Proposal Ronde Keperawatan-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS



Disusun Oleh: 1.



Anggara Diant Putra



(1730008) 2. Devan Fernanda 3. Novita Devi 4. Rendi Rivaldi 5. Silvi Zahrotul Laily 6. Siska Aniscara



NIM NIM NIM NIM NIM NIM



(1730016) (1730043) (1730046) (1730051) (1730053)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS



2018SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN



Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



:



Umur



:



Alamat



:



Adalah Suami / Istri / Orang Tua / Anak dari Pasien : Nama



:



Umur



:



Alamat



:



Ruang



:



No. RM



:



Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah: “Memberikan Persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan yang sejelasnya tentang maksud dilakukan Ronde Ruangan dan tidak akan melakukan tuntutan / gugatan dikemudian hari atas tindakan tersebut” Demikian persetujuan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana mestinya



Kepanjen, 14 Mei 2018 Perawat Yang Menerangkan



Penanggung Jawab



( .............................................)



( .............................................)



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS



Nama



: Kelompok 1 dan 2



Ruang



: Empu Tantular RSUD Kanjuruhan Kepanjen



Tanggal : 14 Mei 2018 Judul



: Laporan Ronde Keperawatan Departemen Manajemen



Disetujui oleh :



Pembimbing Lahan



Pembimbing Institusi



Ali Maghfur S.Kep,Ns



Hardianto, M.Kep



Kepala Ruang Empu Tantular



M. Firdaus VS Amd. Kep



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ronde keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara pengajar dan perawat atau mahasiswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh pengajar atau mahasiswa perawat dengan anggota sifatnya atau mahasiswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011). Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2009). B. Karakteristik Ronde Keperawatan Karakteristik dari Ronde Keperawatan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.



Pasien dilibatkan secara langsung. Pasien merupakan fokus kegiatan. PA, PP dan Konselor melakukan diskusi bersama. Konselor memfasilitasi kreativitas. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP



dalam meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah. C. Tujuan Ronde Keperawatan Menurut Nursalam (2009), tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan dibagi menjadi: a. Tujuan Umum Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis. b.



Tujuan Khusus 1. Menumbuhkan cara berfikir kritis (Problem-Based Learning PBL) 2. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah klien. 3. Meningkatkan pola pikir sistematis 4. Meningkatkan validitas data klien 5. Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan



6. Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja, dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra) D. Manfaat Ronde Keperawatan Berikut adalah manfaat dari ronde keperawatan menurut Clement (2011): 1.



Ronde



keperawatan



akan



meningkatkan



keterampilan



dan



pengetahuan pada perawat.). 2. Perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. 3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa perawat. 4. Membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien. 5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien.



E. Tipe-tipe Ronde Keperawatan Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu



matrons’rounds,



nurse



management



rounds,



patient



comfort



rounds dan teaching rounds. 1.



Matron rounds menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat



berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standar pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien. 2.



Nurse management rounds menurut Close & Castlide (2005) ronde



ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dengan head nurse. 3.



Patient comfort rounds menurut Close & Castledine (2005) ronde



di sini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.



4.



Teaching rounds menurut Close & Castledine (2005) dilakukan



antara teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjad proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat. Dengan pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien. F. Mekanisme Ronde Keperawatan 1.



Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien



sebelum melakukan ronde keperawatan. Hal ini dilanjutkan Clament (2011) bahwa perawat sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan psikososial pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum menemui asien, sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin dicapai (Clament, 2011). 2. Perawat menentukan



pasien



yang



akan



dilakukan



ronde



keperawatan. Hal itu disebut Sitorus (2006) sebelum dilakukan ronde perawat primer (PP) menentukan 2-3 klien yang akan di ronde dan ditentukan pasien yang akan di ronde. Sebaliknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relative lebih kompleks (Sitorus, 2006). 3. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan, serta rencana yang lain. Clement (2011) saat ronde keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan, perawat medis dan prognosis. Selain itu juga menurutAnnual review of nursing education dalam ronde keperawatan perawat mendiskusikan diagnosis keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil. Mengenai masalah yang sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan dihadapan pasien. Masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien (Sitorus, 2006). 4. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dan situasi ruangan. Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu



kurang lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relative tenang. Sedangkan menurut Atiken et al. (2010) pelaksanaan ronde keperawatan diadakan dua hari setiap minggu dan berlangsung satu jam.



G. Tahapan Ronde Keperawatan (Nursalam, 2016) Tahap pra………………………. PP



PENETAPAN PASIEN



PERSIAPAN PASIEN : o Informed consent o Hasil pengkajian/validasi data



Tahap Pelaksanaan dinurse station………….PENYAJIAN MASALAH MASLA



 Apa diagnosis keperawatan  Apa data yang mendukung  Bagaimana intervensi yang dilakukan ?  Apa hambatan yang



Tahap pelaksanaan di Kamar pasien



VALIDASI DATA di tempat tidur pasien



Diskusi PP Konselor, KARU



Lanjutan - diskusi di nurse station



Pasca Ronde……………………………………………. Kesimpulan dan Rekomendasi Solusi masalah



Keterangan 1. Pra Ronde a.



Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan



masalah yang langka) b. Menentukan tim ronde c. Mencari sumber atau literature d. Membuat proporsal e. Mempersiapkan pasien: Informed concernt dan pengkajian f.Diskusi: Apakah diagnosis keperawatan?; Apa data yang mendukung?; Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; dan Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan? 2. Pelaksanaan Ronde a.



Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan



pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan



b. c.



Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau



kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan 3. Pasca Ronde a. Evaluasi, revisi dan perbaikan. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan



diagnosis;



intervensi



keperawatan selanjutnya



H. Hal Yang Dipersiapkan dalam Ronde Keperawatan Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan persiapan sebagai berikut: a.



Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan



masalah yang langka) b. Menentukan tim ronde keperawatan c. Mencari sumber / literature d. Membuat proposal e. Mempersiapjan pasien inform consent dan pengkajian f. Diskusi: apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, apa hambatan yang ditemukan selama perawatan. I. Peran Masing-masing Anggota Tim Ronde Keperawatan 1. a. b. c. d. e. f. 2.



Peran Perawat Primer dan Perawat Associate Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien. Menjelaskan diagnosis keperawatan. Menjelaskan intervensi yang dilakukan. Menjelaskan hasil yang didapat. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji. Peran Perawat Konselor



a. Memberikan justifikasi. b. Memberikan reinforcement. c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan dan rasional tindakan. d. Mengarahkan dan koreksi. e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.



DAFTAR PUSTAKA Clement, I. (2011). Management nursing services and education.Edition 1. India: Elsevier. Nursalam. 2009 Manajeman keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Salamba Medika: Jakarta. Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 1: Matrons rounds. Britsh Journal of Nursing.Vol 14, No 15. Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part 2: Nurse management rounds. Britsh Journal of Nursing.Vol 14, No 16. Close, A., & Castledine, G. (2005). Clinical nursing rounds part : Teaching rounds for nurses. Britsh Journal of Nursing.Vol 14, No 18.



Aitken, L., Burmeister E., Clayton S., Dalais C., & Gardner G (2010). The impact of nursing rounds on the practice environment & nurse satisfaction in intensive care: pre-test post-test comparative study. International Journal of Nursing Studies. 48 (2011) 918-925.BAB II RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPARAWATAN PADA PASIEN PADA AN. M DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO KEJANG BERULANG DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KEPANJEN Topik



: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Resiko Kejang Berulang pada Diagnosa KDS + ST Epilepsi + CA Encephalitis



Sasaran



: Pasien dan Keluarga Pasien An. M



Hari / Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 Waktu



: 60 menit



A. Tujuan 1. Tujuan Umum Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu resiko infeksi 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi masalah yang belum teratasi b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalahpasien B. Sasaran Pasien An. M Usia: 2,9 tahun yang di rawat di kamar observasi Ruang Empu Tantular RSUD Kanjuruhan Kepanjen C. Materi Terlampir D. Metode Diskusi E. Media 1. Dokumen / Status Pasien 2. Sarana Diskusi : Kertas, Bulpoin



3. Materi yang disampaikan secara lisan F. Kegiatan Ronde Keperawatan



Waktu 1. Hari Sebelum Ronde



5 Menit



Tahap Pra Ronde



Ronde (Nurse



Kegiatan Pra Ronde 1. Menentukan kasus dan topik 2. Menetukan Tim ronde 3. Menentukan Literatur 4. Membuat proposal 5. Mempersiapkan pasien dengan pemberian informed consent Pembukaan



Pelaksanaan Penanggung Jawab: 1. Ana Fitri 2. Atmaja 3. Choirul Imami 4. Chyntia 5. Ratna 6. Vidia Kepala Ruang



Station)



30 Menit



10 Menit



1. Salam pembuka 2. Memperkenalkan diri Tim Ronde 3. Menjelaskan tujuan ronde 4. Mengenalkan pasien secara sepintas Penyajian Masalah PP 1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde 2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien 3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan



Validasi Data ( Bed Pasien ) : 1. Mencocokan dan menjelaskan kembali data Karu, PP, Perawat yang telah disampaikan dengan wawancara, Konselor observasi dan pemeriksaan keadaan pasien secara langsung dan melihat dokumentasi 2. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut di bed pasien 3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruang tentang masalah Karu, PP, Perawat pasien Konselor Pasca Ronde 1. Melanjutkan diskusi dan masukan dari tim Karu, Seupervisor, 2. Menyimpulkan untuk melakukan tindakan (Nurse Perawat Konselor, keperawatan pada masalah prioritas yang telah Pembimbing Station) ditetapkan 3. Merekomendasikan intervensi keperawatan 4. Penutup



