Proposal Ronde [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fhiaa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan keperawatan.



Melihat



fenomena



tersebut



mendorong



perawat



untuk



meningkatkan



pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan. Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahasmasalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007). Di Ruang Tulip Rs. Tingkat III Brawijaya Surabaya, ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan pada saat diadakannya program praktik manajemen keperawatan mahasiswa Stikes Surya Mitra Husada Kediri. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong untuk proses tindak lanjut pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan Tulip secara berkesinambungan.



Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Stikes Surya Mitra Husada Kediri tahun 2017 akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Tulip selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan. 1.2 Tujuan 1.2.1Tujuan Umum Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis. 1.2.2 Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu: 1). Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis 2). Meningkatkankemampuan validasi data klien 3). Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. 4). Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan 5). Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. 6). Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja 1.3 Manfaat 1. Bagi Pasien a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa penyembuhan. b. Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien c. Memenuhi kebutuhan pasien 2. Bagi Perawat a. Meningkatkan kemampuan kognitif,afektif dan psikomotor perawat. b. Meningkatkan kerjasama antar timkesehatan. c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional. 3. Bagi rumah sakit a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. b. Menurunkan lama hari perawatan pasien



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ronde Keperawatan 2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011) 2.1.2 Manfaat 1. Masalah pasien dapat teratasi 2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional 4. Terjalinnya kerjasama antar timkesehatan. 5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar. 2.1.3 Kriteria klien Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan 2. Klien dengan kasus baru atau langka 2.1.4 Peran masing-masing anggota tim 1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate(PA) a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien b. Menjelaskan diagnosis keperawatan c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan d. Menjelaskan hasil yang didapat e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil 2. Perawat Konselor a. Memberikan justifikasi



b. Memberikan reinforcement c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan d. Mengarahkan dan koreksi e. Mengintegrasikan konsepdan teori yang telah dipelajar 2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan TAHAP PRA RONDE



PP ↓ Penetapan Pasien-pasien ↓ Persiapan Pasien



 Informed Concent  Hasil Pengkajian/ Validasi data ↓ TAHAP



Penyajian



PELAKSANAAN



masalah



DI NURSE STATION



> Apa masalah & diagnosis keperawatan? > Data apa yang mendukung? > Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? >Apa hambatan yang ditemukan?



TAHAP







RONDE DI BED



Validasi data



KLIEN



↓ Diskusi PP, Konselor. KARU, Dokter, Gizi, Fisioterapi, Apoteker



TAHAP PASCA







RONDE



Lanjutkan diskusi Di Nurse Station ↓ Kesimpulan dan rekomendasi Solusi masalah



2.1.6 Evaluasi 2.1.6.1 Evaluasi Struktur : a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Tulip Rs. Tingkat IIIBrawijaya Surabaya, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan lainnya) b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan c. Persiapan dilakukan sebelumnya. 2.1.6.2 Evaluasi Proses : a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan 2.1.6.3 Evaluasi Hasil : a. Klien puas dengan hasil kegiatan. b. Masalah klien dapat teratasi. c. Perawat dapat : 1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. 2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien. 3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis 4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien. 5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja. 8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan 2.1.7 Asuhan keperawatan pada Tn.T dengan diagnosa medis TB Paru + GEA dengan masalah keperawatan utama 2.1.7.1 TB Paru A. Pengertian Tuberculosis



paru



adalah



penyakit



infeksi



menular



yang



disebabkan



oleh



Mycobacterium Tuberculosis.Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikroorganisme pathogen tetapi hanya strain dovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran0,3x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah (Price,2012). Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebakan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuklei droplet lewat udara



