Proposal Skripsi 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021



PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan



YOGI AGUSTIAN 1218094



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2020



PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR



Judul Tugas Akhir : Gambaran Tingkat Stress pada Pasien rawat jalan penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun 2021 Nama Mahasiswa



: Yogi Agustian



NPM



: 1218094



Program Studi



: S1 Keperawatan



Menyetujui :



Pembimbing I,



Pembimbing II,



Budi Rustandi



dr. Arie. J. Pitono



PERNYATAAN



Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Yogi Agustian



NPM



: 1218094



Program Studi



: S1 Keperawatan



Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan tugas akhir saya yang berjudul Gambaran Tingkat Stress pada Pasien rawat jalan penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun 2021 Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut, maka Saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.



Bandung, 15 Desember 2021



Yogi Agustian



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta kepada umatnya hingga akhir zaman. Proposal Skripsi yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Mengingat masih terbatasnya pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang penulis miliki, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila dalam penulisan Skripsi ini terdapat banyak kesalahan. Semoga segala bantuan yang telah diberikan secara moril, materil dan spiritual dijadikan pahala oleh Allah SWT dan dapat balasan yg setimpal.



Bandung, 15 Desember 2020 Hormat Saya,



Yogi Agustian



iv



DAFTAR ISI



SAMPUL DEPAN ...................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iv



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 6 1.3 Rumusan Masalah ................................................................ 6 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 7 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 7



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Hipertensi................................................................ 8 2.1.1 Definisi……………………...........................................8 2.1.2 Etiologi…………….......................................................9 2.1.3 Patofisiologi……….......................................................9 2.1.4 Klasifikasi…………......................................................10 2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi…………................12 2.2 Konsep Stress ...................................................................... 18 2.2.1 Definisi Stress................................................................18 2.2.2 Penyebab Stress.............................................................19 2.2.3 Jenis Stress.....................................................................19 2.3 Kerangka Teori .................................................................... 23



BAB III



METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................... 24 3.2 Kerangka Penelitian ............................................................. 24 3.3 Definisi Operasional ............................................................ 25 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian............................................ 26



3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian.............. 29 3.6 Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 31 3.7 Lokasi dan Waktu ................................................................ 33



DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1



Kerangka Teori ...................................................................... 23



Gambar 3.1



Kerangka Konsep ................................................................... 24



LAMPIRAN-LAMPIRAN a. Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas Akhir b. Surat Permohonan Izin Penelitian c. Surat Izin Penelitian d. Instrumen Penelitian



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah yang tinggi atau meningkat daripada batas kenormalan yang menjadi masalah yang dialami masyarakat diseluruh belahan dunia.



Secara global, dari total kematian seluruh penyakit, didapat



penyakit jantung berjumlah kira-kira 17 juta kematian setiap tahunnya atau hampir sepertiga total kematian yang terjadi. Komplikasi dari hipertensi berjumlah 9,4 juta kematian didunia setiap tahunnya dari seluruh kematian akibat penyakit jantung. Hampir mencapai 50 % kematian karena penyakit jantung akibat hipertensi yang dialami masyarakat didunia. (WHO, 2013). Salah satu faktor resiko utama masalah jantung adalah penyakit hipertensi. Hipertensi bila tidak dapat dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kondisi stroke, miokard infark, kegagalan jantung, dementia, kegagalan ginjal dan kebutaan, menyebabkan penderitaan kepada manusia dan beban materi yang besar serta peningkatan yang serius dalam pelayanan kesehatan (WHO,2014). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang membutuhkan perhatian karena penyakit hipertensi dapat menyebabkan kematian terutama di negara-negara maju dan negara berkembang. Hipertensi saat ini adalah penyakit degeneratif yang dialami oleh orang tua, tetapi saat ini hipertensi juga dialami oleh kaum muda. Prevalensi kejadian saat ini hipertensi masih tinggi. Peningkatan angka kejadian prevalensi hipertensi semakin bertambah hampir 972 juta penduduk di dunia, tahun 2000 terdapat 639 juta kasus, pada tahun 2025 diperkirakan terjadi peningkatan yang tinggi yaitu sekitar 1,15 milyar kasus hipertensi. Menurut Nasional Heart and Nutrition Examination Survey bahwa hipertensi pada orang dewasa mengalami peningkatan yang tinggi, hipertensi merupakan penyakit penyebab utama kematian dan hipertensi merupakan faktor keturunan, merokok dan tingkat stres yang tinggi (Kozier, et.al. 2011).



