat menular secara cepat dan mudah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, faktor biologis yang memungkinkan seseorang mudah terinfeksi penyakit TB Paru ada berapa karakteristik faktor, faktor agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur baik elemen hidup atau mati, unsur



organisme hidup kuman infeksi yang



mengakibatkan terjadinya suatu penyakit, beberapa penyakit agen adalah penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular dan tidak menular, apabila kontak dengan manusia rentan dalam keadaan yang akan mengakibatkan terjadinya proses penyakit yang menjadi agent pada TB paru adalah kuman mikobakterium tuberculosis, faktor agent penyebab biologis yaitu: a) Metazoa: cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma b) Protoza : amoeba, malaria c) Bakteri: siphlis typhoid, pnemonia syphilis, tuberculosis d) Virus: cacar, campak, poliomyelitis(Harmani, 2019) Faktor lingkungan fisik kepadatan hunian, konstruksi rumah, venitalasi dan pencahayaan, lingkungan merupakan sesuatu yang berbeda di sekitar manusia dan pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan terutama di lingkungan



rumah tidak memenuhi syarat, adapun syarat yang



dipenuhi oleh rumah sehat yang berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis paru(Mahpudin & Mahkota, 2019). a. Pencahayan sinar matahari Cahaya matahari sangat bermanfaat untuk menerangi ruangan dan mempunyai daya membunuh bakteri, sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah melalui jendela atau genteng kaca khususnya



kamar tidur, sinar matahari mengandung sinar



ultraviolet yang dapat mematiakn kuman, kuman tuberculosis dapat bertahan hidup bertahun lamanya, dan mati bila terkena



14



sianr matahari, jika rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko tuberculosis dibandingkan dengan rumah yang sinar mataharinya masuk. b. Kelembaban Menurut Bawole dkk (2014) kelembaban berperan bagi pertumbuhan mikroorganisme termasuk bakteri tuberkulosis (TB) paru. Kelembaban rumah yang tinggi dapat meningkatkan kehidupan bakteri tuberkulosis.kelembaban udara di dalam rumah minimal 40%-70% dan suhu ruangannya ideal 18Co30Co,kelembaban



udara yang meningkat merupakan media



yang baik untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis(Sahadewa & Luh, 2019). c. Ventilasi rumah ventilasi yang tidak sesuai dengan luas ruangan, kelembapan yang terlalu tinggi, kondisi lantai yang kotor, dan ruangan di dalam rumah khususnya ruang tidur yang terlalu panas. Kualitas fisik rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko berkembang biaknya mikroorganisme patogen penyebab penyakit, salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri penyebab penyakit TB paru(Kurniawati & Sulistiyorini, 2019). d. Kepadatan hunian Kepadatan hunian adalah salah satu indikator pemicu tingginya tingkat penularan TB Paru. Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan berjubel (over crowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga lain, kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya



15



dinyatakan minimal 2 orang, luas minimun perorang sangat relatif tergantung dari pencahayaannya di ukur menggunakan lux meter(Mariana & Hairuddin, 2018). b. Komorbiditas (penyakit penyerta) Salah satu hal yang menyulitkan pengobatan TB Paru adalah adanya penyakit penyerta. Tuberculosis sering menginfeksi paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh selain paru dan menyebabkan penyakit TB-Extra paru yang merupakan komplikasi penyakit yang menyertai TB paru. Salah satu hal yang menyulitkan pengobatan TB Paru adalah adanya penyakit penyerta. Tuberculosis sering menginfeksi paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh selain paru dan menyebabkan penyakit TB-Extra paru yang merupakan komplikasi penyakit yang menyertai TB paru(Anita et al., 2021). Hubungan komorbiditas



antara diabetes melitus dan



tuberkulosis sebenarnya telah diketahui oleh para ilmuwan sejak awal abad ke 20, dimana TB merupakan penyebab kematian utama pada penderita diabetes melitus, penderita dengan komorbiditas TB-DM terjadi pada laki-laki dengan IMT norma. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisay yang menyebutkan lama menderita DM 6-10 tahun dan IMT merangsang produksi hormon stress yang dapat menyebabkan peningkatan



kadar



glukosa



darah



pada



penderita



TB-



DM(Rahmania, S, & Wuryanto, 2019). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kekambuhan TB paru di BKPM Semarang. Hasil ini didasarkan pada uji chi square yang diperoleh p=0,725 (p> α 0,05). Berdasarkan penelitian ini, tidak ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kekambuhan TB paru karena sebagian besar responden kasus dan kontrol tidak