(Nettina,2002).Tuberculosis paru adalah contoh lain dari infeksi saluran pernapasan bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya, dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus (Corwin,2009). B.Etiologi Tuberculosis



paru merupakan



penyakit



menular



yang disebabkan



oleh



basil



Mycobacterium Tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman inijuga dapat tahan berada di udara kering dan keadaan dingin karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif.Selain itu, kuman ini bersifat aerob (Ardiansyah, 2012). Faktor-faktor



yang



menyebabkan



seseorang



dapat



terinfeksi



Mycobacterium



Tuberculosis adalah: 1. Usia Usia bayi kemungkinan besar mudah terinfeksi karena imaturitas imun tubuh bayi. Pada masa puber dan remaja terjadi masa pertumbuhan cepat namun kemungkinan mengalami infeksi cukup tinggi karena asupan nutrisi tidak adekuat. 2. Jenis kelamin Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan pada masa akhir kanak-kanak dan remaja. 3. Herediter Daya tahan tubuh seseorang diturunkan secara genetik. 4. Keadaan stress Situasi yang penuh stres menyebabkan kurangnyaasupan nutrisi sehingga daya tahan tubuh menurun. 5. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroidKemungkinan mudah terinfeksi karena daya tahan tubuh anak ditekan oleh kortikosteroid (Astuti, 2010). C. Manifestasi Klinis Tanda-tanda klinis dari tuberculosis adalah terdapatnya keluhan-keluhan berupa: 1. Batuk lebih dari dua minggu 2. Sputum mukoid atau purulent 3. Nyeri dada



4. Hemoptisis 5. Dispnea 6. Demam dan berkeringat terutama pada malam hari 7. Berat badan berkurang 8. Anoreksia 9. Malaise 10. Ronki basah di apeks paru. 11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir. Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala pneumonia, yakni batuk dan panas ringan.Gejala tuberculosisparu, primer dapat jugaterdapat dalam bentuk pleurtis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat menyembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya hanya berkisar sekitar 50%(Rab, 2010). Pada tuberculosis postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, temperatur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terluka nya pembuluh dara disekitarbronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai kebatuk darah yang masif. Tuberculosis postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala sperti meningitis, tuberculosis milier, peritonitis dengan fenomenapapan catur, tuberculosis ginjal, sendi, dan tubekulosis pada kelenjar limfe dileher yakni berupa skrofuloderma (Rab, 2010). D.Patofisiologi Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi tuberculosis paru terjadi melalui udara yaitu melalui inhalansi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai oleh sel. Sel efektor adalah sel makrofag dan limfosit adalah sel imunoresponsif.tipe imunitas seperti ini biasanya lokal. Melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi olehlimfosit dan limfokinnya.Respon ini disebut dengan reaksi hipersensitivitas seluler (Price, 2012). Basil tuberkel mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampi tiga basil; gumpalan basil yang lebih besar cenderungtertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil



tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar melalui saluran getah bening menuju ke kelenjar gentah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian besar bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari (Price, 2012). Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cair lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat berulang kembali dibagian lain diparu, atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus (Price, 2012). Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdekat dengan taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Price, 2012). Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadangkadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran limfohematogen merupakan suatu fenomena akutyang biasanya menyebabkan tuberculosis milier,ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price,2012). E. Komplikasi Penyakit Tuberculosis bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut terbagi atas : 1. Komplikasi dini a. Pleurtis b. Efusi pleura



c. Emfisema d. Laringitis 2. Komplikasi lanjut a. Obstruksi jalan napas b. Kor pulmonal c. Amiloidosis d. Karsinoma paru e. Sindrom gagal napas (Ardiansyah,2012) F. Penatalaksanaan 1.Medis a.Isoniazid Adalah obat anti tuberculosis yang sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadapkuman dalam keadaan metabolik aktif (kuman yang sedang berkembang), dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat berdifusi kedalam seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk CSS, cairan pleura, cairan asites, jaringan kaseosa, dan memiliki angka reaksi simpang yang sangat rendah. Isonozaid diberikan secara oral. Dosis harian yang biasa diberikan adalah 515mg/KgBB/hari, maksimal 300mg/hari, dan dalam bentuk sirup 100mg/5 ml. Isonozaid mempunyai dua efek toksik utama yaitu hepatotoksik dan neuritis perifer, keduanya jarang terjadi pada anak.Manifestasi alergik atau reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh isonozaid sangat jarang terjadi. Efek samping yang jarang terjadi antara lainadalah pellagra, anemia hemolitik. b. Rifampisin Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan, dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isonozaid.Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sister gastrointestinal pada saat perut kosong.Rifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10-20mg/KgBB/hari, dengan dosis satu kali pemberian dalam 1 hari.Jika diberikan bersamaan dengan isonozaid, dosis rifampisin tidak melebihi 15mg/KgBB/hari.Efek samping rifampisin lebih sering terjadi daripada isonoziad.Efek yang kurang menyenangkan bagi pasien adalah perubahan warna urine, ludah, keringat, sputum, dan air mata, menjadi warna oranye kemerahan.Selain itu, efek samping rifampisin



