Proposal Pengukuran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL SURVEI DAN PENGUKURAN TAPAK



OLEH:



KELOMPOK IV DIAN ASHARI MUSFIRA RUSDI PRINCENSSIA SURYANI MATANDUNG MUH. IDUL MULYONO MUHAMMAD FARRAS KAUTHSAR A.



DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019



(D051181024) (D051181027) (D051181520) (D051181333) (D051181522)



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot, dan desain produk. Arsitektur sebagai perencana, memerlukan tapak dalam sebuah perancangan. Tapak dalam perspektif ilmu arsitektur adalah lahan atau tempat dimana bangunan akan didirikan. Perencanaan tapak dimaksudkan untuk meletakkan bangunan atau kelompok bangunan pada tapak yang ditentukan dengan tepat, maka perlu memahami konsep tapak dengan melakukan analisis terhadap kondisi existing tapak yang meliputi dimensi dan topografi tapak. Sehingga, dapat diperoleh kelebihan dan kelemahannya. Perencanaan tapak dalam pekerjaan arsitektur lebih diprioritaskan ke dalam keindahan, keserasian dan keestetikaan objek bangunan yang akan menempati tapak. Dalam konteks penataan ruang, orientasi perencanaan tapak dispekulasikan ke dalam penyusunan rencana yang bersifat detail. Sebelum akhirnya menganalisis tapak, diperlukan terlebih dahulu dilakukan kegiatan pemetaan tapak untuk memperoleh kondisi eksisting. Hasil pemetaan diperoleh dari proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi. Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik, atau metode lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur waterpass dan theodolite berikut perlengkapannya. Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan mendapatkan pengalaman dalam melakukan pengukuran, pemetaan, dan menganalisis tapak, mahasiswa Departemen Arsitektur Universitas Hasanuddin pada mata kuliah Pemetaan dan Analisis Tapak diharuskan melakukan survei dan pengukuran tapak di lokasi terpilih terlebih dahulu. Sebelum akhirnya, melakukan pemetaan tapak dan analisis tapak guna mengaitkan semua data eksisting tapak yang terkumpul.



B. MAKSUD DAN TUJUAN



Adapun maksud dari survei dan pengukuran tapak ini yaitu menentukan lokasi tapak yang ideal untuk dilakukan pengukuran. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan perbedaan ketinggian b. Menentukan kemiringan lahan c. Mendapatkan data-data untuk melakukan pemetaan dan analisis tapak d. Mengenal dan dapat menggunakan alat-alat ukur tanah, seperti waterpass dan theodolite



C. RUMUSAN MASALAH 1. Di mana lokasi survei dan pengukuran yang akan ditinjau? 2. Bagaimana dimensi dan kondisi tapak lokasi tersebut? 3. Apakah metode dan alat-alat yang digunakan dalam pengukuran?



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TAPAK Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vector maupun raster. Dalam LMS Unhas. Modul_I_Pemetaan_dan_Analisis_Tapak.2015, pemetaan adalah membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik, atau metode lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya. Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan titik dasar control hingga kepada pengukuran batas tanah. Yang dimaksud pengukuran dan pemetaan adalah mempelajari cara-cara pengukuran permukaan bumi untuk keperluan pemetaan pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan. Peta merupakan proyeksi yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di permukaan bumi dan diatas peta. Posisi titik pada permukaan bumi berupa bidang lengkung dan biasanya dinyatakan dengan lintang dan bujur. Posisi titik pada peta yang berupa bidang datar dinyatakan dengan koordinat kartesian (X,Y). Secara garis besarnya, metode pemetaan topografi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode teristris dan metode fotogrametris. 1. Metode teristris Dalam metode ini, semua pekerjaan pengukuran topografi dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan peralatan ukur, seperti teodolit, waterpas, alat ukur jarak, serta peralatan ukur modern lainnya (GPS, total station, dan lain-lain). Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titik kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi (semua objek yang terdapat di permukaan bumi). Yang dimaksud dengan kerangka pemetaan adalah jaringan titik kontrol tanah (X,Y) dan (h) yang akan digunakan sebagai referensi/acuan pengukuran dan titik kontrol pengukuran (Wongsotjitro, 1985).