16



memiliki penyakit penyerta (80,8 %) dibanding responden yang miliki penyakit penyerta (19,2%). Responden yang memiliki penyakit penyerta, penyakit yang menyertai tersebut adalah penyakit diabetes mellitus (DM) dan anemia. Sesuai hasil penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, diabetes mellitus merupakan penyakit penyerta terbesar sebanyak 51,28%,Pada DM terjadi hiperglikemia yang dapat menyebabkan menurunnya aktivitas sel fagosit untuk membunuh mikroorganisme dalam leukosit(Sianturi, 2017). c. Vital sign Dalam dunia medis, vital sign merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur fungsi dasar tubuh. Vital sign pasien sa- ngat penting untuk dilakukan pemantauan. Pemantauan vital sign dilakukan guna mengetahui atau menganalisa kesehatan fisik sese- orang secara umum, menunjukkan penyakit yang mungkin diidap seseorang, dan menunjukkan kemajuan kesehatan seseorang. Bia- sanya perbedaan kondisi normal vital sign pasien didasarkan per- bedaan usia, jenis kelamin, atau berat tubuh. Vital sign pasien dilakukan observasi secara berkala oleh paramedis setiap satu jam sekali. Vital sign terdiri atas: a. Tekanan darah Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi. b. Denyut



nadi



Frekunsi



bervariasi,tergantung



dari



denyut banyak



nadi faktor



manusia yang



mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal: 1) Normal: 60100 x/mnt, Bradikardi: < 60x/mnt, Takhikardi: > 100x/mnt Pengukuran



17



c. Suhu tubuh Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari Laju metabolisme basal diseluruh tubuh , aktifitas otot, metabolisme tambahan karena pengaruh hormon Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer air raksa dan digital d. Pernapasan Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate: Usia, Jenis kelamin, Suhu Tubuh, Posisi tubuh, aktivitas. Interpretasi takhipnea bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit b. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut Apnea, bila tidak bernapas(Habibi, 2017). Tuberculosis paru Dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik yaitu TD, Nadi, suhu, pernapasan dan pemeriksaan bakteriologi, dan radiologi. Untuk pemeriksaan fisik kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Penyakit Tuberkulosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu ditemukan gejala



respiratorik



dan



sistemik,



pemeriksaan



fisik



dan



pemeriksaan penunjang yaitu dengan pemeriksaan dahak dan dan foto rontgen thorak. Penegakan diagnosa dan tatalaksana TB paru yang diterapkan pada pasien ini sudah sesuai dengaan panduan yang ada. Penatalaksanan yang diberikan berupa penatalaksanaan farmakologi yaitu berupa 2HRZE dan nonfarmakologi berupa



18



edukasi kepada pasien dan keluarganya terhadap penyakitnya(Nur & Siregar, 2017) C. Tinjauan Umum Faktor sosiodemografi tuberculosis paru a. Usia Usia adalah satuan waktu yang digunakan untuk mengukur keberadaan suatu benda baik benda hidup maupun benda mati. Usia seseorang dapat memengaruhi paparan suatu penyakit. Semakin dewasa usia seseorang, maka akan semakin matang dalam tindak pencegahan suatu penyakit, umur atau usia adalah satuan waktu yang digunakan untuk mengukur keberadaan suatu benda baik benda hidup maupun benda mati, Semakin tua umur, maka daya tahan tubuh juga akan semakin menurun sehingga mudah untuk terkena penyakit. Partisipan kelompok umur >40 tahun beresiko 1,28 kali untuk terjadinya TB dibandingkan usia 65 tahun, jenis kelamin laki-laki sebesar 49,7% lebih banyak dibanding perempuan sebesar 29,7% terhadap kejadian TB. Jenis kelamin laki-laki yang bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang mempunyai risiko terjadi TB sebesar 2,84 kali dibanding dengan yang bekerja tidak tetap. Sedangkan jenis