adalah



gangguan



gastrointestinal



(muntah



dan



mual),



dan



hepatotoksik



(ikterus/hepatitis).Rifampisin juga dapat dapat menyababkan tromositopenia, dan menyebabkan kontrasepsi oral menjadi tidak efektif.



c. Pirazinamid Pirazinamid adalah derivate dari nikotinamid, berpenetrasibaik pada jaringan dan cairan tubuh dan diabsorbsi dengan baik pada saluran pencernaan.Pemberian pirazinamid secara oral sesuai dosis 15-30 mg/KKgBB/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari.Penggunaan pirazinamid aman bagi anak. d. Etambutol Etambutol jarangdiberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata. Obat ini memiliki aktivitas bakteriostatik tetapi dapat bersifat bakterisid, jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten.Rekomendasi WHO yang terakhir mengenai pelaksanaan Tubercuosis anak, etambutol dianjurkan pengguanaan nya pada anak dengan dosis 1525mg/KgBB/hari.Etambutol dapat diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB resisten-obat jika obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan. e. Streptomisin Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman ekstraseluler pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh kuman intraseluler.Saat ini, streptomisin jarang digunakan dalam pengobatan TB, tetapi penggunaannya penting padapengobatan fase intensif meningitis TB.Streptomisin diberikan secara intramuscular dengan dosis 15-40 mg/KgBB/hari, maksimal 1 gram/hari. Streptomisin sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang.Streptomisin berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, dan diekskresi melalui ginjal.Streptomisin dapat menembus plasenta, sehinnga perlu berhati-hati dalam menentukan dosis pada wanita hamil karena dapat merusak saraf pendengaran janin.Toksisitas utama streptomisin trejadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran, dengan gejala berupa telinga berdengung dan pusing.(Raharjo, 2008) G. Pemeriksaan penunjang 1. Uji tuberculin Tuberculin adalah komponen proteinkuman TB yang mempunyai sifat antigenic yang kuat. Jika disuntikan secara intrkutan kepada seseorang yang telah terinfeksi, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Secara umum, hasil uji tuberculin dengan diameter indurasi ≥10mm dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh imunisasi Bacille Calmette-Guerin(BCG), atau infeksi M. Atipik.Bacille Calmette-Guerin yang merupakan infeksi TB buatan.



Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-14mm dinyatakan tuberculin positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG nya. Akan tetapi, bila ukuran indurasi ≥ 15 mm, hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB alamiah.Jika membaca hasil tuberculin pada anak berusia lebih dari 5 tahun, factor BCG dapat diabaikan. Uji tuberculin negatif dapat dijumpai pada tiga keadaan yaitu tidak ada infeksi TB, dalam masa inkubasi infeksi TB, anergi.Anergi merupakan keadaan dimana penekanan system imun oleh berbagai keadaan, sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberculin. 2. Uji interferon Uji interferon adalah pemeriksaan specimen darah, dan diharapkan dapat membedakan infeksi TB dan sakit TB. Uji interferon (interferon Gamma Release Assay,IGRA) terdapat dua jenis, pertama adalah inkubasi darah dengan Early Sacretory Antigenic Target-6(ESAT-6) dan Cultur Filtrate Protein-10.Kedua adalah pemeriksaan Enzyme-Linked Immuno Spot.Prinsip yang digunakan adalah merangsang limfosit T dengan antigen tertentu, diantaranya dengan antigen dari kuman TB. 3. Radiologi Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut: a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrate. b. Konsolidasi segmen/lobar. c. Milier d. Kalsifikasi dengan infiltrat. e. Atelektasis. f. Kavitas. g. Efusi pleura. h.Tuberculoma. 4.Serologi Beberapa pemeriksaan serologi yang ada diantaranya adalah PAP TB, Mycodot, Immuno chromatographic test (ICT), dan lain-lain.Akan tetapi, hingga saat ini belum ada satupun pemeriksaan serologis yang dapat memenuhiharapan.Semua pemeriksaan tersebut umumnya masih dalam taraf penelitian namun belum untuk pemakaian klinis praktis. 5. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari tiga macam, yaitu pemeriksaan mikroskopis asupan langsung untuk menemukan BTA, pemeriksaan biakan kuman M. tuberculosis dan pemeriksaan PCR.Pemeriksaan diatas sulit dilakukan untuk anak karena



