Proposal Pengabdian Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

USULAN PROPOSAL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT



HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KEMAMPUAN PENGISIAN KARTU KMS DI RT 04 RW 08 KELURAHAN LENTENG AGUNG KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2018



TIM PENGUSUL KELAS A5 KELOMPOK 7 Anggota :



Indah Kusuma Ningrum



07170100034



Dineu Riantina



07170100035



Selvi Catur Wulandari



07170100037



Smirna Lince Aili Maramba Meha



07170100038



Nurdiyana Usman



07170100039



Destina Ayu Lestari



07170100040



Sulastri Yunita



07170100041



Yanggi Putri Cikita Sonipa



07170100042



Rira Selviana



07170100043



Emiliana Elsy Raymunda Anoit



07170100044



Jumarni



07170100045



PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2018



URAIAN UMUM



1. Judul Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kemampuan Pengisian Kartu KMS di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Tahun 2018.



2. Lokasi RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa.



3. Temuan yang ditargetkan Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa kader posyandu RT 04 RW 08 belum paham tentang pengisian kartu KMS. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku kemampuan pengisian kartu KMS, dan melakukan intervensi dengan melakukan pelatihan pengisian kartu KMS kepada kader.



4. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu Penggunaan KMS adalah untuk memantau pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan gizi dinilai masih rendah. Ini membuktikan bahwa masih lemahnya pengetahuan kader tentang KMS bila ditinjau dari aspek pemanfaatan KMS.



5. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran a. “Efektivitas Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Elektronik untuk Meningkatkan Kecepatan Pelayanan, Mempermudah Pendataan dan Pengambilan Keputusan Status Kesehatan di Posyandu” Penulis Onny Priskila dan Arief Wibowo dalam Jurnal Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 27-32. Departermen Biostatika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.



i



http://download.portalgaruda.org/article.php?article=144413&val=1099 b. “Karakteristik



Kader



Posyandu



Terkait



Keterampilan



dalam



Menginterpretasikan Hasil Penimbangan pada Kartu Menuju Sehat (Status N dan T) di Kota Bogor” Penulis Suhartika dan Ni Wayan Dian Ekayanthi dalam Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 02, Juli 2016: 68-73. Prodi Kebidanan Bogor, Poltekkes Bandung. http://jurnal.ibijabar.org/wp-content/uploads/2017/03/Karakteristik-KaderPosyandu-Terkait-Keterampilan-dalam-Menginterpretasikan-HasilPenimbangan-pada-Kartu-Menuju-Sehat-Status-N-dan-T-di-KotaBogor.pdf c. “Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung” Penulis Hastity HS, Zulhaida Lubis, dan Jumirah dalam Jurnal Kebidanan, Volume 2, No. 03, Agustus 2015: 17. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/14276/09E02893.p df?sequence=1 d. “Motivasi Kader dan Kelengkapan Pengisian Kartu Menuju Sehat Balita di Kabupaten Kudus” Penulis Ika Tristanti dan Indah Risnawati dalam Jurnal Kebidanan, Vol. 1, No. 1 (2017): 1-11. STIKES Muhammadiyah Kudus. http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/ijb/article/download/221/172



ii



DAFTAR ISI URAIAN UMUM ................................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii RINGKASAN ....................................................................................................... iv BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang ....................................................................................... 1



1.2



Rumusan Masalah .................................................................................. 4



1.3



Tujuan Penelitian ................................................................................... 5



1.4



Manfaat Penelitian ................................................................................. 5



BAB II .................................................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6 2.1.



Posyandu ................................................................................................. 6



2.2.



KMS Balita ............................................................................................ 15



2.3.



Kader ..................................................................................................... 36



2.4.



Kerangka Teori..................................................................................... 38



2.5.



Kerangka Konsep ................................................................................. 39



2.6.



Hipotesis ................................................................................................ 39



BAB III ................................................................................................................. 40 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 40 3.1.



Jenis dan Ranacangan Penelitian ....................................................... 40



3.2.



Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 40



3.3.



Populasi, Sampel dan Teknik Penagmbilan Sampel ......................... 40



BAB IV ................................................................................................................. 43 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ............................................................ 43 4.1.



Anggaran Biaya .................................................................................... 43



4.2.



Jadwal penelitian .................................................................................. 43



4.3.



Referensi ................................................................................................ 44



iii



RINGKASAN



KMS adalah adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 2015). Tujuan jangka panjang yang diharapkan oleh peneliti adalah kader dapat memahami dan mampu membantu petugas kesehatan dalam setiap posyandu untuk dapat memanfaatkan lebih baik kartu KMS dalam mengawasi pertumbuhan dan perkembangan balita, sehingga derajat kesehatan dapat mempu lebih ditingkatkan. Target khusus yang diharapkan peneliti yang dapat dicapai oleh kader adalah tidak terpadat kembali pencatatan kartu KMS yang kurang lengkap yang dilakukan oleh kader, karena kartu KMS adalah catatan status kesehatan balita yang dapat dilihat kemajuan perkembangannya setiap bulan. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kemampuan Pengisian Kartu KMS di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Tahun 2018” dan melakukan intervensi dengan melakukan pelatihan pengisian kartu KMS kepada 25 kader di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa. Manfaat yang didapat dari penelitian dan intervensi yang dilakukan oleh peneliti adalah diharapkan pemantauan status kesehatan balita dalam deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang dapat dideteksi sejak awal sehingga derajat kesehatan balita dapat lebih meningkat.



