PROPOSAL PENELITIAN QIBUL 210523 (PDF - Io) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HEMATOLOGI IKAN SEPAT RAWA (TRICHOPODUS TRICHOPTERUS) YANG TERINFEKSI PARASIT TREMATODA DIGENEA (CLINOSTOMUM SP)



MUHAMMAD IQBAL (1904124248)



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2023



KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hematologi Ikan Sepat Rawa (Trichopodus Trichopterus) yang Terinfeksi Parasit Trematoda Digenea (Clinostomum Sp)”. Proposal penelitian ini disusun agar dapat memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Riau. Dalam proses penyusunan proposal penelitian ini peneliti mengalami banyak kesulitan sehingga peneliti menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, peneliti sangat mengharapkan kritik beserta saran yang membangun demi menyempurnakan proposal penelitian ini. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan uacapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibuk Dr. Ir. Morina Riauwaty, MP dan Ibuk Henni Syawal, M.Si selaku dosen pembimbing proposal penelitian ini. Peneliti sangat berharap agar proposal penelitian yang telah disusun ini dapat dan layak dalam memenuhi syarat awal untuk meraih gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Demikian, peneliti ucapkan terima kasih.



Pekanbaru, Mei 2023



Muhammad Iqbal



i



DAFTAR ISI



Pekanbaru, Mei 2023...............................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................3 BAB I.........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1 1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................................3 BAB II....................................................................................................................................4 METODE PENELITIAN...........................................................................................................4 2.1. Waktu Dan Tempat.......................................................................................................4 2.2. Bahan Dan Alat..............................................................................................................4 2.3. Metode Penelitian.........................................................................................................5 2.4. Kerangka Pemikiran.......................................................................................................6 2.5. Asumsi...........................................................................................................................7 2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu.......................................................................................7 2.7. Prosedur Penelitian.......................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan perairan tawar yang luas dan



memiliki potensi yang besar dalam budidaya dan juga hasil tangkap dari alam dan beragam jenis ikan tawar. Ikan air tawar banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dikarenakan ikan air tawar mengandung protein yang tinggi dan memiliki cita rasa yang lezat dan murah. Salah



satu



ikan



air



tawar



ialah



ikan



sepat



rawa



(Trichogaster



trichopterus),ikan sepat rawa dapat ditemukan dalam perairan rawa, danau, lahan basah dataran rendah, dan aliran air dengan suhu sekitar 22-28 oC dan pH 6-8. Ikan sepat rawa bersifat omnivore, yakni memakan zooplankton, krustasea kecil dan larva serangga(Jusmaldi et al., 2021). Ikan sepat rawa banyak diperjual belikan di pasaran baik dalam keadaan segar maupun yang sudah diawetkan atau yang dikenal sebagai ikan asin(Murjani, 2009). Salah satu penyakit yang dapat menyerang ikan sepat rawa ialah parasit Trematoda Digenea, dari genus Clinostomum merupakan parasit yang menyerang tenggorokan dan esofagus dari burung piscivorous seperti heron, pelican, dan cormoran. Clinostomum complanatum merupakan salah satu spesies yang memiliki pootensi besar dalam menyebarkan penyakit terhadap ikan budidaya. Clinostomum complanatum memiliki siklus hidup yang cukup rumit, dimana parasite dewasa dapat ditemukan pada burung seperti burung bangau biru (heron), kemudian cacing dapat menempel



menggunakan



otot-ototsucker,



kemudian



cacing



dewasa



akan



mengeluarkan telur dan masuk ke dalam perairan saat burung makan. Telur akan mengeluarkan mirasidium dan silia dan berenang di dalam air dan memiliki tonjolan untuk melakukan penetrasi ke hospes berikutnya yakni siput. Mirasidium berkembang didalam tubuh siput dan menjadi sporokista yang berisi stadium redia, 1



redia berisikan sekaria yang dapat keluar dan berenang dengan bebas didalam perairan dan dapat melakukan kontak dengan ikan yang sesuai sebagai hopses perantara kedua. Serkaria melakukan penetrasi terhadap kulit ikan yakni otot hospesnya, kemudian melepaskan ekornya dan dapat membentuk kista yang disebut yellow grub. Burung yang memangsa ikan yang sudah terinfeksi sekaria, dapat memecahkan kista