1



1



Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistoliknya di atas atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas atau sama dengan 90 mmHg minimal diukur sebanyak 2 kali dengan jarak 1 minggu. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius jika tidak segera ditangani. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang perlu pengobatan secara rutin. Mengontrol tekanan darah secara teratur dapat mencegah akibat lanjut atau komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hipertensi seperti penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal (Andria, 2013). Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur. Hipertensi merupakan merupakan salah satu factor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular (Non Communicable Desease = NCD) seperti penyakit jantung, stroke dan lain-lain yang saat ini menjadi momok penyebab kematian nomersatu di dunia. Hasil penelitian sporadis di 15 Kabupaten/ Kota di Indonesia, yang dilakukan oleh Felly PS, dkk (2011-2012) dari Badan Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena 17,7% kematian disebabkan oleh Stroke dan 10,0% kematian disebabkan oleh Ischaemic Heart Disease. Dua penyakit penyebab kematian teratas ini, soulmate factor nya adalah Hipertensi.



2



Berdasarkan Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKENAS), kasus hipertensi di Indonesia terus meningkat menjadi 32,4% pada tahun 2016 dimana sebelumnya 25,8% di tahun 2013. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Kementerian Kesehatan merilis daftar Penyakit Tidak Menular (PTM) paling banyak di diagnose sepanjang paruh pertama tahun 2018, HIPERTENSI atau penyakit darah tinggi memuncaki daftar tersebut. Dari data yang diberikan KEMENKES, Hipertensi menjadi peringkat pertama penyakit tidak menular yang didiagnosa di fasilitas kesehatan dengan jumlah kasus mencapai 185.857 kasus. Angka ini nyaris 4 kali lipat lebih banyak daripada penyakit diabetes mellitus type II yang ada diperingkat ke dua. Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%) (PPTM Kemenkes RI 2019). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sukaraja Kabupaten Sukabumi, Penderita Hipertensi selalu menduduki 10 besar penyakit terbanyak setiap bulannya dan jumlah kumulatif setiap tahunnya menunjukan persentase yang selalu meningkat pada 3 tahun terakhir. Pada tahun 2017 sebanyak 1038 kasus, tahun 2018 sebanyak 1522 kasus dan tahun 2019 sebanyak 1003 kasus. Kemudian kejadian Hipertensi hasil skring petugas PTM Puskesmas Sukaraja pun setiap tahunnya selalu meningkat meskipun perbandingannya tidak terlalu jauh, namun di tahun 2018 kejadian hipertensi jumlahnya sangat jauh berbeda dengan 2 tahun



3



sebelumnya. Data hasil skrining petugas Puskesmas Sukaraja pada kasus Hipertensi yakni pada tahun 2017 sebanyak 528 kasus dan 2018 sebanyak 2255 kasus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2018 dari 2 program tersebut menunjukan angka yang sangat jauh sekali jika dibanding dengan 2 tahun sebelumnya. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama karena banyaknya jumlah penderita dan risiko yang terkait, biaya medis dan sosial yang tinggi, dan dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular dan ginjal. Stres mental atau psikososial adalah salah satu faktor risiko utama hipertensi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan hipertensi atau peningkatan darah kembali menurut Mansjoer (2011) yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu: tidak kontrol secara teratur, pola makan, stres, kurang olahraga, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan kafein dan gangguan tidur/ kualitas tidur. Faktor stres sangat berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi, stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khususnya hipertensi. Stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah. Apabila kondisi ini terus menerus dalam waktu jangka panjang tanpa penanganan yang tepat maka tekanan darah tinggi tersebut akan sulit untuk dikontrol (Afiah, 2018). Keadaan stres yang berat merupakan penyebab salah satu terjadinya hipertensi, baik lansia, dewasa muda dan usia pertengahan. Sebagai penurunan resiko terjadinya kerusakan organ tubuh semisal ginjal, jantung dan lainnya dapat dilakukan dengan mengurangi pengkonsumsian garam, serta memberikan motivasi penghilang stres atau membuat situasi yang nyaman yang bisa dikondisikan untuk menurunkan tingkat stres bagi penderita hipertensi (International journal of hypertension, 2011). Menurut American Heart Association (AHA) hipertensi yaitu keadaan medis yang terjadi peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah lebih dari 140\90 mmHg menurut Joint National Committee (JNC) VII, tekanan darah pada orang dewasa (berusia lebih 18 tahun). Hipertensi atau yang