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusia. Keberhasilan dibidang kesehatan yang lebih diarahkan kepada upaya menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bentuk peran serta. Hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pengertian, kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat, yang berarti bahwa masyarakat berperan serta aktif dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kesehatan secara optimal, ditingkat Desa atau Kelurahan. Upaya untuk menurunkan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran salah satunya dilakukan melalui posyandu. Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu sebagai salah satu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh dan untuk masyarakat mempunyai nilai strategis untuk mngembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Posyandu pada masa Orde Baru, yang berfungsi sebagai pelayanan informasi kesehatan ibu dan anak, dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi di Indonesia. Menurut data dari badan pusat statistic, angka kematian bayi pada tahun 2009 adalah 44/1000 angka kelahiran hidup. Pada awal tahun 1990, peran dan fungsi posyandu sangat terlihat dan bergerak. Posyandu bukan sekedar tempat menimbang berat badan balita, namun juga pelayanan gizi dan pemeriksaan ibu hamil.



2



Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfatkan posyandu sebaikbaiknya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemanfaatan posyandu. Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui system pengkaderan. Peran serta kader dalam upaya penigkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah melalui kegiaan pemberdayaan masyarakat dengan revitalisasi posyandu. Perubahan Berat Badan merupakan indicator yang sangat sensitive untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak beesiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berta badan menurut umur, dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalah lebih berat (Permenkes RI, 2010). KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan menindak lanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Permenkes RI, 2010). Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5% (sekitar 15



2



3



juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir dan sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS (Permenkes RI, 2010). Pelaksanaan program-program posyandu memerlukan kerjasama dari berbagai pihak terkait diantaranya perangkat desa, kader kesehatan, pemuda, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan seluruh warga masyarakat pada umumnya. Kader kesehatan merupakan pelaksana program posyandu. Salah satu indicator keberhasilan pengembangan program posyandu yakni kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Menurut



Kemenkes



(2011),



kader



bertugas



untuk



melakukan



penimbangan berat badan bayi, menntukan status pertumbuhan berdasarkan kurva KMS serta memberikan penyuluhan dan konseling gizi. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 hanya 46,6% kader posyandu yang pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Menurut 58,6% kader yang disurvey, penggunaan KMS adalah untuk memantau pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan gizi dinilai masih rendah. Ini membuktikan bahwa masih lemahnya pengetahuan kader tentang KMS bila ditinjau dari aspek pemanfaatan KMS. Banyak terjadinya angka putus (droup out) ataupun pergantian kader tanpa diikuti pelatihan atau retraining menyebabkan lemahnya pengetahuan kader dalam memberikan pelayanan, salah satunya pengetahuan tentang KMS. Hal ini akan mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita yang dinilai dari KMS tidak dapat dilakukan secara optimal, sehingga upaya pemantauan menjadi kurang efektif (Sulistyorini dkk, 2010). Dalam melaksanakan tugasnya, kader kesehatan sebelumnya akan diberikan pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan penigkatan status gizi balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun. Pelatihan yang didapatkan oleh kader berhubungan dengan peran kader sesuai dengan system 5 meja yang terdapat di dalam posyandu. Kader harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan tentang ststus gizi balita dan bagaimana cara meningkatkan status gizi balita pada keadaan gizi buruk.



3



4



Namun, seringkali pelatihan diberikan pada kader yang sama atau dengan kata lain kader-kader yang sering mengikuti pelatihan yang selalu diikutkan kembali dalam pelatihan, sehingga kader-kader lain tidak mendapat kesempatan. Hal inilah yang memicu kurangnya peran serta kader setiap posyandu diadakan. Kurangnya ilmu dan minimnya pengalaman adalah pemicu utama kurang aktifnya peran kader kesehatan. Pemicu lainnya adalah kesibukan para kader dalam urusan rumah tangganya. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan pelayanan, menyebabkan kader kurang mandiri sehingga tergantung pada petugas kesehatan dan puskesmas. Oleh karena itulah, pada saat posyandu dilaksanakan, peran kader seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal upaya penanggulangan status gizi buruk memerlukan upaya yang tepat, cepat dan menyeluruh. Setelah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 28-12-2017 di desa Manang, Grogol Sukoharjo terdapat 54 orangkader posyandu. Berdasarkan hasil wawancara, kader sudah cukup mengetahui tentang KMS akan tetapi dari hasil observasi tentang cara pengisian KMS pada Kms yang ada di posyandu tersebut masih didapatkan beberapa KMS yang kosong dan tidak diisi pada saat penimbangan dilakuakan akan tetapi melmpirkan berat badan bayi pada cacatan di luar KMS. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan pengetahuan dengan perilaku kemampuan pengisian kartu KMS di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Tahun 2018.”



4



5



1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang pengisian KMS b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang pengisian KMS pada tingkat pengetahuan baik 2) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang pengisian KMS pada tingkat pengetahuan cukup 3) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang pengisian KMS pada tingkat pengetahuan kurang



1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan pengalaman belajar dan menambah pengetahuan dalam penelitian, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya khususnya tentang pengetahuan kader pengisian KMS. b. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan pada peneliti tertama mengenai pengetahuan kader tentang pengisian KMS, serta pengetahuan secara teknis dalam melakukan sebuah penelitian. c. Bagi Institusi 1) Bagi pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan refernsi untuk penelitian selanjutnya tentang pengetahuan kader dalam mengisi KMS 2) Bagi masyarakat di daerah penelitian Sebagai masukan dan evaluasi untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang pengisian KMS



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006). Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. (Effendi, Nasrul. 1998: 267). Dari beberapa pengertian posyandu diatas dapat disimpulkan, bahwa Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS atau Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana – Kesehatan di tingkat desa a. Tujuan posyandu Tujuan posyandu antara lain: 1) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan nifas. 2) Membudayakan NKBS 3) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4) Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan



ketahanan



keluarga



dan



gerakan



ekonomi



keluarga



sejahtera. (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)