kelamin



perempuan



yang



bekerja



sebagai



pegawai



mempunyai risiko sebesar 5,99 kali dibanding dengan pekerja tidak tetap(Suharjo & Girsang, 2019). c. pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencari nafkah, lingkungan pekerjaan menghubungi seseorang untuk terpapar suatu penyakit. Lingkungan kerja yang buruk mendukung untuk terinfeksi TB paru antara lain supir, buruh,



19



tukang becak, dan lain-lain dibandingkan dengan orang yang bekerja di daerah perkantoran, Faktor pekerjaan sangat terkait dengan kemiskinan pendapatan (income poverty), keluarga yang tidak mempunyai pendapatan menyebabkan daya beli rendah untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi dan berdampak sering mengalami gizi buruk pada akhimya dapat menyebabkan daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga rentan terserang berbagai penyakit terutama tuberculosis(Anisah et al., 2021). d. Tingkat pendidikan Tingkat



pendidikan atau jenjang pendidikan memegang



peranan cukup penting,tingkat pendidikan ini digunakan untuk membutikan bahwa pengetahuan responden, namun rendahnya pendidikan responden tidak menghilangkan keinginan mereka untuk sembuh dari penyakit TB Paru dan mereka selalu dan selalu mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk patuh minum obat, Menurut teori Wied (2006) sekalipun penderita tuberkulosis mempunyai tingkat pendidikan yang rendah tetapi sering memperoleh informasi dari televisi (TV), radio, suarat kabar dan media informasi lain, sehingga akan meningkatkan pengetahuan penderita, tidak menuntut kemungkinan penderita dengan tingkat pendidikan rendah memiliki pengetahuan tinggi tentang bahaya penyakit tuberkulosis. Ini diperoleh bukti bahwa dalam riset tertinggi penderita tuberkulosis paru adalah yang mempunyai tingkat pendidikan SMA(Versita Riana,2021). D. Tinjauan Umum Informatioan seeking tuberculosis paru Information seeking adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan informasi. Informasi yang diperoleh menunjukan perilaku informan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutukan,perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang merasa bahwa ada pengetahuan yang dimilikinya saat itu kurang dari pengetahuan



yang



dibutuhkannya.



Untuk



memenuhi



kebutuhan



20



seseorang mencari informasi dengan menggunakan berbagi sumber informasi(Masri, 2018). Pencarian Informasi merupakan data yang berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan (proses) menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi pemakainya. Pencarian Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih berarti dari suatu kejadian. Kemudian pengertian lain dari informasi adalah data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan. Data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan keputusan(Syawqi, 2017). Informasi kesehatan merupakan sebuah data pribadi tentang kesehatan seseorang. Dengan demikian informasi kesehatan merupakan sebuah informasi terkait data-data kesehatan, seperti diagnosa, gejala, pencegahan, dan penyebab dari sebuah penyakit, Kementerian Kesehatan (2018) menyatakan bahwa cara mengatasi penyakit adalah mengetahui penyebab atau bagaimana penularan penyakit dengan cara mencari informasi terkait. Salah satu informasi kesehatan yang penting untuk diketahui adalah penyakit Tuberkulosis(Kamil, Erza, & Iip, 2020). Salah satu upaya pencegahan dan pengobatan lain yang dapat diterapkan oleh masyarakat adalah rutinitas penggunaan herbal untuk tuberkulosis dengan bahan baku yang murah, mudah diperoleh dan mudah diolah, yaitu herba sambiloto (Andrographis paniculata), herba pegagan (Centella asiatica), herba beluntas (Pluchea indica) dan rimpang kencur (Kaempferia galanga). Beberapa herbal yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini dipilih berdasarkan hasil riset dengan dosis in vitro yang terbukti secara ilmiah berkhasiat terhadap bakteri M. tuberculosis, sehingga dalam formulasinya digunakan dosis yang lebih besar dua kalinya, yaitu 2g/200 mL. Berdasarkan penelitian, herba sambiloto pada dosis in vitro sebesar 5 mg/mL mampu menghambat