4



sering disebut sebagai “the silent disease“ karena penderita sering tidak mengetahui gejalanya atau gangguan yang sering tidak disadari. Hipertensi juga merupakan penyebab penyakit degeneratif karena biasanya semakin bertambahnya umur tekanan darah perlahan akan bertambah (Triyanto, 2014). Stress adalah suatu respon fisiologis dan psikologis manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Periode stres jangka panjang dapat menyebabkan perubahan yang merusak tubuh. Stres dibagi menjadi tiga tingkatan, antara lain stres ringan, stres sedang dan stres berat. Stres rentan terjadi pada usia produktif yaitu 15-64 tahun. Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (Andria, 2013). Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik (Sulastri, 2016). Menurut American Institute of Stress, tidak ada hubungan yang pasti ditemukan antara stres dengan hipertensi, tetapi tingkat stres jangka panjang telah ditemukan menjadi prediktor kuat dari hipertensi masa depan. Stres dapat bertindak langsung dengan mempengaruhi sistem pengaturan utama, khususnya aksis hipotalamus-hipofisisadrenal dan sistem saraf otonom, menyebabkan pelepasan katekolamin abnormal yang merusak kinerja vaskular, dorongan simpatis yang tidak tepat, dan dengan demikian memberi kontribusi untuk meningkatkan tekanan arteri. Pada hasil penelitian terdahulu didapatkan hasil bahwa penderita hipertensi yang mengalami stres sebanyak 70,2% dan yang tidak mengalami stres sebanyak 29,8%, dimana ditemukan hubungan antara stres dengan hipertensi. Dalam tinjauan sistematis oleh John J. dan Bhatt D. atas “Emerging Risk Factors for Atherosclerosis” mengamati bahwa lima dari 13 penelitian menunjukkan stres sangat terkait dengan hipertensi. Namun, pada hasil penelitian lainnya tidak didapatkan adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi. Stres yang terjadi pada masyarakat akan memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang memicu meningkatnya kadar adrenalin. Stres akan menstimulasi saraf simpatis akan muncul peningkatan tekanan darah dan curah jantung yang meningkat. Stres akan bertambah tinggi jika resistensi



5



pembuluh darah perifer dan curah jantung meningkat yang sehingga menstimulasi syaraf simpatis. Sehingga stres akan bereaksi pada tubuh yang antara lain termasuk peningkatan tegangan otot, peningkatan denyut jantung dan meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini dimunculkan ketika tubuh bereaksi secara cepat yang tidak digunakan, maka akan dapat memicu terjadinya penyakit yang termasuk penyakit hipertensi.



1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis di Puskesmas Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa barat, diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang datang untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas Sukaraja ini yang mengeluhkan adanya tekanan atau tuntutan pada diri mereka, seperti misalnya adanya tuntutan pekerjaan, tuntutan ekonomi, banyak beban fikiran, sering merasa pusing, mudah emosi dan gelisah, menyatakan susah tidur dan kelelahan, mengkonsumsi garam dan lemak berlebih, pola makan tidak teratur dan tidak minum obat dan sebagainya yang membuat mereka pada akhirnya mengalami stress. Kemudian ditambah dari data yang di dapatkan dari Puskesmas Sukaraja ini Penderita Hipertensi setiap tahunnya selalu menunjukan persentase meningkat dan puncaknya pada tahun 2018 ditujukan dengan angka yang sangat berbeda dibanding dengan 2 tahun sebelumnya dan fenonema ini dijadikan sebagai acuan untuk dilakukan penelitian.



1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah gambaran Tingkat Stress pada Pasien rawat jalan Penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun 2021.



6



1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan Umum Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Tingkat Stress pada Pasien rawat jalan penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.



1.4.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui tingkat stress pada pasien rawat jalan Penderita Hipertensi di puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Bulan Januari Tahun 2021.