G. Kriteria Evaluasi 1. Struktur a. Ronde keperwatan dilaksanakan di Ruang Empu Tantular b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan c. Persiapan dilakukan sebelumnya 2. Proses a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang ditentukan 3. Hasil a. Pasien puas dengan hasil kegiatan b. Masalah pasien dapat teratasi c. Perawat dapat : 1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistemik 2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien 3) Meningkatkan kemempuan menentukan diagnosa keperawatan 4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien 5) Meningkatkan kemampuaan memodifikasi rencana asuhan keperawatan 6) Meningkatkan kemmpuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja H. Pengorganisasian 1. Kepala Ruangan : Vidia Desy Pujilestari 2. PP I : Ratna Wahyuningsih PP II : Chintya Rachmadianing PP III : Choirul Imami 3. PA I : Ana Fitri N.S PA II : Atmaja Ibah Salim 4. Pembimbing I : Bapak Ali Maghfur, S.Kep.Ns Pembimbing II : Bapak Hardianto, S.Kep.Ns 5. Supervisor : Bapak Firdaus, Amd.Kep I. Pelaksanaan Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 Tempat : Ruang Empu Tantular RSUD Kepanjen Jam : 10.00 WIB



BAB III LAPORAN PENDAHULUAN KDS, ST EPILEPSI & CA ANCEPHALITIS



A. DEFINISI Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya. Definisi berdasarkan konsensus tatalaksana kejang demam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia/IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam (febris convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang timbul pada waktu demam yang tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya karena ada nya infeksi di saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang, utamanya dibawah 6 bulan, kemungkinan besar mengalami epilepsy. Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38) (Sujono Riyadi, 2013). B. ETIOLOGI Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain demam yang disebabkan oleh berbagai sebab, faktor lain yang berperan dalam etilogi kejang demam, yaitu usia, riwayat keluarga, faktor prenatal (usia saat ibu hami, riwayat pre eklamsi pada ibu, hamil primi/multipara, pemakaian bahan toksik), faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia



kehamilan, partus lama, cara lahir), dan faktor paskanatal (kejang akibat toksik, trauma kepala). 1. Demam Demam terjadi apabila hasil pengukuran suhu tubuh mencapai di atas 37,80C aksila atau diatas 38,3 0C rektal. Demam dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi pada anak tersering disebabkan oleh infeksi. Demam merupakan faktor utama timbul bangkitan kejang demam. Demam disebabkan oleh infeksi virus merupakan penyebab terbanyak timbul bangkitan kejang demam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk pada tahun 2013 didapatkan hasil bahwa 97,3% anak yang mengalami kejang demam memiliki suhu lebih dari 37,8 C dan sebanyak 2,7 % anak mengalami kejang demam 0



pada suhu 15 menit. b. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosefalus. c. Kejang fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: a. b. c.



Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan. Kejang demam dengan frekuensi >4 kali per tahun.



Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan



perkembangan



ringan,



bukan



merupakan



indikasi



pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik. Pengobatan Rumat Phenobarbital atau valproic acid efektif menurunkan risiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah valproic acid.



Berdasarkan bukti ilmiah, kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, oleh karena itu pengobatan rumat hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka pendek. Phenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus, terutama pada usia kurang dari 2 tahun, valproic acid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis valproic acid 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan phenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.



4.



Edukasi pada Orang Tua Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orang tua dan



tak jarang orang tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama, orang tua perlu diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua dan keluarga penjelasan terutama pada: a.



Meyakinkan



bahwa



kejang



demam



umumnya



mempunyai



prognosis baik. b.



Memberitahukan cara penanganan kejang.



c.



Memberi informasi mengenai risiko berulang.



d.



Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat.



Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang a. b. c.



Tetap tenang dan tidak panik. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring.



Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. d. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang. e. Tetap bersama pasien selama kejang. f. Berikan diazepam rektal. Jangan diberikan bila kejang telah berhenti. g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Inisial klien



:



Pendidikan Ayah



:



Jenis Kelamin



:



Pendidikan Ibu



:



Umur



:



Agama



:



Anak ke



:



Suku/Bangsa



:



Nama Ayah



:



Tanggal masuk rumah sakit :



Nama Ibu



:



Diagnosis Medis



: Febris konvulsi



2. Riwayat Kesehatan a.



Riwayat kesehatan sekarang 1. 2. 3.



b.



Keluhan Utama : biasanya anak demam tinggi Lama Keluhan : Upaya untuk mengatasi : Riwayat kesehatan sebelumnya



1. 2. 3. 4. 5. c.