21



pertumbuhan M. tuberculosis H37Rv sebesar 100% dari total bakteri uji dan mampu menghambat tuberculosis drug Resistant (MDR) hingga 93.7%, daun beluntas pada dosis in vitro 5 mg/ mL mampu menghambat pertumbuhan, cara penyebaran penyakit, pencegahan, dan pengobatan serta teknik pengolahan herbal tuberkulosis, maka diharapkan masyarakat dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan tuberkulosis dan mampu memutus rantai penularan tuberkulosis dengan pengobatan yang baik dan benar(Sri Agung Fitri Kusuma, 2019). Diagnosis yang tertunda berdampak pada kesehatan pasien tuberkulosis perempuan sehingga menyebabkan penyebaran infeksi. Rendahnya diagnosis BTA positif pada pasien tuberkulosis perempuan dapat disebabkan dari ketidakmampuan perempuan untuk mengeluarkan sputum atau dahak sesuai dengan kuantititas dan kualitas yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium. Kejadian falsenegative lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dari pada pasien laki-laki. Hasil yang hampir sama ditemukan di Tamil Nadu India, yang menyebutkan bahwa angka prevalensi penyakit tuberkulosis paru BTA positif lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio sebesar 6,5, kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian WHO yang menyebutkan bahwa penemuan kasus tuberkulosis BTA positif pada perempuan lebih sedikit daripada laki- laki berdasarkan hasil pemeriksaan sputum. Angka yang lebih rendah pada pasien tuberkulosis perempuan dari pada pasien laki-laki merupakan konsekuensi dari rendahnya proporsi perempuan dibandingkan laki-laki pada penderita tuberkulosis yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dan menyerahkan sampel dahak atau sputum untuk dilakukan tes laboratorium. diagnosis, maupun pengobatan. Pada proses penemuan kasus tuberkulosis, pada usia 0 -34 tahun jumlah pasien perempuan lebih besar dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini berbanding terbalik dengan rentang usia 35 - 65 tahun atau lebih yang menunjukkan bahwa jumlah pasien tuberkulosis perempuan berjumlah lebih kecil dari pasien



22



tuberkulosis laki-laki. Tuberculosis merupakan penyakit sistem respirasi dan menular bakteri akan keluar dari sistem respirasi dan menginfeksi individu



melalui percikan (droplet) sputum yang dibatukan atau



dibersikan, Gejala-gejala Tuberculosis menyerang bagian tubuh mana pun, tapi paru paru yang paling sering, penginapnya mungkin mendapatkan aneka gejala sebagai berikut: 1) Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu 2) Demam lama atau berulang >2 minggu sekali tanpa sebab 3) Berat badan menurun selama 3 bulan berturut turut tanpa sebab 4) Keringat malam 5) Senantiasa lelah 6) Nafsu makan berkurang 7) Dahak bebercak darah 8) Sesak napas dan nyeri dada 9) Sakit dan bengkak dibagian yang terkena,bagi TBC yang diluar paruparu(Luis & Moncayo, 2019). Menurut Maurice B. Line Seseorang membutuhkan informasi apabila merasa kekurangan antara informasi yang dibutuhkan dengan informasi yang dimiliki. Sehingga seseorang memutuskan untuk mencari informasi tersebut agar kebutuhan informasinya terpenuhi. Terdapat berbagai pendapat mengenai bentuk kebutuhan informasi seorang individu, Kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda-beda, sesuai dengan informasi yang dimiliki. Sehingga seseorang akan mencari informasi tersebut agar kebutuhan informasinya menggambarkan kebutuhan informasi dapat yang dapat dilihat dari kategori Nicholas (2000), sebagai berikut: sebuah. Sumber Informasi, meliputi topik informasi yang dibutuhkan, alasan membutuhkan informasi dengan topik tersebut, sumber informasi yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, alasan memilih sumber informasi tersebut: a) Fungsi Informasi, meliputi tujuan mendapatkan informasi serta pemanfaatan informasi setelah di dapat