1.5 Manfaat Penelitian  Bagi Peneliti Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya penyakit Hipertensi dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.  Bagi Puskesmas Sebagai bahan informasi untuk menentukan strategi dalam tindakan promotif & preventif serta penanganan penyakit Hipertensi  Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Konsep Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistoliknya di atas atau sama dengan 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas atau sama dengan 90 mmHg minimal diukur sebanyak 2 kali dengan jarak 1 minggu. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana kematian (mortalitas). Tekanan yang seseorang mengalami peningkatan tekanan abnormal atau tinggi pada pembuluh darah darah diatas normal yang mengakibatkan menyebabkan meningkatnya resiko terhadap peningkatan angka morbiditas dan angka stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Adib, 2009). Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hipertensi merupakan salah satu penyakit silent killer karena tidak memunculkan gejala apapun pada penderitanya pada stadium awal. Pada individu yang merasakan gejalanya maka cenderung merasakan seperti sakit kepala, mimisan, pusing, mudah marah, telinga berdenging, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan sukar tidur. Hipertensi dapat berakibat fatal dan apabila tidak di tangani dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, kerusakan organ tubuh tersebut antara lain jantung, ginjal, mata dan pembuluh darah (Parsudi, 2009).



8



2.1.2 Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:  Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam sekresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti : obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.  Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti pengunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang> berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.



2.1.3 Patofisiologi Mekanisme



yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah



terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi



9



epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.



2.1.4 Klasifikasi Hipertensi  Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal



ternyata



dapat



menyebabkan



peningkatan resiko komplikasi



kardiovaskuler.



Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII Klasifikasi



Tekanan darah Sistol



Tekanan darah Diastol



tekanan darah



(mmHg)



(mmHg)



Normal



< 120



Dan < 80



Prehipertensi



120-139



Atau 80-89



140-159



Atau 90-99



> 160



Atau > 100



Hipertensi stadium 1 Hipertensi stadium 2



10



 WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normaltinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO Kategori



Sistol



Diastol



Optimal



< 120



< 80



Normal



< 130



< 85



Normal – tinggi



130 – 139



85 – 89



140 – 159



90 – 99



140 – 149



90 – 94



160 – 179



100 – 109



≥ 180



≥ 110



≥ 140



< 90



140 – 149



< 90



Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub grup: perbatasan Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Hipertensi sistol terisolasi Sub-gruo: perbatasan



 Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut: 11



Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia Tekanan darah Sistol



Tekanan darah



(mmHg)



Diastol (mmHg)



Normal



< 120



Dan < 80



Prehipertensi



120 – 139



Atau 80-89



Hipertensi stadium 1



140 – 159



Atau 90-99



Hipertensi stadium 2



> 160



Atau > 110



≥ 140



< 90



Kategori tekanan darah



Hipertensi sistol terisolasi



2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:



2.1.5.1 Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :  Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya



proses



aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi



12



pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).  Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi  Keturunan (Genetik)



13



Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.



2.1.5.2 Faktor resiko yang dapat dikontrol :  Obesitas Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas, itu sebabnya berat badan meningkat. Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:



Berat Badan (kg) IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)  Kurang olahraga Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga



14



menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).  Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussettsterhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).  Mengkonsumsi garam berlebih Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang



15



berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).  Minum alcohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).  Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.  Stress Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.  Komplikasi Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Berikut beberapa kompliasi hipertensi, antara lain:



16



a. Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.



b. Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.



c. Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.



d. Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.



e. Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.



17



2.2 Konsep Stress 2.2.1 Definisi Stres Stres diartikan oleh beberapa ahli sebagai suatu respon individu, baik berupa respon fisik maupun psikis terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi sepanjang hidupnya yang dapat menyebabkan perubahan pada diri individu, baik perubahan fisik, psikologi, maupun spiritual (Asmadi,2008; Bruner 2001). Pendapat lainnya mengartikan stress sebagai respon yang tidak dapat dihindari oleh individu yang diperlukan untuk memberikan stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan (Seyle 1976dalam Potter & Perry, 2005). Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai “stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisiseseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yangmembuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan.Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, sepertidepresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerjayang rendah (Richards, 2010). Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli disimpulkan bahwa stress merupakan sebuah respon yang dialami setiap individu dan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun negative. Stres yang terjadi pada masyarakat akan memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang memicu meningkatnya kadar adrenalin. Stres akan menstimulasi saraf simpatis akan muncul peningkatan tekanan darah dan curah jantung yang meningkat. Stres akan bertambah tinggi jika resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung meningkat yang sehingga menstimulasi syaraf simpatis. Sehingga stres akan bereaksi pada tubuh yang antara lain termasuk peningkatan tegangan otot, peningkatan denyut jantung dan meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini dimunculkan ketika tubuh bereaksi secara cepat yang tidak digunakan, maka akan dapat memicu terjadinya penyakit yang termasuk penyakit hipertensi.