kemudian menjadi meraserkaria dan berkembang menjadi



dewasa(Riauwaty & Prastowo, 2012). Penyakit ikan merupakan salah satu rintangan yang paling sering ditemukan dalam usaha budidaya dan hasil tangkap perairan. Ikan yeng terinfeksi penyakit biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti serangan penyakit, pakan dan kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi kehidupan biota air. Parasit merupakan suatu organisme yang dapat hidup pada tubuh organisme lainnya dan dapat mengakibatkan kerugian pada organisme yang dihinggapi parasit tersebut. Berdasarkan habitatnya parasite dapat dibedakan menjadi yakni ektoparasit dan endoparasit, ektoparasit merupakan jenis parasite yang dapat hidup di permukaan tubuh ikan atau yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekunder ikan, parasite yang paling sering ditemukan dalam bagian ektoparasit ialah cliata, flagellate, copepoda, isopod, monogenean, linta dan branchiura. Endoparasit merupakan parasite yang hidup pada organ bagian dalam ikan seperti system pencernaan dan hati, parasite yang paling sering ditemukan dalam bagian endoparasite ialah amoeba, trematoda, microdporidia, cestode, coccidia, nematoda dan acanthocepala(Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, 2022). Ikan sepat rawa yang terjangkit parasite trematoda digenea tentu akan menimbulkan ganguan Kesehatan bagi yang mengkonsumsi nya seperti penyakit yang bersifat zoonosis, penyakit ini dapat menyerang system saraf pusat bahkan dapat menyebabkan kematian(Asia et al., 2014).



2



Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Hematologi ikan sepat rawa (Trichodus trichopterus) yang terinfeksi parasit Trematoda Digenea (Clinostomum complanatum). Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah dari ikan yang terinfeksi parasite dan sampel darah dari ikan yang tidak terinfeksi parasit, kemudian peneliti akan melakukan perbandingan antara sel darah ikan yang terinfeksi dan darah ikan yang tidak terinfeksi. 1.2.



Rumusan Masalah Ikan sepat rawa yang ditemukan di waduk Fakultas Ilmu Perairan dan Ilmu



Kelautan, Universitas Riau, terjangkit parasit Trematoda Digenea (Clinostomum sp.), kemudian akan dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan terhadap darah antara ikan sepat rawa yang terinfeksi parasite Trematoda Digenea (Clinostomum sp.) dan ikan sepat rawa yang sehat. 1.3.



Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui apakah terdapat



perbedaan darah dari ikan sepat rawa yang terinfeksi parasite Trematoda Digenea (Clinostomum sp.) dan ikan sepat rawa yang tidak terinfeksi parasite. Manfaat dalam penelitian ini ialah agar dapat memperoleh informasi mengenai perbedaan darah ikan sepat yang terinfeksi parasite Trematoda Digenea (Clinostomum sp.) dan yang tidak terinfeksi.



3



BAB II METODE PENELITIAN 2.1.



Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2023 berlokasi di Laboratorium



Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 2.2.



Bahan Dan Alat Bahan dalam penelitian ini yang akan digunakan ialah Ikan Sepat Rawa



(Trichopodus trichopterus) berukuran 8 - 10 cm sebanyak 30 Ekor, yang ditemukan di dalam Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Kota Pekanbaru. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Table 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Selama Penelitian No Parameter Alat Spuit 1. Darah Ikan Sepat Rawa Ependorf Stereofoam 2.



Preparat Darah Ikan



3.



Sel Darah Merah



4.



Sel Darah Putih



5.



Konsentrasi Hemoglobin



6.



Nilai Hematokrit



Mikroskop Obyek Glass Pipet Tetes Pipet Eritrosit Cover Glass Kamar Hitung Neubauer Mikroskop Cahaya Pipet Leukosit Cover Glass Haemocytometer Mikroskop Cahaya Hemometer Pipet Sahli Microhematocrit Centrifuge (hemofuge darah) Hematokrit Reader



Bahan Na Sitrat 3,8% Darah Metahanol Giemsa Aquades Air Darah Ikan Larutan Giemsa



Darah Ikan Larutan Turk Darah Ikan HCL 0,1 Darah Ikan Lilin penyumbat/malam



1



7. 8.