Prenatal : pemeriksaan kehamilan, imunasasi, proses kelahiran, dsb Operasi : Alergi : Pola kebiasaan : makan dan minum Tumbuh kembang Riwayat kesehatan keluarga



1. 2.



Penyakit keturunan Komposisi keluarga



3. Pemeriksaan Fisik a.



Head to toe



b.



Keadaan umum : biasanya anak mengalami kelemahan



c.



Kesadaran : biasanya kesadaran anak somnolent, apatis atau sopor



d.



GCS



e.



Tanda-tanda vital :



Suhu, RR biasanya mengalami peningkatan SaO2 biasanya menurun 4. Pola Kebutuhan Dasar 1)



Aktivitas atau Istirahat



Keletihan, kelemahan umum



Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain 2)



Sirkulasi



Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan 3)



Integritas Ego



Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan 4)



Eliminasi



Inkontinensia epirodik 5)



Makanan atau cairan



Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang 6)



Neurosensori



Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis 7)



Kenyamanan



Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal 8)



Pernafasan



Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus Fase posektal : Apnea 9)



Keamanan



Riwayat terjatuh Adanya alergi 10)



Interaksi Sosial



Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi b.d proses penyakit 2. Pola nafas tidak efektif b.d kekakuan otot pernafasan 3. Resiko tinggi cedera b.d spasme otot ekstremitas C. INTERVENSI KEPERAWATAN No 1



Diagnosa Hipertermi b.d proses



NOC Setelah dilakukan asuhan



NIC 1. Monitor suhu tubuh sesering



penyakit



keperawatan 2 x 24 jam



mungkin 2. Monitor warna kulit 3. Monitor TD, N, RR 4. Monitor penurunan tingkat



diharapkan tidak terjadi hipertermi atau peningkatan suhu tubuh dengan kriterian hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5 c) b. Nadi dalam rentang normal c. RR dalam rentang normal d. Tidak ada



kesadaran 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan membatasi pengunjung 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan 7. Berikan edukasi kepada keluarga tentang kompres hangat 8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas



perubahan warna 2



Pola nafas tidak



kulit dan sianosis Setelah dilakukan asuhan



efektif b.d kekakuan



keperawatan 2 x 24 jam



otot pernafasan



diharapkan tidak terjadi hipertermi atau peningkatan suhu tubuh dengan kriterian hasil : a. RR dalam rentang normal. b. Menunjukkan jalan nafas yang paten c. Tidak ada



1. Monitor frekuensi nafas 2. Auskultasi suara nafas 3. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan ventilasi 4. Monitor warna kulit 5. Monitor tekanan darah dan nadi 6. Berikan edukasi kepada keluarga tentang hal yang dapat memicu kejang 7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian bronkodilator atau pemasangan oksigen



sianosis d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal 3



Resiko tinggi cedera



Setelah dilakukan asuhan



1.



b.d spasme otot



keperawatan 2 x 24 jam



ekstremitas



diharapkan tidak terjadi



aman untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan dan



hipertermi atau peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil : a. Tidak terjadi kejang. b. Tidak terjadi cedera



Sediakan lingkungan yang



keamanan pasien 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya 4. Memasang side rail tempat tidur 5. 6.



Membatasi pengunjung Memberikan penerangan



yang cukup 7. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 8. Edukasi tentang penyakit kepada keluarga



DAFTAR PUSTAKA



Hidayah, Nurul. 2015. Pengetahuan Ibu Mengenai Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak Di Kelurahan Ngaliyan Semarang. Semarang. Skripsi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Dipnegoro Marwan, Roly. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian Kejang Demam Pada Anak Usia 6 Bulan – 5 Tahun Di Puskesmas. Caring Nursing Journal. Issn : 2580-0078 Arief, Rifqi Fadli. 2015.Penatalaksanaan Kejang Demam.Cdk-232/ Vol. 42 No. 9. Talakua, Wilsa Dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam Di Ruang Dahlia Rs Panti Wilasa Citarum Semarang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN I.



IDENTITAS Identitas Pasien Nama



: An. M



Umur



: 2,9 tahun



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Belum bekerja



Alamat



: Bululawang



MRS



: 8 Mei 2018



No. Reg



: 450100



Diagnosa Medis : KDS + ST Epilepsi + Encephalitis



II.



KELUHAN UTAMA a.



Keluhan utama saat MRS



Anak tidak sadar dikarenakan kejang b.



Saat pengkajian



Keluarga mengatakan anak masih tidak sadar. III.



RIWAYAT KESEHATAN 1)



Riwayat Penyakit sekarang



Keluarga mengatakan pada tanggal 7 Mei 2018 anak mengalami panas, pada tanggal 8 Mei 2018 jam 13.10 anak mengalami kejang selama kurang lebih 1,5 jam dan di bawa ke klinik, lalu pada jam 16.32 di bawa ke IGD RSUD Kanjuruhan dengan kondisi tidak sadar. 2)



Penyakit yang lalu



Keluarga mengatakan anak memiliki riwayat kejang pada usia 1,5 tahun. 3)



Penyakit keluarga



Keluarga mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat kejang dan kakak pasien juga memiliki riwayat kejang,



IV.