Setelah semua data lapangan terukur secara akurat, maka data-data tersebut kemudian diolah di kantor. Pengolahan data ini terdiri atas perhitungan data kerangka pemetaan dan data detail topografi, penggambaran detail topografi, serta proses kartografi. Hasil akhir dari pengolahan data ini adalah berupa peta topografi. Secara garis besar, langkah-langkah pemetaan secara terestris adalah sebagai berikut : a. Persiapan, yang meliputi peralatan, perlengkapan dan personil. b. Survey pendahuluan (reconaisance survey), maksudnya peninjauan lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi medan secara menyeluruh, sehingga dari hasil ini akan dapat ditentukan : 1) Teknik pelaksanaan pengukurannya. 2) Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representatif dalam arti distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan, mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detail, saling terlihat dengan titik sebelum dan setelah detail. c. Survei pengukuran, meliputi : 1) Pengukuran kerangka peta (misal poligon) meliputi sudut, jarak, beda tinggi 2) Pengukuran detil (misal dengan takhimetri) 3) Pengukuran khusus (bila diperlukan) d. Pengolahan data (perhitungan) 1) Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z); 2) Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah/azimthnya, jarak datar, dan beda tinggi, dari titik ikat. e. Plotting atau penggambaran, meliputi: 1) Plotting kerangka peta; 2) Plotting detil; 3) Penarikan garis kontur; 4) Editing. 2. Metode fotogrametris Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain dapat langsung dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan dari udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Dalam metode fotogrametri ini, pengukuran lapangan masih diperlukan dalam proses fotogrametris selanjutnya (Subagio, 2003).



Survey merupakan pengukuran yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah peta yang mangambarkan suatu permukaan datar dari seluruh atau bagian dari permukaan bumi, untuk memperlihatkan kenampakan fisik, politik, atau lainnya tiap titik pada diagram dihubungkan dengan posisi geografi menurut skala dan proyeksi tertentu. Pemetaan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain Pengukurann sifat datar pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan serentak atau dibagi dalam beberapa seksi. Pengukuran polygon yakni pengukuran jumlah sudut yang diukur dilapangan dimana sudut tersebut dihubungkan menjadi beberapa garis lurus dari suatu titik ketitik yang lain untuk menentukan titik koordinat. Poligon



adalah



serangkaian



garis



lurus



dipermukaan



tanah



yang



menghubungkan antara titik-titik dilapangan, dimana pada titik-titik tersebut dilakukan pengukuran sudut dan jarak. Tujuan dari poligon adalah untuk memperbanyak koordinat antara titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta. Pengukuran polygon terbagi dua jenis yaitu polygon terbuka dan polygon tertutup. 1. Polygon terbuka yaitu polygon yang titik akhirnya dan titik awalnya pada titik yang berbeda/ tidak menutup.



Gambar 1. Polygon Terbuka 2. Polygon tertutup yaitu polygon yang titik awalnya dan titik akhirnya pada titik yang sama atau tertutup.



Gambar 2. Polygon Tertutup



Peralatan Utama yang dipergunakan dalam kegiatan survey umumnya adalah sebagai berikut : 1. Total Station, alat utama dalam pengukuran tambang, yang dapat mengeluarkan gelombang kemudian dipantulkan kembali oleh reflektor atau prisma. Alat ini dapat membaca sudut horizontal dan vertikal bersama-sama dengan jarak miringnya (slope distance).



Gambar 3. Total Station NPL 632 2. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).