18



2.2.2 Penyebab Stres Penyebab stress (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stressor yang sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap stressor akan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stressor yang membuat stress (Safari & Saputra, 2009; Rawlins, 1993). Losyk (2005) menyatakan bahwa stress pada individu dapat terjadi karena tuntutantuntutan yang individu diletakan dalam diri sendiri. Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal adalah penyebab stress yang berasal dari dalam diri individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stress yang berasal dari luar diri individu. Penyebab stress yang terjadi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa barat, diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang datang untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas Sukaraja ini yang mengeluhkan adanya tekanan atau tuntutan pada diri mereka, seperti misalnya adanya tuntutan pekerjaan, tuntutan ekonomi, banyak beban fikiran, sering merasa pusing, mudah emosi dan gelisah, menyatakan susah tidur dan kelelahan, mengkonsumsi garam dan lemak berlebih, pola makan tidak teratur dan tidak minum obat dan sebagainya yang membuat mereka pada akhirnya mengalami stress.



2.2.3 Jenis Stress Secara umum, stress dapat dibedakan menjadi 5 jenis. Mengacu pada pengertian stress di atas, berikut ini adalah beberapa jenis stress tersebut : a. Stress Baik Stress tidak selalu dipicu oleh pengalaman buruk, terkadang pengalaman baik pun bisa mengakibatkan stress pada seseorang. Misalnya pada saat pernikahan atau upacara kelulusan. Jenis stress seperti ini berada dalam dosis yang baik untuk sistem imun manusia. Selain itu, stress baik juga membuat seseorang lebih terpacu dan menikmati proses mencapai tujuan atau impian.



19



b. Distres Internal Ini merupakan jenis stress yang memberikan dampak buruk bagi orang yang mengalaminya. Distress adalah jenis stress yang bersumber dari pengalaman buruk, ancaman, perubahan situasi yang tak terduga dan tidak nyaman. Tubuh manusia secara alami membutuhkan perasaan aman dan nyaman. Ketika timbul pengalaman buruk atau situasi yang membuat tidak nyaman, maka tubuh akan mengalami distres. c. Distress Akut Jenis stress ini terjadi saat seseorang mengalami peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sedangkan stres kronik terjadi saat seseorang berusaha menahan rasa stress dalam jangka waktu yang cukup lama. Kedua jenis stress ini dapat memicu timbulnya hiperstress. d. Hipostress Stress juga dapat terjadi ketika seseorang tidak menemukan tantangan atau kekhawatiran dalam hidupnya. Inilah yang disebut dengan hipostress. Hipostress ini terjadi berawal dari rasa bosan yang ekstrim sehingga tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun dalam hidupnya. Jenis stress ini sering memicu perasaan depresi dan kesia-siaan pada seseorang. e. Eustress Jenis stress ini berguna bagi manusia karena akan membuat tubuh kita lebih waspada. Eustress membuat pikiran dan tubuh manusia menjadi lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan, bahkan hal ini bisa terjadi di bawah alam sadar. Jenis stress ini membantu seseorang dalam membuat keputusan terbaik, dan memunculkan kekuatan tak disadari.



2.2.4 Tingkatan Stress Klasifikasi stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan, sedang dan berat. 1) Stres ringan Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa,



20



ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada kehidupan seharihari dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.



2) Stres sedang Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat menurun. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.



3) Stres berat Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan stress ada 3 yaitu : stres ringan, stres sedang, dan stres berat. Masing – masing tingkatan stress memiliki dampak tanda dan gejala fisiologis serta psikologis yang berbeda. Tingkat stress adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dari Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of the Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri 42 item pernyataan. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status



21



emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. DASS mempunyai tingkatan discrimant validity dan mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Cronbach’s Alpha. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi / psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), >120 (Sangatberat).



22



2.3 Kerangka Teori



1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Keturunan (Genetik) 4. Obesitas 5. Kurang Olahraga



HIPERTENSI



6. Kebiasaan Merokok 7. Konsusmsi garam berlebih 8. Minum Alkohol Minum Kopi 9. Stress



23



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji keahlian hipotesis (Sudigdo, 2014). Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagi petunjuk peneliti untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.