RIWAYAT POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN KLIEN 1.



No.



Pola Aktivitas Sehari-hari Kebutuhan Dasar



1.



Nutrisi : Makanan



2.



Eliminasi :



Cairan



Saat Dirumah dan



Saat Pengkajian



 Makan



3x/hari  Pasien terpasang dengan nasi, lauk dan NGT, susu sayur dimasukkan lewat NGT 10-15cc setiap  Minum ± 600cc/ hari 4 jam



Pasien menggunakan pempers, BAB 1x/hari



BAB



1x/hari



BAK



± 4x / hari



3.



Aktivitas



Pasien bermain seperti Pasien tidur biasa dengan kakak tidur



4.



Istirahat / tidur



Pasien tidur malam jam ± Pasien dalam keadaan 21.00. tidak sadar



5.



Personal hygine



Mandi 2x/hari Gosok gigi 2x/hari



Pasien pasien menggunakan pempers. BAK ± 3x / hari



Selama di RS pasien tidak mandi, hanya diseka.



Keramas 2 hari sekali



2.



Riwayat Psikologi a. Pola Komunikasi Pasien belum sadar dan belum bisa diajak berkomunikasi. b. Orang yang paling dekat Orang tua pasien c. Keluarga yang bisa dihubungi



di tempat



Tn. I d. Hubungan dengan orang lain atau interaksi sosial Hubungan dengan orang lain bagus. 3.



Riwayat Spiritual



V.



PEMERIKSAAN FISIK 1)



Keadaan umum



Klien tampak lemah GCS



: E:4 V:4 M:4



Kesadaran



: Apatis



2)



Pemeriksaan Tanda-tanda vital



Nadi



: 90 x/ menit (tgl 11-5-2018)



Suhu : 36,8 °C



(tgl 11-5-2018)



RR



(tgl 11-5-2018)



: 24x/menit



SPO2 : 98% 3)



(tgl 11-5-2018)



Pemeriksaan Wajah a. Mata Mata kanan dan kiri simetris, peradangan (-), konjungtiva anemis (-), pupil isokor. b. Hidung Perdarahan (-), tidak ada kotoran (-), pembengkakan (-), polip (-), terpasang NGT c. Mulut Kelainan kongenital (-), lesi (-), perdarahan (-), mukosa bibir kering pecah-pecah, gigi bersih (+). e. Telinga Lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), perdarahan (-), telinga bersih (+).



f. Kepala Inspeksi : luka (-), perdarahan (-), trepanasi (-) Palpasi



: nyeri tekan (-)



g. Leher Inspeksi : leher simetris (+), peradangan (-), jaringan parut (-), massa (-), dan terdapat bintik bintik putih di area leher Palpasi :pembesaran kelenjar pembesaran vena jugularis (-) 4)



limfe



(-),



posisi



trakea



(-),



Pemeriksaan Thorak / Dada a. Pemeriksaan Paru Inspeksi



: normal chest, bentuk dada simetris, retraksi intercostan(+)



Palpasi



:-



Perkusi



: sonor



Auskultasi



: tidak ada suara nafas tambahan Ronchi    -



ka



ki



Wheezing -



-



- ka ki



b. Pemeriksaan Jantung Inspeksi



: tampak ictus cordis di ICS V



Palpasi



: dinding thorak teraba kuat



Perkusi



: batas jantung kanan atas ICS II linea para sternalisde dextra, batas jantung kanan bawah ICS IV linea para sternalis dextra, batas jantung kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra, batas jantung kiri bawah ICS IV linea mid clavikula sinistra.



Auskultasi : BJ I tunggal, BJ II tunggal, bunyi jantung tambahan (-)



5)



Pemeriksaan Abdomen



Inspeksi



: acites (-), tidak terdapat massa (-)



Auskultasi



: Tidak ada peningkatan ataupun penurunan bising usus.



Palpasi



: nyeri tekan (-)



Perkusi



: Tympani



6)



Pemeriksaan Genetalia dan Rectal



Bersih (+) 7)



Pemeriksaan Tulang Belakang



Lesi (-), tidak ada kelainan bentuk, nyeri tekan (-) 8)



Pemeriksaan Ekstrimitas



Inspeksi



Palpasi



: otot kanan dan kiri simetris, deformitas (-), fraktur (-), terdapat bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki, pada tangan kanan diujung jari tengah terdapat luka, kedua kaki mengalami kekakuan : oedema, akral terasa hangat 



-



-



ka ki 9)



Pemeriksaan Integument



Inspeksi



: Warna kulit normal, kulit lembab, tidak ada lesi, terdapat bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki, tampak berkeringat