7



b. Pelaksanaan layanan posyandu Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja, yaitu: 1) Meja I : pendaftaran 2) Meja II : penimbangan 3) Meja III : pengisian KMS 4) Meja IV : penyuluhan perorangan berdasarkan KMS 5) Meja V : pelayanan kesehatan berupa: a) Imunisasi b) Pemberian vitamin A dosis tinggi c) Pembagian pil KB atau Kondom d) Pengobatan ringan e) Konsultasi KB Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis. (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)



c. Bentuk Kegiatan Posyandu Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain: 1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral c) Pemberian nasehat



tentang perkembangan



stimilasinya



7



anak dan cara



8



d) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA. 2) Keluarga Berencana (KB) a) Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi b) Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya 3) Imunisasi Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi. 4) Peningkatan gizi a) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui c) Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun 5) Penanggulangan diare Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu: a) Kesehatan ibu dan anak b) Keluarga berencana c) Imunisasi d) Peningkatan gizi e) Penanggulangan diare f) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman g) Penyediaan obat essensial d. Pembentukan Posyandu Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:



8



9



1) Pos penimbangan balita 2) Pos imunisasi 3) Pos keluarga berencana desa 4) Pos kesehatan 5) Pos lainnya yang dibentuk baru



e. Alasan Pendirian Posyandu Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut: 1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB. 2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).



f. Penyelenggara Posyandu 1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas 2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).



g. Lokasi / Letak Posyandu 1) Dapat merupakan lokasi tersendiri 2) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat. Pos Rt/RW atau pos lainnya.



9



10



h. Pelayanan Kesehatan Di Posyandu Adapun pekayanan kesehatan di posyadu, meliputi: 1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita a) Penimbangan bulanan b) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang c) Imunisasi bayi 3-14 bulan d) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur a) Pemeriksaan kesehatan umum b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi d) Imunisasi TT untuk ibu hamil e) Penyuluhan kesehatan dan KB f) Pemberian alat kontrasepsi KB g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare h) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998). Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa: 1) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut. 2) Balita yang berat badanya di bawah garis merah. 3) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga. 4) Balita yang mencret. 5) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh. 6) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.



10



11



7) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil. 8) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus (Depkes RI-Unicef, 2015).



Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa: 1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok SKDN. 2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas. 3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan. 4) Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa : 5) Melaksanakan kunjungan rumah. 6) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK. 7) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga. 8) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan (Depkes RI-Unicef, 2015).



Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam posyandu, maka mereka dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai upaya untuk mencari jalan keluar: 1) Bidan desa. 2) Kepala Desa. 3) Tokoh masyarakat / tokoh agama. 4) Petugas LKMD, RT, RW. 5) Tim Penggerak PKK. 6) Petugas PLKB. 7) Petugas pertanian ( PPL ). 8) Tutor dari P dan K. 9) Dukungan dari Puskes / petugas kesehatan



11



12



Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari: 1) Aspek komunikasi 2) Teknik berpidato 3) Kepemimpinan yang mendukung posyandu 4) Proses pengembangan 5) Teknik pergerakan peran serta masyarakat 6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan posyandu berupa: a) Cara melakukan pendataan/pencatatan b) Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat. 7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu



i. Dukungan Dari Masyarakat / LKMD LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya yang diupayakan melalui posyandu dengan kegiatanya. Perananan LKMD dalam pembentukan Posyandu: 1) Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk membentuk posyandu di wilayahnya. 2) Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara pembentukannya. 3) Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah masyarakat dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal, pemilihan kader dan lain-lainnya.



Peranan LKMD daam pembentukan posyandu: 1) Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan tugasnya di Posyandu dengan baik. 12



13



2) Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.



Peran LKMD dalam pembinaan posyandu: 1) Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati. 2) Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap (KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare). 3) Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu dapat berfungsi secara optimal (agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan pelayanan secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu usia subur). 4) Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat melakukan pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara swadaya. 5) Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu (kunjungan rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia. 6) Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan melaksanakan tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian penghargaan, mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya. 7) Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu. 8) Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD.



13



14



j. Keberhasilan posyandu Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN 1) S : semua balita di wilayah kerja posyandu 2) K : semua balita yang memiliki KMS 3) D : balita yang ditimbang 4) N : balita yang berat badannya naik



Keberhasilan posyandu berdasarkan: 1) D /E kurangnya peran serta masyarakat 2) N / E berhasil tidaknya program posyandu (Bagian kependudukan dan Biostatistik FKM USU,2007).



k. Manfaat posyandu Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi, penanggulangan diare. 1) Ibu:



Pemeliharaan



kesehatan



ibu



di



posyandu,



Pemeriksaan



kehamilandan nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil. 2) Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007). Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95) 3) Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula. 14



15



2.2. KMS Balita KMS adalah adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 2015). Di Indonesia dan negara-negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan timbangan bersahaja (dacin) yang dicatat dalam suatu system kartu yang disebut”Kartu Menuju Sehat” (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik (bulan) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya



dilakukan



di



Posyandu



(Pos



Pelayanan



terpadu),



(Sediaoetama, 1999). Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “Penilaian status Gizi” dan “Pemantauan pertumbuhan” sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “Anak sehat tambah umur tambah berat” (Soekirman, 2015). a. Tujuan Penggunaan KMS Balita 1) Umum Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan statuts kesehatan anak balita secara optimal. 2) Khusus



15



16



a) Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbahan dan perkembangan balita yang optimal. b) Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakantindakan



untuk



mewujudkan



tingkat



pertumbuhan



dan



perkembangan balita yang optimal. c) Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pekayanan kesehatan dan gizi balita (depkes RI, 2015)



b. Fungsi KMS Balita 1) Sebagai media untuk “mencatat / memantau” riwayat kesehatan balita secara lengkap. 2) Sebagai media “penyuluhan” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita. 3) Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita. 4) Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita (Depkes RI, 2015).



Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik, ( Soekirman, 2015 ).



c. Grafik Pertumbuhan pada KMS Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO – NCHS yang disesuaikan dengan situasi Indonesia. Gambar grafik pertumbuhan dibagi dalam 5 blok sesuai dengan golongan umur balita. Setiap blok dibentuk oleh garis tegak / skala berat dalam kg dan garis datar skala umur menurut bulan. Blok 1 untuk bayi berumur 0 – 12 bulan, blok 2 untuk anak golongan umur 13 – 24 bulan, blok 3 untuk anak golongan umur 25 – 36 bulan.



16



17



Grafik pertumbuhan untuk bayi dan anak sampai dengan umur 36 bulan terdapat pada halaman dalam KMS. Sedangkan untuk anak umur 37 – 60 bulan terdapat pada halaman berikutnya yang dibagi menjadi 2 blok yaitu blok ke 4 untuk anak umur 37 – 48 bulan dan blok ke 5 untuk anak golongan yang umur 49 – 60 bulan. Dalam setiap blok, grafik pertumbuhan dibentuk dengan garis merah (agak melengkung) dan pita warna kuning, hijau dan hijau tua. Dasar pembuatannya sebagai berikut: 1) Garis merah (agar melengkung) dibentuk dengan menghubungkan angka angka yang dihitung dari 70 % median baku WHO – NCHS. 2) Dua pita warna kuning di atas garis merah berturut- turut terbentuk masing - masing dengan batas atas 75 % dan 80 % median baku WHO – NCHS. 3) Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning dibentuk masing – masing dengan batas atas 85 % dan 90 % median baku WHO – NCHS. 4) Dua pita warna hijau tua di atasnya dibentuk msing - masing dengan batas atas 95 % dan 100 % median baku WHO – NCHS. 5) Dua pita warna hijau muda dan kuning masing – masing pita bernilai 5 % dari baku median adalah daerah di mana anak – anak sudah mempunyai kelebihan berat badan.



Interpretasi grafik pertumbuhan dan saran tindak lanjut 1) Interpretasi pada sekali penimbangan Laku berat badan



Interpretasi



Tindak lanjut



Di bawah garis Anak kurang gizi tingkat 



Perlu



merah



sedang atau berat badan



makanan tambahan



atau



(PMT)



disebut



kurang



pemberian



yang



energi dan protein nyata



diselenggarakan



(KEP nyata)



oleh



17



orang



18



tua/petugas kesehatan. 



Perlu



penyuluhan



gizi seimbang 



Perlu dirujuk untuk pemeriksanan kesehatan



Pada daerah dua Harus hati – hari dan 



Ibu dianjurkan untuk



pita warna kuning waspada karena keadaan



memberikan



(di



pada anak balitanya



atas



garis gizi anak sudah kurang



merah)



PMT



meskipun tingkat ringan



di rumah



atau disebut KEP tingkat 



Perlu



ringan



gizi seimbang.



penyuluhan



Dua pita warna Anak mempunyai beraat 



Beri dukungan pada



hijau muda dan badan



ibu



cukup



attau



untuk



tetap



pita warna hijau disebut gizi baik



memperhatikan dan



tua (di atas pita



mempertahankan



kuning)



status gizi anak. 



Beri penyuluhan gizi seimbang



Dua pita warna Anak telah mempunyai 



Konsultasi ke dokter



hijau muda, dua berat badan yang lebih, 



Penyuluhan



pita warna kuning semakin



seimbang



(paling atas).



ke



atas



gizi



kelebihan berat badannya 



Konsultasi ke klinik



semakin banyak



gizi/pojok puskesmas



18



gizi



di



19



2) Interpretasi dua kali penimbangan atau lebih Kecenderungan



Interpretasi



Tindak lanjut



Berat badan naik Anak sehat, gizi cukup *) 



Perlu



atau meningkat



gizi seimbang 



penyuluhan



Beri dukungan pada orang



tua



untuk



mempertahankan kondisi anak Berat badan tetap



Kemungkinan terganggu 



Dianjurkan



kesehatannya dan atau



memberi



mutu



yang



tambahan



tidak 



Penyuluhan



gizi



dikonsumsi seimbang *)



untuk makanan



gizi



seimbang 



Konsultasi ke dokter atau



petugas



kesehatan Berta berkurang turun



badan Kemungkinan terganggu  atau kesehatannya dan atau mutu



gizi



dikonsumsi



Dianjurkan memberi



yang



tambahan



tidak 



Penyuluhan



seimbang *)



untuk makanan



gizi



seimbang 



Konsultasi ke dokter atau



petugas



kesehatan Titik – titik berat Kurang kesadaran untuk 



Penyuluhan



dan



badan



pendekatan



untuk



dalam berpartisipasi



KMS terputus – pemantauan putus



kembang anak



dalam tumbuh



meningkatkan kesadaran berpartisipasi aktif



19



20



Keterangan : *) interpretasi tersebut hanya berlaku bagi balita yang mempunyai berta badan normal dan kurang. Bila balita yang sudah berlebihan berat badan sebaiknya secara khusus dikonsultasikan ke dokter.



d. Cara Pengisisan dan Penggunaan KMS 1) Identitas Anak a) Pada halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan nomor registrasi yang ada di Posyandu. b) Pada halaman pendaftaran pertama kali di Posyandu, isilah semua kolom indentitas anak yang tersedia pada halaman dalam KMS. 



Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) : diisi dengan nama posyandu tempat di mana anak didaftar Contoh: Poa Pelayanan Terpadu (Posyandu) Melati Putih







Tanggal pendaftaran: diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut di daftar dan mengikuti posyandu pertama kali. Contoh: 3 September 2014







Nama anak diisi dengan nama jelas yang bersangkutan Contoh: Irwansyah







Jenis kelamin diisi dengan tanda centang Contoh:



20



21







Laki-laki Perempuan



Laki – laki Perempuan 







Anak ke: diisi dngan nomor urut kelahiran anak Contoh: Anak ke 1







Tanggal lhir: diisi tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak Contoh: 27 Oktober 2004 Perhatian: a. Bila ada kartu kelahiran, catatlah tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak menurut kartu kelahiran b. Bila tidak ada kartu kelahiran, catatlah tanggal lahir anak sesuai dengan yang diingat ibunya. c.



Bila ibu lupa tanggal lahir anak dan hanya tahun umurnya, cobalah perkirakan “ bulan dan tahun ” kelahiran anak menurut bulan Arab / bulan Jawa atau peristiwa – peristiwa lain yang mudah diingat yang bersamaan dengan kelahiran akannya.







Berat badan waktu lahir: diisi dengan berat badan anak yang bersangkutan dalam satuan gram pada waktu dilahirkan. Contoh: Berat Badan waktu lahir : 3.850 gram







Nama ayah: diisi dengan nama ayah tersebut Pekerjaan: diisi dengan pekerjaan ayah anak tersebut



21



22



Contoh: Nama ayah : Smith Pekerjaan : PNS







Nama ibu: diisi dengan nama ibu dari anak tersebut Pekerjaan: diisi dengan pekerjaan ibu dari anak tersebut Contoh: Nama ibu : Santiana Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga







Alamat: diisi dengan alamat tempat tinggal keluarganya Contoh: Alamat : jl. Camat Gabun 2



2) Catatan Pmberian Imunisasi Catatan ini disediakan untuk mencatat tanggal, bulan dan tahun pemberian imunisasi bagi bayi 0 – 12 bulan yan diberi imunisasi tertentu. Catatan diisi langsung oleh petugas imunisasi setelah imunisasi diberikan. a) Imunisasi BCG = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi BCG pada kolom 1. Contoh: 2 September 1994 atau (02 / 09 / 1994) b) Imunisasi DPT = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi DPT kontak yang ke 1, 2, dan 3. Contoh: 



Tanggal imunisasi DPT 1 = 2 September 1994 atau (02 / 09/ 1994) dicatat tanggal pada kolom 1.







Tanggal imunisasi DPT 2 = 3 Oktober 1994 atau (03 / 10/ 1994) dicatat tanggal pada kolom 2.



22



23







Tanggal imunisasi DPT 3 = 2 Nopember 1994 atau (02 / 11 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 3.



c) Imunisasi Polio = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Polio kontak yang ke 1, 2, 3 dan 4. Contoh: 



Tanggal imunisasi Polio 1 = 2 Nopember 1994 atau (02 / 11/ 1994) dicatat tanggal pada kolom 1.







Tanggal imunisasi Polio 2 = 3 Oktober 1994 atau (03 / 10 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 2.







Tanggal imunisasi Polio 3 = 2 Nopember 1994 atau (02/11 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 3







Tanggal imunisasi Polio 4 = 5 Desember 1994 atau (05 / 12 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 4



d) Imunisasi Campak = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Campak. Contoh = 5 Desember 1994 atau (05 / 12 / 1994) e) Imunisasi Hepatitis B = diisi tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan imunisasi Hepatitis B kontak yang ke 1, 2 dan 3. Contoh: 



Tanggal imunisasi Hepatitis B1 = 2 Agustus 1994 atau (02 / 08 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 1.







Tanggal imunisasi Hepatitis B2 = 3 September 1994 atau (03 / 9 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 2.







Tanggal imunisasi Hepatitis B3 = 5 Desember 1994 atau (05 / 12 / 1994) dicatat tanggal pada kolom 3



3) Catatan distribusi vitamin A dosis tinggi Kolom pencatatan ini digunakan untuk mencatat tanggal pemberian kapsul vitamin A yang diberikan kepada anak yang berumur 1 – 5 tahun satu kapsul setiap 6 bulan (Pelaksanaan dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus). Tanggal diberikan (ke 1 s/d ke 8) = diisi dengan tanggal, bulan dan tahun anak tersebut mendapatkan kapsul vitamin A setiap 6 23



24



bulan sekali. Contoh: pemberian yang ke 1 pada tanggal 12 Agustus 1995 dicatat sebagai berikut : Ke : 1



Ke : 5



Ke : 2



Ke : 6



Ke :3



Ke : 7



Ke : 4



Ke : 8



4) Grafik pertumbuhan anak a) Pengisian grafik pertumbuhan anak dimulai dengan menuliskan nama bulan dan tahun kelahiran anak tersebut pada kolom bulan yang berada di bawah angka 0. Contoh: Budi lahir bulan Agustus 1994, maka cantumkan bulan Agustus 1994 di kolom bergaris merah tebal di bawah angka 0. b) Untuk kolom – kolom selanjutnya yang berada di bawah angka 1, 2, 3, 4 s/d 60 diisi dengan nama bulan berikutnya. Contoh:



Sumber: Depkes RI, 2015



c) Setelah anak ditimbang dan diketahui berat badannya, kemudian tentukan titik berat badannya pada titik temu garis tegak (sesuai



24



25



dengan bulan penimbangan) dengan garis datar sesuai dengan berat badan hasil penimbangan dalam kilogram Contoh :Anak umur 9 bulan dengan berat badan 7,4 kg digambar sebagai berikut :



Sumber: Depkes RI, 2015



d) Pada penimbangan bulan selanjutnya, setelah diketahui berat badannya, tentukan titik temu antara garis datar yang menunjukkan berat badannya dan garis tegak yang menunjukkan umur dalam bulan. Selanjutnya kedua titik penimbangan berat badan bulan yang lalu dan penimbangan berat badan bulan ini dapat dihubungkan dengan garis.