Suhu DO



Thermometer Hg DO Meter



9.



pH



Kotak pH



10. TSS



11. COD



2.3.



Air Sampel Air Sampel Air Sampel pH paper



Kertas Saring Vakum Oven Desikator Pengaduk Magnetic



Air Sampel



COD Reactor Spektrofotometer



Air Sampel DS (digestion solution) SA (sulfuric acid)



Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif



observasional, dengan tujuan agar peneliti dapat membuat gambaran atau deskripsi mengenai suatu kondisi secara objektif. Penelitian dapat dilakukan dengan cara menggumpulkan data, klasifikasi, pengolahan atau analisis data, serta membuat kesimpulan(Klempner et al., 2013). Metode penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan 30 ekor ikan sepat rawa yang berasal dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, setelah itu ikan sepat rawa yang telah dikumpulkan akan dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk mengetahui apakah ikan tersebut terinfeksi parasite Trematoda Digenea (Clinostomum sp.), kemudia setelah dilakukan pembedahan akan dilanjutkan dengan melakukan pengecekan darah. 2.3.1. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Sugiyono (2018:456) berpendapat bahwa data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui sumber pertama atau data dapat dikumpulkan dengan cara peneliti melakukan wawancara atau observasi langsung dari sebuah objek kajian. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel darah ikan sepat rawa. 5



b. Data Sekunder Sugiyono (2018:456) berpendapat bahwa data sekunder merupakan sumber data yang bersifat tidak langsung, dimana data sekunder dapat diperoleh melalui perantara seperti jurnal, buku, artikel dan lain-lain. 2.4.



Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk alur pikir dari sebuah penelitian sebagai dasar-dasar pemikiran yang dapat memperkuat sub fokus yang telah menjadi latar belakan dari suatu penelitian. Ikan Sepat Rawa



(Trichopodus Trichopterus)



Terinfeksi Parasit Trematoda Digenea (Clinostomum sp.)



Tidak Terinfeksi Parasit / Sehat



Ciri-Ciri



Ciri-Ciri



1. Usus Menghitam



1. Seluruh Organ Tubuh Ikan Berwarna Cerah /



Membawa Penyakit Jika di Konsumsi Manusia ZOONOSIS



6



2.5.



Asumsi



1. Ikan yang diuji memiliki peluang yang sama terinfeksi parasite Trematoda Digenea (Clinostomum sp.). 2. Ikan \yang di uji dianggap memiliki genetik yang sama. 3. Kemampuan penelitian dalam mengukur setiap parameter dianggap sama. 2.6.



Tinjauan Penelitian Terdahulu



No 1.



Judul Penulis/Tahun Profil Hematologi Vigaboy Kharisma Ikan Sepat Faidzin / 2015 (Trichogaster trichopterus) di Perairan Sungai Rejoso Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur



2.



Identifikasi Parasite Morina Riauwaty Clinostomum sp. dan Windarti, (Trematoda) Pada Ikan Sepat (Trichogaster Trichopterus) Dengan Scanning Electron Microscope



3.



Identifikasi Clinostomum complanatum Secara Molekuler pada Ikan Air Tawas di Yogyakarta dan Riau



Morina Riauwaty, Kurniasih, Joko Prastowo dan Windarti / 2012



Hasil Penelitian Terdapat perubahan akan nilai hematologi yang tidak memenuhi putaran normal terhadap ikan sepat di sungai rejoso kabupaten pasuruan jawa timur, hal ini terjadi disebabkan tinggi nya polutan di sekitar periran tersebut sehingga menghambat pembelahan sel normal. Permukaan tubuh Clinostomum sp. (Trematoda) pada Ikan Sepat (Trichogaster Trichopterus) yang diamati menggunakan Scanning Electron Microscope, menunjukkan terdapatnya perbedaan dimana oral sucker terlihat berbentuk elips dan dikelilingi dengan lipatan dengan permukaan halus, sedangkan ventral sucker berposisi didekat oral sucker, didaerah anterior dan mempunyai papilla sensoris yang bulat tanpa memiliki spina. Clinostomum sp. yang berasal dari Yogyakarta identik secara molekuler dan satu klaster dengan Clinostomum complanatum sedangkan Clinostomum sp. yang berasal dari Riau diasumsikan merupakan spesies Clinostomum baru yang satu klaster dengan Clinostomum



7



phalacrocorasis. 4.