Palpasi



: Turgor kulit baik



10) Pemeriksaan Neurologis A. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran GCS : E:4 V:4 M:4 Kesadaran : apatis B. Pemeriksaan Nervus Kranial 1. Pemeriksaan Nervus Olfaktorius (N I) Tidak terkaji 2. Pemeriksaan Nervus Optikus (N II) Anak dapat berkedip, sehingga bola mata tidak kering 3. Pemeriksaan Nervus Okularis (N III, IV, VI)



a) Pemeriksaan Gerakan Bola Mata Bola mata anak dapat bergerak mengikuti gerakan cahaya. b) Pemeriksaan Pupil Diameter pupil ±3 mm, pupil isokor, pupil bereaksi terhadap cahaya. 4. Pemeriksaan Nervus Trigeminus (N V) Anak merapatkan gigi dengan kuat. 5. Pemeriksaan Nervus Facialis (N VII) Muka bagian kiri dan kanan pasien simetris. 6. Pemeriksaan Nervus Akustikus (N VIII) Tidak terkaji 7. Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus (N IX) Tidak terkaji 8. Pemeriksaan Nervus Vagus (N X) Anak mampu makan per oral, dapat menelan tidak tersedak 9. Pemeriksaan Nervus Aksesorius (N XI) Muskulus sternokleidomastoideus menegang pada sisi kanan dan kiri saat ditolehkan. Bahu simetris. 10. Pemeriksaan Nervus Hipoglossus (N XII) Pada saat sebelum sakit, anak dapat berbicara dengan baik. C. Pemeriksaan Refleks Babinsky : (-) Ibu jari tidak bergerak keatas dan jari-jari lainnya Membuka Graphs Tonicneck Burning



: (-) Anak tidak dapat menggengam dengan kuat : (-) Anak tidak dapat menoleh ke kanan dan kiri : (+) Anak dapat mengikuti sumber cahaya



TERAPI MEDIS 1. Infuse D5 ¼ NS 2. IV phenitoin 3. Dexametason 4. Antrain 5. Ranitidine 6. Ceftriaxon 7. Piracetam 8. Ondansentron 9. Omeprazole 10. Gentamicin Sulfate 11. Fisioterapi



1000cc/24 jam 3 x 30 mg s.d 2 x 24 jam 2 x 3,2 mg 3 x 100 mg 2 x 16 mg 2 x 500 mg 3 x 100 mg 3 x 1,5 mg 2 x 10 mg 2 x 1 oles



Fungsi terapi 1. Infuse D5 ¼ NS berfungsi untuk meningkatkan kondisi pasien dengan meningkatkan volume darah yang memiliki kandungan natrium klorida. 2. Phenytoin berfungsi untuk mencegah dan mengontrol kejang (juga disebut antikonvulsan atau obat anti epilepsi) 3. Dexametason berfungsi untuk mengobati kondisi seperti arthritis, gangguan darah, sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, masalah kulit, dan gangguan usus. 4. Antrain berfungsi sebagai obat anti nyeri dan obat anti demam. 5. Ranitidine berfungsi mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri diuluh hati akibat ulkus dan masalah asam lambung yang tinggi. 6. Ceftriaxon berfungsi untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri. 7. Piracetam berfungsi untuk meningkatan kemampuan kognitif tanpa menimbulkan rangsangan pada otak dan tidak menyebabkan rasa mengantuk. 8. Ondansentron berfungsi untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah. 9. Omeprazole berfungsi untuk mengatasi perut dan kerongkongan yang diakibatkan oleh asam lambung. 10. Gentamicin Sulfate berfungsi untuk menangani infeksi akibat bakteri dengan cara membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan bakteri



PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Tanggal



: 8 Mei 2018



Pemeriksaan HEMATOLOGI Darah rutin



Hasil



Satuan



Rujukan



Hemoglobin



12,2



g/dl



10,8 – 15,6



Hematokrit



35,2



%



33 – 45



MCV



72,4



Fl



74-102



MCH



25,1



Pg



23-34



MCHC



34,7



g/dl



28-36



Eritrosit



4,85



juta/cmm



4,0-5,0



Leukosit



16.000



sel/cmm



8.000-13.500



Trombosit



350.000



sel/cmm



229.000-553.000



Eusinofil



0,1



%



1-5



Basofil



0,2



%



0-1



Neutrofil



85,4



%



25-80



Limfosit



8,4



%



25-50



Monosit KIMIA KLINIK



5,9



%



1-6



Glukosa Darah Sewaktu



521



Mg/dl



74-100



Index Eritrosit



Hitung jenis leukosit



Tanggal



: 9 Mei 2018



Jam



: 08.40



Pemeriksaan KIMIA KLINIK



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



Natrium (Na)



144



Mmol/l



136-145



Kalium (K)



4,1



Mmol/l



3,5-5,0



Klorida (Cl)



113



Mmol/l



98-106



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



116



mg/Dl



74-100



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



17



mg/dL



16-38



0,20



mg/dL



0,3-0,7



Elektrolit



Tanggal



: 9 Mei 2018



Jam



: 20.53



Pemeriksaan KIMIA KLINIK Glukosa Darah Sewaktu



Tanggal



: 11 Mei 2018



Jam



: 15.08



Pemeriksaan KIMIA KLINIK Ureum Kreatinin



Foto Thorax



CT Scan Tanggal: 11 Mei 2018



1.