Contoh: Pada bulan berikutnya anak ditimbang



dengan berat badan 8,0 kg, sehingga digambar sebagai berikut :



25



26



Sumber: Depkes RI, 2015 e) Pada penimbangan – penimbangan selanjutnya, apabila dilakukan setiap bulan berturut – turut maka titik – titik yang menggambarkan berat badan itu masing – masing dihubungkan satu sama lain, sehingga nantinya akan membentuk suatu grafik sesuai dengan arah pertumbuhan yang terjadi. f) Jika pada bulan ini balita tidak ditimbangdan bulan berikutnya balita tersebut ditimbang lagi, maka titik berat badannya tersebut jangan dihubungkan (biarkan terputus). Baru kemudian bulan berikutnya jika ditimbang lahi titik berat badannya bisa dihubungkan kembali. Alasan mengapa tidak dihubungkan dengan garis, karena kita tidak taahu berat badan anak saat tidak ditimbang (naik, tetap atau turun). Contoh: Pada umur 10 bulan yaitu bulan Juni anak ditimbang dengan berat badan 8,0 kg, sedang bulan Juli tidak ditimbang, tapi pada bulan



26



27



Agustus ditimbang berat badannya 8,4 kg. Digambar sebagai berikut:



Sumber: Depkes RI, 2015



5) Cara pemantauan ASI eksklusif KMS yang diterbitkan sejak tahun 2015/ 1997 di bawah kolom – kolom nama bulan 0, 1, 2, 3, 4 terdapat kolom tambahan untuk mencatat pemantauan ASI Eksklusif. Apabila bayi mendapat ASI saja sampai usia 4 bulan maka di bawah kolom 0, 1, 2, 3, 4 diisi dengan E0, E1, E2, E3, E4. Contoh: a) Budi setelah lahir hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 0 diisi dengan E0. b) Budi sampai usia 1 bulan masih tetap hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 1 diisi dengan E1.



27



28



c) Budi sampai usia 2 bulan juga masih tetap hanya diberi ASI, maka di bawah kolom 2 diisi dengan E2. d) Demikian seterusnya apabila Budi sampai umur 4 bulan hanya mendapat ASI saja, maka di bawah kolom 3 dan 4 ditulis berturut – turut E3 dan E4. e) Budi pada usia 3 bulan mulai diberi bubur susu, maka di bawah kolom 3 dan kolom 4 dan seterusnya dicoret. Contoh apabila anak diberi ASI eksklusif 0



1



2



3



4



E0



E1



E2



E3



E4



SUMBER: Depkes RI 2015



0



1



2



3



4



E0



E1



E2



………







Sumber : Depkes RI 2015 f) Apabila anak umur di atas 4 bulan dalam KMS-nya tercatat E0, E1, E2, E3, dan E4, maka anak tersebut telah memperoleh ASI ekslusif sesuai anjuran agaaar tetap sehat. g) Apabila anak umur di atas 4 bulan dalam KMS – nya tidak tercatat sampai E4 ( contoh hanya sampai E2 ) maka anak tersebut tidak mendapat ASI eksklusif.



28



29



6) Catatan lain Semua kejadian yang diderita anak perlu dicatat dalam garis – garis tegak, sesuai dengan bulan penimbangan. Catatan tersebut bisa tentang keadaan kesehatan, makanan, keluarga dan lain –lain. Contoh: a) Bulan Mei 2015 anak mencret diberi oralit. b) Bulan Juni 2015 ibunya sakit panas. c) Bulan Juli 2015 anak tak mau makan. d) Bulan Agustus 2015 anak dikirim ke Puskesmas.



Sumber: Depkes RI, 2015 7) Pesan – pesan penyuluhan a) Pedoman pemberian makanan yang sehat 



Sampai umur 4 bulan, bayi dijamin tetap sehat apabila mendapat ASI saja, tanpa perlu ditambah makanan dan minuman lain (ASI Eksklusif).







Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan (2 tahun) untuk membantu tumbuh kembang, memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi serta menjalin kasih sayang ibu dan bayi.