Gambar 4. Bagian-bagian Theodolit







Cara Menggunakan Theodolit Pengaturan Theodolite 1. Temukan sepetak tanah tingkat dengan pandangan yang bagus diantara lahan yang akan diukur. 2. Memperpanjang kaki tripod sehingga theodolite akan berada pada tingkat yang nyaman untuk Anda gunakan, sejauh mungkin (kebanyakan tripod theodolite akan memiliki mekanisme yang akan mengunci mereka ketika mereka mencapai pemisahan dan ekstensi maksimum) , dan tempelkan ujung kaki ke tanah. 3. Sesuaikan tiga sekrup pengatur di dasar teodolit sehingga rata. Tingkat sekrup yang dipasang pada theodolite akan memberi Anda gambaran bidang yang sejajar. 4. Sejajarkan tingkat panjang dengan dua dari tiga sekrup dan atur ulang dengan kedua sekrup tersebut untuk mencapai tingkat yang lebih akurat pada sumbu tersebut. Kemudian putar theodolite 90 derajat pada alasnya dan sesuaikan lagi menggunakan sekrup ketiga. 5. Lepaskan dua klem pengatur horisontal (biasanya kenop besar di kedua sisi theodolite, sedikit diimbangi secara vertikal). 6. Sejajarkan bagian atas teodolit dengan tanda pada cincin di antara kedua sisi yang terhubung ke klem horisontal, kemudian kunci klem atas. 7. Buka penutup lensa di sisi teodolit, dan lihat melalui lensa mata kecil. Anda akan melihat tiga skala: penyesuaian horizontal, vertikal, dan halus. Gunakan tombol penyesuaian di bagian atas theodolite untuk menyesuaikan tanda dengan 0’00 “(0 menit dan 0 detik dari busur). 8. Gunakan tombol penyesuaian horisontal atas untuk menyelaraskan garis tunggal yang Anda lihat dalam ruang lingkup di bagian bawah skala horizontal tepat di antara garis ganda yang duduk di bawah angka 0. 9. Buat garis referensi dengan menyusun theodolite secara horizontal dengan tengara tinggi dalam tampilan yang mudah. Buka kunci klem bawah untuk membuat rotasi ini, luruskan pandangan dengan tengara, dan kunci klem bawah lagi. Pengukuran horizontal akan tetap nol. Mulai sekarang, hanya kendurkan klem atas untuk membuat penyesuaian horizontal.







Pengukuran Menggunakan Theodolit



1.



Buka kunci penjepit horizontal atas, dan putar theodolite hingga panah di tempat yang kasar berbaris dengan titik yang ingin Anda ukur, lalu kunci klem. Gunakan adjuster horizontal atas (bukan klem) untuk menyelaraskan objek antara dua lampu vertikal dalam penglihatan.



2.



Lihatlah melalui lensa mata kecil, dan gunakan tombol penyesuaian halus untuk mendapatkan garis horizontal tepat dengan objek Anda. Derajat dari referensi Anda diukur pada skala derajat horisontal, menit dan detik pada skala penyesuaian halus (mis. 30 derajat 10’30 “).



3.



Buka kunci penjepit vertikal dan lihat melalui penglihatan sambil memindahkan theodolite naik turun untuk menemukan titik yang tepat secara vertikal pada objek Anda yang ingin Anda ukur. Kunci klem dan gunakan tombol penyesuaian vertikal halus untuk mendapatkan perbaikan tepat pada titik yang Anda pilih. Kemudian lihat melalui eyepiece kecil dan baca derajat, menit dan detik dari skala vertikal dan skala penyesuaian halus seperti yang Anda lakukan untuk skala horizontal. Jika objek Anda tinggi, Anda harus melakukan penyesuaian horizontal kasar terlebih dahulu, lalu lakukan pengukuran vertikal, kemudian sesuaikan untuk pengukuran horizontal akhir. Kedua koordinat ini memberikan sudut yang tepat antara referensi Anda dan titik minat Anda, tetapi Anda juga dapat mengukur sudut antara dua titik dengan membandingkan dua pengukuran mereka, atau dengan menetapkan titik pertama sebagai referensi.Dalam pengukuran poligon tertutup dikenal dengan istilah sudut dalam. Sudut dalam adalah data yang dibentuk antara garis-garis poligon. Sudut dalam tersebut dapat diketahui dengan menganalisa besarnya sudut yang dibentuk antara suatu titik ke titik lainnya, bahwa sudut dalam adalah sudut yang terletak di bagian dalam poligon tertutup yang dibentuk dari garis-garis poligon yang saling berhubungan. Dalam pengolahan data poligon tertutup dikenal istilah departure correction dan latitude correction Departure correction dan latitude correction digunakan untuk membuktikan apakah titik pulang dan titik pergi berada pada titik yang sama dengan parameter nilai nol. Nilai nol tersebut menunjukkan bahwa titik Pengukuran poligon dapat diaplikasikan dalam pengukuran titik-titik kontrol sebuah



konstruksi karena poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu. 3. Automatic level atau sering disebut juga waterpass adalah alat pengukur beda tinggi suatu bidang/lahan. Automatic level digunakan untuk menentukan elevesi / tinggi atau beda tinggi suatu lantai, balok, bangunan dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Waterpas digunakan untuk mengecek ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi dari rencana pembangunan. 



Syarat pemakaian alat Waterpass : -Syarat Dinamis : Sumbu I Vertikal -Syarat Statis



: Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.