23



b) Bentuk Informasi, meliputi bentuk informasi yang disukai serta alasan mengapa menyukai bentuk informasi tersebut. c) Kesadaran akan informasi meliputi, ketika seseorang menyadari pentingnya informasi maka dia akan mencari informasi tersebut untuk mendapatkan informasi tersebut. d) Sudut pandang Informasi, setiap informasi khususnya informasi bidang sosial memiliki sudut pandang dan perspektif berbeda dengan demikian informasi tersebut akan memiliki makna yang berbeda. e) Kuantitas



informasi



setiap



pengguna



informasi



membutuhkan



kapasitas atau jumlah informasi yang berbeda f) Kualitas informasi setiap pengguna informasi membutuhkan informasi yang terpercaya atau sah. g) Kemutakhiran informasi seiring dengan berjalannya waktu ilmu pengetahuan



terus



berkembang



maka



dari



itu



pengguna



membutuhkan informasi yang terbaru(Kamil, 2020)



24



E. KERANGKA TEORI



Orem’s self care theory conciptual franework



Self care



Self care Self care deficit demand



Self care agency







Tuberculosis paru



Faktor biologis



sosiodemografi



1. Penyebab penyakit 2. Komordibitas (poenyakit penyerta) 3. Genetik ( keturunan) 4. Lingkungan • Pencahayaan sinar matahari • Kelembaban • Ventilasi • Kepadatan penghunian



Information seeking



1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Tingkat pendidikan



Skema 3.1 Kerangka Teori Sumber: ( (Risnah & Irwan, 2021) (Harmani, 2019) (Girsang, 2017) (Masri, 2018) )



25



V.



KERANGKA KONSEP,DEFINSI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Dasar pemikiran variabel Penelitian Tuberkolosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tubercolosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri Mycobakterium tubercolosis ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA)(Suprapto, 2018). Faktor biologis berkaitan erat dengan pasien rentang terhadap paparan penyakit TB, baik itu perempuan maupun laki-laki, faktor biologis yang ditinjau berdasarkan penyakit utama, genetik (keturunan), komordibitas (penyakit penyerta) untuk mengetahui prevelensi pada pada pasien yang terkena penyakit tuberculosis paru. Faktor



sosiodemografi



dan



hubungan



dengan



kejadian



Tuberculosis paru, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran data demografi



yang



diperoleh



responden



ditinjau



berdasarkan



data



pendidikan, umur, pekerjaan, pendapatan, dan jenis kelamin, mudahnya penularan penyakit TB disebabkan mobilitas yang berkaitan dengan kualitas kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Informasi seeking berdasarkan permasalahan tentang pemberian tentang perilaku pencarian pengobatan Tuberculosis paru merupakan hal yang penting dalam rangka penanggulangan penyakit TB, terutama sebagai upaya penjaringan suspek/ penemuan kasus TB. Apabila ada penderita TB yang tidak terjaring atau terlambat didiagnosis, maka akan berpotensi menularkan kepada orang lain, yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kasus TB di masyarakat. Kemenkes (2018) menyatakan bahwa cara mengatasi penyakit adalah mengetahui penyebab atau bagaimana penularan penyakit dengan mencari informasi terkait.



26



B. Kerangka konsep



Faktor biologis 1. Komordibitas (penyakit penyerta) 2. Vital sign



Sosiodemografi



TB Paru



1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Pekerjaan 5. pendapatan



Information seeking



Skema 3.2 Kerangka konsep Sumber : ( (Harmani, 2019) (Girsang, 2017) (Masri, 2018) )



27



C. Definisi operasional dan kriteria objektif Tabel 1 Definisi operasional dan kriteria objektif



No 1 .



2



Nama variabel Faktor biologis berdasark an vital sign TD :UMR) grafi dari mata pencarian Rp. 3.500.000 – berdaasar suami dan istri (jika Rp.6.500.000 kan bekerja) 2.Rendah pendapata (3



Skala interval /rasio



2. kurang baik:apabila total skor jawaban responden