sulitnya mendapatkan specimen berupa sputum.Sebagai gantinya, dilakukan pemeriksaan bilas lambung 3 hari berturut-turut, minimal 2 hari.(Raharjo,2008) 2.1.7.2 Gastroenteritis A. Pengertian Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensidefekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006). Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah B.Etiologi 1. Faktor infeksi Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare padaanak, infeksi internal, meliputi: a.Infeksi bakteri:Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya. b.Infeksi virus:entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain. c.Infeksi parasit:Cacing, protozoa, dan jamur. 2.Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. 3.Faktor makanan Makanan basi beracun dan alergi makanan. 4.Faktor kebersihan Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.



5.Faktor psikologi Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus. C. Patofisiologi Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi.Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. D. Tanda dan Gejala 1. Diare. 2. Muntah. 3. Demam. 4. Nyeri abdomen 5. Membran mukosa mulut dan bibir kering 6. Fontanel cekung 7. Kehilangan berat badan 8. Tidak nafsu makan 9. Badan terasa lemah E. Klasifikasi Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan: 2. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans. 3. Diare non spesifik :diare dietetis. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :



1. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit. 2. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis. 3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu: 4. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari. 5. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990) F. Patofisiologis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah: Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. G. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis : 1. Laboratoris (pemeriksaan darah) Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.



2. Radiologis -Barrium Foloow through à penyakit chron. -Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon irritable 3. Kolonoskopi Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon. H. Penatalaksanaan 1) Terapi Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses). b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011) Ada 2 jenis cairan yaitu: 1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral: a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit. b) Cairan rehidrasi oral yang tidakmengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.



BAB 3 KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Topik



: Asuhan keperawatan klien dengan diagnosa TB Paru + GEA dengan masalah keperawatan utama



Sasaran



: Tn.Tdengan diagnosa medis TB Paru + GEA



Hari/Tanggal : Rabu, 15Maret2017 Waktu



: 60 menit (Pukul 10.00-11.00)



Tempat



: Ruang Tulip Rs. Tingkat IIIBrawijaya Surabaya



3.2 Pengorganisasian Kepala Ruangan



: Iqbal Akbar



PP 1



: Ikang Fauzi



PP2



: Rofi Sekar A.U



PA 1



: Achmad Suhaili



PA2



: Yudi Ibriansyah



Narator



: Samsul



Pembimbing



: 1.Agusta Dian Ellina, S.Kep.,Ns., M.Kep



3.3 Materi Paparan asuhan keperawatan Tn.T dengan diagnosa medis TB Paru + GEA di Ruang Tulip Rs. Tingkat III Brawijaya Surabaya 3.4 Metode 1. Ronde Keperawatan 2. Diskusi dan tanya jawab 3.5 Media 1. Dokumentasi klien (status) 2. Materi yang disampaikan secara lisan 3. Sarana diskusi : Alat tulis: kertas dan bollpoin



3.6 Mekanisme kegiatan TAHAP



KEGIATAN



TEMPAT



PELAKSANA



KEGIATAN



WAKTU



KLIEN Pra



Pra Ronde



Ronde



a)