Gambar 5. Bagian-bagian Waterpass 



Bagian-bagian Waterpass : 1. Lup



: Lensa yang bisa disetel menjadi alat pengamat objek.



2. Teropong



: Tabung yang menjaga agar semua lensa dan gigi fokus berada pada posisinya yang tepat.



3. Tombol focus : Tombol pengatur yang memfokuskan level sacara internal terhadap objek. 4. Penahan sinar : Sebuah tudung metal atau plastik yang dipasang di atas lensa obyektif untuk melindungi lensadari kerusakan dan



untuk mengurangi silau pada waktu level digunakan. 5. Piringan horizontal 6. Sekrup level : Sekrup-sekrup pengatur yang dipakai untuk mendatangkan level. 7. Alas



: Alas tipis berukuran 3 ½ x 8 “ yang mengikat alat pada tripod.



8. Unting-unting: Kait dan rantai ditempatkan tepat di tengah-tengah di bawah level, tempat unting-unting digantung bila sudut pandang akan diputar. 9. Tabung Nivo : Sebuah tabung gelas bergraduasi yang berisi cairan yang sejajar dengan garis bidik teropong. 



Cara Menggunakan Waterpass : 1. Siapkan alat – alat yang di perlukan seperti : Alat ukur Waterpass, Bak ukur dan Tripod. 2. Letakkan Waterpass di atas Tripod. 3. Pastikan posisi garis mendatar diafragma yang terdapat pada waterpass sejajar dengan sumbu I. 4. Aturlah sekrup A, B dan C supaya gelembung nivo berada di tengah. 5. Tarulah Bak Ukur di suatu tempat yang ingin di ukur elevasinya. 6. Arahkan Waterpass ke arah objek. 7. Aturlah tombol focus / Mikrometer agar objek yang di bidik terlihat jelas. 8. Setelah itu lakukan pengukuran dengan benar. Adapun peralatan bantu yang digunakan selama proses pelaksanaan



pengukuran tapak adalah sebagai berikut. 1. Tripod (statip), berfungsi untuk menempatkan pesawat. 2. Baak ukur (rambu), berfungsi sebagai obyek oleh pesawat untuk mendapatkan data-data bacaan benang. 3. Jalon, berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur. 4. Patok, berfungsi untuk memberi tanda pada titik ukur atau pada titik bantu. 5. Rol meter, berfungsi untuk mengukur jarak langsung pada pengukuran penyipat datar. 6. Meteran, berfungsi untuk mengukur tinggi pesawat. 7. Unting-unting, berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada patok 8. Kompas, berfungsi untuk menunjukkan arah utara kompas.



9. Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun terpaan hujan. 10. Alat tulis, berfungsi untuk mencatat hasil pembacaan di lapangan.



Gambar 6. Tripot



Gambar 8. Jalon



Gambar 10. Roll meter



Gambar 7. Rambu Ukur



Gambar 9. Patok



Gambar 11. Meteran



Gambar 12. Unting – unting



Gambar 14. Payung Gambar



Gambar 13. Kompas



15. Alat Tulis



B. ANALISIS TAPAK  Tapak artinya adalah ‘Site’ dari kata site plan (rencana tapak). Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang jelas, berikut kondisi permukaan dan ciri-ciri istimewa yang di miliki oleh lahan tersebut.  Tapak adalah lahan atau tempat dimana bangunan yang direncanakan akan didirikan  Analisis tapak adalah mengaitkan semua data yang terkumpul sehingga dapat diketahui potensi, kendala yang ada pada tapak.



BAB III LOKASI DAN WAKTU



A. LOKASI Praktek lapangan Pemetaan dan Analisis Tapak kelompok kami akan dilaksanakan di Kelurahan Mawang, Kecamapatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Lokasi merupakan lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan yang berjarak 2,48 km dengan jarak tempuh ± 6 menit dari Kampus Fakultas Teknik Unhas. Adapun lokasi berbatasan dengan: Utara



: Perumahan Danau Alam Pendidikan



Selatan



: Jalan Macanda II, Danau Mawang



Timur



: Lahan kosong



Barat



: Perumahan Danau Alam Pendidikan



Gambar 16. Peta administrasi Kabupaten Gowa Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-gowa-a11.jpg



Gambar 17. Lokasi terpilih Sumber: Google Earth



Gambar 18. Dimensi tapak Sumber: Google Earth



Adapun dimensi tapak adalah sebagai berikut: Perimeter : 399,82 m Luas



: 1 ha



Berikut ini adalah alasan-alasan terpilihnya lokasi pengukuran. 1. Tapak relatih berkontur sehingga akan didapatkan perbedaaan ketinggian dan kemiringan lahan. 2. Dekat dengan Kampus Fakultas Teknik Unhas sehingga mudah dalam mobilisasi. 3. Akses menuju lokasi sangat mudah.