29



30







Setelah bayi berumur 4 bulan, ASI saja tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi, sehingga perlu mendapat makanan pendamping (MP – ASI)







MP – ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan umur, pertumbuhan dan perkembangan bayi :  Umur 4 – 6 tahun : Selain ASI bayi perlu mulai diberikan makanan lumat  Umur 6 – 12 bulan : Selain ASI bayi mulai diberikan makanan lembek  Umut 12 – 24 bulan : Selain ASI bayi mulai dapat diberikan makanan keluarga (makanan orang dewasa) Umur



Pedoman pemberian makanan sehat



0 – 4 bulan 4 – 6 bulan 6 – 12 bulan 12 – 24 bulan 24 bulan ke atas



b) Pedoman perkembangan balita sehat Sejak tahun 1995 KMS disempurnakan dan dilengkapi contoh – contoh pesan tentang perkembangan balitaaa berbentuk 8 gambar yang meliputi kemampuan perkembangan balita umur : 



3 – 6 bulan : Mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup







9 – 12 bulan : Berjalan dengan berpegangan







12 – 18 bulan : Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah







18 – 24 bulan : Mencoret – coret dengan alat tulis



30



31







2 – 3 tahun : Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan dan melepas pakaian sendiri







3 – 4 tahun : Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna







4 – 5 tahun : Mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan



Untuk memudahkan pelaksanaan pemantauan perkembangan balita, jadual kegaitan pemantauan perkembangan di Posyandu adalah sebagai berikut: a) Pemantauan perkembangan pada bayi dilakukan minimal 4 (empat) kali yaitu : 



Bayi baru lahir, pemantauan perkembangan dintegrasikan dengan kunjungan neonatal.







Bayi umur kurang dari 3 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumut 3 bulan.







Bayi umur 3 – 6 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumur 6 bulan







Bayi umur 6 – 9 bulan, pemantauan perkembangan dilakukan pada saat bayi berumur 9 bulan







Bayi umur 9 – 12 bulan, pemantauan perkembangaan dilakukan pada saat bayi berumur 12 bulan.



b) Pada anak balita 12 – 5 tahun Pemantauan perkembangan dilakukan pada umur 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan, 42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, dan 60 bulan. Pemantauan perkembangan di Posyandu dilakukan di meja 4, sebelum kader memberikan penyuluhan. 1) Bila pada umurnya anak belum mencapai kemampuan seperti pada gambar, pada kolom umur ditulis Stimulasi, yang berarti anak perlu distimulasi. Kader memberi nasehat cara stimulasi kepada ibu, sehingga ibu dapat melatih kemampuannya yang belum bisa dicapai di rumah.



31



32



Contoh: Ani bayi umur 9 bulan, di meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara sederhana dengan mencocokkan kemampuan perkembangannya dengan gambar kelompok umur 9 – 12 bulan. Ani



belum



mampu



berjalan



dengan



berjalan



dengan



berpegangan. Pada kolom 9 bulan KMS balita kader menulis Stimulasi. Kader memberi nasehat agar ibu Ani melatih anaknya berjalan dengan berpegangan tangan. 2) Bila anak sudah melewati batas umur namun ia belum mampu mencapai kemampuan seperti pada gambar, berarti anak mengalami keterlambatan perkembangan. Tuliskan pada kolom umur dirujuk yang berarti anak perlu dirujuk ke Puskesmas untuk



mendapatkan



penanganan



agar



keterlambatan



perkembangan dapat diatasi. Contoh : 3 bulan berikutnya Ani berumur 12 bulan, kembali dibawa ke Posyandu dan meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara



sederhana



dengan



mencocokkan



kemampuan



perkembangannya dengan gambar kelompok umur 9 – 12 bulan. Ternyata Ani belum bisa berjalan dengan berpegangan tangan, berarti mengalami keterlambatan perkembangan. Pada kolom umur 12 bulan KMS balita, kader menuliskan dirujuk sebab anak perlu dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan agar keterlambatan perkembangan dapat diatasi. 3) Bila kemampuan anak sesuai dengan gambar, berarti kemampuan anak sesuai dengan umurnya. Kader memberitahu agar ibu selalu memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak. Contoh : Sari bayi umur 2 tahun, di meja 4 Posyandu oleh kader dideteksi secara sederhana dengan mencocokkan kemampuan perkembangannya dengan gambar kelompok umur 2 – 3 tahun. Ternyata Sari telah mampu berdiri dengan satu kaki, berarti kemampuan perkembangan Sari sesuai dengan umurnya. Maka



32



33



kader memberi tahu ibu Sari untuk memperhatikan tumbuh kembang anak. Gizi dan kesehatannya serta tetap melatih anaknya agar mencapai kemampuan perkembangan sesuai dengan umurnya. c) Pesan – pesan mengatasi diare 



Bila anak diare atau mencret jangan diamkan dan jangan dianggap biasa. Untuk mencegah keadaan fatal akibat diare yang dapat mengakibatkan kematian, hanya dapat dilakukan dengan memberikan banyak cairaan atau banyak minum.







Ketika anak diare :  Segera beri minuman yang ada di rumah lebih banyak, misalnya air masak, air teh, air tajin, kuah sayur, sari buah segar, air kelapa atau larutan gula garam dan larutan oralit (bila ada).  Makanan terus diberikan kepada anak yang sedang diare dan : Anak masih menyusu, Asi diteruskan, lebih sering anak diberi ASI semakin baik.  Anak yang sudah diberikan makanan tambahan, lanjutkan seperti biasa, sebaiknya makanannya dibuat lembik dan tidak banyak mengandung serat.







Bawa ke petugas kesehatan puskesmas sambil diberikan minuman apabila :  Tidak membaik dalam 2 hari  Diare semakin bertambah atau terus menerus  disertai munah-muntah berkali-kali  tinjanya ada darah  ada demam  tidak mau makan dan minum  Bila ditemukan satu di antara enam tanda bahaya di atas, penderita harus segera dirujuk atau dibawa ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.



33



34



Khusus untuk penderita diare dengan gizi buruk dirujuk untuk pengobatan



d) Pedoman imunisasi 



Setiap anak, sebelum umur 1 (satu) tahun, harus sudah mendapat imunisasi lengkap.







Jika ada balita yang sampai umur 12 bulan belum memperoleh imunisasi, dianjurkan agar anak segera dibawa ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapat imunisasi.