3.2 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep atau teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram. Kerangka konsep harus didukung dengan landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian dan lain-lain. Ada tidaknya hipotesis tergantung dari permasalahan, tidak semua penelitian terdapat hipotesis. Jika penelitiannya bersifat



24



deskriptif, maka tidak perlu hipotesis tetapi bila sifatnya analitis maka perlu dilakukan hipotesis. Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka kerja penelitian pada dasarnya gabungan atau menghubungkan beberapa teori sehingga membentuk sebuah pola pikir atau kerangka pikir penelitian yang akan dilakukan, lazimnya berbentuk skema. Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simflikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Berdasarkan tinjauan pustaka diatas tentang maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:



Tingkat Stres



Keterangan



Hipertensi



: : Diteliti : Tidak diteliti



Gambar. 3.1 Kerangka Penelitian



3.3 Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. (Hidayat, 2010). Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan didefinisikan secara konseptual dan operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :



25



Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Variabel NO



VARIABEL



Stress



DEFINISI



ALAT



OPERASIONAL



UKUR



Stres diartikan oleh beberapa ahli



HASIL UKUR



SKALA



Kuesioner



Normal :



Ordinal



DASS



0 - 29



sebagai suatu respon individu,



Stres Ringan :



baik berupa respon



30 -59



fisik maupun psikis terhadap tuntutan atau ancaman yang



Stres Sedang : 60 - 89



dihadapi sepanjang hidupnya yang dapat menyebabkan perubahan pada



Stres Berat : 90 - 119 Stres Sangat Berat :



diri individu, baik perubahan fisik,



>120



psikologi, maupun spiritual (Asmadi,2008; Bruner 2001).



3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Populasi merupakan seluruh atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau tersebut (Azis Alimul, 2012). Populasi target pada penelitian ini adalah Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi yang datang ke



26



Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Bulan November 2020. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi rawat jalan yang berobat ke Puskesmas Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi dalam kurun waktu satu bulan yaitu pada bulan Oktober 2020 dengan jumlah 90 orang pasien.



3.4.2 Sampel Sampel adalah bagian polulasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling yakni salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja Kabupaten Sukabumi. 3.4.2.1 Besar Sample Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluhannya, sehinggga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasinya lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10 – 15 persen atau 20 – 25 persen sampel atau lebih. Untuk populasi yang kurang dari 10.000, besar jumlah sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus. Dimana : n : Besar sampel N : Besar Populasi d : Tingkat Penyimpangan yang diinginkan (5%)



27



n=



90 90 90 = = 1 + 90(0.052 ) 1 + 90(0.0025) 1 + 0,9025



90



n = 1,9025 =74 Jumlah sampel sebanyak 74 Responden 3.4.2.2 Cara / Teknik Pengambilan Sample Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuota Sampling, teknik ini digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. 3.4.2.3 Kriteria Sample a. Kriteria inklusi merupakan merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikut sertakan ke dalam penelitian (Sastroasmoro, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Pasien rawat jalan Penderita Hipertensi di Puskesmas Sukaraja 2) Komunikatif 3) Bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro, 2008).



28



3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian 3.5.1 Cara Pengumpulan Data 3.5.1.1



Data Primer



Dikatakan data primer bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2010). Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden melalui penyebaran kuisioner tentang tingkat stress yang dilakukan kepada responden penelitian. Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dari Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of the Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri 42 item pernyataan. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. DASS mempunyai tingkatan discrimant validity dan mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Cronbach’s Alpha. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat). 3.5.1.2 Data Sekunder Disebut dengan data sekunder apabila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto, 2010). Data sekunder pada penelitian ini didapat dari rekam medis di



29



Puskesmas Sukaraja yang berupa status hipertensi dan tekanan darah pasien rawat jalan di Puskesmas Sukaraja Kabupaten Sukabumi.



3.5.1.3 Kuesioner Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah jenis pengukuran dimana peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2010). Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumunya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya ( Notoatmodjo, 2012).



3.5.1.4 Observasi Observasi yaitu teknik pengukuran dimana penelitian mengumpulkan data secara formal dengan cara mengamati subjek yang akan diteliti (Nursalam, 2010).