Ruang



PP 1, PA1



-



Menetapkan Tulip



Dua sebelum



kasus dan topik



pelaksanaan



b) Menentukan tim



ronde



ronde. c) Mencari sumber dan literatur. d)



Membuat



proposal e)



Mempersiapkan



klien f) Informed consent kepada keluarga Ronde



hari



Ronde



Nurse



Kepala



Mendengarka



I.Pembukaan:



Station



Ruangan



n



Nurse



PP1



5 Menit



a) Salam pembukaan b)



Memperkenalkan



klien dan tim ronde c) Menjelaskan tujuan kegiatan ronde d) PP1



Mempersilahkan menyampaikan



kasusnya



II.



Penyajian



data/masalah a)



Menyampaikan



dasar



pertimbangan



dilakukan ronde b) Menjelaskan riwayat penyakit



Station



20 Menit



c)



Menjelaskan



masalah



klien



belum dan



yang



terselesaikan tindakan



yang



telah dilaksanakan e)



Menyampaikan



PP2



evaluasi keberhasilan intervensi f) Klarifikasi data yang telah disampaikan II.Validasi Data



Bed Klien



Karu



Memberi respon



a) Memberi salam dan



dan



memperkenalkan



pertanyaan



ronde



tim



kepada



20 Menit



menjawab



klien



dan keluarga. b) Memvalidasi data yang



PP2, PP



telah



disampaikandengan melibatkan keluarga. c) Karu membuka dan



Nurse



memimpin diskusi.



Station



d)



Diskusi



Karu PP2, PA,



antar



anggota tim dan klien



Konselor,



tentang



Dokter,



masalah



keperawatan belum



ahli



Gizi, Apoteker,



yang



FisioterapisTi



terselesaikan



m ronde



dari validasi data antar tim ronde e)



Pemberian



justifikasi oleh konselor tentang



masalah



pasien serta rencana tindakan



yang



akan



Pasca



dilakukan Pasca Ronde



Nurse



Ronde



a) Menyimpulkan hasil



Station



diskusi



Karu



dan



merekomendasikan



Tim ronde



-



10 Menit



solusi yang dilakukan dalam



mengatasi



masalah. b) Reward dan Salam



Karu



penutup



3.7 Kriteria Evaluasi a. Evaluasi Struktur 1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan 2) Penyusunan proposal ronde keperawatan 3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik 4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan 5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde 6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga b. Evaluasi Proses Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat menjalankan perannya dengan baik. c. Evaluasi Hasil Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan pasien.



RESUME KEPERAWATAN Data Umum Nama Pasien



: Tn T



Usia



: 75 tahun



No RM



: 06.63.73



Alamat



: Surabaya,



Tgl MRS



: 09-03-2017



Keluhan Utama



: Batuk dan diare



Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sakit perut selama 4 hari, sulit makan, batuk selama ± 2 minggu. Sebelum dibawa ke Rumah Sakit tingkat III Brawijaya pasien dibawa berobat ke puskesmas dan ke klinik, karena pasien tidak kunjung sembuh keluarga memutuskan untuk di bawa ke UGD Rumah Sakit Brawijaya Tingkat III Surabaya pada hari kamis sekitar jam 19 : 00. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan mempunyai alergi ikan laut dan asam urat. Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga. Perkembangan vital sign Rata-rata tensi pasien dari tanggal 18 Oktobersampai 3 November 2012, sistole 110mmHg dan diastole 70mmHg. Nadi antara 60-80x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata (36°-36,6°C), dan respiratory rate rata-rata 20x/menit Pemeriksaan Fisik B1



: Keluhan batuk produktif, sekret warna putih bercampur dengan liur. Bentuk dada



simetris, pergerakan dinding dada asimetris (bagian kiri lebih tertinggal), terpasang WSD pada dada kanan, terdapat krepitasi pada dada kanan dan hampir seluruh tubuh bagian atas (emfisema subcutis). Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae. B2



: Irama jantung reguler, CRT