2.7.



Scanning Electron Microscopy Dari Clinostomum Complanatum (Digenea: Clinostomidae) Pada Ikan Betok (Anabas Testudineus) Di Yogyakarta, Indonesia



Morina Riauwaty, Kurniasih, Joko Prastowo dan Windarti / 2011



Oral sucker terletak di ujung terminal, berbentuk elips dikelilingi dengan lipatan dengan permukaan halus. Ventral sucker dekat dengan oral sucker, memiliki papila sensoris yang bulat tanpa spina. Permukaan dorsal ditutupi spina. Lubang ekskretori terletak di ujung posterior tubuh.



Prosedur Penelitian 2.7.1. Survei Lokasi Survei lokasi merupakan tahap awalan dalam menentukan atau memilih tempat yang akan dilakukan kegiatan penelitian, dimana dengan melakukan survei lokasi peneliti dapat mengetahui bagaimana kondisi lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Peneliti menetapkan Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan Universitas Riau sebagai lokasi penelitian 2.7.2. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada ikan sepat rawa (T. trichopterus Pall) dilakukan di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 1. Sampel ikan sepat rawa merupakan hasil tangkapan yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan penyeseran waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, peneliti berhasil menangkap sebanyak 30 ekor ikan pada penyeseran yang dilakukan di hari pertama. 2. Ikan sepat rawa ditimbang dan diukur panjangnya di laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan FAPERIKA.



8



3. Sampel ikan ditimbang dan diukur panjangnya, kemudian dilakukan pembedahan yang bertujuan agar peneliti dapat mengetahui apakah ikan yang diteliti terserang parasite atau tidak. 4. Kemudian akan dilakukan pengecekan darah terhadap ikan yang telah dibedah. Pengambilan sampel darah ikan dilakukan pada 30 ekor ikan sepat rawa dengan tujuan agar dapat mengetahui total eritrosit, kadar hemoglobin total leukosit, dan nilai hematokrit. 2.7.3. Metode Pemeriksaan Darah 1. Pengecekan darah ikan dilakukan dengan cara membius ikan menggunakan larutan anastesi, kemudian menyediakan mikro spuit berserta jarumnya untuk menghisap antikoagulan hingga memenuhi dinding syringe, keluarkan larutan antikoagulan (Na Sitrat 3,8%) dari spuit dan sisakan larutan heparin sebanyak ±50µl di dalam spuit, tusukkan jarum atau spuit yang telah diisi larutan tikoagulan pada garis tengah tubuh yang terletak di belakang sirip anal, setelah itu masukkan jarum sampai kedalam musculuc hingga mencapai tulang belakang (columna spinal), pastikan tidak terdapat gelembung air yang ikut masuk kedalam spuit, Tarik perlahan hingga darah mulai masuk kedalam spuit, setelah darah didapatkan kemudian masukkan sampel darah tersebut ke dalam tabung ependof. 2. Pengamatan sel darah ikan, dilakukan dengan cara mengambil satu tetes sampel darah ikan dan diletakkan diatas objek glass kemudian dibuat hapusan darah dan ditunggu hingga mengering, setelah kering kemudian diberikan methanol dan diberi pewarna giemsa sebanyak satu tetes dan dibuat hapusan Kembali, biarkan selama ±20 menit hingga warna terserap, setelah warna terserap cuci menggunakan air mengalir dan dikeringkan, setelah itu preparate dapat diamati dibawah mikroskop. 2.7.4. Pengamatan Jumlah Sel Darah