Kesan Encephalitis



2.



Odema Serebri



Tanggal



Pneumonia



ANALISA DATA Nama



: An. M



: 14 Mei 2018



Usia



: 2,9 tahun



Dx. Medis



: KDS



No. Reg



: 450100



Tgl/jam



Data penunjang



Penyebab/Etiologi



Masalah



11-5-18



DS: Keluarga mengatakan anak pernah kejang pada usia 1,5 tahun



Gaya mekanik pada otak



Resiko kejang berulang



Do :  Belum bisa diajak komunikasi  Kedua Kaki mengalami kekakuan  Pemeriksaan



Muatan listrik lepas dari sel saraf Gangguan kesadaran Riwayat kejang yang lalu



Laboratorium Tanggal : 8 Mei 2018 Glukosa Darah Sewaktu 521 Mg/Dl  Foto Thorax



Tanggal : 11 Mei 2018 Kesan Encephalitis Odema serebri



DS :



Resiko infeksi Luka pada ujung jari



DO :   



Akral terasa hangat Tampak berkeringat



Pada tangan kanan diujung jari tengah terdapat luka  Terdapat bintik bintik putih di area leher Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Mei 2018



Virus / bakteri masuk Inflamasi Suhu tubuh meningkat



 Leukosit 16.000 sel/cmm  Eosinofil 0,1%  Neutrofil 85,4%  Limfosit 8,4% DS : Tidak sadar



DO :  Mukosa bibir kering pecah-pecah  Pasien terpasang NGT  Pasien mendapatkan susu per NGT  BBI (2 x n) + 8 (2 x 2,9) + 8 = 5,8 + 8 = 13,8 kg BB sekarang 9 kg



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Terjadi aspirasi Muntah Ketidakmampuan menelan makanan



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko kejang berulang b.d riwayat kejang yang lalu 2. Resiko infeksi b.d ketidakefektifan pertahanan sekunder 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan



RENCANA KEPERAWATAN No 1



Diagnosa Resiko kejang berulang



NOC Setelah dilakukan asuhan



NIC 1. Sediakan lingkungan yang aman



b.d riwayat kejang



keperawatan 2 x 24 jam



yang lalu



diharapkan tidak terjadi



untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan dan



kejang dengan kriteria hasil : a. Tidak terjadi



2



keamanan pasien 3. Pasang side rail tempat tidur 4. Batasi pengunjung 5. Anjurkan keluarga untuk



kejang b. Tidak terjadi



menemani pasien 6. Edukasi tentang penyakit kepada



cedera



keluarga 7. Observasi setiap jam 8. Kolaborasi dalam pemberian obat 1. Batasi pengunjung 2. Cuci tangan setiap sebelum dan



Resiko infeksi b.d



Setelah dilakukan asuhan



ketidakefektifan



keperawatan 2 x 24 jam



pertahanan sekunder



diharapkan tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil : a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Jumlah leukosit



sesudah melakuka tindakan keperawatan 3. Kaji suhu badan setiap 4 jam 4. Monitor kadar leukosit 5. Monitor tanda dan gejala infeksi 6. Ajarkan keluarga mencegah terjadinya infeksi 7. Kolaborasi dalam pemberian obat



dalam batas normal c. Suhu dalam batas normal (36,5-3750C) 3



Ketidakseimbangan



Setelah dilakukan asuhan



1. Berikan makanan sedikit tapi



nutrisi kurang dari



keperawatan 2 x 24 jam



kebutuhan tubuh b.d



diharapkan tidak terjadi



ketidakmampuan



penurunan berat badan



menelan makanan



berlebih dengan kriteria



sering 2. Monitor membran mukosa bibir 3. Monitor turgor kulit 4. Monitor kadar Hb dan Ht 5. Ajarkan keluarga bagaimana



hasil : a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan



membuat catatan makanan harian 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat



b.