3.5.2 Intrumen Penelitian Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2012). Alat Ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yakni menggunakan Tensi meter / sphymomanometer, sedangkan Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stress pada penelitian ini adalah menggunakan skala Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dari Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of the Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri 42 item



30



pernyataan. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. 3.5.3 Prosedur Penelitian 3.5.3.1 Tahap Persiapan 1) Mencari fenomena berdasarkan masalah. 2) Mengajukan judul penelitian berdasarkan permasalahan yang terjadi dilapangan kepada pembimbing. 3) Memilih tempat penelitian sesuai masalah yang akan diteliti. 4) Mengurus perizinan kepada institusi untuk melakukan studi pendahuluan. 5) Melakukan studi pendahuluan kepada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai sumber penelitian. 6) Setelah mendapatkan data peneliti menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. 7) Menyusun proposal penelitian. 3.5.3.2 Tahap Pelaksanaan 1) Mendapat izin penelitian 2) Melakukan penelitian 3) Mengolah data dan analisa data 3.5.3.3 Tahap Akhir 1) Penyusunan laporan penelitian 2) Penyajian hasil penelitian, sidang hasil laporan penelitian 3) Dokumentasi hasil penelitian



3.6 Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Pengolahan Data Menurut Hidayat (2010), sebelum dilakukan pengolahan data, variabel penelitian diberikan skor dengan bobot jawaban pada tiap pilihan jawaban dari pernyataan yang disediakan. Pengolahan data yang dilakukan dengan tahap sebagai berikut : 31



3.6.1.1 Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan peneliti setelah semua data terkumpul. 3.6.1.2 Coding Setelah semua terkumpul, kemudian peneliti melakukan coding atau pemberian kode numerik (angka) pada kuesioner yang telah di isi oleh responden.



3.6.1.3 Skoring Pemberian skor pada item yang dijawab benar dan salah oleh responden. Pada tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil skoring dari semua pertanyaan.



3.6.1.4



Entry / prosessing



Setelah dilakukan pengkodean atau pemberian angka, peneliti memasukan data ke dalam master tabel atau data base komputer untuk menentukan distribusi frekuensi atau dengan membuat tabel kontingensi.



3.6.1.5 Cleaning Setelah memasukan data ke dalam komputer atau data yang sudah di-entry, kemudian peneliti melakukan cleaning atau pengecekan kembali apakah ada kesalahan atau tidak.



3.6.2 Analisa Data 3.6.2.1 Analisa univariat Yaitu analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian tentang karakteristik responden dihitung untuk mencari distribusi dan persentase dari setiap variabel sedangkan hasil penelitian tentang



32



pengolahan akan diolah dengan mencari nilai skor masing-masing responden. Analisa univariat dilakukan untuk melihat hubungan tingkat stress pada pasien rawat jalan di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Analisa univariat ini menggunakan table distribusi frekuensi dan persentse.



3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu dan lokasi penelitian merupakan rencana tentang tempat dan waktu dilaksanakannya kegiatan penelitian (Hidayat, 2010).



3.7.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.



3.7.2 Waktu Penelitian Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada Bulan Januari Tahun 2021.



33



DAFTAR PUSTAKA



1. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2010. 2. Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia 2025. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 2008 3. Hidayat, A. Aziz Alimul, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika ; 2011. 4. Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010. 5. Nursalam, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ; 2008 6. Stikes Rajawali Bandung. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Editor. Arie J Pitono & Eny Kusmiran : 2013 7. Riyanto, Agus. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Salimba Medika ; 2011 8. Sugiyono. Metode Penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA BANDUNG ; 2009 9. Muhammad Saleh, Basmanelly, Emil Huriani, Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 166 – 175