9



Peralatan yang dibutuhkan dalam pengamatan jumlah sel darah ikan ialah pipet eritrosit berukuran 11µl, cover glass, kamar hitung Neubauer, Counter dan Mikroskop Cahaya, bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan jumlah sel darah ikan ialah sampel darah ikan, larutan hayem dan Natrium Sitrat 3,8% (antikoagulan). Pengamatan jumlah sel darah ikan dilakukan dengan cara, darah ikan yang telah dicampur anti koagulan dan diambil menggunakan pipet eritorsit sebanyak 0,5µl dan diencerkan menggunakan larutan hayem didalam pipet eritrosit hingga menunjukkan angka 11µl. Kemudian darah yang telah tercamput dikocok hingga homogeny yang terdapat didalam pipet tersebut tercampur, setelah itu ambil sedikit (20 µl), kemudian buang sebanyak dua tetes hal ini dilakukan agar larutan yang diambil benar-benar telah homogen setelah itu masukkan dalam kamar hitung imporved Neubauer kemudian tutup menggunakan cover glass, hitung jumlah eritrosit yang terdapat didalam kotak eritrosit menggunakan bantuan mikroskop cahaya. 1. Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Letakkan mikroskop pada permukaan meja yang datar, turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma, setelah itu atur fokus memakai lensa obyektif 10X, atur hingga gambaran kamar hitung bujur sangkar dapat terlihat jelas batasnya serta distribusi sel darah merah juga tampak jelas. Ubah lensa obyektif 45X secara perlahan-lahan, hitung sel darah merah yang terdapat didalam kotak bujur sangkar kecil (warna merah), sel yang menyinggung garus batas sebelah kiri atau garis atas harus dihitung ulang, akan tetapi sel yang menyinggung garis batas sebelah kanan atau garis bawah tidak boleh dihitung. Rumus perhitunggan jumlah eritrosit sebagai berikut: 1 1 Jumlah eritrosit (sel/mm ) = N x x 200 5 area x (volume) 250 3



(pengenceran)



10



Keterangan : N : Jumlah Eritrosit Terhitung 2. Pengamatan Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Darah ikan yang telah dicampur anti koagulan kemudian diambil menggunakan pipet leukosit sebanyak 0,5 µl, kemudian diencerkan menggunakan larutan Turk dalam pipet leukosit hingga menunjukkan angka 11 µl. Darah yang telah tercampur kemudian dikocok hingga homogen dalam pipet tersebut. Ambil 2 tetes campuran tersebut dan masukkan dalam kamar hitung Haemocytometer dan ditutup menggunakan cover glass, sebelum dimasukkan dalam Haemocytometer buang 2 tetes larutan tersebut agar larutan yang diambil benar-benar homogen. Gunakan mikroskop cahaya sebesar 40X untuk menghitung jumlah leukosit. Letakkan mikroskop pada permukaan meja yang datar, turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma, kamar hitung dengan bidang garisnya kemudian diletakkan dibawah lensa obyektif dan fokus mikroskop diarahkan kearah garis-garis tersebut. Leukosit dapat dihitung pada keempat bidang besar atau kotak berwarna hijau. Perhitungan diawali dari bagian sudut kiri atas dan terus ke bagian kanan, kemudian turun ke bagian kanan dan lanjut ke bagian kiri. Cara seperti ini dilakukan kesetiap empat bidang besar. Perhitungan dapat dilakukan dengan catatan sel yang bersingunggan dengan baris batas bagian kiri atau garis batas sebelah kanan dan garus bawah tidak boleh dihitung. Rumus perhitungan jumlah Leukosit ialah: Jumlah Leukosit (sel/mm3) = N x



1 x 20 (pengenceran) 4 area x 0,1(volume )



Keterangan : N : Jumlah Leukosit Terhitung 2.7.5. Perhitungan Konsentrasi Hemoglobin Pengukuran kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan metode sahli, metode ini mengandung prinsip mengkonversikan hemoglobin yang terdapat dalam darah ke dalam bentuk asam hemotin oleh asam klorida. 11