Tidak ada tanda-



tanda malnutrisi c. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dx dan Tanggal 1 11-05-2018



2 11-05-2018



Implementasi 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Mengidentifikasi kebutuhan dan keamanan pasien 3. Memasang side rail tempat tidur 4. Membatasi pengunjung 5. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 6. Menjelaskan tentang penyakit kepada keluarga 7. Melakukan observasi setiap jam 8. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian obat IV phenitoin 3 x 30 mg s.d 2 x 24 jam Dexametason 2 x 3,2 mg 1. Membatasi pengunjung 2. Melakukan cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakuka tindakan keperawatan 3. Mengukur suhu badan setiap 4 jam 4. Mengecek kadar leukosit 5. Mengecek tanda dan gejala infeksi 6. Mengajarkan keluarga untuk cuci tangan 6 langakah 7. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat Ceftriaxon 2 x 500 mg, gentamicin sulfate 2x1 oles



Evaluasi S : Keluarga mengatakan anak pernah kejang usia 1,5 tahun O : Belum bisa diajak komunikasi Kedua Kaki mengalami kekakuan Side Rail terpasang IV phenitoin 3 x 30 mg s.d 2 x 24 jam Dexametason 2 x 3,2 mg Keluarga mengatakan anak pernah kejang pada usia 1,5 tahun Foto Thorax tanggal : 11 Mei 2018 kesan Encephalitis, odema serebri A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi no 1-8 S : Keluarga mengatakan pasien tidak panas O : Akral terasa hangat, tampak berkeringat, pada tangan kanan diujung jari tengah terdapat luka, terdapat



bintik bintik putih di area leher pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Mei 2018 Leukosit 16.000 sel/cmm, Eosinofil 0,1%, Neutrofil 85,4%, Limfosit 8,4%, Suhu: 36,80C A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi no 1-7



3



1.



Memberikan makanan



S : Keluaga mengatakan anak sudah



11-05-2018



Dx dan Tanggal 1 12-05-2018



2 12-05-2018



sedikit tapi sering setiap 4 jam 2. Mengecek membran mukosa bibir 3. Mengecek turgor kulit 4. Mengecek kadar Hb dan Ht 5. Mengajarkan keluarga bagaimana membuat catatan makanan harian 6. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien yakni diet cair berupa susu 1015cc 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat berupa Infuse D5 ¼ NS 1000cc/24 jam



Implementasi 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Mengidentifikasi kebutuhan dan keamanan pasien 3. Memasang side rail tempat tidur 4. Membatasi pengunjung 5. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 6. Menjelaskan tentang penyakit kepada keluarga 7. Melakukan observasi setiap jam 8. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian obat IV phenitoin 3 x 30 mg s.d 2 x 24 jam Dexametason 2 x 3,2 mg 1. Membatasi pengunjung 2. Melakukan cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakuka tindakan keperawatan 3. Mengukur suhu badan setiap 4 jam 4. Memotong kuku pasien 5. Mengecek tanda dan gejala infeksi 6. Mengajarkan keluarga untuk



diberikan susu O: Mukosa bibir kering pecah-pecah, pasien terpasang NGT, pasien mendapatkan susu per NGT setiap 4 jam BBI (2 x n) + 8 (2 x 2,9) + 8 = 5,8 + 8 = 13,8 kg BB sekarang 9 kg Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Mei 2018 Hemoglobin 12,2 g/dl, Hematokrit 35,2 % A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi no 1-7



Evaluasi S : Keluarga mengatakan anak masih belum sadar O : Kesadaran : apatis Belum bisa diajak komunikasi Kedua Kaki mengalami kekakuan Side Rail terpasang IV phenitoin 3 x 30 mg s.d 2 x 24 jam Dexametason 2 x 3,2 mg A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi no 1-8



S : Keluarga mengatakan pasien tidak panas O : Akral terasa hangat, tampak berkeringat, luka pada jari mengering, kuku terpotong, terdapat bintik-bintik putih dileher, pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Mei 2018 Leukosit 16.000 sel/cmm, Eosinofil 0,1%, Neutrofil



cuci tangan 6 langakah 7. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat Ceftriaxon 2 x 500 mg, gentamicin sulfate 2x1 oles



85,4%, Limfosit 8,4%, Suhu: 36,40C, keluarga bisa cuci tangan A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi no 1-7



3 12-05-2018



1. Memberikan makanan sedikit tapi sering setiap 4 jam 2. Mengecek membran mukosa bibir 3. Mengecek turgor kulit 4. Mengecek kadar Hb dan Ht 5. Mengajarkan keluarga bagaimana membuat catatan makanan harian 6. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien yakni diet cair berupa susu 10-15cc 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat berupa Infuse D5 ¼ NS 1000cc/24 jam



S : Keluaga mengatakan anak sudah diberikan susu O: Mukosa bibir kering pecah-pecah, pasien terpasang NGT, pasien mendapatkan susu per NGT setiap 4 jam, Infuse D5 ¼ NS 1000cc/24 jam A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi no 1-7



DAFTAR PUSTAKA Nanda NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Diterjemahkan Oleh Amin Huda. N, Hardhi Kusuma.Yogyakarta