Gambar 19. Kontur tapak Sumber: Survei langsung, 17 September 2019



Gambar 20. Jarak lokasi dari Kampus Fakultas Teknik Unhas Sumber: Google Earth



Gambar 21. Akses masuk menuju lokasi Sumber: Google Earth



Gambar 22.Tampak Utara Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019



Gambar 23. Tampak Timur Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019



Gambar 24. Tampak Selatan Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019



Gambar 25. Tampak Barat Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019



B. WAKTU Tabel 1. Rencana waktu kegiatan



Bulan Kegiatan



September



Oktober



November



Desember



Minggu Ke-



Minggu Ke-



Minggu Ke-



Minggu Ke-



1 Persiapan -



Survei lapangan



-



Pengajuan proposal



Pengukuran Penggambaran Analisis



2



3



4



1



2



3



4



1



2



3



4



1



2



3



4



C. PENGOLAHAN DATA Tabel 2. Tabel pengukuran sipat datar (Waterpass)/ Theodolit Posisi Pesawat



Sudut



PS0 P1 P2 P3 P4 PS1 P5 P6 P7 P8 PS2 P9 P10 P11 PS3 P12 P13 P14 PS4 P15 P1 PS0



0° 51°54' 95°35' 146°43' 174°52' 235°01' 90°56' 123°31' 177°39' 223°17' 281°05' 69°20' 115°10' 160°25 241°39' 53°45' 180°39 217°34' 273°31' 103°09' 146°01' 208°25'



Tinggi Jarak Pesawat Langsung (m) (m)



1,228



1,228



1,228



1,228



1,228



45 31,16 48,4 69,3 58,8 52,12 33,63 22,9 46,85 69,31 49,8 28,62 29,75 44,8 16,84 15 46,35 48 43,86 48 36,3



Bacaan Rambu BA



BT



BB



2,161 1,46 1,342 1,01 20.09 1,438 1,155 0,888 1,687 0,85 2,56 2,412 2,384 2,346 1,218 1,505 2,401 1,7 2,484 2,489 1,739



1,936 1,304 1,102 0,666 0,55 1,179 0,988 0,774 1,453 0,505 2,311 2,27 2,237 2,123 1,136 1,43 2,169 1,461 2,266 2,249 1,559



1,711 1,149 0,862 0,322 0,26 0,92 0,82 0,666 1,22 0,16 2,062 2,128 2,09 1,9 1,054 1,355 1,938 1,222 2,048 2,009 1,379



Jarak Langsung Antar Patok P1-P2



: 31,92 m



P8-P9



: 28,80 m



P2-P3



: 37,70 m



P9-P10



: 36,35 m



P3-P4



: 35,20 m



P10-P11



: 22,00 m



P4-P5



: 27,15 m



P11-P12



: 35,00 m



P5-P6



: 29,75 m



P12-P13



: 29,10 m



P6-P7



: 27, 35 m



P13-P14



: 35,50 m



P7-P8



: 35,00 m



P14-P15



: 31,94 m



P15-P1



: 34,60 m



Jarak Optis Keterangan (m) 45 31,1 48 68,8 58 51,8 33,5 22,2 46,7 69 49,8 28,4 29,4 44,6 16,4 15 46,3 47,8 43,6 48 36



DAFTAR PUSTAKA



https://www.scribd.com/doc/230892659/Pemetaan-Bangunan https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-pemetaan-bangunan.html https://studio6btimbulsloko.wordpress.com/2013/07/16/analisis-tapak/ https://www.academia.edu/24733561/ANALISA_TAPAK https://www.academia.edu/15525362/PROPOSAL_KERJA_PRAKTIK Mulyadi, Rosadi, dkk. 2015. Modul Pembelajaran Pemetaan dan Analisis Tapak 215D5113 Modul I Minggu I. LMS Unhas. 2019.



DOKUMENTASI