Jika ada balita yang sudah pernah mendapat imunisasi tetapi belum lengkap, anjurkan ibu agar membawa anaknya ke posyandu / puskesmas untuk diberi imunisasi lengkap.







Jika anak sudah mendapat imunisasi lengkap ibunya perlu diberi pujian.







Manfaat imunisasi  Untuk melindungi anak balita dari beberapa penyakit infeksi yang berbahaya







Yang perlu mendapat imunisasi  Semua anak umur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.







Macam imunisasi  BCG untuk mencegah penyakit TBC.  DPT untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.  Campak untuk mencegah penyakit Campak.  Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis.







Tempat memperoleh imunisasi di Posyandu, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Puskesmas, dan Rumah sakit.



e) Pedoman keluarga berencana 



Setiap



pasangan



usia



subur



agar



merencanakan



kehamilan/persalinan pada masa yang paling tepat, yaitu pada 34



35



waktu istri berusia 20-30 tahun, dengan memperhatikan jarak antara 2 kelahiran, yaitu 2-4 tahun. 



Bagi



pasangan usia subur



yang akan menunda atau



menjarangkan kehamilan agar menggunakan cara/metode kontrasepsi yang sesuai 



Alat kontrasepsi dapat diperoleh pada tempat pelayanan KB, antara lain: puskesmas, pustu, BKIA, pos kesehatan ABRI, dokter praktek swasta, polindes, rumah sakit pemerintah atau swasta.



35



36



2.3. Kader a. Pendidikan Kader Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan posyandu khususnya dalam hal pencatatan dan pelaporan. Hal ini dimungkinkan karena keder dengan pendidikan formal yang tinggi akan lebih cepat dan mudah mengerti serta memahami segala sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti kursus maupun waktu melaksanakan kegiatan di Posyandu. KMS masih sulit dimengerti kecuali bagi mereka yang berpendidikan formal cukup tinggi, pernyataan Waloedjo, 2014. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Siagian Sondang, 2014).



b. Keaktifan Kader Keaktifan kader di Posyandu dapat mempengaruhi terhadap kemampuannya dalam mengisi KMS, hal ini kemungkinan disebabkan pada kader yang aktif akan mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk mengikuti pembinaan rutin atau mengikuti kursus gizi, termotivasi untuk lebih aktif dan akan lebih lama menjadi kader. Dengan demikian kader yang aktif mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman jika dibandingkan dengan kader yang tidak aktif (Depkes RI, 2014).



c.



Kemampuan Kader Kemampuan kader adalah hasil yang diperoleh dari ketrampilan kader dalam pengisian KMS dan memasukkan data hasil penimbangan balita ke grafik pertumbuhan secara lengkap dan benar. Tiga bagian penting dalam pemantauan pertumbuhan adalah: 1) Ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara teratur.



36



37



2) Ada kegiatan mengisikan data berat badan anak sesuai dengan arah garis pertmbuhannya. 3) Ada penilaian naik atau tidak naik berat badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya. Untuk



meningkatkan



kegiatan



dan



kualitas



pemantauan



pertumbuhan diperlukan pemahaman dan penguasaan meteri pertumbuhan dan status gizi bagi kader. Kegiatan pemantauan pertumbuhan belum dilaksanakan dengan baik dan hasilnya belum dimanfaatkan secara optimal bagi upaya perbaikan gizi (Depkes RI, 2014). Keberadaan kader di wilayah banyak berasal dari tingkat pendidikan dasar sehingga kemampuan sumberdaya sangat terbatas, status ekonomi yang rendah membuat kader lebih terkonsentrasi untuk ikut membantu melayani kegiatan di posyandu, apalagi untuk meningkatkan kemampuan sumber dayanya.



37



38



2.4. Kerangka Teori Pendekatan kerangka teori adalah konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku, diamana perilaku dipengaruhi oleh beberapa factor di antaranya: predisposisi (Predisposing factors) yaitu mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2015). Faktor presdisposisi a) Pengetahuan b) Sikap c) Keyakinan d) Nilai e) Persepsi Faktor pendukung f) Pendidikan a) Petugas kesehatan



Perilaku Kemampuan Pengisian Kartu KMS



b) Keterjangkauan c) Sarana dan prasarana Faktor pendorong kesehatan a) Dukungan keluarga b) Dukungan tokoh masyarakat c) Status ekonomi



38



39



Keaktifan Kader



Pendidikan Kader



    



Factor-faktor yang mempengaruhi pengisian KMS Balita



Umur kader Jenis kelamin Status perkawinan Statis social ekonomi Lamanya menjadi kader



2.5. Kerangka Konsep Pendidikan Kader



Kemampuan kader dalam pengisian KMS Keaktifan Kader



2.6. Hipotesis Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku kemampuan pengisian kartu KMS.



39



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1. Jenis dan Ranacangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatuf. Menurut Notoatmodjo (2010) penelitan deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Menurut Ridwan (2011), kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Penelitian yang akan digunakan ini merupakan penelitian yang paling sederhana, karena penelitian tidak melakukan apapun terhadap objek yang diteliti. Menurut Arikunto (2010), penelitian yang paling sederhana yaitu penelitian tidak mengubah, menambah, atau memanipulasi objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan tentang pengetahuan kader tentang pengisian KMS.



3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan waktu penelitian adalah rencana tentang tempat dan jadwal yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2007). Penelitian dilaksanakan di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 -12-2017



3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penagmbilan Sampel a. Populasi Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua



41



kader di RT 04 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, populasi kader di RT tersebut adalah 25 orang kader posyandu.



b. Sampel Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subjek penelitian