Pipet sahli dapat digunakan untuk menghisab darah hingga mencapai skala 20 mm3 kemudian dipindahkan ke tabung hemoglobin yang berisi HCL 0,1 N hingga skala 10 (warna kuning), diamkan selama 3-5 menit agar hemoglobin bereaksi dengan HCL membentuk asam hemotin. Setelah itu aduk dan tambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warna berubah menjadi warna standar. Pembacaan skala lajur gram/100 ml artinya banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah. 2.7.6. Perhitungan Nilai Hematokrit Perhitungan



nilai



hematokrit



dilakukan



menggunakan



metode



mikrohematokrit. Mikrohematokrit berheparin dimasukkan kedalam sampel darah, hingga terisi kurang lebih tiga per empat bagian pipa kaplier. Sumbat salah satu ujung pipa kapiler dengan memasukkan lilin penyumbat. Kemudian disentrifugasi selama 5 menit menggunakan microhematocrit centrifuge menggunakan kecepatan 1.500 rpm. Selain itu dibaca



dengan



menggunakan



hematocrit



reader



dan



hasilnya



dikategorikan dalam %. Menurut Santosa dan Waenah pengukuran hematokrit dilakukan dengan metode mikro, metode ini dilakukan dengan cara isi tabung mikro kapiler tanpa antikoagulan dengan darah yang mengandung EDTA 10% yang masing-masing pada volume 10 µl dan 50 µl sampai volume ¾ tabung kapiler. Sumbat salah satu ujung tabung mikro kapiler menggunakan alat khusus (malam) atau dibakar, setelah itu masukkan ke dalam alat mikro sentrifuge dengan bagian yang tersumbat diarahkan ke luar. Putar dengan kecepatan 11.000-16.000 rpm selama 5 menit. Volume darah yang telah dipadatkan menggunakan metode skala hematokrit dalam satuan persen merupakan hasil yang akan dibaca. 2.7.7. Pengamatan Mikronuclei Pada Sel Darah Ikan Sampel darah ikan perifer dapat diperoleh dari vena caudal yang terdapat pada sampel darah ikan dan dioleskan pada slide yang bersih. Kemudian difiksasi menggunakan etanol murni selama 20 menit, biarkan slide kering



12



udara dan lanjut melakukan pewarnaan Giemsa 10% selama 25 menit. Lakukan pengamatan menggunakan mikroskop Olympus BH2. Lima slide dibuat dengan masing-masing ikan 1.000 eritrosit dilakukan skoring dari setiap bagian slide yang diamati dibawah perbesaran 1000 X untuk dapat menentukan frekuensi inti berlekuk, pemula, inti lobed, memecah belah dan sel micromuclei, yang dihitung sel per 1000¿) . Amati setiap sel dan hitung frekuensi micronuclei menggunakan rumus sebagai berikut : Frekuensi Mikronuclei =



Ʃ micronuclei x (1000) Total sel yang dihitung



2.8. . 2.8.1. .



13



DAFTAR PUSTAKA Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, M. F. F. (2022). No Title ‫הכי קשה לראות את מה‬ 2005–2003 ,)8.5.2017(2 ,‫ הארץ‬.‫שבאמת לנגד העינים‬. Asia, A., Darmawan, B. D., & Rohaendi, O. E. (2014). Zoonosis : Infeksi penyakit ikan terhadap manusia akibat kesalahan manajemen dan penanganan ikan maupun produk olahannya Zoonoses : The Infection of fish diseases on human due to management and handling errors of fresh and processed fish. Journal of Aquatropica Asia, 1, 2–9. Jusmaldi, Dianingrum, A. R., & Hariani, N. (2021). Pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan sepat rawa Trichopodus trichopterus ( Pallas , 1770 ) dari Bendungan Lempake , Kalimantan Timur [ The growth pattern and condition factors of three spot gourami Trichopodus. 21(3), 215–233. Klempner, S. J., Costa, D. B., Wu, P. A., & Ariyabuddhiphongs, K. D. (2013). Case Study. 19(8), 729–731. Murjani, A. (2009). Budidaya Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) Dengan Pemberian Pakan Komersil Oleh. 1–41. Riauwaty, M., & Prastowo, J. (2012). Identifikasi Clinostomum complanatum Secara Molekuler pada Ikan Air Tawar di Yogyakarta dan Riau (IDENTIFICATION OF Clinostomum Complanatum FROM FRESHWATER FISH IN YOGYAKARTA AND RIAU BASED ON MOLECULAR STUDY). Jurnal Veteriner, 13(3), 263–271.



1