10. Tyagita Widya Sari, Desi Kartika Sari, M.Beni Kurniawan, M.Ibnu Herman Syah, Novia Yerli, Samirathul Qulbi, Collaborative Medical Journal (CMJ) Vol 1 No 3 September 2018 11. Mustamiatul Khairiah, Hubungan antara tingkat stress dengan tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di puskesmas seyegan sleman Yogyakarta. Yogyakarta ; 2019 12. Tyagita Widya Sari, Desi Kartika Sari, M.Beni Kurniawan, M.Ibnu Herman Syah, Novia Yerli, Samirathul Qulbi. Collaborative Medical Journal (CMJ) Vol 1 No 3 September 2018 13. Katerin Indah Islami, Moh. Fanani, Erna Herawati. Hubungan antara stres dengan hipertensi pada pasien rawat jalan di puskesmas rapak mahang kabupaten kutai kartanegara provinsi kalimantan timur. Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah surakarta ; Surakarta : 2015 14. Iwan Ardian, Nutrisia Nu’im Haiya, Tri Utama Sari. Buku Proceeding Unissula Nursing Conference Tema : “Nurse Roles in Providing Spiritual Care in Hospital, Academic and Community” 15. Rohmah Syahitdah, Choirun Nissa. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) Vol. 7, No. 1, Desember 2018 (54-62) Submitted : 11 Juli 2018, Accepted : 27 Desember 2018 16. Risa Juliadilla. Efektivitas manajemen stres untuk mengurangi stres pada pasien hipertensi. Fakultas Ilmu Sosial Budaya Universitas Gajayana Malang ; Malang : 19 Jul 2017



17. Agustina Boru Gultom, Abdul Hanif Siregar, Syarif Zen Yahya. Korelasi Stress dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Jkesvo (Jurnal Kesehatan Vokasional) : Vol. 3 No 2 – November 2018 18. Lusia Nasrani, Susy Purnawati. Perbedaan Tingkat Stres antara Laki-Laki dan Perempuan pada Peserta Yoga di Kota Denpasar. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ; Denpasar : 2015 19. Deasy eka saputri. Hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di indonesia tahun 2007 ; fakultas kesehatan masyarakat program pasca sarjana depok : Juli 2010



LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN



Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



: Yogi Agustian



NIM



: 1218094



Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatana Rajawali Bandung bermaksud akan mengadakan penelitian Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “GAMBARAN TINGKAT STRESS



PADA



PASIEN



RAWAT



JALAN



PENDERITA



HIPERTENSI



DI



PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021”. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesedian Bapak / Ibu untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, karena keikutsertaan Bapak / Ibu akan membantu saya dalam mengisi kuesioner dan juga membantu saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semua data yang diberikan Bapak / Ibu akan dijamin kerahasiaan nya dan tidak akan berakibat apapun bagi Bapak / Ibu Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih.



Sukabumi,



Januari 2021



Peneliti



( Yogi Agustian ) NIM. 1218094



INFORMED CONSENT ( SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN )



Saya yang bertanda tangan di bawah ini : No Responden: ..................................... Nama: ................................................... Umur: ...................................................



Dengan ini menyatakan (Bersedia / Tidak Bersedia ) menjadi responden untuk penelitian Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung yang bernama : Nama



: Yogi Agustian



NIM



: 1218094



Dalam kegiatan penelitian dengan judul “GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021”. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung, tanpa ada paksaan dan secara sukarela. Dermikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenar – benarnya.



Mahasiswa



Sukabumi,



Januari 2021



Yogi Agustian



…………………………



LEMBAR OBSERVASI “GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021”



No. Responden



Hasil



Kategori



Keterangan : - Normal :



- Hiprentesni Stadium 2 :



Systole : < 120



Systole : < 160



Diastole < 80



Diastole : > 100



- Prehipertensi :



- Hiprentesni Stadium 3 :



Systole : 120 - 139



Systole : < 160



Diastole : Atau 80 - 89



Diastole : > 100



- Hipertensi Stadium 1: Systole : 140 - 159 Diastole : Atau 90 - 99



Tabel Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin



Jumlah



%



Laki – laki Perempuan



Tabel Tingkat Stress Tingkat Stress



Jumlah



%



Normal Ringan Sedang Parah Sangat parah



Hipertensi Hasil Observasi Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Hipertensi Stadium 3



jumlah



%



Kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)



Keterangan: 0 : Tidak ada atau tidak pernah 1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang-kadang 2 : Sering 3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.



No



Aspek Penilaian



1



Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele



2



Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi



3



Kesulitan untuk relaksasi/bersantai



4



Mudah merasa kesal



5



Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas



6



Tidak sabaran



7



Müdah tersinggung



8



Sulit unluk beristirahat



9



Müdah maralı



10



Kesulitan unluk tenang setelah sesuatu yang mengganggu



11



Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan



12



Berada pada keadaan tegang



0



1



2



3



13



Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang sedang Anda lakukan



14



Mudah gelisah



Indikator penilaian Tingkat



Stress



Normal



0 - 14



Ringan



15 - 18



Sedang



19 - 25



Parah



26 - 33



Sangat parah



> 34